Anda di halaman 1dari 39

referat

ANESTESI UMUM DAN ANESTESI REGIONAL

Pembimbing : dr. Desy Januarrifianto, Sp.An

BAGIAN ILMU ANASTESI


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
PENDAHULUAN

• Anestesi  Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,


"persepsi, kemampuan untuk merasa“
menghilangkan rasa sakit
Hipnotik

Trias anestesi Analgesia

Relaksasi otot
ANESTESI UMUM
Definisi  tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible

Tujuan hipnotik, analgesik, relaksasi dan stabilisasi


otonom
Syarat Kontraindikasi

Memberi induksi yang halus dan


Kontraindikasi mutlak 
cepat.
Timbul situasi pasien tak sadar atau dekompresi kordis derajat
tak berespons III -IV, AV blok derajat II-
Timbulkan keadaan amnesia
total (tidak ada
Timbulkan relaksasi otot skeletal,
tapi bukan otot pernapasan.
gelombang P).
Hambatan persepsi rangsang
sensorik sehingga timbul analgesia Kontraindikasi Relatif 
yang cukup untuk tindakan operasi.
Memberikan keadaan pemulihan hipertensi berat/tak
yang halus cepat dan tidak terkontrol (diastolik
menimbulkan ESO yang >110), DM tak terkontrol,
berlangsung lama.
infeksi akut, sepsis, GNA.
Komplikasi

Kardiovaskular berupa hipotensi dimana tekanan


sistolik kurang dari 70 mmHg atau turun 25 % dari
sebelumnya, hipertensi dimana terjadi peningkatan
tekanan darah pada periode induksi dan pemulihan
anestesi.

Gelisah setelah anestesi, tidak sadar ,


hipersensitifitas ataupun adanya peningkatan suhu
tubuh.
Persiapan anestesi umum
ASA I  ASA IV

Premedikasi ½  1 jam sebelum induksi

Tujuan  melancarkan induksi, rumatan dan bangun


dari anestesia, menghilangkan rasa khawatir, membuat
amnesia, memberikan analgesia dan mencegah
muntah, menekan refleks yang tidak diharapkan,
mengurasi sekresi saliva dan saluran napas.
The American Society of
Anestesiologists (ASA)
 ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik
 ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
 ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga
aktivitas rutin terbatas
 ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat
 ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau
tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam
Obat-obat premedikasi yang dapat di berikan

Gol. Antikolinergik

Gol. Hipnotik-sedatif

Gol. Analgetik narkotik

Gol. Transquilizer
Metode pemberian

Perenteral (Intravena, Intramuscular)

perektal (melalui anus)  bayi & anak

Perinhalasi
Stadium anestesi

Stadium 1 analgesia sampai kehilangan kesadaran

stadium 2 sampai respirasi teratur

stadium 3 dan stadium 4 sampai henti napas dan


henti jantung.
Teknik anestesi umum
Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan
Indikasi :
Tindakan singkat ( ½ - 1 jam)
Keadaan umum baik (ASA I – II)
Lambung harus kosong

Prosedur :
Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)
Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat
penenang) efek sedasi/anti-anxiety :benzodiazepine; analgesia: opioid,
non opioid, dll
Induksi
Pemeliharaan
Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan

Intubasi endotrakeal  memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakeal


tube) kedalam trakea melalui oral atau nasal.
Indikasi; operasi lama, sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan
kepala)
Prosedur :
1. Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil dgn
durasi singkat)
2. Intubasi setelah induksi dan suksinil
3. Pemeliharaan

Untuk persiapan induksi sebaiknya kita ingat STATICS:


S = Scope
T = Tubes I = Introductor
C = Connector
A= Airway
S = Suction
T = Tape
Teknik Intubasi
1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin → fasikulasi (+)
3. Bila fasikulasi (-) → ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira 1 mnt
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendorong kepala
sedikit ekstensi → mulut membuka
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit demi sedikit,
menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
6. Cari epiglotis → tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok) atau
angkat epiglotis ( pada bilah lurus )
7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dar luar )
8. Temukan pita suara → warnanya putih dan sekitarnya merah
9. Masukan ET melalui rima glottis
10. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu napas ( alat
resusitasi )
 
Obat-obat dalam anestesi umum
Anestetik intravena
Benzodiazepine
Propofol
Ketamin
Thiopentone Sodium
Anestetik inhalasi

N2O
Halotan
Isofluran
Sevofluran
Aldrete Score
Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0

Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
 Apnoea atau obstruksi, 0

Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
 
Kesadaran  
Sadar, siaga dan orientasi, 2
Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
Tidak berespons, 0

Aktivitas  
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke
ruangan
Steward Score (anak-anak)
Pergerakan
Gerak bertujuan 2
Gerak tak bertujuan 1
Tidak bergerak 0

Pernafasan
Batuk, menangis 2
Pertahankan jalan nafas 1
Perlu bantuan 0

Kesadaran
Menangis 2
Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0
Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
ANESTESI REGIONAL
Definisi  hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara tanpa menghilangkan kesadaran pasien

Pembagian anestesi regional

Blok sentral (blok neuroaksial)  blok spinal, epidural


dan kaudal

Blok perifer (blok saraf)  anestesi topikal, infiltrasi


lokal, blok lapangan, dan analgesia regional intravena.
1. Anastesi Spinal  pemberian obat anestetik
lokal ke dalam ruang subarachnoid.
Indikasi: Kontra indikasi absolut
Pasien menolak
Bedah ekstremitas bawah Infeksi pada tempat suntikan
Bedah panggul Hipovolemia berat, syok
Tindakan sekitar rektum Koagulapatia atau mendapat
perineum terapi koagulan
Bedah obstetrik-ginekologi
Tekanan intrakranial
Bedah urologi
meningkat
Bedah abdomen bawah
Fasilitas resusitasi minim
Pada bedah abdomen atas dan
Kurang pengalaman tanpa
bawah pediatrik biasanya
didampingi konsulen
dikombinasikan dengan
anestesi umum ringan
anestesi.
Kontra indikasi relatif
Infeksi sistemik
Infeksi sekitar tempat suntikan

Kelainan neurologis

Kelainan psikis

Bedah lama

Penyakit jantung

Hipovolemia ringan

Nyeri punggung kronik


Anestetik lokal yang paling sering digunakan:

Lidokaine(xylocain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat


isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)

Lidokaine(xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%:


berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-
2ml)

Bupivakaine (markaine) 0.5% dalamlm air: berat jenis


1.005, sifat isobarik, dosis 5-20 mg (1-4 ml)

Bupivakaine(markaine) 0.5% dalam dextrose 8.25%:


berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3 ml
Teknik anestesi spinal
1. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah
teraba. Posisi lain adalah duduk.
 Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua
garis Krista iliaka, misal L2-L3, L3-L4, L4-L5.
Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko trauma
terhadap medula spinalis

 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.

 Beri
anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya
dengan lidokain 1-2% 2-3ml

 Cara tusukan median atau paramedian.


Komplikasi tindakan anestesi spinal

 Hipotensi berat
 Bradikardia
 Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau
hipoperfusi pusat kendali nafas
 Trauma pembuluh saraf
 Trauma saraf
 Mual-muntah
 Gangguan pendengaran
 Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi pasca tindakan

 Nyeri tempat suntikan


 Nyeri punggung

 Nyeri kepala karena kebocoran likuor


 Retensio urine

 Meningitis
2. Anestesi epidural  blokade saraf dengan
menempatkan obat di ruang epidural
Keuntungan epidural dibandingkan spinal

Bisa segmental
Tidak terjadi headache post op
Hipotensi lambat terjadi

Kerugian epidural dibandingkan spinal


Teknik lebih sulit
Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
Reaksi sistemis 
Komplikasi anestesi / analgesi epidural

Blok tidak merata


Depresi kardiovaskular (hipotensi)
Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
Mual – muntah
3. Anestesi kaudal

Indikasi
Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid,
fistula paraanal.

Kontra indikasi
Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.
 
Efek samping Anestesi spinal  anestesi spinal total

 anestesi spinal intra tekal atau epidural yang naik sampai di


atas daerah servikal.

Tanda-tanda klinis:

Tangan kesemutan
Lidah kesemutan
Napas berat
Mengantuk kemudian tidak sadar
Bradikardi dan hipotensi berat
Henti napas
Pupil midriasis
Anestesi Lokal

 Obat yang menghambat hantaran saraf bila


digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan
kadar yang cukup.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:

Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara


permanen
Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan
setempat pada membran mukosa
Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan
untuk jangka waktu yang yang cukup lama
Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga
stabil terhadap pemanasan.
Infiltrasi Lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan
sekitar tempat lesi
 
Blok Lapangan (Field Block)
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk
ekstirpasi tumor kecil)
 
Analgesia Permukaan (Topikal)
Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas
selaput mukosa
Analgesia Regional Intravena (Bier Block)

 Anestesi jenis ini dapat dikerjakan untuk bedah


singkat sekitar 45 menit pada lengan atau tungkai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai