Anda di halaman 1dari 24

FRUSTASI & STRES

• Definisi
• Frustrasi adalah emosi negatif utama yang
berakar kekecewaan (bahasa Latin frustrã atau
"sia-sia") dan dapat didefinisikan sebagai
irritable distress setelah keinginannya
bertabrakan dengan kenyataan.
• Frustrasi (Frustration). Muncul karena adanya
hambatan terhadap motif atau perilaku kita
dalam mencapai tujuan.
• Frustrasi dapat muncul akibat tidak adanya
objek tujuan yang sesuai, misal: saat lapar,
tidak ada makanan; atau adanya penundaan,
misal: menunggu lampu lalu-lintas hijau; atau
adanya rintangan sosial, misal: ingin jadi juara
menyanyi tapi tidak pernah punya kesempatan
• Perspektif Fungsional
• Pengalaman emosi singkat dan intens adalah
sebuah komponen integral dari perilaku kita
sehari-hari.
• Emosi mempengaruhi cara kita membuat
keputusan dan menavigasi dunia kita, melalui
perubahan tubuh yang mendukung kita untuk
bertindak.
• Frustrasi menimbulkan pengaruh negatif sinyal
bahwa minat dan interaksi haruslah
disesuaikan, dan ketegangan emosional atau
"gairah" untuk memicu perilaku defensif atau
reson perilaku agresif, seperti berusaha untuk
mengurangi atau menghilangkan agen
pemblokiran atau lingkungan sekeliling
• Frustrasi berkembang ketika seseorang
menghadapi hal tertentu, tipe situasi yang
berulang secara evolusioner dan diekspresikan
ketika orang menghadapi masalah yang belum
terselesaikan, seperti hambatan kontekstual
atau psikologis atau penghalang, yang harus
disingkirkan untuk memenuhi tujuan,
keinginan, dorongan, atau kebutuhan pribadi.
Sumber frustrasi dari dalam diri individu:
a. tidak punya kemampuan
b. rendahnya komitmen
c. rendahnya kepercayaan diri
d. perasaan bersalah
e. karakteristik individu: jenis kelamin, warna
kulit
• Tingkat frustrasi tertentu merupakan bagian
dari proses pertumbuhan (contoh: masa
remaja masa matang fisik dan seksual sehingga
ingin independen, padahal secara ekonomi
masih dependen pada orangtua).
• Frustrasi dapat menimbulkan kemarahan dan
perilaku yang agresif, semakin rendah toleransi
kita terhadap frustrasi maka semakin mudah
kita untukcenderung menjadi agresif.
STRES

• DEFINISI STRES.
Stres dikenali sebagai interaksi antara
kemampuan coping seseorang dengan tuntutan
lingkungannya.
Stres merupakan proses psikobiologikal (adanya:
stimulus yang membahayakan fisik dan psikis
bersifat mengancam, lalu memunculkan reaksi-
reaksi kecemasan).
• Menurut Atwater (1983), stres merupakan
suatu tuntutan penyesuaian, yang menghendaki
individu untuk meresponnya secara adaptif.
• Stres adalah suatu proses dalam rangka menilai
suatu peristiwa sebagai suatu yang mengancam,
menantang, ataupun membahayakan; serta
individu merespon peristiwa itu baik pada level
fisiologis, emosional, kognitif dan tingkah laku
(Feldman, 1989).
• Hans Selye (dalam, Hahn & Payne, 2003)
menjelaskan stres adalah respon yang tak
spesifik dari tubuh terhadap berbagai
tuntutan yang ada, dimana respon tersebut
dapat berupa respon fisik atau emosional.
• JENIS STRES.
• Stres Psikologis (Psychological Stress), merupakan istilah
dalam membahas stres yang dihubungkan dengan
bagaimana kita menerima & beradaptasi dengan
dorongan & peristiwa yang sifatnya membuat individu
merasakan stres.
• Pembedaan jenis stres berdasar efeknya (Berne, Selye,
1991): Eustress (good stress) merupakan stres yang
menimbulkan stimulasi dan kegairahan, sehingga memiliki
efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya.
• Yang kedua adalah Distress, merupakan stres
yang memunculkan efek yang membahayakan
bagi individu yang mengalaminya, seperti:
tuntutan yang tidak menyenangkan atau
berlebihan yang menguras energi individu
sehingga membuatnya menjadi lebih mudah
jatuh sakit.
• Yang kedua adalah Distress, merupakan stres
yang memunculkan efek yang membahayakan
bagi individu yang mengalaminya,
• seperti: tuntutan yang tidak menyenangkan
atau berlebihan yang menguras energi
individu sehingga membuatnya menjadi lebih
mudah jatuh sakit.
• Ketiga adalah Hyperstress, yaitu stres yang berdampak
luar biasa bagi yang mengalaminya.
• Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stres
ini tetap saja membuat kita terbatasi kemampuan
adaptasinya.
• Contohnya adalah stres akibat serangan teroris.
• Keempat adalah Hypostress, merupakan stres yang
muncul karena kurangnya stimulasi.
• Contohnya, stres karena bosan atau karena pekerjaan
yang rutin.
• STRESSOR. Sesuatu atau peristiwa atau keadaan
yang menimbulkan stres.
• Seringkali disebut dengan Stresssful Event
(peristiwa yang memberikan tekanan).
• Sesuatu atau peristiwa atau keadaan dapat
menimbulkan tekanan tertentu bagi individu
dengan intensitas yang berbeda, biasanya
tergantung penilaian dan respon individu pada
peristiwa atau keadaan tersebut.
• EFEK DARI STRES.
• Tidak semua bentuk stres yang membuat
kondisi fisik individu yang mengalaminya
menjadi lemah atau jatuh sakit berasal dari
peristiwa-peristiwa sosial yang tidak diinginkan
atau peristiwa yang dianggap negatif.
• Contoh: menikah, promosi jabatan, pindah
rumah.
• Efek stres terhadap individu dipengaruhi oleh
gabungan dari berbagai peristiwa yang
meningkatkan stres individu tersebut dengan
predisposisi individu untuk menjadi sakit.
• Social-Readjustment Rating Scale (Holmes &
Rahe, 1967)
1) Membuat skala yang menunjukkan peringkat
rata-rata dari potensi stres pada berbagai
peristiwa dalam kehidupan kita
2) Faktor yang terpenting adalah total impact
(pengaruh kuat secara keseluruhan) dari peristiwa
tersebut yang menunjukkan intensitas kebutuhan
individu terhadap respon yang adaptif.
Yaitu: 150-199 LCU (Life-change Units) = mild life
crisis 200-299 LCU = moderate crisis 300 lebih LCU
= major crisis
Semakin tinggi LCU, maka semakin besar resiko
jatuh sakit.
Kelemahan pendekatan Life-events pada stres di atas :
• 1. tidak semua peristiwa yang dicantumkan memiliki
nilai yang relevan antar kelompok satu dengan yang
lain, misal: antara pelajar dengan buruh pabrik.
• 2. tidak dapat menilai bagaimana individu menerima
& beradaptasi dengann perubahan yang didapatnya,
misal: tidak dapat membedakan intensitas stres yang
muncul akibat menikah dengan hubungan menikah
yang tidak harmonis.
• PROLONGED STRESS (STRES BERKEPANJANGAN).
• Apa yang terjadi jika kita mengalami stress yang intens
dalam waktu yang lama?
• Tiga tingkatan reaksi individu ketika mengalami stres:
• 1. Reaksi Alarm (the alarm reaction) Merupakan
respon darurat awal terhadap agen pembangkit stres,
berupa respon fisiologis dan psikologis. Respon
fisiologis berupa perubahan yang kompleks pada
kimiawi tubuh & jasmani yang menghasilkan simtom
yang serupa tanpa memperhatikan tipe stressor-nya.
• Dalam fase ini, beberapa orang dengan penyakit yang
berbeda mengeluhkan gejala yang umum, seperti demam,
sakit kepala, nyeri otot atau sendi, kehilangan nafsu
makan, dan perasaan lelah terus-menerus.
• Sedangkan respon psikologis berupa meningkatnya
perasaan cemas, bangkit dan mengerahkan mekanisme
pertahanan diri, sehingga muncul perasaan bertambah
gelisah, sulit tidur atau tidak nyenyak, dirundung
kesedihan.
• Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan denial
dan rasionalisasi
2. Tingkat atau taraf resistan (the stage of resistance)
• Tingkat dimana tubuh telah mampu beradaptasi
dengan stres yang berkepanjangan, diikuti dengan
menghilangnya simtom fisiologis tapi terjadi
peningkatan sekresi pada glandula dan organ tubuh
tertentu, inilah yang menyebabkan rendahnya
resistensi atau daya tahan terhadap infeksi, sering
terjadi “penyakit adaptasi”, seperti hipertensi, tukak
lambung (Selye, 1974) dan kecemasan kronis, individu
menjadi neurotik dengan sistem defens yang kaku.
• 3. Tingkat atau taraf sangat keletihan (the stage
of exhaustion)
• Tingkat ini akan muncul jika stres terus
berlanjut, akibatnya pertahanan tubuh hancur,
energi untuk beradaptasi terkuras habis, tanda-
tanda fisiologis terhadap stres muncul kembali.
• Dampak jangka panjangnya terjadi penuaan,
kematian dan dapat terganggu secara psikologis
(jadi psikotik).

Anda mungkin juga menyukai