Anda di halaman 1dari 15

IV.

SENYAWA RADIOLABELING

Pada tahun akhir-akhir ini penggunaan senyawa berlabel dengan radionuklida tumbuh
cepat dalam medikal, biokimia dan bidang lain yang sesuai.
Dalam bidang medikal, senyawa berlabel dengan emisi β- terutama ditekankan pada
eksperimen in vitro dan pengobatan terape- tik, dimana label tersebut dengan radio
nuklida emisi- secara luas digunakan.
Yang akhir ini terutama digunakan untuk vivo imaging dari berbagai organ.
Dalam senyawa radio berlabel, atom-atom gugus atom dari molekul disubstitusikan
dengan atom atau gugus atom radioaktif yang sama atau berbeda, atau kation tertentu
dikhelatkan dengan beberapa molekul karier.
Labeling dapat dikerjakan dengan isotop dari elemen yang sama atau elemen yang
berbeda. Dalam beberapa proses labeling, variasi dari kondisi fisiko kimia dapat
digunakan untuk mencapai macam spesifik dari labeling.
Eksperimen dapat di desain untuk melabel posisi spesifik dalam molekul kompleks,
seperti dalam I — berlabel 19-iodo kolesterol, di mana
131 131
I terikat pada atom karbon
19 dari molekul steroid.
Berbagai faktor seperti temperatur, cahaya, radio lisis, dsb, dapat mempengaruhi hasil
labeling dari senyawa.
Metoda yang berbeda dari labeling dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dibicarakan di bawah.

METODA LALEBLING
Terutama ada 5 teknik utama digunakan dalam pembuatan senyawa berlabel untuk
penggunaan klinik.

Reaksi pertukaran isotop


Dalam reaksi ini, satu atau lebih atom dalam molekul diganti oleh isotop dari elemen
yang sama yang mempunyai jumlah massa yang berbeda.
Selama radio berlabel dan molekul induk identik kecuali untuk efek isotop, mereka
diharapkan mempunyai sifat kimia dan biologis yang sama.
Misalnya 1 berlabel triiodo tironin (T3),
131 131
1 berlabel tiroksin (T4) dan 14
C-, 32
S- dan
Hsenyawa berlabel. Reaksi labeling ini refersibel dan sangat berguna untuk labeling
3

iodin mengandung material dengan isotop iodine dan untuk labeling beberapa senyawa
dengan tritium.

Universitas Gadjah Mada


Tabel 6-1 General methods of radiolabeling

Introduksi label pada yang lain


Dalam tipe labeling ini, radionuklida disatukan dalam molekul yang mempunyai
peranan biologik yang diketahui, terutama dengan pembentukan ikatan kovalen atau
koordinat kovalen. Pembubuhan radio-nuklida adalah asing terhadap molekul dan tidak
melabelnya dengan pertukaran salah satu isotopnya. Beberapa contoh Tc-albumin
99m

berlabel, 99m
TcDTPA, 51
Cr-berlabel sel merah darah dan beberapa protein dan enzim
teriodinasi.
Stabilitas in vivo dan material menjadi tak tentu dan seseorang hams diberi peringatan
tentang dan beberapa penghapusan dalam sifat kimia dan biologis dari senyawa
berlabel. Dalam beberapa contoh, radionuklida analog secara kimia dapat di
substitusikan untuk atom yang telah ada dalam molekul, misalnya75Sc
dapat mengganti sulfur metionin untuk mem-bentuk 75Sc selenometionin.

Biosintesis atau sintesis kimia


Dalam biosintesis, organisme hidup tumbuh dalam kultur media yang mengandung
kelumit radioaktif. Kelumit disatukan dalam metabolit yang dihasilkan oleh proses
metabolik dari organisme, dan metabolit kemudian dipisahkan secara kimia. Misalnya,
Vit B12 dilabel dengan 60
Co atau 57
Co dengan menambahkan kelumit kedalam kultur
media di mana organisme streptomyces gricecus ditumbuhkan. Contoh lain dari
biosintesis termasuk 14
C berlabel karbohidrat, protein, dan lemak dan 75Sc-

Universitas Gadjah Mada


selenometionin.

Recoir labeling
Metoda ini kurang menarik sebab tidak digunakan pada skala besar untuk labeling.
Dalam reaksi nuldear, bila partikel diemisikan dari nukleus, recoir atom diproduksi yang
dapat membentuk ikatan dengan molekul lain yang ada dalam material target. Energi
tinggi dari recoir atom menghasilkan basil yang sedikit dan maka aktivitas spesifik
rendah dari produk yang berlabel.
Beberapa senyawa yang tritiated dapat dibuat dalam reaktoir dengan 6Li (n, α) 3H
reaksi. Senyawa yang dilabel dicampur dengan garam litium dan diiradiasi dalam
reaktor.
Tritium yang dihasilkan dari reaksi di atas kemudian akan melabel senyawa, terutama
dengan mekanisme pertukaran isotop, dan kemudian senyawa berlabel di pisahkan.

Excitation labeling
Metoda ini dari labeling yang memerlukan keutamaan radioaktif dan pembentukan ion
anak reaktif tinggi dalam proses peluruhan nuklir. Selama peluruhan 13 atau penang-
kapan elektron, ion bermuatan energetik diproduksi yang mampu labeling beberapa
senyawa. Krypton-77 meluruh menjadi 77
Br dan, bila senyawa yang akan dilabel
diekspos pada Kr, kemudian ion
77 77
Br energetik melabel senyawa untuk membentuk
senyawa berbrominasi. Hal yang sama, beberapa protein telah di iodinasi dengan I
123

dengan mengeksposnya menjadi 123


Xe, dengan peluruhan menjadi I. Dengan
123

metoda ini hasilnya umumnya kecil.

FAKTOR PENTING DALAM LABELING


Mayoritas radiofarmasetik digunakan dalam praktek klinik secara relatif mudah untuk
membuat dalam ionik, koloidal, makroagregat, atau bentuk khelat, dan beberapa dapat
dibuat menggunakan kit yang ada dalam perdagangan.
Beberapa faktor problematik yang mempengaruhi integritas senyawa berlabel harus
diingat. Faktor-faktor ini diterangkan secara singkat sebagai berikut.

Universitas Gadjah Mada


Efisiensi dari proses labeling
Hasil labeling tinggi selalu diharapkan, walaupun ini mungkin tidak memenuhi untuk
semua hal. Hasil yang lebih tinggi adalah, metoda yang lebih baik dari labeling. Maka
hasil yang lebih rendah kadang-kadang dapat diterima bila produk murni dan tidak
dirusak oleh metoda labeling, biayanya kecil dan tidak ada metoda labeling yang baik.

Stabilitas kimia dari produk


Stabilitas dihubungkan dengan tipe dari ikatan antara radionuklida dan senyawa.
Senyawa dengan ikatan asosiasi sexing talc stabil, dimana dengan ikatan kovalen
secara relatif stabil dibawah berbagai kondisi fisiko kimia. Konstante stabilitas dari
produk berlabel harus besar untuk stabilitas yang lebih besar.

Denaturasi atau penghapusan


Struktur dan atau sifat biologis dari senyawa berlabel dapat dihilangkan oleh berbagai
kondisi fisiko kimia selama prosedur labeling. Misalnya, protein didenaturasi oleh
panas, pH dibawah 2 dan di atas 10 dan oleh kelebihan iodinasi, dan sel darah merah
di denaturasi oleh panas.

Efek isotop
Efek isotop menghasilkan sifat fisik yang berbeda (dan mungkin biologis) disebabkan
karena perbedaan berat isotop. Misalnya, dalam senyawa tritiated, atom H diganti oleh
atom 3H dan perbedaan dalam jumlah massa dari 3H dan H bisa menghilangkan sifat
dari senyawa berlabel. Telah dijumpai bahwa sifat fisiologik dari tritiated air berbeda
dari air normal dalam badan.
Mungkin efek isotop tidak serius bila isotop lebih besar.

Keadaan karier-bebas
Radiofarmasetik cenderung untuk diabsorpsi pada alat gelas bila mereka dalam
keadaan karier fri. Konsentrasi molar dari senyawa karier-fri adalah pada jarak nano
molar atau kurang, dan ini sangat sukar untuk mempelajari sifat kimianya pada
konsentrasi serendah itu. Teknik telah dikembangkan dimana hasil labeling tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi rendah dari kelumit dalam karier-fri state.

Universitas Gadjah Mada


Kondisi penyimpanan
Beberapa senyawa berlabel mudah dikomposisi pada temparut tinggi. Protein dan zat
warna berlabel terdegradasi oleh panas dan maka dari itu hams disimpan pada
temperatur yang tepat; Misalnya albumin hams disimpan dalam refrigerator. Cahaya
juga merusak beberapa senyawa berlabel, dan mereka hams disimpan dalam gelap.
Hilangnya kelumit karier-fri oleh adsorpsi pada dinding wadah dapat dihindari dengan
menggunakan vial silicon-coated.

Aktivitas spesifik
Ini di definisikan sebagai aktivitas per gram dari material berlabel dan telah di
diskusikan pada bab 3.Dalam beberapa contoh, aktivitas spesifik tinggi dipersyaratkan
dalam aplikasi senyawa radiolabel dan metoda yang sesuai harus digunakan untuk ini.
Yang lain, aktivitas spesifik tinggi dapat menyebabkan lebih radiolisis pada senyawa
berlabel dan hams dihindarkan.

Radiolisis
Banyak senyawa berlabel terdekomposisi oleh radiasi yang diemisi oleh radionuklida
yang ada padanya. Macam dari dekom-posisi ini disebut radiolisis.
Aktivitas spesifik yang lebih tinggi, efek radiolisis lebih besar. Bila ikatan kimia pecah
oleh radiasi dari molekulnya sendiri, proses ini disebut autoradiolisis. Radiasi juga bisa
dikompos solven, menghasilkan radikal bebas yang dapat memecah ikatan kimia dari
senyawa berlabel; proses ini adalah radiolisis tak langsung.
Misalnya, radiasi dari molekul berlabel dapat dekompos air untuk menghasilkan
hidrogen air peroksida atau radikal bebas per hidroksil, yang kemudian mengoksidasi
molekul berlabel lain. Untuk membantuk mencegah radiolisis talc langsung, pH dari
solven hams netral, sebab banyak reaksi dari nature ini dapat terjadi pada alkali atau
pH asam.
Waktu parch dari radionuklida lebih panjang, radiolisis lebih ekstensif, dan radiasi lebih
energetik, radiolisis lebih besar. In essence radiolisis memberikan sejumlah
ketidakmurnian radiokimia dalam material berlabel dan orang hams hati-hati mengenai
produk tak diinginkan ini.

Universitas Gadjah Mada


Kemurnian dan analisis
Kotoran radionuklidik adalah kontaminasi radioaktif yang timbul dari metoda produksi
radionuklidik. Fission sepertinya untuk membuat lebih pengotor dari pada reaksi
nuklear dalam Cyclotron atau reaktor sebab ada beberapa model dari Fission dari
nuklei berat. Target pengotor juga ditambahkan untuk pada kontaminan radionuklidik.
Penghilangan kontaminan radioaktif dibarengi dengan berbagai metoda pemisahan
kimia, umumnya pada keadaan produksi radionuklidik.

Shelf
Senyawa berlabel mempunyai shelf selama is dapat digunakan aman untuk maksud
yang dituju. Kehilangan efikasi dari senyawa berlabel pada perioda waktu bisa
dihasilkan dari radiolisis dan tergantung pada waktu pasuh fisik dari radionuklida,
solven, beberapa aditif, molekul berlabel, natur dari emisi radiasi, dan natur dari ikatan
kimia antara pemberian radionuklida dan senyawa berlabel. Umumnya periode dari 3
waktu paruh fisik atau maksimum 6 bulan dinyatakan sebagai limit untuk waktu paruh
dari senyawa berlabel.

METODA SPESIFIK DARI LABELING


Dalam kedokteran nuklir, 2 atau lebih sering digunakan radionuklida adalah 99m
Tc dan
131
I. Senyawa berlabel 99m
Tc mengandung korang lebih 80% dari semua
radiofarmasetik digunakan dalam kedokteran nuklir, sedangkan senyawa berlabel 131
I
sejumlah sekitar 15% dan nuklida lain sisanya. Maka dari itu hanya iodinasi dan 99m
Tc-
labeling akan didiskusikan.

Iodinasi
Iodinasi telah digunakan secara ekstensif sebagian besar dari labeling senyawa dari
kedokteran dan biologi. Iodine adalah elemen metalik termasuk halogen golongan VIIA.
Nomor atom adalah 53 dan isotop stabilnya adalah 127
I.
Sejumlah radioisotop iodine umumnya digunakan untuk radioiodinasi, dan klinik penting
ini ditampilkan pada tabel 3-1. Dari semua isosotp iodine, 123
lodine lebih baik untuk
prosedur diagnostik in vivo sebab dia mempunyai waktu paruh yang baik (13 jam) dan
energi futon (159keV) dan penggunaannya melibatkan dosis radiasi rendah pada
pasien.
Ini adalah isotop produksi Cyclotron dan maka dari itu agak mahal. Isotop 123
I
umumnya banyak digunakan untuk produksi antigen RIA dan senyawa lain untuk

Universitas Gadjah Mada


prosedur in vitro dan mempunyai kemajuan untuk waktu paruh panjang (60 hari) dan
tidak ada emisi partikel. Maka, energi rendahnya (27-35 keV) futon mem-buatnya tak
stabil untuk in vivo imaging.
Isotop I banyak digunakan dalam kedokteran klinik, terutama untuk studi in vivo,
131

sebab mempunyai waktu paruh 8 hari dan 364 keV futon. Maka, emisi 13 memberikan
dosis radiasi lebih besar pada pasien dari pada 123I. Waktu paruh pendek (2,3 jam) dan
energi emisi sinar  dari 1321 membatasi penggunaannya dalam studi klinik.

Metoda Iodinasi
Iodinasi dari molekul terutama diatur oleh keadaan oksidasi dari iodine. Dalam bentuk
teroksidasi, iodine terikat kuat pada molekul aromatik, dimana dengan iodida dalam
bentuk tereduksi, tidak terjadi ikatan signifikan pada beberapa tipe molekul.
pH untuk iodinasi bisa bervariasi dari 6-9, walaupun untuk iodinasi dari protein hams
selalu pH alkali. Temperatur dan durasi ionisasi tergantung pada tipe dari senyawa
yang diiodinasi dan metoda iodinasi yang digunakan. Lima metoda iodinasi diterangkan
di bawah :

Metoda triiodida
Metoda ini terutama terdiri dari penambahan radioiodine pada senyawa yang dilabel
dengan adanya campuran dari iodine dan potasium iodida.

Di mana R adalah senyawa organik yang dilabel. Dalam hal labeling protein dengan
metoda ini, terjadinya denaturasi dari protein minimum, tetapi hasilnya rendah,
umumnya sekitar 10% - 30%. Sebab adanya iodine dingin, aktivitas spesifik dari produk
berlabel menurun.

Metoda Iodine monoklorida


Dalam metoda ini radioiodine pertama disetimbangkan dengan 127
I dalam diiodine
monoklorida dalam HC1 encer, dan kemudian campuran ditambahkan langsung pada
senyawa yang dilabel pada pH dan temperatur yang spesifik. Hasil dari 50%-80% bisa
dicapai dengan proses ini. Bagaimanapun, iodine dingin dari iodine monoklorida dapat
dimasukkan dalam molekul, yang menurunkan aktivitas spesifik dari senyawa berlabel,
dan hasil menjadi tak dapat diprediksi tergantung pada jumlah iodine monoklorid yang
ditambahkan.

Universitas Gadjah Mada


Metoda kloramin-T
Kloramin T adalah garam sodium dari N-monokloro-p-toluen sulfonamida dan adalah
agen oksidasi lunak
Dalam metoda iodinasi ini, pertama senyawa yang dilabel dan kemudian kloramin T
ditambahkan pada larutan 131
1- sodium iodida. Kloramin T mengoksidasi iodida
menjadi spesies iodine yang reaktif, yang kemudian melabel senyawa yang dilabel.
Selama iodine dingin tidak dibutuhkan untuk diintroduksikan, senyawa aktivitas spesifik
tinggi bisa didapat dengan metoda ini dan efisiensi labeling bisa sangat tinggi (~
100%). Maka, kloramin T adalah senyawa sangat reaktif dan dapat menyebabkan
denaturasi protein. Kadang-kadang oksidan yang lebih lunak seperti sodium nitrit dan
sodium hipoklorid dapat digunakan sebagai pengganti kloramin T.
Metoda ini dan metoda iodine monoklorid banyak digunakan dalam iodinasi dari
berbagai senyawa.

Metoda elektrolitik
Banyak asam amino dan protein dapat di radioiodinasi dengan metoda ini, yang terdiri
dari elektrolisis dari campuran radioiodida dan material yang dilabel.
Dalam sel elektrolitik, kompartemen anoda dan katoda dipisahkan dengan kantong
dialisis yang mengandung katoda yang dicelupkan dalam satin, dimana kompartemen
anoda mengandung campuran elektrolit. Elektrolisis melepaskan iodine reaktif, yang
melabel senyawa. Pelepasan lambat dan steady dari iodine menyebabkan iodinasi
uniform dari senyawa, dan dengan adanya beberapa karier iodine, labeling
menghasilkan hampir 80% bisa dicapai.

Metoda enzimatik
Dalam iodinasi enzimatik, enzim, seperti laktoperoksidase dan kloroperoksidase, dan
sejumlah nanomolar dari H2O2 (hidrogen peroksida) ditambahkan pada campuran
iodinasi yang mengandung radioiodine dan senyawa yang dilabel. Hidrogen peroksida
mengoksidasi iodida untuk membentuk iodine reaktif, yang merubah iodinasi senyawa.
Denaturasi dari protein atau penghilangan dalam molekul organik adalah kecil sebab
hanya ditambahkan konsentrasi kecil dari hidrogen peroksida. Hasil dari 60%-85% dan
aktivitas spesifik tinggi bisa didapat dari metoda ini. Metoda ini adalah paling lunak dan
banyak digunakan dalam iodinasi dari beberapa protein dan hormon.

Universitas Gadjah Mada


Senyawa radioiodinasi
Setelah radioiodinasi residu bebas iodine dihilangkan dengan ekstraksi karbon
tetraklorida, presipitasi, pertukaran anion, gel viltrasi, atau dialisis; Metoda pilihan
tertentu tergantung pada senyawa iodinasi. Banyak senyawa iodinasi dapat disterilkan
dengan autoclav, tetapi sterilisasi protein berlabel harus dikerjakan dengan viltrasi
Millipore sebab autoclav mendenaturasi protein.
Umumnya, iodine mengikat kuat dan ireversibel pada senyawa aromatik, tetapi
ikatannya pada senyawa alifatik agak tak stabil. Pada protein, prinsip tempat ikatan
adalah pada gugus tirosil dan selanjutnya tempat yang sangat penting adalah cincin
imidazol dari histidin. Iodine juga mengikat dengan gugus amino dan sulfhidril, tetapi
reaksi ini reversibel .
Asam lemak alifatik tak jenuh parsial dan lemak netral (misalnya asam oleat dan
triolein) bisa dilabel dengan radioiodine. Maka, iodinasi memecah ikatan rangkap pada
molekul ini dan jadi menghilangkan sifat kimia dan mungkin biologik dari senyawa ini.
Berbagai contoh dari senyawa radioiodinasi adalah 123
I atau I berlabel albumin serum
131

manusia vibrinogen, insulin, globulin, dan beberapa hormon dan enzim.


Albumin serum manusia berlabel dengan 131
I banyak digunakan untuk tumor otak dan
gambaran Pool darah. I — rose bengal untuk scaning liver, dan
131 131
I MAA untuk
scaning paru-pare.
The major drawback dari 131
I senyawa berlabel adalah dosis radiasi tinggi pada pasien.
Dengan kenaikan availabilitas dari senyawa 99m
Tc berlabel, penggunaan senyawa
iodinasi dalam kedokteran nuklir telah menurun.
Senyawa radioiodinasi tertentu akan terus digunakan dengan baik secara luas,
misalnya radioiodinasi fibrinogen untuk deteksi thrombus, 19-iodokolesterol dalam
scaning adrenal, dan rose bengal dalam evaluasi dari fungsi sel poligonal liver, dan
beberapa senyawa radioiodinasi untuk prosedur RIA. Radiasi karakteristik dari 123
I

sangat baik untuk in vivo, dan dengan kenaikan availabilitas banyak 123
I —
radiofarmasetik dapat dibuat untuk pemakaian klinik, terutama dalam kedokteran nuklir.

Universitas Gadjah Mada


Labeling dengan 99mTc
Sifat umum dari Technetium
Seperti yang diterangkan di muka hampir 80% dari semua radiofarmasetik yang
digunakan dalam kedokteran nuklir adalah senyawa berlabel Tc. Alasan dari posisi
99m

utama dari Tc dalam penggunaan klinik adalah sangat baiknya karakteristik fisik dan
99m

radiasinya.
Waktu parch fisik 6 jam, dan tidak adanya radiasi 13, mengijinkan pemberian sejumlah
milicurie radioaktifitas Tc tanpa dosis radiasi signifikan terhadap pasien. Sebagai
99m

tambahan, foton monokromatik 140-KeV siap terkolimasi memberikan gambaran


resolusi spasial superior. Selanjutnya, 99m
Tc tersedia dalam steril, bebas pirogen,
keadaan bebas karier dari generator 99m
Mo- 99m
Tc.
Walaupun sifat fisik atau 99m
Tc sangat ideal dalam gambaran radionuklida, tetapi sedikit
diketahui tentang kimianya, walaupun perkembangan selanjutnya dari bidang ini telah
di perluas.
Banyak senyawa berguna telah dilabel dengan 99mTc, yang secara relatif kecil atau tidak
ada, pengetahuan dari tempat ikatan dari technetium, tipe dari ikatan yang
terlibat, atau keadaan valensi dari technetium dalam senyawa. Seperti kimia dari 99m
Tc
adalah kompleks dan kurang di mengerti, ini adalah entrik dan subyek tantangan untuk
penelitian dengan ahli kimia radiofarmasetik maka dari itu teknik yang terbaru dan
tersederhana bisa dikembangkan untuk penyediaan senyawa berlabel Tc yang
99m

berguna dan stabil. Technetium adalah logam transisi termasuk dalam group VII B (Mn,
Tc, dan Re) dan mempunyai nomer atom 43. Tidak ada isotop stabil dari technetium
berada di alam. Keadaan valensi yang paling stabil adalah 7+ dan 4+, dimana keadaan
valensi dari 2+, 3+, 5+, dan 6+ adalah tak stabil dan sukar didapat.
Ion per technetate Tc04 mempunyai valensi 7+ untuk 99m
Tc, adalah bentuk paling stabil
dan menyerupai ion permanganat, Mn04. Konsentrasi rendah dari karier-fri 99 'Tc (~10-9
M) dalam banyak senyawa berlabel 99m
Tc menimbulkan problem yang sukar dalam
menentukan kimianya. Kebanyakan informasi mengenai sifat kimia dari technetium
telah didapat dari 99mTc, yang tersedia dalam konsentrasi 104 — 10-5 M.

Universitas Gadjah Mada


Reduksi technetium
Bentuk kimia dari 99m
Tc tersedia dari generator Moly adalah sodium per technetate
(99mTc — NaTcO4).
Secara kimia, TcO4 adalah spesies agak non reaktif dan tidak melabel beberapa
99m

senyawa dengan adisi langsung. Dalam 99m


Tc beberapa senyawa berlabel, reduksi
utama dari 99m
Tc dari keadaan 7+ menjadi keadaan valensi lebih rendah (3+, 4+, atau
5+) dibutuhkan. Berbagai sistem reduksi yang telah digunakan adalah stanoklorida
(SnCl2.2H2O), asam askorbat + feri klorida, HCl pekat, sodium borohidrida (NaBH4),
dan ferro sulfat.
Diantara ini, stanoklorida paling banyak digunakan agen reduksi dalam media asam
dalam kebanyakan sediaan dari senyawa berlabel 99m
Tc. Metoda lain dari reduksi dari
Tc melibatkan elektrolisis dari campuran sodium per technetate dan senyawa di
99m 7+

label menggunakan anoda dari Zirconium.


Reaksi kimia yang terjadi dalam reduksi technetium dengan stanoklorida dalam media
asam dapat di nyatakan sebagai berikut :

Penambahan dua persamaan, didapat :

Persamaan (6.3) menyatakan bahwa 99mTc7+ telah direduksi menjadi TC4-.


99m

Keadaan reduksi lain seperti 99m


TC3+ dan 99m
TC5+ bisa terbentuk di bawah kondisi
fisikokimia yang berbeda. Ini mungkin juga untuk campuran dari spesies ini berada
dalam sediaan. Eksperimen dengan jumlah milimolar dari Tc telah menunjukkan
99m

bahwa Sn2+ mereduksi Tc menjadi keadaan 5+ dan kemudian pelan-pelan menjadi


99m

keadaan 4+ dalam bufer sitrat pH 7. Technetium — 99 direduksi menjadi keadaan 4+


oleh Sn2+ dalam HCl pekat.
Sejumlah atom 99mTc dalam 99mTc — eluat adalah sangat kecil (~ 10-9 M), dan maka
dari itu hanya sejumlah kecil dari Sn2+ dibutuhkan untuk reduksi sejumlah kecil 99mTc
tersebut; maka cukup Sn2+ ditambahkan untuk meyakinkan reduksi sempurna.
Rasio dari ion Sn2+ menjadi atom 99mTc mungkin sebesar 10.

Universitas Gadjah Mada


Labeling dengan technetium tereduksi
Spesies 99m
Tc tereduksi sangat reaktif dan kombinasi dengan banyak macam senyawa
khelating, walaupun mekanisme yang persis dari ikatan tidak diketahui. Reaksi
skematik sebagai berikut.

Agen khelat umumnya memberikan pasangan elektron untuk membentuk ikatan


kovalen koordinat dengan 99m
Tc gugus kimia seperti -COO-, -NH2, dan —SH adalah
elektron donor dalam senyawa seperti DTPA, gluko heptonat, dan berbagai protein.
Tc-khelat mempunyai muatan negatif neto, dan maka dari itu bergerak menuju
99m

anoda di bawah elektrolisis. Beberapa peneliti mengatakan bahwa timbal (tin) menyatu
kedalam 99mTc-khelat. Misalnya 99mTc-Sn-dimetilglioksin.
Maka, telah ditunjukan bahwa 99m
Tc-N (N'-(2,6-dimetilfenil) karbamoil metil) imino
diasetik asid (HIDA) kompleks tidak mengandung beberapa timbal dalam struktur ini.
Penelitian selanjutnya secara pasti digaransi agar supaya elusidat partisipasi dari
timbal dalam struktur molekul dari 99mTc-kompleks.
Dalam adanya oksigen atau agen oksidasi, 99m
Tc tereduksi dapat mudah dioksidasi.
Untuk alasan ini, senyawa berlabel 99m
Tc akan bebas dari oksigen atau beberapa agen
pengoksidasi, dan asam askorbat atau sodium askorbat sering digunakan untuk agen
ini agar menginhbisi efek ini.
Ada kemungkinan bahwa 99m
Tc tereduksi bisa mengalami hidrolisis dalam larutan air.
Dalam hal ini, Tc tereduksi bereaksi dengan air untuk membentuk berbagai spesies
99m

terhidrolisa tergantung pada pH, waktu hidrolisis, dan adanya agen lain.
Beberapa contoh dari katagori ini adalah 99mTcO2, 99mTcO2+, dan 99m
TcOOH+.
Hidrolisis ini berkompetisi dengan proses khelat dari senyawa dan maka dari itu
mereduksi hasil dari 99mTc-khelat.
Penggunaan stanoklorida mempunyai kemajuan bahwa juga siap mengalami hidrolisis
dalam larutan air pada sekitar pH 6-7 dan membentuk koloid tak larut.
Koloid ini mengikat 99mTc tereduksi dan kemudian berkompetisi dengan agen khelat
dalam proses labeling. Untuk alasan ini, asam ditambahkan untuk mencegah hidrolisis
Sn2+ sebelum reduksi technetium bila sediaan dibuat menggunakan ingridien dasar
lebih dari pada kit.
Dua kemajuan ini katakanlah hidrolisis dari 99mTc tereduksi dan Sn2+ dapat di kerjakan
dengan menambah agen khelat yang cukup. Yang akhir ini akan berikatan dengan
Tc tereduksi dan Sn2+, jadi menghindarkan hidrolisisnya. Rasio dari agen khelat pada
99m

Sn2+ akan cukup besar untuk meyakinkan ikatan yang sempurna. Ikatan antara

Universitas Gadjah Mada


agen khelat dan 99m
Tc tereduksi atau Sn2+ sangat tergantung pada konstante afinitas
dari agen khelat.
Bila ini adalah agen khelat lemah (misalnya senyawa fosfat), kemudian menghidrolisa
spesies dalam sediaan berlabel Tc akan cukup relatif tinggi. Maka, bila agen
99m

kompleks mempunyai konstante afinitas tinggi (misalnya DTPA), kemudian jumlah dari
spesies terhidrolisa akan minimal.
Dalam beberapa kecepatan, dalam sediaan senyawa berlabel mTc, akan terdapat
99

tiga spesies 99mTc :


1. 1 99mTc bebas sebagai 99mTcO4" yang tidak direduksi oleh SN2÷.
2. 99m
Tc terhidrolisa, seperti TcO2 yang tidak bereaksi dengan agen khelat : ini
99m

termasuk 99mTc tereduksi terikat pada Sn2÷ terhidrolisa.


3. 99m
Tc-khelat terikat, yang banyak senyawa dibentuk oleh ikatan 99m
Tc tereduksi
dengan agen khelat.
Dalam kebanyakan penyiapan rutin, fraksi utama dari radioaktifitas adalah dalam
bentuk ikatan. Fraksi bebas dan terhidrolisa dapat tak terhingga dan hams dihilangkan
atau direduksi menjadi tingkat minimum maka mereka tidak menginterferensi secara
signifikan dengan tes diagnostik dalam pertanyaan.
Sifat dan keadaan valensi dari technetium tereduksi dalam senyawa berlabel 99mTc tidak
diketaahui dengan pasti. Pengukuran polarografi dan titrasi iodometrik telah digunakan
untuk mengukur keadaan valensi dari technetium tereduksi dalam senyawa ini.
Dalam 99m
Tc-DTPA telah dilaporkan menjadi keadaan Tc3+, di mana dalam albumin
berlabel 99m
Tc, keadaan valensi telah di perkirakan menjadi Tc5+. Walaupun kelanjutan
reduksi masih Conjecture dalam beberapa senyawa berlabel 99m
Tc, ini pasti bahwa
berbagai dari senyawa ke senyawa karena berbagai faktor fisiko kimia mempengaruhi
reduksi 99mTc7+.
Radiofarmasetik- 99m
Tc berikut digunakan di dalam kedokteran nuklir; 99m
Tc sodium per
technetate; 99m
Tc-berlabel albumin serum manusia; 99m
Tc-MAA; 99m
Tc feri hidroksida

makroagregat; 99m
Tc difosfonat dan Tc pirofosfat;
99m 99m
Tc sulfur koloid; 99m
Tc
glukoheptonat; 99m
Tc berlabel mikrosphere albumin manusia; 99m
Tc berlabel sel darah
merah; 99m
Tc DTPA; dan Tc asam dimerkaptosuksinat (DMSA). Ini adalah isotop
99m

produksi Cyclotron dan maka dari itu agak mahal. Isotop 123
1 umumnya banyak
digunakan untuk produksi antigen RIA dan senyawa lain untuk prosedur in vitro dan
mempenyuai kemajuan untuk waktu paruh panjang (60 hari) dan tidak ada emisi
partikel. Maka, energi rendahnya (27-35 keV) foton membuatnya tak stabil untuk

Universitas Gadjah Mada


gambaran in vivo. Isotop 1 banyak digunakan dalam kedokteran klinik, terutama
131

untuk studi in vivo, sebab mempunyai waktu paruh 8 hari dan 364 keV foton. Maka,
emisi β memberikan dosis radiasi lebih besar pada pasien dari pada 123
1. Waktu paruh
pendek (2,3 jam) dan energi emisi sinar  dan 1 membatasi penggunaannya dalam
132

studi klinik.
Spesies terhidrolisa juga dapat menginter-ferensi dengan tes diagnostik dalam
pertanyaan bila mereka berada dalam jumlah tak terhingga dalam radiofarmasetik.

Koloid dan Partikel berlabel


Dalam larutan murni, misalnya sukrosa, sodium klorida dsb., partikel solute
didistribusikan dalam solven dipercaya menjadi bentuk molecular. Besarnya partikel
lebih kecil dari 1 nanometer (1nm= 10-9 meter) dan partikel tidak tampak dibawah
ultramikroskop. Dengan kata lain, suspensi atau emulsi mengandung partikel yang
cukup besar untuk tampak mata atau paling tidak dibawah sinar mikroskop.
Patikel ini lebih besar dari 1 mikrometer (1 µm = 10-6 meter = 104 cm). Sistem koloid
didapatkan antara dua ekstrem dari larutan murni dan suspensi. Besarnya
partikel koloidal berjarak antara 10 nm dan 1 m, dan mereka umumnya bermuatan
listrik. Muatan permukaan dari partikel (mobil) adalah diimbangi dengan muatan yang
sama dan berlawanan dari lapisan mobil dari solven. Perkembangan potensial antara
dua lapisan disebutnya ....potensial. Penambahan elektrolit (garam, asam, atau basa)
untuk memecah koloid potensial ini dan kadang-kadang menyebabkan agregasi atau
flokulasi dari koloid.
Agen stabilisasi seperti gelatin, polivinil pirolidon atau karboksi metal selulosa
ditambahkan pada beberapa sediaan koloidal untuk mencegah agregasi. Stabilitas dan
karakteristik dari koloid tergantung pada beberapa faktor seperti bentuk, muatan
primer, .... — potensial, valensi dari ion-ion, tegangan permukaan, viskositas, dan
polaritas dari medium disperse. Partikel koloidal tidak tampak dibawah cahaya
mikroskop tetapi dapat dideteksi dibawah ultra mikroskop atau mikroskop electron.
Koloid kadang-kadang dipilih sebagai "makroagregat" walaupun beberapa yang
lain
menyatakan yang terakhir ini sebagai memiliki ukuran berjarak 0,5-5 m. Contoh
koloid yang digunakan dalam kedokteran nuklir adalah 194 Are-koloidal-emas dan
Tc- sulfur koloid. Partikel ini dihilangkan oleh retikuloendotilial sel dan maka dari itu
99m

dapat digunakan untuk imaging liver, spleen, dan bone marrow. Koloid ukuran lebih
kecil, seperti 99m
Tc-antimoni sulfide koloid, digunakan untuk limfoscintigrafi. Partikel
yang lebih besar, atau makroagregat seperti yang sering disebut, adalah lebih besar
dari 1

Universitas Gadjah Mada


pm dan dapat dilihat dibawah cahaya mikroskop. Besarnya partikel dapat diukur
menggunakan kemocytometer dibawah cahaya mikroskop. Contoh dari partikel yang
lebih besar adalah 99m
Tc-MAA dan albumin mikrossphere, dengan jarak ukuran antara
15 dan 100 pm. Partikel yang lebih besar ini ditangkap dalam bed kapiler dari lungs
dan banyak digunakan untuk imaging dari lungs.

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai