TUBERCULOSIS
●
ATD’s REGIMEN
GASTROINTESTINAL INFECTION
●
DIARRHEA, H.PYLORI
SEPTICAEMIA
●
BLOOD’s INFECTION
Why?
Karena menghambat sintesis peptidoglikan
INGAT!
R/ ANTIBIOTIK HASIL KULTUR (+) BAKTERI
OTITIS MEDIA
FARINGITIS
SINUSITIS
RINITIS
●
Disebabkan oleh virus dan/atau bakteri
Common pathogen Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
(acute otitis media)
●
●
Episode dari AOM > 3 episode dalam 6 bulan & > 4 episode dalam
Recurrent AOM 12 bulan
●
Kambuhan atau karena terinfeksi lagi
●
> 1 episode AOM
●
Infeksi dan inflamasi pada middle ear sehingga menyebabkan deafness sementara atau permanen
●
Terbagi menjadi :
Inaktif (tubo-tympanic disease) perforasi pada ear drum, deafness dan pelepasan profuse mucoid
●
Aktif (attico-antral disease) cholesteatoma yang melibatkan tulang
●
Common patogen Peudomonas aeruginosa dan bakteri anaerob
●
Bakteri aerob diphtheroids, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella
●
Known as “glue ear” (lem telinga),
Otitis media with ●
●
Akumulasi cairan pada middle ear tanpa nyeri lokal maupun sistemik
Karena kambuhan UPTI
effusion (OME) ●
●
Ditandai dengan tidak mendengar (deafness)
Asimtomatik walaupun selama episode
Treatment of OM
Menurut The American Academy of Pediatrics :
Pengobatan simtomatik dan observasi selama 48 – 72 jam
Severe atau tdk respon amoxicillin High dose of amoxicillin dan asam
klavulanat
Penicillin-alergic cephalosporins, azithromycin atau clarithromycin
Injeksi benzylpenicillin
Moraxella catarrhalis,
Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes,
(sinusitis nosokomial)
Treatment of Sinusitis
Gejala lebih dari 7 – 10 hari
Treatment 2 minggu
Amoxicillin
Kurang respon amoxicillin Kombinasi amoxicillin dan
asam klavulanat
Jika alergi penisilin, amoxicillin Cefuroxime
Jika alergi beta laktam Clarithromycin, Clindamycin,
Azithromycin
Penicillin-resistant aminoglikosida
PATOFISIOLOGI RINITIS
AKUT
NASAL
INFECTION HORMONES
FOREIGN
Bacterial, Viral, DRUGS Pregnancy,
BODIES
Fungal Hypothyroidism
(children)
Penyebab utama rinitis viral
Tidak membutuhkan terapi antibiotik
Pengobatan simtomatik saja
Treatment of Rhinitis
Rinitis Alergi Rinitis Non Alergi
Antihistamines Rhinorrhea
Nasal Corticosteroid Agents
Anticholinergic
Leukotriene Modifiers
Agents
Cromolyn
Decongestants
Mast Cell Stabilizers
Anticholinergic Agents
PADUAN OAT
PATHOPHYSIOLOGY
Primarily pathogen
Mycobacterium
tuberculosis
Infection source
inhalation of infected
droplet nuclei
Controlled by cell
mediated immunity
Manifestation
pulmonary disease
Associated with HIV-AIDS
TREATMENT
1943 Streptomycin by Selman
Waksman, Elizabeth Bugie, Albert Schatz
1951 Isoniazid
1952 Pyrazinamide
1961 Ethambutol
1966 Rifampin
Sejarah Penemuan OATs
Target Pengobatan OATs
TB Laten
dan
TB Aktif
REGIMEN DEWASA
WHO DOTS (Directly Observed Therapy – Previously treated
Short Course) Initial treatment
WHO recommended : 2 bulan pertama + Streptomycin
First line treatment 6-8 months 3 bulan Rifampicin, Isoniazid,
New case Pyrazinamide dan ethambutol
2 months initial phase consisting Total 5 bulan
R (rifampicin), H (isoniazid), Z
(Pyrazinamide), E (ethambutol)
4 months followed by rifampicin
dan isoniazid (RHZE2/HE6)
2 months rifampicin bisa diganti
ethambutol (RHZE2/HE6)
+ meningitis E diganti dengan S
(streptomycin) (RHZS2) 6-10
months dilanjutkan dengan R dan
H, jika kemungkinan drug resistance
low (RHZ2/RH4)
Jenis, sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Jenis OAT Sifat
Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20) 30 (20-35)
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Rekomendasi WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease)
Kategori 1 Diberikan untuk pasien baru: Regimen OAT Kategori 1 terdiri dari :
• Pasien baru TB paru BTA positif. • 2HRZE/4H3R3
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif • 2HRZE/4HR
• Pasien TB ekstra paru • 2HRZE/6HE
Kategori 2 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah Regimen OAT Kategori 2 terdiri dari :
diobati sebelumnya: • 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
• Pasien kambuh • 2HRZES/HRZE/5HRE
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Kategori 3 Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit ringan; TB ekstra Regimen OAT Kategori 3 terdiri dari :
paru ringan • 2HRZ/4H3R3
• 2HRZ/4HR
• 2HRZ/6HE
OAT Sisipan Bila pada ahir fase intensif, pengobatan pasien baru BTA • 1HRZE
positif dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan
ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA
positif
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
Lanjutan (dosis
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
3x seminggu)
Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan
berat badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml.
(1ml = 250mg).
Children and infants
Regimen anak dan bayi = regimen dewasa
Loading dose BMI
Menyesuaikan fungsi hati (t ½) dan Vd (kg/BB)
Ethambutol ocular toxicity
Dosis ethambutol 15-30mg/kgBB no
ocular toxicity
Paduan OAT KDT pada anak : 2(RHZ)/4(RH)
Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari RHZ(75/50/150) 4 bulan tiap hari RH(75/50)
Keterangan:
• Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
• Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
• Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
• OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.
Pregnancy, breast feeding and neonate
WHO recommends
Regimen sama dengan non-pregnant
bilirubin, albumin
KI : fluoroquinolon, aminoglikosid, ethionamide,
protionamide
Pengobatan TB Pada Keadaan Khusus
No Keadaan khusus Keterangan
1 Kehamilan • Semua aman, kecuali Streptomisin ES: permanent ototoxic dan dapat menembus
barier placenta
• KIE : adherence (kepatuhan) dan keamanan bagi janin (tdk tertular)
2 Ibu menyusui dan • KIE : adherence (kepatuhan) dan keamanan bagi janin (tdk tertular)
bayinya • Pencegahan pada bayi : INH sesuai BB bayi
3 Pasien TB pengguna • IO : Rifampisin >< kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB)
kontrasepsi mengurangi efek kontrasepsi hormonal
• Pencegahan : kontrasepsi non hormonal atau kontrasepsi esterogen dosis tinggi
(50mcg)
4 Pasien TB dengan • Mendahulukan pengobatan TB
infeksi HIV/AIDS • Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan
VCT(Voluntary Counceling and Testing = Konsul sukarela dengan test HIV).
5 Pasien TB dengan • Hepatitis akut dan atau klinis ikterik tunda pengobatan OAT sampai hepatitis
hepatitis akut sembuh
• Jika harus S + E selama 3 bulan hingga sembuh, dilanjutkan dengan R + H selama
6 bulan
6 Pasien TB dengan • KI : Z (Pirazinamid)
kelainan hati kronik • Cek ALT & AST pre dan post mediacation ADT’s
• Peningkatan > 3 x kadar normal STOP OAT
• Peningkatan < 3 x kadar normal pengawasan ketat OAT.
• Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE
Lanjutan …. Pengobatan TB Pada Keadaan Khusus
No Keadaan khusus Keterangan
7 Pasien TB dengan • Farmakokinetik HRZ ekskresi via biliari dapat diberikan dosis standar
gagal ginjal • Farmakokinetik SE ekskresi via renal KI
• Pencegahan maintenance dose S dan E sesuai renal klirens
• Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR
8 Pasien TB dengan • IO : Rfampisin >< sulfonilurea mengurnagi efek hipoglikemik SU pencegahan dengan high
Diabetes Melitus dose of SU atau penggunaan insulin (Jika TB sudah sembuh dapat dilanjutkan dengan ADO)
• Pasien dengan komplikasi diabetes retinopati KI penggunaan Etambutol
9 Pasien TB yang perlu Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa pasien seperti :
mendapat tambahan • Meningitis TB
kortikosteroid • TB milier dengan atau tanpa meningitis
• TB dengan Pleuritis eksudativa
• TB dengan Perikarditis konstriktiva.
• Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian diturunkan
secara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan
MDR-TB
XDR-TB
MDR-TB (Multidrug-resistant Tuberculosis)
Aminosalicylates
Cycloserine
Ethionamide
Tidak Iya
Fase intensif Fase intensif
Durasi : 4 – 6 bulan Durasi : > 8 bulan
Komposisi : 4 second-line drugs Komposisi : ≥ 4 second-line drugs
Rifampicin
Fluoroquinolones
kanamycin)
Co-infection with HIV
CD4+ cell counts > 200cells/μL
Standard regimen
RHZE2/RH4 6 bulan
Slow respon 9 bulan
Anak dgn ekstrapulmonary TB (bones, CNS, miliary
disease) 12 bulan
Prevention
BCG (Bacille Calmette-Guérin) vaccine
newborn, kecuali bayi yang terinfeksi HIV
Ditemukan pada tahun 1921
Oleh Albert Calmette dan Jean-Marie Camille Guerin
Strain Mycobacterium tuberculosis
GI INFECTION
Gejala sederhana dari gastro-
enteritis dan gejala dari kebanyakan
infeksi pada intestin
Bakteri
Campylobacter
jejuni
Escherichia coli
Salmonella
enteriditis
Shigella spp.,
Vibrio cholerae
Yersinia
entercolitica
Protozoa
AIDS-associated
diarrhoea
Pencegahan :
Mempertahankan hidrasi
Diare akut Tidak memerlukan antiinlamasi
Kadang membutuhkan antibiotik
Pencegahan :
Diare Pediatrik
Dukungan nutrisi
Manajemen terhadap komplikasi sekunder
infeksi sistemik
Shigella penyebab utama disentri pada anak
Penyebab Utama :
Traveller’S Bakteri patogen enterotoxigenik E. coli
Bakteri lainnya : Campylobacter jejuni, Salmonella dan
Diarrhoea
Shiga toxin- Diare, sakit kepala, Stool cultures Hanya terapi suportif
producing feses bercampur darah on
Escherichia coli Incubation:48–96hrs MacConkey’s
(E.coli O157:H7) sorbitol
Cryptosporidiosis Diare ringan hingga Stool Penanganan diare dengan
berat (kronik), disertai screening for HIV-AIDS
volume cairan yang oocytes, PCR,
banyak ELISA
Virus Mual, diare, keram Virus Hanya terapi suportif
Inkubasi :16–48hrs
Patofisiologi
Helicobacter
pylori
infection on
gastric
mucosa
(gastritis)
Oral Drug Regimens Used to Eradicate Helicobacter pylori Infection
Dosis standar :
Omeprazole 20 mg BID; lansoprazole 30 mg BID; pantoprazole 40 mg BID; rabeprazole 20 mg BID or
QD; esomeprazole 20 mg BID or 40 mg QD
Gram negative
Group B streptococci
Pemilihan Antibiotik
Amoxicillin 250mg/8 jam ; 20–40mg/kgBB/ Melawati Jumlah kecil Watch for resistance
3g/24jam 8jam plasenta
Cefadroxil 0.5–1 g /12 hr 15–30 mg/kgBB Melawati Jumlah Alergi terhadap penicillin
/6jam plasenta bervariasi Reaksi Hipersensitivitas
20%
Antibiotics for acute UTIs
ASI
Antibiotik Dosis dewasa Dosis pediatrik Ibu hamil (Ibu keterangan
menyusui)
Ciprofloxacin 50–500 mg /12 jam Hindari Arthropathy pada - Alternatif lain alergi
janin (hewan) terhadap beta lactam
TMP-SMX 160 + 800mg 10 mg/kg/hari Melewati plasenta ASI > 1 - Signa a.c + air putih
(cotrimoxazole) /12jam (TMP 60%; - Reaksi hematologi
terbagi dalam 2 Antagonis as.folat; merugikan pada pasien
0.48 + 2.4 g / dosis) Teratogenic pada HIV-AIDS
24jam tikus - Firstline pada pasien
prostat