Anda di halaman 1dari 45

Asuhan Keperawatan pada

Klien dengan
Perilaku Kekerasan
Ns. Zuhriya Meilita, M.Kep
Common terminology
• Hostility, also called verbal aggression, is an emotion
expressed through verbal abuse, lack of cooperation, violation
of rules or norms, or threatening behavior (Schultz &
Videbeck, 2009).
• Physical aggression is behavior in which a person attacks or
injures another person or that involves destruction of
property.
Pengertian
• Keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif.
.
Pengertian
• Perilaku kekerasan adalah
merupakan status rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang
dimanifestasikan dalam bentuk fisik.
• Merupakan suatu bentuk komunikasi
dan proses penyampaian pesan dari
individu.
Rentang Respon Marah
ADAPTIF
Asertif

Frustasi

Pasif
MALADAPTIF
Agresif

Amuk/ PK
• Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa
menyakiti atau menyalahkan orang lain, dan memberikan
kelegaan
• Frustasi : Gagal mencapai tujuan karena tidak realitas
atau terhambat, tidak dapat menemukan alternatifnya
• Pasif : Diam, tidak mampu mengungkapkan perasaan,
tidak berdaya dan menyerah.
• Agresif : Tindakan destruktif tapi masih terkontrol.
Klien mengekspresikan secara fisik tapi masih terkontrol,
mendorong orang lain dengan ancaman
• Amuk : Tindakan destruktif yang tidak terkontrol.
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat, hilang
kontrol disertai amuk dan merusak lingkungan.
Faktor Presipitasi
• Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang PD,
ekspresi diri, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
• Lingkungan
Padat, bising , panas, penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai, kesulitan mengkonsumsi kebutuhan dasar dalam
keluarga
• Interaksi
Konflik, provokatif,
• Riwayat perilaku antisosial (penyalahgunaan obat, alkohol)
• Kematian anggota keluarga yang penting
Evidence based
Faktor Predisposisi
Biological theory
Neurologic factor
Genetic factor Kazuo Murakami (2007) adanya potensi
agresif yang dormant  gen karyotype XYY
Cyrcardian rhytm pe↑ kortisol
Faktor Predisposisi
Biological theory
Biochemistry factor pe↑ norepinefrin, dopamin dan
androgen, pe↓ serotonin dan GABA (Gamma Amino Butiric Acid)
Brain area disorder gangguan sistem limbik dan lobus
temporal tumor, trauma, ensefalitis, epilepsi
Kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal
(untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indera
penciuman dan memori).
Faktor Predisposisi
Psychological theory
Psychoanalitical theory  instinctual drives
Frustation-Agression theory tujuan terhambat  agresif
Faktor Predisposisi
Behavioral theory
Social learning theory
Imitation, modelling and information processing
theory Reinforcement (Observasi  Stimulasi  Adopsi)
Faktor Predisposisi

 Herediter
 Social control  support system
 Tipe kepribadian  Introvert
 Koping individu
 Koping keluarga
 Aspek religius  Devil support
Gejala Klinis
• Wawancara:
Diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang dirasakan klien, dampak marah
yang timbul, cara mengatasi marah
• Observasi :
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak :
merampas makanan, memukul
Tanda dan Gejala  FISIK
• Muka merah dan tegang
• Mata melotot/pandangan tajam
• Tangan mengepal
• Rahang mengatup
• Wajah memerah dan tegang
• Postur tubuh kaku
• Pandangan tajam
• Mengatup rahang dengan kuat
• Jalan mondar-mandir
Tanda dan Gejala  VERBAL
Bicara kasar
Nada suara tinggi, membentak,
berteriak
Mengancam secara verbal/fisik
Mengumpat dengan kata-kata
kotor
Suara keras
Ketus
Tanda dan Gejala  PERILAKU
Melempar/memukul benda/orang lain
Menyerang orang lain
Melukai diri sendiri/orang lain
Merusak lingkungan
Amuk/agresif
Tanda dan Gejala  EMOSI
Tidak adekuat
Merasa tidak aman
Rasa terganggu
Dendam dan jengkel
Bermusuhan
Mengamuk
Ingin berkelahi
Menyalahkan dan menuntut
Tanda dan Gejala 
KOGNITIF/INTELEKTUAL
Mendominasi
Cerewet
Kasar
Berdebat
Meremehkan
Sarkasme
Tanda dan Gejala  SOSIAL
Menarik diri
Pengasingan
Penolakan
Ejekan
Sindiran
Proses terjadinya masalah

