Senyawa Radiolabeling
Senyawa Radiolabeling
SENYAWA RADIOLABELING
Pada tahun akhir-akhir ini penggunaan senyawa berlabel dengan radionuklida tumbuh
cepat dalam medikal, biokimia dan bidang lain yang sesuai.
Dalam bidang medikal, senyawa berlabel dengan emisi β- terutama ditekankan pada
eksperimen in vitro dan pengobatan terape- tik, dimana label tersebut dengan radio
nuklida emisi- secara luas digunakan.
Yang akhir ini terutama digunakan untuk vivo imaging dari berbagai organ.
Dalam senyawa radio berlabel, atom-atom gugus atom dari molekul disubstitusikan
dengan atom atau gugus atom radioaktif yang sama atau berbeda, atau kation tertentu
dikhelatkan dengan beberapa molekul karier.
Labeling dapat dikerjakan dengan isotop dari elemen yang sama atau elemen yang
berbeda. Dalam beberapa proses labeling, variasi dari kondisi fisiko kimia dapat
digunakan untuk mencapai macam spesifik dari labeling.
Eksperimen dapat di desain untuk melabel posisi spesifik dalam molekul kompleks,
seperti dalam I — berlabel 19-iodo kolesterol, di mana
131 131
I terikat pada atom karbon
19 dari molekul steroid.
Berbagai faktor seperti temperatur, cahaya, radio lisis, dsb, dapat mempengaruhi hasil
labeling dari senyawa.
Metoda yang berbeda dari labeling dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dibicarakan di bawah.
METODA LALEBLING
Terutama ada 5 teknik utama digunakan dalam pembuatan senyawa berlabel untuk
penggunaan klinik.
iodin mengandung material dengan isotop iodine dan untuk labeling beberapa senyawa
dengan tritium.
berlabel, 99m
TcDTPA, 51
Cr-berlabel sel merah darah dan beberapa protein dan enzim
teriodinasi.
Stabilitas in vivo dan material menjadi tak tentu dan seseorang hams diberi peringatan
tentang dan beberapa penghapusan dalam sifat kimia dan biologis dari senyawa
berlabel. Dalam beberapa contoh, radionuklida analog secara kimia dapat di
substitusikan untuk atom yang telah ada dalam molekul, misalnya75Sc
dapat mengganti sulfur metionin untuk mem-bentuk 75Sc selenometionin.
Recoir labeling
Metoda ini kurang menarik sebab tidak digunakan pada skala besar untuk labeling.
Dalam reaksi nuldear, bila partikel diemisikan dari nukleus, recoir atom diproduksi yang
dapat membentuk ikatan dengan molekul lain yang ada dalam material target. Energi
tinggi dari recoir atom menghasilkan basil yang sedikit dan maka aktivitas spesifik
rendah dari produk yang berlabel.
Beberapa senyawa yang tritiated dapat dibuat dalam reaktoir dengan 6Li (n, α) 3H
reaksi. Senyawa yang dilabel dicampur dengan garam litium dan diiradiasi dalam
reaktor.
Tritium yang dihasilkan dari reaksi di atas kemudian akan melabel senyawa, terutama
dengan mekanisme pertukaran isotop, dan kemudian senyawa berlabel di pisahkan.
Excitation labeling
Metoda ini dari labeling yang memerlukan keutamaan radioaktif dan pembentukan ion
anak reaktif tinggi dalam proses peluruhan nuklir. Selama peluruhan 13 atau penang-
kapan elektron, ion bermuatan energetik diproduksi yang mampu labeling beberapa
senyawa. Krypton-77 meluruh menjadi 77
Br dan, bila senyawa yang akan dilabel
diekspos pada Kr, kemudian ion
77 77
Br energetik melabel senyawa untuk membentuk
senyawa berbrominasi. Hal yang sama, beberapa protein telah di iodinasi dengan I
123
Efek isotop
Efek isotop menghasilkan sifat fisik yang berbeda (dan mungkin biologis) disebabkan
karena perbedaan berat isotop. Misalnya, dalam senyawa tritiated, atom H diganti oleh
atom 3H dan perbedaan dalam jumlah massa dari 3H dan H bisa menghilangkan sifat
dari senyawa berlabel. Telah dijumpai bahwa sifat fisiologik dari tritiated air berbeda
dari air normal dalam badan.
Mungkin efek isotop tidak serius bila isotop lebih besar.
Keadaan karier-bebas
Radiofarmasetik cenderung untuk diabsorpsi pada alat gelas bila mereka dalam
keadaan karier fri. Konsentrasi molar dari senyawa karier-fri adalah pada jarak nano
molar atau kurang, dan ini sangat sukar untuk mempelajari sifat kimianya pada
konsentrasi serendah itu. Teknik telah dikembangkan dimana hasil labeling tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi rendah dari kelumit dalam karier-fri state.
Aktivitas spesifik
Ini di definisikan sebagai aktivitas per gram dari material berlabel dan telah di
diskusikan pada bab 3.Dalam beberapa contoh, aktivitas spesifik tinggi dipersyaratkan
dalam aplikasi senyawa radiolabel dan metoda yang sesuai harus digunakan untuk ini.
Yang lain, aktivitas spesifik tinggi dapat menyebabkan lebih radiolisis pada senyawa
berlabel dan hams dihindarkan.
Radiolisis
Banyak senyawa berlabel terdekomposisi oleh radiasi yang diemisi oleh radionuklida
yang ada padanya. Macam dari dekom-posisi ini disebut radiolisis.
Aktivitas spesifik yang lebih tinggi, efek radiolisis lebih besar. Bila ikatan kimia pecah
oleh radiasi dari molekulnya sendiri, proses ini disebut autoradiolisis. Radiasi juga bisa
dikompos solven, menghasilkan radikal bebas yang dapat memecah ikatan kimia dari
senyawa berlabel; proses ini adalah radiolisis tak langsung.
Misalnya, radiasi dari molekul berlabel dapat dekompos air untuk menghasilkan
hidrogen air peroksida atau radikal bebas per hidroksil, yang kemudian mengoksidasi
molekul berlabel lain. Untuk membantuk mencegah radiolisis talc langsung, pH dari
solven hams netral, sebab banyak reaksi dari nature ini dapat terjadi pada alkali atau
pH asam.
Waktu parch dari radionuklida lebih panjang, radiolisis lebih ekstensif, dan radiasi lebih
energetik, radiolisis lebih besar. In essence radiolisis memberikan sejumlah
ketidakmurnian radiokimia dalam material berlabel dan orang hams hati-hati mengenai
produk tak diinginkan ini.
Shelf
Senyawa berlabel mempunyai shelf selama is dapat digunakan aman untuk maksud
yang dituju. Kehilangan efikasi dari senyawa berlabel pada perioda waktu bisa
dihasilkan dari radiolisis dan tergantung pada waktu pasuh fisik dari radionuklida,
solven, beberapa aditif, molekul berlabel, natur dari emisi radiasi, dan natur dari ikatan
kimia antara pemberian radionuklida dan senyawa berlabel. Umumnya periode dari 3
waktu paruh fisik atau maksimum 6 bulan dinyatakan sebagai limit untuk waktu paruh
dari senyawa berlabel.
Iodinasi
Iodinasi telah digunakan secara ekstensif sebagian besar dari labeling senyawa dari
kedokteran dan biologi. Iodine adalah elemen metalik termasuk halogen golongan VIIA.
Nomor atom adalah 53 dan isotop stabilnya adalah 127
I.
Sejumlah radioisotop iodine umumnya digunakan untuk radioiodinasi, dan klinik penting
ini ditampilkan pada tabel 3-1. Dari semua isosotp iodine, 123
lodine lebih baik untuk
prosedur diagnostik in vivo sebab dia mempunyai waktu paruh yang baik (13 jam) dan
energi futon (159keV) dan penggunaannya melibatkan dosis radiasi rendah pada
pasien.
Ini adalah isotop produksi Cyclotron dan maka dari itu agak mahal. Isotop 123
I
umumnya banyak digunakan untuk produksi antigen RIA dan senyawa lain untuk
sebab mempunyai waktu paruh 8 hari dan 364 keV futon. Maka, emisi 13 memberikan
dosis radiasi lebih besar pada pasien dari pada 123I. Waktu paruh pendek (2,3 jam) dan
energi emisi sinar dari 1321 membatasi penggunaannya dalam studi klinik.
