Anda di halaman 1dari 69

SEMESTER ANTARA 2019-3 FARMAKOTERAPI 1

ASNIAR PASCAYANTRI, S.Si., M.Si., Apt.


MATERI FARMAKOTERAPI 1
ANTIBIOTIC OF UPPER TRACT RESPIRATORY INFECTION

OTITIS MEDIA, PHARINGITIS, RHINITIS, SINUSITIS

TUBERCULOSIS

ATD’s REGIMEN

GASTROINTESTINAL INFECTION

DIARRHEA, H.PYLORI

SEPTICAEMIA

BLOOD’s INFECTION

URINARY TRACT INFECTION


Introduction
 Infection  inflammation  aktivasi immune
system (komplemen)
 Bacteria : gram positive, gram negative,
bakteri anaerob, bakteri tahan asam
(Mycobacterium tuberculosis, Helicobacter
pylori)
 Antibiotics : broad spectrum, narrow
spectrum, narrow theraupetic windows
(theraupetic drug monitoring)
Pemilihan antibiotik
 AB empiris
 Hasil kultur  bakteri patogen, sensitivitas AB
 Geographic susceptibillities  alergi
 Geographic areas  tingkat resistensi antibiotik
 Relative drug costs (farmakoekonomi)
Penggunaan AB Meropenem
Jika hasil kultur bakteri > 3 telah resisten AB

Why?
Karena menghambat sintesis peptidoglikan
INGAT!
R/ ANTIBIOTIK  HASIL KULTUR (+) BAKTERI
OTITIS MEDIA

FARINGITIS

SINUSITIS

RINITIS

UPPER TRACT RESPIRATORY INFECTION


PATOFISIOLOGI OTITIS MEDIA
Terjadi pada anak kecil
AOM


Disebabkan oleh virus dan/atau bakteri
Common pathogen  Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
(acute otitis media)

Moraxella catarrhalis (Branhamella catarrhalis)


Episode dari AOM > 3 episode dalam 6 bulan & > 4 episode dalam
Recurrent AOM 12 bulan

Kambuhan atau karena terinfeksi lagi


> 1 episode AOM

Chronic supurative Perforasi pada ear drum



Infeksi dan inflamasi pada middle ear sehingga menyebabkan deafness sementara atau permanen

Terbagi menjadi :
Inaktif (tubo-tympanic disease)  perforasi pada ear drum, deafness dan pelepasan profuse mucoid

otitis media (CSOM)



Aktif (attico-antral disease)  cholesteatoma yang melibatkan tulang

Common patogen  Peudomonas aeruginosa dan bakteri anaerob

Bakteri aerob  diphtheroids, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella


Known as “glue ear” (lem telinga),
Otitis media with ●


Akumulasi cairan pada middle ear tanpa nyeri lokal maupun sistemik
Karena kambuhan UPTI
effusion (OME) ●


Ditandai dengan tidak mendengar (deafness)
Asimtomatik walaupun selama episode
Treatment of OM
 Menurut The American Academy of Pediatrics :
 Pengobatan simtomatik dan observasi selama 48 – 72 jam

 > 48 -72 jam  High dose of amoxicillin 80 – 90 mg/kgBB

 Severe atau tdk respon amoxicillin  High dose of amoxicillin dan asam

klavulanat
 Penicillin-alergic  cephalosporins, azithromycin atau clarithromycin

 Durasi terapi 5 – 10 hari


 Usia > 6 tahun dan severe  10 hari
 Usia 6 tahun dan mild or moderate  5 – 7 hari
 Vaksinasi  Mencegah resistensi antibiotik dari patogen AOM  dari vaccine-type
pneumococci menjadi nonvaccine-type strains dan menjadi H.influenzae.
 Vaksinasi  7-valent pneumococcal conjugate vaccine
PATOFISIOLOGI FARINGITIS
 Terjadi pada anak  Other bacterials
 Disertai peradangan pada tonsil • Arcanobacterium haemolyticum
(tonsiliti) (Corynebacterium haemolyticum)
 Akut faringitis  inflamasi pada • Chlamydophila pneumoniae
oropharynx dan tonsil
(Chlamydia pneumoniae)
 Common virus dan radang pada
• Corynebacterium diphtheriae
tenggorokan karena batuk dan
influenza (penyebab difteri)
 Bacterial  a beta haemolytic • Neisseria gonorrhoeae

streptococcus, Streptococcus (penyebab gonore)


pyogenes • Grup C beta-haemolytic
 An erythrogenic toxin-producing strain streptococci
 Komplikasi jangka panjang dari • Bakteri anaerob
demam rematik
Treatment of Pharyngitis
 Menurut WHO dan AHA (American Heart Association)
 Penicillin  10 hari for streptococcal

 Oral phenoxymethylpenicillin  10 hari

 Injeksi benzylpenicillin

 Injeksi Intramuskular benzathine benzylpenicillin

 Penicillin resistance in Str.pyogenes


 Kombinasi amoxicillin dan asam klavulanat

 oral sefalosporin  Cefaclor, Cefuroxime axetil, Cefixime, Cefprozil, cefadroxil

 A. haemolyticum  Injeksi dosis tunggal benzathine benzylpenicillin atau oral eritromisin


selama 10 hari

 Chlamydophila pneumoniae  tetracycline atau eritromisin


PATOFISIOLOGI SINUSITIS
 Inflamasi pada sinus paranasal
 Penyebab utama  viral, bacterial, fungal infection
 Secondary caused  alergi
 Bakteri Patogen
 Streptococcus pneumoniae,

 Unencapsulated Haemophilus influenzae,

 Moraxella catarrhalis,

 Bakteri anaerobik (penyebab sakit gigi dan sinusitis kronik),

 Staphylococcus aureus,

 Streptococcus pyogenes,

 Bakteri gram negatif  Enterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosa

(sinusitis nosokomial)
Treatment of Sinusitis
 Gejala lebih dari 7 – 10 hari
 Treatment  2 minggu
 Amoxicillin
 Kurang respon amoxicillin  Kombinasi amoxicillin dan
asam klavulanat
 Jika alergi penisilin, amoxicillin  Cefuroxime
 Jika alergi beta laktam  Clarithromycin, Clindamycin,
Azithromycin
 Penicillin-resistant  aminoglikosida
PATOFISIOLOGI RINITIS

AKUT

NASAL
INFECTION HORMONES
FOREIGN
Bacterial, Viral, DRUGS Pregnancy,
BODIES
Fungal Hypothyroidism
(children)
 Penyebab utama rinitis  viral
 Tidak membutuhkan terapi antibiotik
 Pengobatan  simtomatik saja
Treatment of Rhinitis
Rinitis Alergi Rinitis Non Alergi
 Antihistamines  Rhinorrhea 
 Nasal Corticosteroid Agents
Anticholinergic
 Leukotriene Modifiers
Agents
 Cromolyn
 Decongestants
 Mast Cell Stabilizers
 Anticholinergic Agents
PADUAN OAT
PATHOPHYSIOLOGY
 Primarily pathogen 
Mycobacterium
tuberculosis
 Infection source 
inhalation of infected
droplet nuclei
 Controlled by  cell
mediated immunity
 Manifestation 
pulmonary disease
 Associated with HIV-AIDS
TREATMENT
 1943  Streptomycin by Selman
Waksman, Elizabeth Bugie, Albert Schatz
 1951  Isoniazid

 1952  Pyrazinamide

 1961  Ethambutol

 1966  Rifampin
Sejarah Penemuan OATs
Target Pengobatan OATs
TB Laten
dan
TB Aktif
REGIMEN DEWASA
 WHO  DOTS (Directly Observed Therapy –  Previously treated
Short Course)  Initial treatment
 WHO recommended :  2 bulan pertama  + Streptomycin
 First line treatment  6-8 months  3 bulan  Rifampicin, Isoniazid,
 New case Pyrazinamide dan ethambutol
 2 months  initial phase consisting  Total 5 bulan
R (rifampicin), H (isoniazid), Z
(Pyrazinamide), E (ethambutol)
 4 months  followed by rifampicin
dan isoniazid (RHZE2/HE6)
 2 months  rifampicin bisa diganti
ethambutol (RHZE2/HE6)
 + meningitis  E diganti dengan S
(streptomycin) (RHZS2)  6-10
months dilanjutkan dengan R dan
H, jika kemungkinan drug resistance
low (RHZ2/RH4)
Jenis, sifat dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)
Jenis OAT Sifat
Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20) 30 (20-35)
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
 Rekomendasi WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease)
Kategori 1 Diberikan untuk pasien baru: Regimen OAT Kategori 1 terdiri dari :
• Pasien baru TB paru BTA positif. • 2HRZE/4H3R3
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif • 2HRZE/4HR
• Pasien TB ekstra paru • 2HRZE/6HE

Kategori 2 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah Regimen OAT Kategori 2 terdiri dari :
diobati sebelumnya: • 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
• Pasien kambuh • 2HRZES/HRZE/5HRE
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Kategori 3 Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit ringan; TB ekstra Regimen OAT Kategori 3 terdiri dari :
paru ringan • 2HRZ/4H3R3
• 2HRZ/4HR
• 2HRZ/6HE

OAT Sisipan Bila pada ahir fase intensif, pengobatan pasien baru BTA • 1HRZE
positif dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan
ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA
positif

 Di Indonesia hanya ada paduan OAT kategori 1 & kategori 2


Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1
Dosis per hari / kali Jumlah
Lama hari/kali
Tahap Pengobatan Tablet H Kaplet R Tablet Z Tablet E
Pengobatan menelan
@300mg @450mg @500mg @250mg obat

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3


Dosis per hari / kali
Jumlah
Tahap Lama Tablet E Injeksi hari/kali
Pengobatan Pengobatan Tablet H Kaplet R Tablet Z Streptomisin menelan
@300mg @450mg @500mg obat
@250mg @400mg

Intensif (dosis 2 bulan 1 1 3 3 - 0.75 g 56


harian) 1 bulan 1 1 3 3 - - 28

Lanjutan (dosis
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
3x seminggu)

Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan
berat badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml.
(1ml = 250mg).
Children and infants
 Regimen anak dan bayi = regimen dewasa
 Loading dose  BMI
 Menyesuaikan fungsi hati (t ½) dan Vd (kg/BB)
 Ethambutol  ocular toxicity
 Dosis ethambutol  15-30mg/kgBB  no
ocular toxicity
Paduan OAT KDT pada anak : 2(RHZ)/4(RH)
Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari RHZ(75/50/150) 4 bulan tiap hari RH(75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Dosis OAT Kombipak anak


Jenis Obat BB <10 kg BB 10 – 19 kg BB 20 – 32 kg

H (Isoniazid) 50 mg 100 mg 200 mg

R (Rifampisin) 75 mg 150 mg 300 mg

Z (Pirazinamid) 150 mg 300 mg 600 mg

Keterangan:
• Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
• Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
• Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
• OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat sebelum diminum.
Pregnancy, breast feeding and neonate

 WHO recommends
 Regimen sama dengan non-pregnant

(RHZE2/RH4 atau RHZ2/RH4)


 ↓ concentration in breast milk  isoniazid 3 bulan

 Monitoring enzim liver (fungsi hati), ALT,AST,

bilirubin, albumin
 KI : fluoroquinolon, aminoglikosid, ethionamide,

protionamide
Pengobatan TB Pada Keadaan Khusus
No Keadaan khusus Keterangan
1 Kehamilan • Semua aman, kecuali Streptomisin  ES: permanent ototoxic dan dapat menembus
barier placenta
• KIE : adherence (kepatuhan) dan keamanan bagi janin (tdk tertular)
2 Ibu menyusui dan • KIE : adherence (kepatuhan) dan keamanan bagi janin (tdk tertular)
bayinya • Pencegahan pada bayi : INH sesuai BB bayi
3 Pasien TB pengguna • IO : Rifampisin >< kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB) 
kontrasepsi mengurangi efek kontrasepsi hormonal
• Pencegahan : kontrasepsi non hormonal atau kontrasepsi esterogen dosis tinggi
(50mcg)
4 Pasien TB dengan • Mendahulukan pengobatan TB
infeksi HIV/AIDS • Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan
VCT(Voluntary Counceling and Testing = Konsul sukarela dengan test HIV).
5 Pasien TB dengan • Hepatitis akut dan atau klinis ikterik  tunda pengobatan OAT sampai hepatitis
hepatitis akut sembuh
• Jika harus  S + E selama 3 bulan hingga sembuh, dilanjutkan dengan R + H selama
6 bulan
6 Pasien TB dengan • KI : Z (Pirazinamid)
kelainan hati kronik • Cek ALT & AST pre dan post mediacation ADT’s
• Peningkatan > 3 x kadar normal  STOP OAT
• Peningkatan < 3 x kadar normal  pengawasan ketat OAT.
• Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE
Lanjutan …. Pengobatan TB Pada Keadaan Khusus
No Keadaan khusus Keterangan

7 Pasien TB dengan • Farmakokinetik HRZ  ekskresi via biliari  dapat diberikan dosis standar
gagal ginjal • Farmakokinetik SE  ekskresi via renal  KI
• Pencegahan  maintenance dose S dan E sesuai renal klirens
• Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR

8 Pasien TB dengan • IO : Rfampisin >< sulfonilurea  mengurnagi efek hipoglikemik SU  pencegahan dengan high
Diabetes Melitus dose of SU atau penggunaan insulin (Jika TB sudah sembuh dapat dilanjutkan dengan ADO)
• Pasien dengan komplikasi diabetes retinopati  KI penggunaan Etambutol

9 Pasien TB yang perlu Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa pasien seperti :
mendapat tambahan • Meningitis TB
kortikosteroid • TB milier dengan atau tanpa meningitis
• TB dengan Pleuritis eksudativa
• TB dengan Perikarditis konstriktiva.
• Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian diturunkan
secara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan

10 Indikasi operasi 1. Untuk TB paru:


• Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
• Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif.
• Pasien MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
2. Untuk TB ekstra paru:
• Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TB tulang yang disertai kelainan
neurologik.
Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya
Penyebab Efek Samping Penatalaksanaan
R (rifampisin) Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut Semua OAT dikonsumsi sebelum tidur malam
Warna kemerahan pada urine KIE : tidak perlu khawatir
ES berat : purpura atau syok Hentikan penggunaan obat
H (isoniazid) Kesemutan hingga rasa terbakar di kaki Pemberian tablet piridoksin 100mg q 24 jam
Z (pirazinamid) Nyeri sendi Pemberian tablet aspirin
E (etambutol) Gangguan penglihatan Hentikan penggunaan obat
S (streptomisin) Tuli Hentikan penggunaan obat
Gangguan keseimbangan Hentikan penggunaan streptomisin, ganti dengan
etambutol
Semua jenis OAT Gatal dan kemerahan • Pemberian antihistamin
• jika masih gatal dengan pemberian antihistamin 
HENTIKAN PENGGUNAAN OAT
• jika masih gatal walaupun telah berhenti minum OAT
 rujuk ke dokter
Ikterus tanpa penyebab lain Hentikan penggunaan OAT hingga ikterus sembuh
Bingung dan muntah-muntah (permulaan Hentikan penggunaan OAT, dan lakukan pemeriksaan
ikterus karena obat) fungsi hati
Drug-resistant TB
 Isoniazid-resistant
 Rifampicin-resistant (RR)

 MDR-TB

 XDR-TB
MDR-TB (Multidrug-resistant Tuberculosis)

 Most prevalent  isoniazid dan streptomycin


 DOTS-plus strategy  second line ATD’s
 Initial phase  6 months
 Continuation phase  12 – 18 months
 Regimen DOTS-plus  3 atau 4 oral ATD’s + 1 injeksi aminoglikosida
Aminoglycosides (amikacin, kanamycin)

Aminosalicylates

Cycloserine

Ethionamide

Fluoroquinolones (ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin)


WHO RECOMMENDATIONS ON THE USE
OF THE SHORTER MDR-TB REGIMEN
 Sudah ada uji resisten obat TB (kecuali resisten isoniazid)
 Pernah mendapatkan pengobatan ≥ 1 second-line regimen TB-MDR selama ≥ 1 bulan
 Tidak toleransi pada ≥ 1 regimen TB-MDR atau resiko toksik (interaksi obat)
 Kehamilan
 Penyakit ekstrapulmonari
 Setidaknya 1 obat tidak tersedia pd regimen TB-MDR

Tidak Iya
Fase intensif Fase intensif
Durasi : 4 – 6 bulan Durasi : > 8 bulan
Komposisi : 4 second-line drugs Komposisi : ≥ 4 second-line drugs

Fase lanjutan Fase lanjutan


Durasi : 5 bulan Durasi : 12 bulan atau lebih
Komposisi : 2 second-line drugs Komposisi : ≥ 3 second-line drugs
XDR-TB (Extensively drug-resistant tuberculosis)
 Terjadi karena non-adherence in second line ATDs dan karena
progresivitas penyakit HIV-AIDS
 Resistant to
 Isoniazid

 Rifampicin

 Fluoroquinolones

 1 dari 3 injeksi aminoglikosida (amikacin, capreomycin,

kanamycin)
Co-infection with HIV
 CD4+ cell counts > 200cells/μL
Standard regimen

 RHZE2/RH4  6 bulan
 Slow respon  9 bulan
 Anak dgn ekstrapulmonary TB (bones, CNS, miliary
disease)  12 bulan

 CD4+ cell counts < 200cells/μL  co-trimoxazole


Adjunctive therapy
 Corticosteroids

Prevention
BCG (Bacille Calmette-Guérin) vaccine
 newborn, kecuali bayi yang terinfeksi HIV
 Ditemukan pada tahun 1921
 Oleh Albert Calmette dan Jean-Marie Camille Guerin
 Strain Mycobacterium tuberculosis
GI INFECTION
Gejala sederhana dari gastro-
enteritis dan gejala dari kebanyakan
infeksi pada intestin

KAUSATIF : About diarrhoea


 Virus  Rotavirus

 Bakteri

 Campylobacter

jejuni
 Escherichia coli

 Salmonella

enteriditis
 Shigella spp.,

 Vibrio cholerae

 Yersinia

entercolitica
 Protozoa

 AIDS-associated

diarrhoea
Pencegahan :
 Mempertahankan hidrasi
Diare akut  Tidak memerlukan antiinlamasi
 Kadang membutuhkan antibiotik

Pencegahan :
Diare Pediatrik 

Dukungan nutrisi
Manajemen terhadap komplikasi sekunder 
infeksi sistemik
 Shigella  penyebab utama disentri pada anak

Penyebab Utama :
Traveller’S  Bakteri patogen enterotoxigenik  E. coli
Bakteri lainnya : Campylobacter jejuni, Salmonella dan
Diarrhoea

Shigella spp., Vibrio cholerae


PENCEGAHAN (Clinical):
 Tergantung patogen penyebab diare, keparahan dan durasi
diare
 Rehidrasi oral
 Simtomatik diare ringan hingga sedang  obat antimotilitas
(loperamide)
 Bismuth salycilate  mengurangi frekuensi diare
 AB empiris  fluoroquinolone
 Cotrimoxazole  toksisitas dan tingkat resistensi
Terapi pada infeksi GI
Patogen Gejala Evaluasi Diagnostik Pilihan terapi Terapi alternatif
Salmonella Mual, muntah, dire, rasa Leukosit feses, kultur Fluirokuinolon; Ampicillin,
(nontyphoidal) keram pada perut, feses Generasi 3 amoxicillin,
demam, kejang sefalosporin TMP-SMX,
Incubation:6–72hrs chloramphenicol,
azithromycin
Salmonella Demam tinggi, nyeri Leukosit feses, kultur Fluirokuinolon; Ampicillin,
(typhoidal) abdominal, sakit kepala, feses, kultur darah Generasi 3 amoxicillin,
batuk kering sefalosporin TMP-SMX,
chloramphenicol,
azithromycin
Shigella Demam, disentri, keram, Leukosit feses Fluorokuinolon Azithromycin,
kejang TMP-SMX,
Incubation:12–24hrs ampicillin,
ceftriaxone
Campylobacter Diare ringan hingga Leukosit feses, kultur Erythromycin, Fluoroquinolone,
berat, demam, malaise feses azithromycin tetracycline,
sistemik Gentamicin
Incubation:24–72hrs
Clostridium Diare ringan hingga C.difficile toxin, Metronidazole Vankomisin
difficile berat, keram C.difficile culture,
kolonoskopi
Terapi pada infeksi GI
Patogen Gejala Evaluasi Pilihan terapi Terapi alternatif
Diagnostik
Staphylococcal Mual, muntah, salivasi, Hanya terapi suportif
food poisoning keram, diare, biasanya
selesai sendiri dalam
waktu 8 jam
Inkubasi : 2 – 6 jam
Travelers’ diarrhea Mual, muntah, diare Kultur feses Ciprofloxacin 500 mg S 2 dd -
(Escherichia coli) ringan hingga berat, 1tab selama 1–3 hari;
keram Ofloxacin 400 mg S 2 dd
1tab selama 1–3 hari;
Levofloxacin
500 mg q 24 jam selama 1-
3 hari;
Azithromycin
500 mg q 24 jam selama 1-
3 hari;
Rifaximin 200 mg S 3 dd
1tab selama 3 hari.
Terapi pada infeksi GI
Patogen Gejala Evaluasi Pilihan terapi Terapi alternatif
Diagnostik

Shiga toxin- Diare, sakit kepala, Stool cultures Hanya terapi suportif
producing feses bercampur darah on
Escherichia coli Incubation:48–96hrs MacConkey’s
(E.coli O157:H7) sorbitol
Cryptosporidiosis Diare ringan hingga Stool Penanganan diare dengan
berat (kronik), disertai screening for HIV-AIDS
volume cairan yang oocytes, PCR,
banyak ELISA
Virus Mual, diare, keram Virus Hanya terapi suportif
Inkubasi :16–48hrs
Patofisiologi

Helicobacter
pylori
infection on
gastric
mucosa
(gastritis)
Oral Drug Regimens Used to Eradicate Helicobacter pylori Infection

Regimen Obat Dosis Frekuensi Durasi


Proton Pump Inhibitor–Based Three-Drug Regimens
PPI + Clarithromycin + Amoxicillin, Standard dose + 500 mg + 1 g BID 10 – 14 hari
atau
PPI + Clarithromycin + Standard dose + 500 mg + 500 mg BID 10 – 14 hari
Metronidazole

Dosis standar :
Omeprazole 20 mg BID; lansoprazole 30 mg BID; pantoprazole 40 mg BID; rabeprazole 20 mg BID or
QD; esomeprazole 20 mg BID or 40 mg QD

Metronidazole  if allergic penicillin or beta lactams


Lanjutan…
Regimen Obat Dosis Frekuensi Durasi
Bismuth-Based Four-Drug Regimens
Bismuth subsalicylate 525 mg QID 10 – 14 hari
Metronidazole 250–500 mg
Tetracycline 500 mg
PPI, Standard dose of PPI BID (PPI)
atau
Bismuth subsalicylate 525 mg QID 10 – 14 hari
Metronidazole 250–500 mg
Tetracycline 500 mg
Antagonis H2 Standard dose of antagonis H2 BID (antagonis 4 – 6 minggu
H2) (antagonis H2)
Lanjutan…
Regimen Obat Dosis Frekuensi Durasi
Sequential Therapy
PPI Standard dose BID Hari 1–10
Amoxicillin 1g BID Hari 1–5
Clarithromycin 250–500 mg BID Hari 6–10
Metronidazole 250–500 mg BID Hari 6–10
Salvage or Rescue Therapy
Bismuth subsalicylate 525 mg QID 10–14 days
Metronidazole 250–500 mg QID 10–14 days
Tetracycline 500 mg QID 10–14 days
PPI, atau Standard dose QD or BID 10–14 days
PPI Standard dose BID 10–14 days
Amoxicillin 1g BID 10–14 days
Levofloxacin 500 mg QD 10–14 days
SEPTISEMIA

INFEKSI PADA DARAH


PATHOPHYSIOLOGY Bacteria in blood
Inflammatory Mechanisms in Sepsis
Kausatif
Community-acquired septicaemia Hospital-acquired septicaemia
Penyebab utama
  Iatrogenic
Meningococcal septicaemia (meningococcal
 Complication of surgery
meningitis)
Streptococcal septicaemia with pneumonia
 Catheters
 Immunocompromised (neutropenia)
Pada anak :

 ARDS (acute respiratory distress
Streptococcus pneumoniae, dan
syndrome)
Haemophilus influenzae

Neonates (Bayi baru lahir)


Gram negative

Group B streptococci
Pemilihan Antibiotik

Tergantung sumber infeksi


• Empirik  penicillin dan aminoglikosida,
Choice of AB metronidazole (anaerob)

Community-acquired septicaemia Hospital-acquired septicaemia


 BNF merekomendasikan  BNF merekomendasikan
Antibiotik empirik sbb : Antibiotik empirik sbb :
 AB Spektrum luas  AB Spektrum luas
antipseudomonal penicillin  antipseudomonal β-lactam
ticarcilin-clavulanic acid atau  ceftazidime, ticarcilin-
piperacilin-tazobactam) clavulanic acid, piperacilin-
 Sefalosporin spektrum luas tazobactam, imipenem-
 ceftazidime atau cilastatin, meropenem
cefotaxime
Pemilihan Antibiotik
 Pseudomonas, sepsis berat (severe)
 Aminoglikosid
 Anaerob  Metronidazole
 MRSA (meticillin-resistant staphylococci
 Vancomycin
Pemilihan Antibiotik
US guidelines pada dewasa (adult) :
 Sefalosporin generasi 3 atau 4 (cefotaxime, ceftriaxone, Ceftazidime,
cefipime)
 piperacillin-tazobactam
 Imipenem-cilastatin
 Meropenem
 Aminoglikosida
URINARY TRACT INFECTION
About UTI (ISK)
Pathogenesis Clinical Presentation
 Rute ascending  Disuria, nyeri belakang,
 Kolonisasi pada pada bagian pyuria, hematuria, bakteriuria,
introtius dengan bakteri dan riwayat ISK sebelumnya
intestin  introital  Kejadian : 50% pada wanita
colonization
 Kolonisasi pada uretra 
retrograde infection of the
bladder
Penatalaksanaan
Pemilihan AB Duration of Therapy
 PO 7 – 14 hari  β-Lactam
 Geographic antibiotics and nitrofurantoin
susceptibillities  alergi  Terapi selama 3 hari  TMP-SMX

and the fluoroquinolones


 Geographic areas 
 or by single-dose therapy (acute

tingkat resistensi UTIs) in young women adult 


TMP-SMX (two or three double-
antibiotik strength tablets), trimethoprim 400
 Relative drug costs mg, amoxicillin-clavulanate 500 mg,
amoxicillin 3 g, ampicillin 3.5 g,
(farmakoekonomi) nitrofurantoin 200 mg, ciprofloxacin
500 mg, and norfloxacin 400 mg
Uncomplicated UTI Complicated UTI
Organisme Antibiotic Organisme Antibiotic
Escherichia coli TMP-SMX
Escherichia coli Sefalosporin generasi 1, 2 atau 3;
Proteus TMP-SMX TMP-SMX
mirabilis
Proteus mirabilis Sefalosporin generasi 1, 2 atau 3
Klebsiella TMP-SMX
pneumoniae Klebsiella Sefalosporin generasi 1;
pneumoniae fluoroquinolone
Enterococcus Amoxicillin
faecalis Enterococcus Ampicillin or vancomycin
faecalis aminoglycoside
Staphylococcus Sefalosporin gen. 1
saprophyticus atau TMP-SMX Pseudomonas Antipseudomonal penicillin; aminoglycoside;
aeruginosa ceftazidime; cefepime; fluoroquinolone; carbapenem
Enterobacter Fluoroquinolone; TMP-SMX; carbapenem
Indole-positive Sefalosporin generasi 3; fluoroquinolone
Proteus
Serratia Sefalosporin generasi 3; fluoroquinolone
Acinetobacter Carbapenem; TMP-SMX
Staphylococcus Penicillinase-resistant penicillin; vancomycin
aureus
Antibiotics for acute UTIs
ASI
Antibiotik Dosis dewasa Dosis pediatrik Ibu hamil (Ibu Keterangan
menyusui)

Amoxicillin 250mg/8 jam ; 20–40mg/kgBB/ Melawati Jumlah kecil Watch for resistance
3g/24jam 8jam plasenta

Amoxicillin 500 + 125 mg /12 20 mg/kgBB/ 8jam - -


+ clavulanate jam
(kombinasi)

Ampicillin 250–500mg/ 6jam 50-00mg/kgBB Melawati Jumlah Watch for resistance


/6jam plasenta bervariasi Signa a.c.
1-30%

Cefadroxil 0.5–1 g /12 hr 15–30 mg/kgBB Melawati Jumlah Alergi terhadap penicillin
/6jam plasenta bervariasi Reaksi Hipersensitivitas
20%
Antibiotics for acute UTIs

ASI
Antibiotik Dosis dewasa Dosis pediatrik Ibu hamil (Ibu keterangan
menyusui)

Ciprofloxacin 50–500 mg /12 jam Hindari Arthropathy pada - Alternatif lain alergi
janin (hewan) terhadap beta lactam

Levofloxacin 250 mg / 24jam Hindari Arthropathy pada 100%


janin (hewan)

TMP-SMX 160 + 800mg 10 mg/kg/hari Melewati plasenta ASI > 1 - Signa a.c + air putih
(cotrimoxazole) /12jam (TMP 60%; - Reaksi hematologi
terbagi dalam 2 Antagonis as.folat; merugikan pada pasien
0.48 + 2.4 g / dosis) Teratogenic pada HIV-AIDS
24jam tikus - Firstline pada pasien
prostat

Anda mungkin juga menyukai