Anda di halaman 1dari 37

BY : NONA MU’MINUN S.Kep.,Ns.,M.

Kes

KEPERAWATAN
PALIATIF
DAN
MENJELANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
BIO PSIKOSOSIAL SPRITUAL :
PENYAKIT KRONIK DAN TERMINAL

DEFINISI :
Penyakit kronik dan terminal adalah suatu peristiwa
yang menuju kekematian dan menimbulkan suatu
proses penyesuaian psikologi yang kompleks yang
bervariasi dari satu pasien kepasien lain dan berbeda
dari suatu budaya kebudaya lain.
Contoh:
-Penyakit kronik : hipertensi, sirosis hepatis, DM.
-Penyakit terminal antara lain: gangguan kesadaran
dan sakaratural maut.
Penyakit kronis dapat bersifat :

Progresif`→ Bertambah lama bertambah parah :


penyakit pembekuan darah otak dan jantung
Menetap→ Setelah individu terserang suatu
penyakit maka penyakit tersebut menetap pada
individu tersebut
Kambuh → Penyakit dapat hilang timbul sewaktu
– waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda.
DAMPAK PENYAKIT KRONIS DAN TERMINAL:

-menimbulkan gangguan aktivitas individu


-gangguan interpersonal
-gangguan fungsi pekerjaan karena sering kambuh
dan berulang-ulang-gangguan fungsi social
-gangguan aktivitas dapat dialami secara total
seperti pada klien dengan penyakit jantung dan
ginjal, COPD.
Menurut Judith Heber dalam buku Comprehensive Psychiatric
Nursing menyatakan bahwa konsep tentang penyakit kronik dan
ketidakmampuan dipengaruhi oleh beberapa factor:

 PERSEPSI KLIEN THDP SITUASI


 PERSEPSI KELUARGA
 BERATNYA PENYAKIT
 SUPPORT SOSIAL
 TEMPERAMEN DAN KEPRIBADIAN KLIEN
 SIKAP DAN TINDAKAN LINGKUNGAN
 TERSEDIANYA FASILITAS

RESPON KLIEN
RESPON PADA KLIEN KRONIS DAN TERMINAL

1. Kehilangan Kesehatan (well being) Klien yang


didiagnosa penyakit kronik akan mengalami
kehilangan kesehatannya, dapat dia mati dari respon
klien: rasa cemas, takut dan pandangan yang tidak
realistic.
2. Kehilangan kemandirian (Ketergantungan) Akibat
penyakit kronis yang diderita, kehilangan
kemandirian ditunjukkan melalui berbagai perilaku
seperti : bersifat kekanak–kanakan dan
ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan.
3. Kehilangan Situasi Klien merasa kehilangan
situasi yang dinikmati sehari–hari bersama keluarga
dan kelompoknya. Karena penyakitnya klien
terpaksa dirawat berulang–ulang, sehingga setiap
klien masuk kembali kerumah sakit, klien mulai
kehilangan situasi sebelumnya yang menyenangkan,
klien merasa asing dengan lingkungan
barunya,berhadapan dengan petugas yang tidak
ramah dan prosedur pengobatan yang rutin dan
tidak menyenangkan.
Kehilangan Rasa Nyaman Kehilangan rasa nyaman
adalah masalah yang selalu muncul setiap keadaan
sakit. Gangguan rasa nyaman muncul akibat dari
gangguan fungsi tubuh klien seperti panas, merasa
tidak enak perut, sulit bergerak dan lain –lain. Selain
dari proses patofisiologi penyakit, proses pengobatan
juga dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman
misalnya: pemberian diet rendah garam, aktivitas
yang dibatasi, dan pemberian tindakan yang
menimbulkan rasa sakit.
5. Kehilangan Fungsi Fisik Proses perjalanan
penyakit (potofisiologi) dapat menimbulkan
gangguan / perubahan fungsi organ tubuh tertentu,
dapat bersifat sementara atau menetap misalnya
pada klien gagal ginjal harus dibantu melalui
hemodialisa.
6. Kehilangan Fungsi Mental Klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi
dan berfikir efesien, sehingga klien tidak dapat
berfikir secara rasional seperti sebelum sakit. Selain
itu keadaan sakit juga dapat menimbulkan
perubahan fungsi mental seperti gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, kerancunan,
trauma kapitis dll.
7. Kehilangan Konsep DiriKlien dengan penyakit
kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk
juga fungsi tubuhnya (gambaran tubuhnya), peran
dan identitasnya, hal ini akan mempengaruhi ideal
diri dan harga dirinya menjadi rendah, misalnya
pada klien dengan gagal ginjal akan terjadi retensi
urine, penurunan berat badan, perubahan warna
kulit yang akan merubah persepsi individu terhadap
gambaran tubuhnya.
8. Kehilangan Peran dan Kelompok Keadaan sakit
dapat mengganggu peran klien dalam kelompoknya
yaitu klien tidak dapat menjalankan perannya sesuai
dengan yang diharapkan
9. Kehilangan Peran dalam Keluarga Klien
merupakan anggota dari suatu keluarga yang juga
mempunyai peran penting. Jika salah satu anggota
keluarga sakit, maka akan mempengaruhi peran
dalam keluarga tersebut, mis: Seseorang ayah
menderita sakit sehingga tidak dapat menjalankan
perannya sebagai seorang ayah, hal ini akan
mempengaruhi peran ganda yaitu menggantikan
peran yang tidak dapat dilakukan ayah dan
menjalankan peranya.
PSIKODINAMIKA

 1. DINAMIKA INDIVIDU

 Protes dan Pengingkaran :

Pada fase ini pasien sering mengekspresikan rasa tidak


percaya pada kenyataan dan mengungkapkan “mengapa
keadaan ini menimpa saya?. Ini mimpi buruk dan tidak
mungkin terjadi kepada saya”. Fase pengingkaran ini
berlanjut terus sampai klien mengalami perubahan konsep
diri.
Protes pengingkaran merupakan respon yang wajar
bila terjadi dalam batas waktu tertentu. tetapi
setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk
kedalam fase berikutnya. Pada fase ini klien perlu
menumbuhkan kesadarannya, mencegah
kemunduran yang lebih berat, mengenal
keterbatasannya dan melakukan pendekatan
keagamaan.
 Depresi, Cemas dan Marah.:

 Pada keadaan ini tingkat emosi klien tinggi, depresi, cemas dan
marah muncul ketika klien merasa tidak mampu lagi mengatasi
keadaanya, klien merasa hampa dan tidak berdaya. Manifestasi
yang muncul antara lain klien nampak sedih, kadang menangis,
bingung, ketergantungan dan tidak dapat mengambil
keputusan, tidak punya harapan.
 Kemarahan diproyeksikan kepada diri sendiri, keluarga, atau
petugas pada saat klien marah. Perawat hendaknya menanggapi
dengan (+), mengantar klien menggali potensi kemampuan dan
harapan untuk mengatasi situasi yang sedang dialaminya.
 Pelepasan dan Reinvestasi.

 Pada fase ini mulai mengidentifikasi pengingkaran,


cemas, depresi dan perasaan marahnya dan mulai
mengumpulkan kekuatan yang masih dimiliki untuk
mengurangi respon emosi yang dapat memperberat
stress.
 Bila penyakit progresif, reaksi emosi ini akan
berlangsung secara siklikal. Pada fase ini perawat
hendaknya menfasilitasi semua proses yang terjadi dan
memotivasi klien untuk melewati proses dengan baik
 2. DINAMIKA KELUARGA

•Perubahan peran individu karena sakit akan


mempengaruhi pada pelaksanaan peran dalam keluarga
mis: bila seorang ayah sebagai kepala keluarga mengalami
sakit akan mempengaruhi kepada ibu untuk menggantikan
peran ayah untuk menjaga anak dan mencari nafkah.
•Respon emosi keluarga sama dengan respon emosi klien,
pengingkaran, marah, cemas dan depresi, keluarga merasa
takut kehilangan klien. Keadaan stress bagi klien juga
merupakan stress bagi keluarganya.
Keluarga merasa tidak berdaya dan tidak mampu
menggunakan pengalaman masa lalu untuk
mengatasi masalahnya, sehingga keluarga merasa
kecewa dan putus harapan.
Stress situasi pada keluarga dapat terjadi bervariasi,
dari segi finansial terjadi penurunan penghasilan,
peningkatan pengeluaran dll.
3. DINAMIKA LINGKUNGAN

Sikap lingkungan yang bervariasi menimbulkan


dinamika bagi klien, stigma social terhadap penyakit
kronik adalah ketidakmampuan melakukan aktivitas
social, perubahan peran dalam kelompok social
(Brown, 1985, 772)
 4. RESPON PERAWAT

Dalam memberikan asuhan, perawat harus menunjukkan


sikap professional. Kesulitan perawat pada penyakit kronik
sama halnya dengan memberikan perawatan pada klien
yang akan meninggal. Mereka tidak diobati dan masalah
klien tidak dapat dipecahkan.
Tujuan perawat adalah mendorong klien menjalani sisa
kehidupan dengan aman melibatkan semua kekuatan/
kemampuan untuk menghadapi kekacauan dan kehilangan.
Sebagai dasar serta memberikan perawatan secara kontinue.
Jangan pula perawat menganggap klien dengan
penyakit kronik adalah orang yang tidak mampu
sama sekali melakukan aktivitas, sehingga semua
kebutuhan klien dipenuhi, ini akan membuat klien
tergantung, berikan dukungan kepada klien untuk
menjalankan fungsi secara optimal sesuai
kemampuannya, bekerjasama dengan klien dalam
menetapkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
RESPON TERHADAP KELUARGA

Perawat dianjurkan untuk menghormati nilai yang


ada dalam suatu keluarga dan sistim dukungan yang
diberikan. Bila keluarga tidak mau kooperatif dan
berpartisipasi, perawat dapat memberikan motivasi
kepada klien dan keluarga. Sampaikan harapan
perawatn terhadap keluarga supaya terlibat dalam
perawatan. Perawat hendaknya menjadi fasilatator
antara klien dan keluarga.
PENGKAJIAN DIRI PERAWAT

•Kesadaran diri dan perilaku yang adekuat


diperlukan oleh perawat yang menggunakan dirinya
sebagai terapis, tanpa mengerti dan menyadari
dirinya, perawat tidak dapat berinteraksi dengan
klien dan keluarga secara baik.
Dibawah ini adalah panduan untuk melakukan pengkajian diri perawat
agar dapat berespon dengan tepat terhadap klien dan keluarganya:

-Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan.


-Apa saya akan mempunyai sifat tulus kasih.
-Bagaimana perasaan saya bila menghadapi klien dengan keadaan kritis.
-Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronis sama atau berbeda
dengan klien dan keluarga.
-Bagaimana cara saya untuk meningkatkan partisipasi klien dan keluarga
dalam perawatan penyakit klien.
-Dapatkah saya bersikap stabil pada saat menghadapi emosi klien yang
labil.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN.

1. Pengkajian Klien


Klien dengan penyakit kronis menunjukkan respon
psikososial untuk menekan rasa kehilangan dan
perubahan persepsi terhadap situasi, perlu dikaji
bersama upaya klien mengatasi rasa kehilangan dan
perubahan yang terjadi, mungkin menunjukkan rasa
sedih, murung, dan sebagainya.
•Hal yang di kaji adalah:

Respon emosi klien terhadap diagnosa.


Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih
terhadap situasinya.
Upaya klien dalam mengatasi situasi.
Kemampuan dalam mengambil keputusan dan
memilih pengobatan.
Persepsi dan harapan klien.
Kemampuan mengingat masa lalu.
2. Pengkajian Keluarga.

Hal –hal yang perlu di kaji pada keluarga :

•Respon keluarga terhadap klien.


•Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya.
•Kemampuan / kekuatan keluarga yang diketahui.
•Kapasitas sistem pendukung yang ada.
•Pengertian dari pesangan sehubungan dengan gangguan fungsi seksual.
•Kekuatan dan dukungan keluarga untuk pelaksanaan home care.
•Proses pengambilan keputusan sesuai dengan kapasitas keluarga.
•Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan
perubahan.
3. Pengkajian Lingkungan

Hal –hal yang perlu dikaji pada lingkungan adalah :


–Sumber daya yang ada.
–Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan
penyakit.
–Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan.
–Ketersediaan fasilitas dan partisipasi dalam
keperawatan.
–Kesempatan kerja.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan data yang terkumpul dapat ditetapkan


masalah dan diagnosa keperawatan dengan penyakit
kronik yaitu:
–Respon pengingkaran yang tidak adekuat
sehubungan dengan kehilangan dan perubahan.
–Cemas yang tinggi sehubungan dengan
ketidakmampuan mengekspresikan perasaan.
–Gangguan berhubungan (menarik diri)
sehubungan dengan perasaan tidak mampu.
–Gangguan body image sehubungan dampak
transplantasi ginjal.
–Potensial terjadi gangguan identitas sehubungan
dengan adanya hambatan dalam melakukan fungsi
seksual.
–Ganguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri
akibat penyakit yang dideritanya.
C. TUJUAN

–Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas.


–Klien dapat mengidentifikasikan respon
pengingkaran terhadap kenyataan.
–Klien mau membina hubungan dengan keluarga dan
petugas.
–Klien dapat menerima keadaan dirinya.
–Gangguan fungsi seksual tidak terjadi.
–Rasa nyaman terpenuhi.
D. INTERVENSI

Intervensiter hadap klien, bantu klien untuk:


–Berikan kesempatan kepada klien untuik mengungkapkan
perasaan cemas, marah, frustasi dan depresinya.
–Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
–Berikan informasi tentang penyakit secara benar dan jujur.
–Bantu Klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
–Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi yang dialamia
kibat penyakit.
–Ciptakan lingkungan mendukung penyembuhan.
Intervensiterhadapkeluarga:
–Bantu keluarga untuk mengidentifikasikan
kekuatanya.
–Berikan informasi tentang klien terhadap keluarga
secara jelas.
–Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhannya.
–Berikan motivasi kepada keluarga untuk
memberikan perhatian kepada klien.
–Tingkatkan harapan keluarga terhadap harapan
klien
E. EVALUASI

Semua tindakan yang telah dilaksanakn di evaluasi


secara seksama, bagaimana hasil dari susunan yang
diberikan kepada klien dan keluarga :
•Apakah respon klien adekuat?
•Apkah klien mampu mengungkapkan perasaannya?
•Dapatkah klien mengontrol perasaannya?
•Dapatkah klien menerima kenyataan?
•Apakah koping yang digunakan adekuat?
KESIMPULAN

Kehilangan dan perubahan adalah dampak yang


sering terjadi akibat penyakit dan tidak mampu.
Interaksi antara klien, keluarga dan lingkungan akan
membantu mengenal kekuatan untuk mengatasi
kehilangan dan mempertahankan keadaanya.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

WASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI


WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai