Anda di halaman 1dari 27

CARDIOTOCOGRAPHY

Pembimbing :
dr. Elisabeth G.K Liga,Sp.OG,M.Kes

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan & Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana –
RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang
Periode 06 july – 13 september
2020
OUT LINE
1. DEFINISI
2. MACAM-MACAM ALAT CTG
3. PRINSIP DASAR CTG
4. MEKANISME PENGATURAN DJJ
5. TEMUAN PADA CTG
6. INTERPRETASI HASIL CTG
7. TATALAKSANA
DEFINISI
Cardiotocography merupakan salah satu alat
elektronik yang digunakan untuk
memantau
kesejahteraan janin

Menilai pola denyut jantung janin dalam


hubungannya dengan adanya kontraksi
ataupun aktivitas janin

Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan velosimetri. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
MACAM-MACAM ALAT CTG
Alat pemantauan
Secara langsung
dimasukan dalam
(invasif/ internal)
rongga rahim
CTG Tidak langsung Alat pemantauan
(non invasif/ dipasang pada
eksternal) dinding perut ibu

Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan velosimetri. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
PRINSIP DASAR CTG
• Mesin telah di standarisasi
• Kecepatan kertas 1 cm
permenit
• Alat CTG akan merekam 20
denyut dalam 1 menit/1 cm
• Kertas display yang digunakan
memiliki kisaran djj antara
50- 210 denyut
• Menghitung denyut jantung
ibu
• Menuliskan nama ibu, tanggal
dan waktu pemeriksaan pada
kertas hasil pemeriksaan CTG
Institute of Obstetrician and Gynaecologist. Royal College of physicians of ireland.
Clinical practice guideline : intrapartum fetal heart rate monitoring. juni 2012; 6: 1-15.
MEKANISME PENGATURAN DJJ
• Sistem saraf simpatis
• Sistem saraf
parasimpatis
• Baroresepto
r
• Kemoresept
or
• Susunan
saraf pusat
• Sistem
hormonal
Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan velosimetri. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
TEMUAN PADA CTG
Baseline : 120-160
dpm
DJJ basal (saat
relaksasi)

Variabilitas : 6-25 dpm

DJJ dalam
pemeriksaan CTG
Akselerasi : normalnya
ada akselerasi
Perubahan DJJ
periodik (saat
kontraksi/ aktivitas
janin) Deselerasi : tidak ada
deselerasi atau
hanya timbul
deselerasi dini
Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd edition. Chapter 18. Intrapartum assessment. McGraw-Hill.
USA. 2010: 410-440.
BASELINE
• Tachikardia >160 dpm, • Bradikardia <120 dpm,
dalam keadaan : dalam keadaan :
– Hipoksia janin (ringan/ – Hipoksia janin (berat/
kronik) akut)
– Kehamilan <30 – Hipotermia janin
minggu – Bradiaritmia janin
– Infeksi ibu atau janin – Obat : propanolol, obat
– Ibu febris atau gelisah anestesia lokal
– Ibu hipertiroid – Janin dengan kelainan
– Takhiaritmia janin jantung bawaan
– Obat : atropin,
betamimetik
Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan velosimetri. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
VARIABILITAS
• Variabilitas menggambarkan sistem persarafan janin
• Penyebab variabilitas rendah selain hipoksia :
– Janin tidur
– Kehamilan preterm
– Janin anensefalus
– Blokade n.Vagus
– Kelainan jantung bawaan
– Obat : narkotik, diazepam, MgSO4
• Variabilitas :
– Amplitudo 6-25 dpm : normal
– Amplitudo 2-5 dpm : berkurang
– Amplitudo <2 dpm : menghilang
– Amplitudo >25 dpm : saltatory

Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd edition. Chapter 18. Intrapartum assessment. McGraw-Hill. USA. 2010: 410-
440.
Variabilitas

Jangka pendek Jangka panjang

Gambaran osilasi kasar


Perbedaan interval antar
dan jelas, rata-rata 3-
denyut, rata-rata 2-3 dpm
6x/mnt

Variabilitas jangka pendek hilang dan variabilitas jangka


panjang lebih dominan maka dikatakan sebagai gambaran
sinusoidal, menggambarkan :
-Hipoksia janin berat
-Anemia kronik
-Fetal eritoblastosis
-Rh-sensitized
-Pengaruh obat Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd edition. Chapter 18.
Intrapartum assessment. McGraw-Hill. USA. 2010: 410-440.
GAMBARAN CTG NORMAL
VARIABILITAS :
6 - 25 dpm

CARDIO

BASELINE :
140 dpm

KONTRAKSI :
>2X dlm 10 mnt

TOCO
AKSELERASI
Respon simpatetik dimana terjadi peningkatan
frekuensi DJJ dengan amplitudo >15 dpm, selama
15 detik dan terjadi minimal 2x dalam 20 menit AKSELERASI :
>2X dlm 10 mnt

Terjadi sesuai
Akselerasi dengan
seragam kontraksi
uterus

Akselerasi

Terjadi sesuai
dengan
Akselerasi gerakan/
rangsangan
bervariasi janin

Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan velosimetri. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
DESELARASI
• Respon parasimpatis (n.Vagus) melalui baroresptor
atau kemoreseptor sehingga terjadi penurunan
frekuensi DJJ
Deselerasi
dini
Deselerasi
Deselerasi
variabel
Deselerasi
lambat
Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan velosimetri. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
DESELERASI DINI
• Timbul dan hilang bersama
dengan kontraksi uterus
• Amplitudo turun tidak >20
dpm
• Lamanya <90 detik
• baseline dan variabilitas
normal

Sering terjadi pada persalinan normal,


akibat penekanan kepala janin oleh
jalan lahir mengakibatkan hipoksia dan
merangsang refleks vagal
Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd edition. Chapter 18. Intrapartum assessment. McGraw-Hill. USA. 2010: 410-
440.
DESELERASI VARIABEL
• Gambaran deselerasi yang
bervariasi
• Deselerasi terjadi cepat &
penurunan frekuensi bisa sampai
60 dpm
• Biasanya terjadi akselerasi
sebelum dan sesudah deselerasi
• Deselerasi variabel berat jika
mencapai ≥60 dpm dgn lama 60
detik
• Bila deselerasi variabel berulang
atau memanjang →hipoksia janin
berlanjut

Penekanan tali pusat selama


kehamilan atau kala I, jika variabilitas
Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd
baik janin tidak mengalami hipoksia
edition. Chapter 18. Intrapartum assessment.
McGraw-Hill. USA. 2010: 410-440.
yang berarti
PENURUNAN ALIRAN DARAH DARI IBU MENYEBABKAN HIPOKSIA
JANIN, JIKA JANIN BISA KOMPENSASI TIDAK ADA PERUBAHAN
CTG, NAMUN KONTRAKSI UTERUS MENYEBABKAN ALIRAN
DARAH SEMAKIN BERKURANG SEHINGGA MERANGSANG
KEMORESEPTOR DAN N.VAGUS

Deselerasi lambat
• Timbul 20-30 detik setelah kontraksi
dimulai
• Berakhir setelah 20-30 detik setelah
kontraksi hilang
• Lamanya <90 detik
• Timbul berulang setiap kontraksi
dengan
• intensitas
DJJ normalsesuai kontraksi uterus
atau takikardia ringan, hipoksia Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd
berat menjadi bradikardi edition. Chapter 18. Intrapartum assessment.
McGraw-Hill. USA. 2010: 410-440.
DESELERASI
VARIABEL

DESELERASI DESELERASI
DINI LAMBAT
CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN CTG :

1. Tes dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring selama 20-60 menit,
2. Alat CTG dipasangkan secara melingkar pada perut ibu hamil.
3. Jika dalam 20 menit janin tidak bergerak atau sedang tidur, tes
diperpanjang hingga janin bergerak.
4. Dokter akan merangsang pergerakan janin secara manual atau
menempelkan perangkat yang mengeluarkan suara.
Pemeriksaan CTG :

1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.


2) Waktu pemeriksaan maksimal selama 20 menit
3) Selama pemeriksaan, posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi.
4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan
pertolongan yang sesuai.
5) Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan
kondisi janin terutama dalam keadaan :
a. Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi
kronis, dll)
b. Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c. Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d. Polihidramnion (air ketuban berlebih)
SYARAT PEMERIKSAAN CTG :
1) Janin hidup dengan usia kehamilan ≥ 28 minggu.
2) Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3) Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4) Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
INTERPRETASI PENILAIAN DJJ

National institute for clinical excellence. The use of electronic fetal monitoring : the use and interpretation of
cardiotocography in intrapartum fetal surveillance. London. Mei 2001: 1-10.
TATALAKSAN
A

Institute of Obstetrician and Gynaecologist.


Royal College of physicians of ireland. Clinical
practice guideline : intrapartum fetal heart rate
monitoring. juni 2012; 6: 1-15.
TATALAKSAN
A

Institute of Obstetrician and Gynaecologist. Royal


College of physicians of ireland. Clinical practice
guideline : intrapartum fetal heart rate monitoring.
juni 2012; 6: 1-15.
NON STRESS TEST (NST) : MENILAI
HUBUNGAN DJJ DENGAN AKTIVITAS JANIN.
INTERPRETASI :
• Reassuring : minimal 2x gerakan janin dalam 20
menit, akselerasi 10-15 dpm, baseline 120-160,
variabilitas 6-25
• Non reassuring : tidak ada gerakan janin selama 20
menit, akselerasi tidak tampak setiap gerakan janin,
variabilitas mungkin masih ada, berkurang atau hilang
• Meragukan : gerakan janin <2x dalam 20 menit,
akselerasi <10 dpm, baseline 120-160, variabilitas 6-25
• NST abnormal : bradikardia, deselerasi 40 dpm atau
lebih di bawah baseline atau DJJ sampai 90 dpm lama
nya ≥60 detik
CONTRACTION STRESS TEST (CST) : MENILAI
DJJ DLM HUBUNGANNYA DENGAN KONTRAKSI
UTERUS.
INTERPRETASI :
• Negatif : baseline normal, variabilitas normal, tidak ada deselerasi
lambat, mungkin ada deselerasi dini dan ditemukan akselerasi
• Positif : deselerasi lambat berulang minimal pada 50% dari jumlah
kontraksi, deselerasi lambat berulang walaupun kontraksi tidak
adekuat, variabilitas berkurang atau menghilang
• Mencurigakan : deselerasi lambat berulang <50% dari jumlah
kontraksi, deselerasi variabel, baseline abnormal (ulang dalam 24
jam)
• Tidak memuaskan : hasil tidak baik karena ibu terlalu gemuk,
gelisah atau janin bergerak berlebihan, tidak terjadi kontraksi uterus
yang adekuat (ulang dalam 24 jam)
• Hiperstimulasi : kontraksi uterus >5x dalam 10 menit, lama
kontraksi >90 detik (tetania uteri), sering terjadi deselerasi lambat
atau bradikardi
DAFTAR PUSTAKA
1. National institute for clinical excellence. The use of electronic fetal
monitoring : the use and interpretation of cardiotocography in
intrapartum fetal surveillance. London. Mei 2001: 1-10.
2. Cunningham FG, et al. William Obstetrics. 23rd edition. Chapter
18. Intrapartum assessment. McGraw-Hill. USA. 2010: 410-440.
3. Departement of health, NSW. Maternity fetal heart rate
monitoring. Sydney. Juni 2010: 1-12.
4. Saifuddin AB, et al. Ilmu Kebidanan. Kardiotokografi janin dan
velosimetri. Edisi Keempat. yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Jakarta. 2010: 221-246.
5. Endjun JJ. Kardiotokografi dalam pemantauan kesejahteraan janin.
Jakarta; maret 2009: 1-24.
6. Institute of Obstetrician and Gynaecologist. Royal College of
physicians of ireland. Clinical practice guideline : intrapartum fetal
heart rate monitoring. juni 2012; 6: 1-15.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai