Anda di halaman 1dari 9

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Kaidah ketiga
‫المشقة تجلب التيسير‬
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kelompok 6:

Andre Setiawan (934122219)


Ladhe Vio Prayayang Putra (934122719)
Alaina Fadlilatul Muna (934123019)
A. Pengertian al masyaqqah tajlibut taysir
al-masyaqqah menurut ahli bahasa adalah at-ta’ab yaitu kelelahan, kepayahan,
kesulitan, dan kesukaran. Sedangkan at-taysir secara etimologis berarti kemudahan.
Jadi makna dari kaidah tersebut kesulitan menyebabkan kemudahan. Maksudnya
adalah bahwa hukum-hukum yang ada dalam penerapannya menimbulkan kesulitan
dan kesukaran bagi mukallaf (subjek hukum), sehingga syariah meringankannya
sehingga mukallaf mampu melaksanakannya tanpa kesulitan dan kesukaran.
B. Klasifikasi kesulitan

1Kesulitan Mu’tadah

Kesulitan mu’tadah adalah kesulitan yang alami, dimana manusia mampu mencari jalan
keluarnya sehingga ia belum masuk dalam keterpaksaan.

2
Kesulitan Ghairu Mu’tadah
Kesulitan ghairu mu’tadah adalah kesulitan yang tidak pada kebiasaan, dimana manusia
tidak mampu memikul kesulitan itu, karna jika ia melakukannya niscaya akan merusak diri
dan memberatkan kehidupannya, dan kesulitan-kesulitan itu bisa diukur oleh kriteria akal
sehat, syariat sendiri serta kepentingan yang dicapainya. Kesulitan ini diperbolehkan
menggunakan dispensasi (rukhsah).
C. Bentuk-Bentuk Keringanan dalam Kesulitan
1. Takhfif Isqath, yaitu keringanan dalam bentuk penghapusan. Seperti tidak shalat bagi wanita yang sedang menstruasi atau
nifas. Tidak wajib haji bagi orang yang tidak mampu (istitha’ah).

2. Takhfif Tanqish, yaitu keringanan berupa pengurangan. Seperti shalat qashar 2 raka’at yang asalnya 4 raka’at.

3. Takhfif Abdal, yaitu peringanan yang berupa penggantian. Seperti wudhu atau mandi diganti dengan tayamum, atau berdiri
waktu shalat wajib diganti duduk dikarnakan sakit.

4. Takhfif Taqdim, yaitu keringanan dengan cara didahulukan. Seperti jama’ taqdim bagi yang sedang bepergian yang
menimbulkan masyaqqah dalam perjalanan.

5. Takhfif Ta’khir, yaitu keringanan dengan cara diakhirkan. Seperti jama’ ta’khir bagi orang yang bepergian yang
menimbulkan mashaqqah dalam perjalanan.

6. Takhfif Tarkhis, yaitu keringanan karna ruhkshah. Seperti makan dan minum yang diharamkan dalam keadaan terpaksa,
sebab bila tidak, bisa membawa kematian.

7. Takhfif Taghyir, yaitu keringanan dalam bentuk berubahnya cara yang dilakukan. Seperti shalat pada waktu khauf
(kekhawatiran, misal pada waktu perang.
D. Kaidah-kaidah yang berkaitan dengan kondisi menyulitkan.

‫اذا ضاق االمر لتسمع واذا لتسمع االمر ضاق‬


“apabila suatu perkara itu sempit maka hukumnya menjadi luas, sebaliknya jika
01 suatu perkara itu luas maka hukumnya menjadi sempit”.
Misalnya boleh berbuka puasa (membatalkan) pada bulan ramadhan ketika sakit
atau bepergian jauh.

‫اذا تعذر االصل يصار الى المبدل‬


“apabila yang asli sukar dikerjakan maka berpindah kepada penggaMisalnya
orang tayamum sebagai penggantintinya”
02
wudhu. Jika orang yang meminjam suatu bendakemudian benda itu hilang, maka
penggantinga adalah buku yang sama baiknya atau diganti harga buku tersebut
dengan harga pasaran.

‫ما ال يمكن التحرز منه معفو عنه‬


“ apa yang tidak munkin menjaganya (menghindarkannya), maka hal itu
03 dimaafkan”
Misalnya pada waktu berpuasa kita berkumur-kumur, maka tidak mungkin
terhindar dari rasa air dimulut atau masih ada sisa-sisa.
‫الرخص التناط باالمعاصى‬
“keringanan itu tidak dikaitkan dengan kemaksiatan”.
Kaidah ini digunakan untuk menjaga agar keringanan didalam hukum tidak
disalahgunakan untuk melakukan kemaksiatan. Misalnya orang yang bepergian untuk
04 berjudi lalu kehabisan uang dan kelaparan kemudian ia makan daging babi, maka dia
tidak dipandang sebagai orang yang menggunakan rukhshah, tetapi tetap berdosa
dengan makan daging babi tersebut. Lain halnya dengan orang yang bepergian
dengan tujuan yang dibolehkan dalam islam.

‫اذا تعذرت الحقيقة يصار الى المجاز‬


“ apabila suatau kata sulit diartikan dengan arti yang sesungguhnya, maka kata
tersebut berpindah artinya kepada arti kiasan”.
05 Misalnya seseorang berkata: “ saya wakafkan tanah saya ini kepada anak kiai
ahmad”. Padahal semua sudah tahu bahwa anak kiai ahmad sudah meninggal,
yang ada hanyalah cucunya, yaitu kata kiasannya, bukan kata sesungguhnya.
Sebab tidak mungkin mewakafkan kepada oranag yang sudah meninggal dunia.

‫اذا تعذر اعمال الكالم يهمل‬


“ apabila sulit mengamalkan suatu perkataan, maka kata sulit tersebut
ditinggalkan”.
06 Mislanya seseorang menuntut warisannya dan mengakui bahwa dia adalah anak
dari orang yang meninggal. Kemudian setelah diteliti, dia lebih tua dari pada
orang yang telah meninggal yang diakuinya sebagai ayahnya. Maka perkataan
orang tersebut ditinggalkan dalam arti tidak diakui perkataannya.
‫ االبتداء‬J‫ام ما ال يغتفر في‬J‫يغتفر في الدو‬
“bisa dimaafkan pada kelanjutan perbuatan dan tidak bisa dimaafkan pada
permualaanya”.
07 Misalnya orang yang menyewa rumah yang diharuskan membayar uang muka oleh
pemilik rumah. Apabila sudah habis pada waktu penyewaan dan dia ingin
memperbarui dalam arti melanjutkan sewaannya, maka ia tidak perlu membayar uang
muka lagi.

‫يغتفر في االبتداء ما ال يغتفر في الدوام‬


“ dimaafkan pada permulaan tapi tidak dimaafkan pada kelanjutannya”.
08 Misalnya seseorang yang baru masuk islam minum minuman keras karena
kebiasaanya sebelum masuk islam dan dia tidak tau bahwa minuman semacam itu
diharamkan. Maka orang tersebut dimaafkan untuk permulaanya karna
ketidaktahuannya.

‫يغتفر في التوابع ما ال يغتفر في غيرها‬


“ dapat dimaafkan pada hal yang mengikuti dan tidak dimaafkan pada yang lainnya”.
09 Misalnya penjual boleh menjual kembali karung bekas tempat beras, karna karung
mengikuti kepada beras yang dijual. Demikian juga boleh mawakafkan kebun yang
sudah rusak tanamannya karna tanaman mengikuti tanah yang diwakafkan.
‫‪Terima Kasih‬‬
‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai