Anda di halaman 1dari 22

1

KEBUTUHAN AIR
METODE faktor k

Diklat Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru


Balai Diklat PU Wilayah IV Surabaya
Kupang, 22 Agustus 2015

Oleh : Ir. Eman Sulaiman, ME


PRINSIP/TEORI
2
Metoda faktor-K adalah suatu cara pembagian air berdasarkan
air yang tersedia di bendung dikurangi kehilangan air disaluran
Induk/Sekunder di bagi jumlah kebutuhan air seluruh tanaman.
Untuk menghitung faktor-K diperlukan data sebagai berikut:
 Debit air yang tersedia
 Kebutuhan air
 Kehilanqan air

Secara matematik, metoda ini dapat dihitung dengan rumus :

Qs – Qh Q tersedia di pintu tersier


K = ----------------------- = --------------------------------------------
Σ Qt Total kebutuhan air dipintu tersier

Qs adalah debit tersedia


Qh adalah kehilangan air
Qs-Qh = Q netto tersedia di pintu tersier
Σ Qt adalah total kebutuhan air di pintu tersier
KEBUTUHAN AIR 3

• Kebutuhan bersih air irigasi adalah banyaknya air dalam


liter/detik/ha yang dibutuhkan di sawah untuk jenis
tanaman tertentu dan pada tahap pertumbuhan tertentu.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air pernah membuat
program sementara tentang satuan kebutuhan air untuk
tanaman padi, tebu dan palawija untuk masing-masing
tahap pertumbuhan.

• Apabila Daerah Irigasi tidak mempunyai angka satuan


kebutuhan air (Water Requirement) untuk masing-
masing jenis tanaman yang merupakan hasil darisuatu
penelitian maka tabel diatas dapat digunakan.
AIR YANG TERSEDIA
4
• Air irigasi dapat diperoleh dari waduk, sungai, atau air tanah. Dalam
musim hujan, air yang tersedia untuk irigasi sangat melimpah, sehingga
hampir-hampir tidak ada masalah dalam pengoperasian jaringan irigasi,
kecuali pada awal datangnya musim hujan, yang bertepatan dengan
musim tanam, dimana kebutuhan air untuk pengolahan tanah sangat
tinggi, sementara debit sungai maupun curah hujan belum mencukupi
untuk kebutuhan itu.
• Untuk daerah irigasi yang disuplay dari waduk, prediksi dan tersedianya
air untuk irigasi lebih mudah, karena rencana tanamnya telah
disesuaikan dengan kapasitas waduk itu sendiri.
• Musim kemarau, tersedianya debit air di sungai menjadi masalah. Untuk
keperluan operasi, dibuat taksiran debit air sungai yang tersedia, dengan
mengumpulkan data debit sungai selama bertahun-tahun, kemudian
dicari besarnya Q 80%. Pada kenyataannya sering dijumpai bahwa debit
yang tersedia disungai, dibawah debit taksiran. Sehingga untuk
kepertuan pembagian air dipakai data debit rata-rata harian pada
periode didepannya.
KEHILANGAN AIR
5
Kehilangan air bisa terjadi di petak tersier, saluran sekunder dan saluran induk.
Kehilangan ini harus diperhitungkan dgn mengkalikan kebutuhan air dgn faktor
kehilanqan air.

1. Kehilangan air petak tersier


Pengalaman menunjukkan, biasanya kehilangan air dipetak tersier besarnya
antara 20 - 30 % atau effisiensi pengaliran air dipetak tersier adalah 70 - 80 %.
Dengan kata lain FT = Faktor Tersier adalah :
100 100
Efisiensi 80%  FT = --—— = 1,25 atau Efisiensi 70%  FT = --—— = 1,43
80 70

Untuk menghitung kebutuhan kotor air dlm petak tersier dengan cara
mengkalikan kebutuhan bersih air dipetak tersier kali faktor tersier. Contoh
perhitungan kebutuhan kotor air pada petak tersier T2 adalah:
 Kebutuhan bersih air dalam petak tersier T2 = 42,33 1/det.
 Faktor tersier 1,25
 Kebutuhan kotor dipintu tersier = 42,33 x 1,25 = 53 1/det.
6
2. Kehilangan air di saluran sekunder
Perkiraan kehilangan air disaluran sekunder besamya antara 10-20 % atau
effisiensi pengaliran adalah 80-90 %. Faktor kehilangan disaluran sekunder
atau FS = Faktor Sekunder adalah :
100 100
Efisiensi 90%  FS = —— = 1,11 dan Efisiensi 80%  FT = —— = 1,25
90 80

3. Kehilangan air di saluran Induk/Primer


Perkiraan kehilangan air di saluran Induk/Primer besarnya antara 5-10 %,
atau effisiensi penyaluran adalah 90-95 %. Faktor kehilangan Saluran
Induk/Primer atau Faktor Induk (Fl) adalah :
100 100
Efisiensi 95%  Fl = ——— = 1,055 atau Efisiensi 90%  Fl = ——-- = 1,11
95 90
Faktor Sekunder dan Induk digunakan kalau tidk mempunyai data kehilangan
air disaluran induk dan sekunder. Biasanya berdasarkan pengalaman atau
penelitian bisa diketahui angka kehilangan air per-bentang saluran.
PROSEDUR 7
Prosedur pembagian air adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan
secara terus menerus dan berulang tiap periode. Oleh karena itu
perlu sekali dibuat suatu mekanisme atau Prosedur untuk
pelaksanaannya.

Prosedur ini meliputi:


• Langkah-langkah
• Blanko-blanko
• Waktu pelaksanaan.

1. Langkah-langkah
•Ketua P3A mempersiapkan rencana tata tanam dlm petak tersier
sesuai dgn tahap pertumbuhan tanaman maupun jenis tanamannya.
•Ketua P3A menyampaikan data-data rencana tanam kpd Juru
Pengairan. Apabila Juru Pengairan mengelola satu sekunder yang
terdiri beberapa petak tersier, maka juru pengairan harus membuat
rekapitulasi data-data tersebut disampaikan ke Pengamat /UPTD.
• Utk DI Kecil, Pengamat/UPTD membuat rekapitulasi rencana tanaman
8
maupun rencana kebutuhan air dan melengkapi blanko-blanko yang
diperlukan. Setelah penjaga bendung melaporkan keadaan debit yang
tersedia di bendung, kemudian menghitung faktor-K.

• Utk DI Besar, Pengamat/UPTD menyampaikan rencana tanaman dan


rencana kebutuhan air di daerah kepengamatannya kepada Seksi/Dinas
Pengairan. Seksi/ Dinas Pengairan membuat rekapitulasi luas rencana
tanam maupun rencana kebutuhan air.

• Setelah debit tersedia di bendung dilaporkan ke Seksi/Cabang Dinas,


kemudian Seksi/Cabang Dinas menghitung faktor-K.

• Seksi/Cabang Dinas Pengairan menginformasikan faktor-K kepada


Pengamat/ Ranting Dinas Pengairan/Koordinator Pelaksana O&P.

• Juru/Mantri Pengairan menghitung jatah air untuk tiap-tiap pintu


sekunder maupun pintu tersier yang dikelolanya dan mencatat faktor-K
yang ditetapkan dikalikan kebutuhan kotor pada papan operasi;.
2. Blanko-blanko 9
Blanko-blanko yang digunakan dalam perencanaan pembagian air adalah:
 Blanko 04-0  Lap. keadaan air tanaman pada wilayah mantri/juru
 Blanko 05-0  Rencana kebutuhan air di pintu pengambilan
 Blanko 06-0  Pencatatan Debit Saluran
 Blanko 07-0  Rencana kebutuhan air di Jaringan utama
 Blanko 08-0  Pencatatan debit bangunan pengambilan/debit sungai
 Blanko 09-0  Perhitungan faktor-K.

3. Waktu Pelaksanaan
Agar pembagian air tepat, perlu diatur laporan mengenai tanaman dan
debit untuk keperluan perencanaan :
Ketua P3A membuat laporan tanaman tiap-tiap petak tersier sesuai tahap
pertumbuhan tanaman maupun jenis tanaman, dibuat pada blanko 04-0
setiap 15 (lima belas) hari sebelum pelaksanaan pembagian air.

Juru/Mantri Pengairan mengecek kebenarannya tentang laporan kadaan


tanaman yang dibuat oleh P3A tersebut, apakah sudah sesuai dengan
target areal tanam yang diputuskan oleh Panitia Irigasi. Pengecekan ini
dilakukan 4 hari sebelum pelaksanaan pembagian air.
10
 Untuk DI kecil, Juru/Mantri Pengairan membuat hitungan kebutuhan air
untuk tanaman pada blanko 05-0, tiap 3 hari sebelum pelaksanaan
pembagian air. Kemudian perhitungan tersebut disampaikan kepada
Pengamat/UPTD.

 Setiap tgl 15 atau akhir bulan ada rapat di Kantor Pengamat / UPTD
untuk membahas faktor-K dengan data penunjang yaitu blanko 04-0 s/d
09-0. Rapat dihadiri Juru/Mantri Pengairan dan dianjurkan menyertakan
wakil Petani/P3A untuk memastikan partisipasi para petani dalam hal ini.
Seusai rapat, juru/mantri pengairan harus mencatat faktor-K tsb pada
papan operasi.

 Untuk DI yang didalam koordinasi BPSDA, pembahasan faktor-K


mengikut sertakan koordinator pelaksana O&P BPSDA tersebut.
Sehingga kesepakatan yang diperoleh sudah memperoleh persetujuan
semua pihak yang terkait.
11

 Untuk DI yang besar, Pengamat/UPTD membuat perhitungan


rencana kebutuhan air untuk tanaman pada blanko 05 -0 setiap 3
(tiga) hari sebelum pelaksanaan pembagian air, setelah
perhitungan selesai disampaikan kepada Seksi/Cabang Dinas
Pengairan.

 Setiap tanggal 15 atau akhir bulan ada rapat di kantor Seksi/Dinas


untuk menentukan faktor K dengan data penunjang blanko 04-0
s/d 09-0. Rapat ini cukup dihadiri oleh Seksi dan Staf di Dinas
Pengairan dan Pengamat/UPTD. Setelah faktor-K ditetapkan,
Kepala UPTD Pengairan menginformasikan kepada masing-
masing Juru/Mantri Pengairan untuk dicatat pada papan operasi.
12
Contoh perhitungan pembagian air dengan memakai metode faktor-K.

Sekedar contoh adalah Daerah Irigasi Wadas, seluas 642 ha.


Lihat Lampiran 1 s/d 15 :

• Lampiran 1 : Skema Daerah Irigasi Wadas


• Lampiran 2 s/d 9: Blanko 04 (Laporan keadaan tanaman pada petak
tersier)
• Lampiran 10 : Blanko 05 (Rencana kebutuhan airdi pintu tersier)
• Lampiran 11 : Blanko 06 (Pencatatan debit saluran)
• Lampiran 12 : Blanko 07 (Rencana kebutuhan di jaringan utama)
• Lampiran 13 : Blanko 08 (Pencatatan debit sungai)
• Lampiran 14 : Blanko 09 (Perhitungan faktor-K)
• Lampiran 15 : Sirkulasi blanko operasi, pada kondisi air kurang (K<1)
1) Daerah Irigasi Wadas
Daerah Irigasi Wadas mempunyai data sebagai berikut: 13
• 8 petak tersier dengan luas :
T1 = 94 ha T5 = 112 ha
T2 = 83 ha T6 = 53 ha
T3 = 64 ha T7 = 62 ha
T4 = 78 ha T8 = 96 ha

•Rencana tata tanam di musim kemarau, yang ditetapkan oleh


Pemerintah atas dasar usulan petani :
Padi ijin = 256 ha
Palawija = 316 ha
Bero = 70 ha (tak ditanami) Total = 642 ha

•Kehilangan air disaluran tersier  Faktor Tersier untuk setiap petak


tersier, diambil sama, yaitu = 1,25

•Kehilangan air di saluran induk/sekunder, berdasarkan pengalaman /


evaluasi tahun sebelumnya adalah sebagai berikut:
- Saluran AB = ± 25 l/dt
- Saluran BE = ± 20 l/dt
- Saluran CD = + 30 l/dt
2) Blanko. 04
Pada periode tanggal 15 s/d 30 April 2007 diperkirakan 14
terdapat tanaman sebagai berikut:
T1 = 94 ha, dengan tanaman :
- Padi (b) = 37 ha
- Palawija (a) = 52 ha
- Gadu tak ijin = 5 ha

T2 = 83 ha, dengan tanaman :


- Padi (a) = 5 ha
(b) = 28 ha
- Palawija (a) = 38 ha
- Gadu tak ijin = 5 ha

T3 = 64 ha, dengan tanaman :


- Padi (a) = 5 ha
(b) = 21 ha
- Palawija (a) = 28 ha

T4 = 78 ha, dengan tanaman :


- Padi (b) = 31 ha
- Palawija (a) = 32 ha
- Gadu tak ijin (a) = 11 ha
T5 = 112 ha, dengan tanaman :
- Padi (a) = 5 ha 15
(b) = 40 ha
- Palawija (a) = 44 ha
T6 = 53 ha, dengan tanaman :
- Padi (a) = 10 ha
(b) = 11ha
- Palawija (a) = 27 ha
T7 = 62 ha, dengan tanaman :
- Padi (b) = 25 ha
- Palawija (a) = 21 ha
- Gadu tak ijin (a) = 10 ha
T8 = 96 ha, dengan tanaman :
- Padi (a)= 10 ha
(b) = 28 ha
- Palawija (a) = 43 ha
Total T1 sampai dengan T8
- Σ Padi = 256 ha
- Σ Palawija = 285 ha
- Σ Gadu tak ijin = 31 ha
Data tanaman ini dihimpun dengan blanko 04 (lihat Lampiran 2 s/d 9)
3) Blanko 05 16
Untuk menghitung kebutuhan air dipintu tersier, digunakan blanko 05 (lihat
Lampiran 10) Hingga diperoleh kebutuhan air disetiap pintu tersier sebagai
berikut:
- T1 = 60,68  61 l/dt
- T2 = 52,91  53 l/dt
- T3 = 39,85  40 l/dt
- T4 = 49,06  49 l/dt pintu C = 155 l/det
- T5 = 66,04  66 l/dt
- T6 = 35,87  36 l/dt
- T7 = 38,18  38 l/dt pintu B = 134 l/det
- T8 = 59,94  60 l/dt

Contoh perkalian pada Petak Tersier: T2


Kebutuhan netto (disawah) =
5 x 1,125 + 28 x 0,850 + 43 x 0,300 = 5,63 + 23,80 + 12,90 = 42,33 l/dt

Faktor tersier = 1 ,25


Kebutuhan di pintu tersier = 1,25 x 42,33 = 52,91, dibulatkan 53 l/dt
17
4) Blanko 06
Periode sebelumnya (tgl 1-15 April 2007), dicatat debit tiap pintu tersier
gunakan blanko 06. Disamping data debit, juga dicatat keadaan pintu
ukur (rusak/baik). Data debit ini penting untuk menghitung evaluasi
pembagian air dikemudian hari, maka akan diketahui berapa angka
kehilangan air (Operation and Conveyance Losses) di saluran
induk/sekunder.

5) Blanko 07
Untuk menghitung kebutuhan air di jaringan utama, digunakan blanko 07
Hingga diperoleh (untuk periode 16 s/d 30 April 2007) :
• Q diperlukan di pintu (B) = 154 l/dt
• Q diperlukan di pintu (C) = 185 l/dt
• Q diperlukan di pintu (A) = 478 l/dt

6) Blanko 08
Debit air yang tersedia di sungai, bisa ditulis pada blanko 08 (lihat
Lampiran13). Terdapat :
Q tersedia pada tanggal 10 s/d 15 April 89 = 374 l/dt
18
7) Blanko 09 Perhitungan Faktor-K

Perhitungan faktor-K, bisa dicari dengan blanko 09 terlihat sbb:


- Total kebutuhan di pintu tersier = 403 l/dt
- Total kehilangan air di saluran induk/sekunder = 75 l/dt
- Debit tersedia di bendung = 374 l/dt

Jadi Faktor K = 374-75 = 299 = 0,741 5 < 0,75


403 403
Penjelasan
Faktor K = Faktor Koreksi = Faktor Pemerataan
• Q tersedia di bendung = 374 l/dt
• Q hilang di saluran = 75 l/dt
• Q tersedia di pintu tersier = 374-75 = 299 l/dt
• Q diperlukan di pintu tersier = 403 l/dt
• Koreksi (faktor K) = 299 = 0,75
403
19
8) Debit Diberikan
Debit yang akan diberikan ke tiap pintu tersier
(periode 16 s/d 30 April 2007) adalah sebagai berikut :
Q diberikan = Q diperlukan x Faktor K
(Qi = Q dip x K) :
• Qi (T1) = 61 x 0,75 = 45,75  46 l/dt
• Qi (T2) = 53 x 0.75 = 39,75  40 l/dt
• Qi (T3) = 40 x 0,75 = 30,00  30 l/dt
• Qi (T4) = 49 x 0,75 = 36,75  37 l/dt
• Qi (T5) = 66 x 0,75 = 49,50  49 l/dt
• Qi (T6) = 36 x 0,75 = 27,00  27 l/dt
• Qi (T7) = 38 x 0,75 = 28,50  28 l/dt
• Qi (T8) = 60 x 0,75 = 45,00  45 l/dt
Total Qi (T) = 302 l/dt
20
Kontrol:

• Total Q1 (T1 s/d T8) = 302 l/dt


• Kehilangan di induk/sekunder = 25 + 20 + 30 = 75 l/dt
• Q diperlukan di bendung = 302 + 75 = 377 l/dt
• Q tersedia di bendung = 374 l/dt berbeda = 3 l/dt
• Ada perbedaan sedikit (3 l/dt), ini disebabkan karena adanya
pembulatan angka.
• Faktor-K sebenarnya 0,7419 lalu dibulatkan menjadi 0,75
• Kalau dipakai faktor- K = 0,74 sebagai berikut:

ΣQi (T) = 0,74 x 302 = 297,9 = 298 l/dt


0.75

• Kehilangan di induk/sekunder = 75 l/dt


• Q diperlukan dibendung = 298 l/dt x 75 l/dt = 373 l/dt
• Q tersedia di bendung = 374 l/dt

Hasilnya hampir sama


21

9) Sirkulasi Bianko

Dapat dilihat mengenai sirkulasi blanko operasi. Seluruh blanko


operasi ada 12 buah terbagi menjadi:

• Blanko 01 s/d 03 = untuk persiapan operasi


(dibuat 1x setiap tahun)

• Blanko 04 s/d 09 = untuk pelaksanaan operasi


(dibuat 1 x setiap 15 hari)

• Blanko 10 s/d 12 = untuk evaluasi


(dibuat 1 x setiap tahun)
22

Burung Irian
Burung Cendrawasih

Sekian
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai