MALARIA
TERTIANA
Oleh: dr. Reni Christiani Ibrahim
Supervisor Pembimbing: dr. Debby Rumbajan, Sp.A
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien Anamnesis
Nama : An.CN Keluhan Utama
Demam sejak ± 3 hari SMRS
Umur : 10 thn
Jenis Kelamin Riwayat Penyakit Sekarang
: Laki-Laki
Demam sejak ± 3 hari SMRS, sudah minum obat penurun panas,
Pekerjaan : Siswa demam turun sampai normal dan naik kembali, menggigil (+),
keringat dingin (+), nyeri kepala (+), mual dan muntah (+), intake ↓.
Agama : Kristen
Pasien sebelumnya berkunjung ke Timika ± 2 minggu yang lalu.
Alamat : Tondano
Riwayat Penyakit Dahulu
Tgl MRS : 19 Juni 2016 Malaria tropika dan malaria tertiana (+) 2 tahun lalu. Alergi, asma,
sakit jantung bawaan, ginjal, dan penyakit autoimun disangkal.
Riwayat Keluarga
Hanya pasien yang mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat Sosial
Riwayat Imunisasi
Pasien ialah seorang siswa, tinggal bersama orang tua
yang kehidupan sosial ekonominya cukup. Hepatitis B : 0,1,6 bulan
Silsilah Keluarga
BCG : 2 bulan
Pasien
Riwayat Perkembangan
Tata Laksana
IVFD RL 3cc/kg/bb/jam = 29 gtt/m
DHP (Dihidroartemisinin 40mg + Piperaquin 320mg) 3 x ½ tab (selama 3 hari)
Primaquin (15mg) 1 x 7,5 mg (selama 14 hari)
Paracetamol 3 x ¾ tab (k/p)
Domperidon Syr 3 x ½ cth (a.c) (k/p)
Trolit ad lib
Pro/ cek HL, Kontrol DDR, IgG dan IgM anti dengue
Follow Up
20/06/16 S: Demam (+)↓ , mual (-), muntah (-), Leukosit 6200 Malaria Tx:
sakit kepala (-), sakit perut (-), intake Eritrosit 4,31 x 106 Tertiana Aff Infus
(+), BAB/BAK biasa Hb 11,2 DHP 3 x ½ tab H1
O: Nadi 90 x/m, SB 37,0 0C Trombosit 79000 Primaquin 1 x 7,5 mg H1
KU: sedang Kes: cm DDR (+) vivax ring, Paracetamol 3 x ¾ tab (k/p)
Kep: ca (-), si (-), PCH (-) gamet (+) Domperidon Syr 3 x ½ cth
THT: T1-T1 hip (-), Faring hip (-) H.Parasit 200 lekosit (a.c) (k/p)
Tho: simetris, c/p dbn 400 parasit Pro/ HL, Kontrol DDR
Abd : datar, lemas, BU (+) N, H : just H.Parasit 1000
palpable, L : ttb eritrosit 8 parasit
Ext : akral hangat, CRT ≤ 2” IgG & IgM anti-
dengue (-)
21/06/16 S: Demam (-) , mual (-), muntah (-), Leukosit 4220 Malaria Tx:
sakit kepala (-), sakit perut (-), intake Eritrosit 3,85 x 106 Tertiana DHP 3 x ½ tab H2
(+), BAB/BAK biasa Hb 10,1 Primaquin 1 x 7,5 mg H2
O: Nadi 80 x/m, SB 36,0 0C Trombosit 80000 Paracetamol STOP
KU: sedang Kes: cm DDR (-) Domperidon STOP
Kep: ca (-), si (-), PCH (-) Pro/ HL, Kontrol DDR
THT: T1-T1 hip (-), Faring hip (-)
Tho: simetris, c/p dbn
Abd : datar, lemas, BU (+) N, H : just
palpable, L : ttb
Ext : akral hangat, CRT ≤ 2”
22/06/16 S: Demam (-) , mual (-), muntah (-), Leukosit 5340 Malaria Tx:
sakit kepala (-), sakit perut (-), intake Eritrosit 4,14 x 106 Tertiana DHP 3 x ½ tab H3
(+), BAB/BAK biasa Hb 10,2 Primaquin 1 x 7,5 mg H3
O: Nadi 86 x/m, SB 36,0 0C Trombosit 155000 Pro/ HL, Kontrol DDR
KU: sedang Kes: cm DDR (-)
Kep: ca (-), si (-), PCH (-)
THT: T1-T1 hip (-), Faring hip (-)
Tho: simetris, c/p dbn
Abd : datar, lemas, BU (+) N, H : just
palpable, L : ttb
Ext : akral hangat, CRT ≤ 2”
23/06/16 S: Demam (-) , mual (-), muntah (-), Leukosit 5950 Malaria Tx:
sakit kepala (-), sakit perut (-), intake Eritrosit 4,24 x 106 Tertiana Hasil DDR 3x (-) RJ
(+), BAB/BAK biasa Hb 10,6 Primaquin 1 x 7,5 mg H4,
O: Nadi 80 x/m, SB 36,0 0C Trombosit 215000 dan teruskan di rumah
KU: sedang Kes: cm DDR (-)
Kep: ca (-), si (-), PCH (-)
THT: T1-T1 hip (-), Faring hip (-)
Tho: simetris, c/p dbn
Abd : datar, lemas, BU (+) N, H : just
palpable, L : ttb
Ext : akral hangat, CRT ≤ 2”
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Epidemiologi
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) yang masuk ke dalam
Prevalensi malaria tertinggi di benua Afrika (47%) dan Asia Tenggara (37%).
Menurut RISKESDAS 2013 Indonesia (3%) Tertinggi di Papua (28,6%), Sulawesi Utara (10%).
Laporan Annual Parasite Incidence (API) 2012, prevalensi kasus malaria tertinggi di Sulawesi Utara
pada daerah Minahasa Tenggara (17,16%), Tomohon (1,23%), dan terendah Kotamobagu (0,07%).
Prevalensi terbanyak menurut jenis plasmodium p.vivax (55,8%), p.falciparum (40,2%), p.malariae
Angka kematian penyakit malaria tahun 2009 meningkat dengan presentase 3,6%.
B. Etiologi dan Cara Penularan
- Plasmodium falciparum (Tropika)- Plasmodium vivax (Tertiana)
- Plasmodium malariae (Kuartana) - Plasmodium ovale
Penularan malaria:
Bukan
Alamiah Kongenital
Mekanik
Oral
Masa inkubasi penyakit malaria tergantung spesies plasmodiumnya:
1. Stadium Dingin: diawali menggigil, nadi cepat dan lemah, bibir pucat/sianosis, kulit kering, muntah,
dan kadang kejang.
2. Stadium Demam: suhu badan dapat meningkat sampai 41 C, , muka merah, kulit kering, nyeri kepala,
mual dan muntah, kehausan, nadi menjadi kuat lagi. Demam disebabkan karena pecahnya skizon
dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
3. Stadium berkeringat: suhu badan turun kadang-kadang sampai normal, lemah badan tetapi tidak ada
gejala lain.
Semi Kuantitatif:
Pada hapusan darah tebal (DDR) dan tipis dihitung jumlah parasit permikro liter darah dengan rumus:
hapusan darah tebal: Leukosit / 200 (jmlh LPB) x jmlh parasit = .....uL
hapusan darah tipis: eritrosit / 1000 (jmlh LPB) x jmlh parasit = .....uL
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dan mortalitas yaitu:
Kepadatan parasit <100.000/ul, maka mortalitas <1%
Kepadatan parasit >100.000/ul, maka mortalitas >1%
Kepadatan parasit >500.000/ul, maka mortalitas >50%
Gambaran morfologi parasit malaria dalam hapusan darah:
Eritrosit besar dan pucat. Eritrosit tidak membesar. Hampir sama dengan vivax. Eritrosit berukuran lebih kecil,
Tropozoit muda berbentuk Bentuk acolle dan spliting. Eritrosit sedikit membesar, berbentuk cincin. Parasit ini
cincin dengan inti pada satu Gametosit berbentuk berbentuk lonjong (oval) dan juga dapat berbentuk seperti
sisi, trofozoit tua bentuk cincin pisang/sabit. Terdapat titik bergerigi pada satu ujugnya. pita yang melintang. Merozoit
amuboid. Gametosit bulat. Maurer. Skizon berisi 8-12 merozoit. dalam skizon membentuk
Ditemukan skizon berisi 16-18 roset.
merozoit. Terdapat titik
Schuffner pada eritrosit.
Pemeriksaan penunjang lainnya:
PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Sequensing DNA: membedakan antara re-infeksi dan
rekudensi pada p.falciparum. Digunakan untuk identtifikasi spesies plasmodium yang jumlah
parasitnya rendah atau dibawah ambang batas mikroskopis.
Penunjang lainnya untuk diagnosis malaria berat: tes fungsi hati, fungsi ginjal. elektrolit, EKG, foto
thorax, analisis cairan cerebrrospinalis, biakan darah, urinalisis, dan uji serologis.
D. Komplikasi
Komplikasi dari malaria Malaria Berat Ruptur lien, malaria cerebral, anemia hemolitik, black
water fever, algrid malaria.
E. Diganosis Banding
Malaria Vivax/Ovale
ACT (3 hari) + Primakuin (14 hari)
Malaria Malariae
ACT (3 hari)
G. Pencegahan
Pengendalian vektor
Kemoprofilaksis
Doksisiklin 100mg/hr, diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah endemis sampai 4
minggu dan setelah kembali. Doksisiklin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak < 8 tahun.
H. Prognosis
Malaria tanpa komplikasi umumnya prognosis baik dan tidak menyebabkan kematian.
Malaria karena p.falciparum dengan penyulit prognosis buruk jika tidak ditangani dengan cepat dan
dapat menyebabkan kematian.
Pemantauan pengobatan
Rawat jalan: hari ke-2, 3, 7, 14 dan 28 setelah pemberian obat hari pertama.
Rawat inap: setiap hari sampai bebas demam dan tidak ditemukan parasit dalam pemeriksaan mikroskopik
selama 3 hari berturut-turut. Setelah pasien dipulangkan dapat kontrol hari ke-14 dan ke-28.
Kriteria Keberhasilan Pengobatan
Sembuh: jika gejala klinis hilang dan parasit tidak ditemukan pada hari ke-4 pengobatan sampai hari ke-28.
Early treatment failure: menjadi malaria berat pada hari ke-1 – hari ke-3, parasit hari ke-3 > 25% dari hari ke-0,
dan gejala klinis masih nampak.
Late treatment failure: menjadi malaria berat pada hari ke-4 – hari ke-28, ditemukan kembali parasit aseksual
dalam hari ke-4 – hari ke-28, dan gejala klinis masih nampak.
Rekurensi: ditemukan parasit aseksual setelah selesai pengobatan.
PEMBAHASAN
KASUS KEPUSTAKAAN
Anamnesis Anamnesis
Demam ± 3 hari SMRS, naik turun, menggigil, Trias malaria (demam, mengigil, keringat dingin),
keringat dingin, sakit kepala, mual dan muntah. nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri otot dan diare.
Riw. Berkunjung ke Timika 2 minggu lalu. Riwayat bepergian/tinggal di daerah endemis malaria
Riwayat pernah menderita malaria tropika dan malaria Riwayat sakit malaria atau minum obat antimalaria.
tertiana 2 tahun lalu. Tanda-tanda malaria berat.
1. Tanto C, dkk. Malaria dalam Kapita selekta II, Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius; 2014;728-732.
2. World Health Organization. Global Malaria Programme. World Malaria Report 2011. Switzerland: WHO Press;
2011;66-75.
3. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013;76-
82.
4. Kementerian Kesehatan RI. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
2011;1:3.
5. Nelson W, dkk. Malaria dalam Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol.2. Jakarta: EGC; 2012;1200-1203.
6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria. Bakti Husada. 2008.
7. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Malaria dalam Buku Ajar Infeksi dan Pediatrik Tropis. Edisi ke-2.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008; 408-37.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI no.5 tentang Pedoman Tata Laksana Malaria. 2013.
9. Schumacher RF, Spinelli E. Malaria in Children. Meditre J Hematol Infect Dis. 2012.
10. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat
Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta; 2009.
11. Pribadi. W, Sungkar.S, Malaria. Balai Penerbit FKUI; 1994.
12. Natalia D. Peranan Trombosit Dalam Patogenesis Malaria [tinjauan pustaka]. Vol.37. No.3. Available at:
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id. 2014
13. World Health Organization. Guidelines for Treatment Malaria. Third Edition. WHO Libraly Cataloging in Publication
Data. 2015.
TERIMA KASIH