Metoda Iodinasi
Iodinasi dari molekul terutama diatur oleh keadaan oksidasi dari iodine. Dalam bentuk
teroksidasi, iodine terikat kuat pada molekul aromatik, dimana dengan iodida dalam
bentuk tereduksi, tidak terjadi ikatan signifikan pada beberapa tipe molekul.
pH untuk iodinasi bisa bervariasi dari 6-9, walaupun untuk iodinasi dari protein hams
selalu pH alkali. Temperatur dan durasi ionisasi tergantung pada tipe dari senyawa
yang diiodinasi dan metoda iodinasi yang digunakan. Lima metoda iodinasi diterangkan
di bawah :
Metoda triiodida
Metoda ini terutama terdiri dari penambahan radioiodine pada senyawa yang dilabel
dengan adanya campuran dari iodine dan potasium iodida.
Di mana R adalah senyawa organik yang dilabel. Dalam hal labeling protein dengan
metoda ini, terjadinya denaturasi dari protein minimum, tetapi hasilnya rendah,
umumnya sekitar 10% - 30%. Sebab adanya iodine dingin, aktivitas spesifik dari produk
berlabel menurun.
Metoda elektrolitik
Banyak asam amino dan protein dapat di radioiodinasi dengan metoda ini, yang terdiri
dari elektrolisis dari campuran radioiodida dan material yang dilabel.
Dalam sel elektrolitik, kompartemen anoda dan katoda dipisahkan dengan kantong
dialisis yang mengandung katoda yang dicelupkan dalam satin, dimana kompartemen
anoda mengandung campuran elektrolit. Elektrolisis melepaskan iodine reaktif, yang
melabel senyawa. Pelepasan lambat dan steady dari iodine menyebabkan iodinasi
uniform dari senyawa, dan dengan adanya beberapa karier iodine, labeling
menghasilkan hampir 80% bisa dicapai.
Metoda enzimatik
Dalam iodinasi enzimatik, enzim, seperti laktoperoksidase dan kloroperoksidase, dan
sejumlah nanomolar dari H2O2 (hidrogen peroksida) ditambahkan pada campuran
iodinasi yang mengandung radioiodine dan senyawa yang dilabel. Hidrogen peroksida
mengoksidasi iodida untuk membentuk iodine reaktif, yang merubah iodinasi senyawa.
Denaturasi dari protein atau penghilangan dalam molekul organik adalah kecil sebab
hanya ditambahkan konsentrasi kecil dari hidrogen peroksida. Hasil dari 60%-85% dan
aktivitas spesifik tinggi bisa didapat dari metoda ini. Metoda ini adalah paling lunak dan
banyak digunakan dalam iodinasi dari beberapa protein dan hormon.
sangat baik untuk in vivo, dan dengan kenaikan availabilitas banyak 123
I —
radiofarmasetik dapat dibuat untuk pemakaian klinik, terutama dalam kedokteran nuklir.
utama dari Tc dalam penggunaan klinik adalah sangat baiknya karakteristik fisik dan
99m
radiasinya.
Waktu parch fisik 6 jam, dan tidak adanya radiasi 13, mengijinkan pemberian sejumlah
milicurie radioaktifitas Tc tanpa dosis radiasi signifikan terhadap pasien. Sebagai
99m
berguna dan stabil. Technetium adalah logam transisi termasuk dalam group VII B (Mn,
Tc, dan Re) dan mempunyai nomer atom 43. Tidak ada isotop stabil dari technetium
berada di alam. Keadaan valensi yang paling stabil adalah 7+ dan 4+, dimana keadaan
valensi dari 2+, 3+, 5+, dan 6+ adalah tak stabil dan sukar didapat.
Ion per technetate Tc04 mempunyai valensi 7+ untuk 99m
Tc, adalah bentuk paling stabil
dan menyerupai ion permanganat, Mn04. Konsentrasi rendah dari karier-fri 99 'Tc (~10-9
M) dalam banyak senyawa berlabel 99m
Tc menimbulkan problem yang sukar dalam
menentukan kimianya. Kebanyakan informasi mengenai sifat kimia dari technetium
telah didapat dari 99mTc, yang tersedia dalam konsentrasi 104 — 10-5 M.
anoda di bawah elektrolisis. Beberapa peneliti mengatakan bahwa timbal (tin) menyatu
kedalam 99mTc-khelat. Misalnya 99mTc-Sn-dimetilglioksin.
Maka, telah ditunjukan bahwa 99m
Tc-N (N'-(2,6-dimetilfenil) karbamoil metil) imino
diasetik asid (HIDA) kompleks tidak mengandung beberapa timbal dalam struktur ini.
Penelitian selanjutnya secara pasti digaransi agar supaya elusidat partisipasi dari
timbal dalam struktur molekul dari 99mTc-kompleks.
Dalam adanya oksigen atau agen oksidasi, 99m
Tc tereduksi dapat mudah dioksidasi.
Untuk alasan ini, senyawa berlabel 99m
Tc akan bebas dari oksigen atau beberapa agen
pengoksidasi, dan asam askorbat atau sodium askorbat sering digunakan untuk agen
ini agar menginhbisi efek ini.
Ada kemungkinan bahwa 99m
Tc tereduksi bisa mengalami hidrolisis dalam larutan air.
Dalam hal ini, Tc tereduksi bereaksi dengan air untuk membentuk berbagai spesies
99m
terhidrolisa tergantung pada pH, waktu hidrolisis, dan adanya agen lain.
Beberapa contoh dari katagori ini adalah 99mTcO2, 99mTcO2+, dan 99m
TcOOH+.
Hidrolisis ini berkompetisi dengan proses khelat dari senyawa dan maka dari itu
mereduksi hasil dari 99mTc-khelat.
Penggunaan stanoklorida mempunyai kemajuan bahwa juga siap mengalami hidrolisis
dalam larutan air pada sekitar pH 6-7 dan membentuk koloid tak larut.
Koloid ini mengikat 99mTc tereduksi dan kemudian berkompetisi dengan agen khelat
dalam proses labeling. Untuk alasan ini, asam ditambahkan untuk mencegah hidrolisis
Sn2+ sebelum reduksi technetium bila sediaan dibuat menggunakan ingridien dasar
lebih dari pada kit.
Dua kemajuan ini katakanlah hidrolisis dari 99mTc tereduksi dan Sn2+ dapat di kerjakan
dengan menambah agen khelat yang cukup. Yang akhir ini akan berikatan dengan
Tc tereduksi dan Sn2+, jadi menghindarkan hidrolisisnya. Rasio dari agen khelat pada
99m
Sn2+ akan cukup besar untuk meyakinkan ikatan yang sempurna. Ikatan antara
kompleks mempunyai konstante afinitas tinggi (misalnya DTPA), kemudian jumlah dari
spesies terhidrolisa akan minimal.
Dalam beberapa kecepatan, dalam sediaan senyawa berlabel mTc, akan terdapat
99
makroagregat; 99m
Tc difosfonat dan Tc pirofosfat;
99m 99m
Tc sulfur koloid; 99m
Tc
glukoheptonat; 99m
Tc berlabel mikrosphere albumin manusia; 99m
Tc berlabel sel darah
merah; 99m
Tc DTPA; dan Tc asam dimerkaptosuksinat (DMSA). Ini adalah isotop
99m
produksi Cyclotron dan maka dari itu agak mahal. Isotop 123
1 umumnya banyak
digunakan untuk produksi antigen RIA dan senyawa lain untuk prosedur in vitro dan
mempenyuai kemajuan untuk waktu paruh panjang (60 hari) dan tidak ada emisi
partikel. Maka, energi rendahnya (27-35 keV) foton membuatnya tak stabil untuk
untuk studi in vivo, sebab mempunyai waktu paruh 8 hari dan 364 keV foton. Maka,
emisi β memberikan dosis radiasi lebih besar pada pasien dari pada 123
1. Waktu paruh
pendek (2,3 jam) dan energi emisi sinar dan 1 membatasi penggunaannya dalam
132
studi klinik.
Spesies terhidrolisa juga dapat menginter-ferensi dengan tes diagnostik dalam
pertanyaan bila mereka berada dalam jumlah tak terhingga dalam radiofarmasetik.
dapat digunakan untuk imaging liver, spleen, dan bone marrow. Koloid ukuran lebih
kecil, seperti 99m
Tc-antimoni sulfide koloid, digunakan untuk limfoscintigrafi. Partikel
yang lebih besar, atau makroagregat seperti yang sering disebut, adalah lebih besar
dari 1