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara


lain :
Menyerang atau menghindar (fight or flight)
Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Memberontak (acting out)
Perilaku kekerasan
Peran perawat
1. STRATEGI PREVENTIF
1. Kesadaran Diri
2. Pendidikan Klien
3. Latihan Asertif
2. STRATEGI ANTISIPASIF
1. Komunikasi
2. Perubahan lingkungan
3. Tindakan Psikofarmakologi
3. STRATEGI PENGURUNGAN
1. Manajemen krisis
2. Seclusion
3. Restrain
Peran perawat
1. KESADARAN DIRI : perawat harus meningkatkan
kesadaran diri, memisahkan masalah pribadi dan
masalah klien
2. PENDIDIKAN KLIEN : mengajarkan cara
komunikasi, cara mengekspresikan marah dengan
tepat, respon adaptif dan maladaptif
3. LATIHAN ASERTIF : kemampuan dasar yang harus
dimiliki perawat, berkomunikasi langsung dgn setiap
orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak
beralasan, sanggup melakukan komplain,
mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
Peran perawat
1. KOMUNIKASI : Strategi komunikasi terapeutik
2. PERUBAHAN LINGKUNGAN : menyediakan
berbagai aktivitas untuk meminimalkan perilaku yang
tidak sesuai
3. TINDAKAN PERILAKU ; membicarakan dgn klien
mengenai perilaku yang bisa diterima dan tidak
PSIKOFARMAKOLOGI

Buspirone
Anti depresant (Amitriptyline dan Trazodone)
Antipsychotic (Haloperidol,
Chlorpromazine/CPZ, Trihexypenidile/THD)
Naltrexone (antagonis opiat)
Betablocker (Propanolol)  pada anak dan
GMO
PSIKOFARMAKOLOGI

Mood stabilizer (Lithium)

Carbamazepine (Tegretol) dan Valproate (Depakote)


PSIKOFARMAKOLOGI

Atypical Antipsychotic agent (Clozapine, Risperidon,


Olanzapine)

Golongan Benzodiazepine (Lorazepam dan Clonazepam)


PSIKOFARMAKOLOGI

Golongan Antipsikosis
PSIKOFARMAKOLOGI
Pengkajian
Pengumpulan data
• Aspek biologis
• Aspek emosional
• Aspek intelektual
• Aspek social
• Aspek spiritual

Analisa data
• Data subyektif
• Data obyektif
• Data primer
• Data sekunder
Diagnosa
Perilaku Kekerasan
Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan AKIBAT
,lingkungan

Perilaku Kekerasan CORE PROBLEM

Harga Diri Rendah ETIOLOGI

Faktor predisposisi :
Faktor presipitasi :
1.Genetik
1.Kematian anggota keluarga yang
2.Tipe kepribadian :
penting
introvert
2.Penyalahgunaan Napza
3.Kontrol sosial
Intervensi & Implementasi Pasien

SP 1
BHSP
Mengidentifikasi marah
Tanda dan gejala yang dirasakan
Mengidentifikasi PK yang biasa dilakukan
Mengidentifikasi akibat dari cara yang dilakukan
Melatih mengendalikan PK dg cara latihan nafas
dalam dan pukul bantal
Intervensi & Implementasi Pasien
SP 2
Evaluasi latihan nafas dalam dan pukul bantal/kasur
Latih Cara mengontrol PK dengan penkes obat
Menyusun jadwal kegiatan harian
SP 3
Evaluasi jadwal harian ttg cara mengontrol PK dengan
minum obat
Latihan mengungkapkan marah dengan cara verbal
(menolak dg baik, mengungkapkan dg baik,
mengungkapkan perasaan dg baik)
Menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal
Intervensi & Implementasi Pasien
SP 4
Diskusikan hasil latihan mengendalikan PK
secara fisik dan verbal
Bantu klien mengendalikan marah dg cara
spiritual (beribadah dan berdoa)
Beri jadwal latihan beribadah dan berdoa
Intervensi & Implementasi
Keluarga
SP 1
Memberikan HE pd keluarga ttg cara merawat
klien PK dirumah (diskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat klien, penyebab,
tanda gejala, perilaku yg muncul akibat PK)
Diskusikan kondisi klien yg perlu dilaporkan ke
perawat
SP 2
Melatih keluarga cara-cara mengendalikan
kemarahan
SP 3
Evaluasi
 Klien mengatakan mau bercakap-cakap dengan perawat,
 Klien mengatakan mau bercakap cakap diruang tamu saja, 10 menit saja
 Klien mengatakan marah karena suaminya pergi dengan perempuan lain
 Klien mengatakan biasanya dada terasa sesak, tenggorokan sakit, tangan mengepal
S  Klien mengatakan jika marah langsung teriak dan membanting barang
 Klien mengatakan barang menjadi rusak semua
 Klien mengatakan kalau marah biasanya langsung lari-lari saja biar marahnya reda
 Klien mengatakan mau latihan mengendalikan marah dengan nafas dalam

 Klien terlihat nyaman bercakap-cakap dengan perawat dan menjabat tangan perawat
 Klien dapat menyebutkan penyebab nya marah
O  Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala marah yang dirasakan serta akibat jika marah dilakukan
 Klien mampu menyebutkan apa yang dilakukan jika marah
 Klien mampu menyebutkan cara mengendalikan marah dengan nafas dalam
 Klien mampu mendemonstrasikan cara mengendalikan marah dengan nafas dalam, dengan kooperatif, bersemangat
dan kontak mata yang baik dengan perawat

A Kognitif : Klien dapat menyebutkan penyebab, tanda gejala, dampak marah dan cara mengendalikan marah dengan nafas
dalam
Afektif : Klien kooperatif bercakap-cakap dengan perawat, kontak mata adekuat
Psikomotorik : Klien mampu mendemonstrasikan teknik mengendalikan marah dengan cara latihan nafas dalam
SP 1 Pasien tercapai

Perawat :
Lanjutkan SP 2 Pasien tentang mengendalikan marah dengan cara pukul bantal diruang perawatan jam 09.00
P Klien :
Motivasi klien untuk latihan mengontrol marah tarik nafas dalam sesuai jadwal harian setiap hari jam 09.00 dan 15.00
Manajemen Krisis
Ada 5 kriteria menurut The American Psychiatric Assosiation
yaitu :
•Mencegah segera bahaya yang bisa dialami oleh klien maupun
orang lain ketika terapi yang lain tidak efektif lagi.
•Untuk menghindarkan gangguan serius program penanganan atau
kerusakan lingkungan yang bermakna
•Untuk mempertahankan penanganan sebagai bagian dari terapi
perilaku
•Untuk menurunkan jumlah stimulasi yang dapat dijangkau oleh
klien
•Untuk menuruti pesanan klien sendiri
Indikasi :
• Mengendalikan perilaku kekerasan klien yang potensial
membahayakan diri klien dan orang lain yang sudah tidak
mampu lagi dikendalikan dengan pengobatan atau teknik
psikososial lainnya.
• Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan
penolakan klien untuk istirahat, makan, minum
• Reduksi stimulasi lingkungan, terutama jika diminta oleh klien
(pastikan tindakan ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik)
Look at Stuart and Sundeen (1995: 738-
739)
Manajemen Krisis
• Identifikasi pemimpin tim krisis
• Susun/ kumpulkan tim krisis
• Beritahu petugas keamanan yang diperlukan
• Pindahkan semua klien dari area tersebut
• Siapkan alat pengekang (restraint)
• Susun strategi dan beritahu anggota lain
• Tugas penanganan klien secara fisik
• Jelaskan semua tindakan pada klien
• Ikat/ kekang klien sesuai instruksi pemimpin (posisi yang nyaman)
• Berikan obat psikofarmaka sesuai instruksi
• Observasi kondisi klien
• Penuhi KDM
• Evaluasi tindakan dengan tim
• Jelaskan tindakan pada klien lain
• Secara bertahap integrasikan klien pada lingkungan
Seclusi (pengekangan fisik)
• Pengekangan fisik secara mekanik
• Isolasi (menempatkan klien dalam suatu ruangan
dimana klien tidak dapat keluar atas kemauan
sendiri)
Restrain
Restrain
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai