Anda di halaman 1dari 15

GANGGUAN KESEHATAN KAITANNYA

DENGAN PSIKOLOGI
Dr. Rahayu Ginintasasi, S.Psi., M.Si.
Stres dan Kesehatan
Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk memaknai istilah stres, yaitu:
• Pendekatan rekayasa (engineering apprroach), stres merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan karakteristik lingkungan yang tidak kondusif untuk tempat tinggal
makhluk hidup dan istilah stres digunakan untuk menamakan penyebab atau stimulus yang
mengakibatkan reaksi menegangkan (a strain reaction).
• Pendekatan medikofisiologis (medicophysiological approach), stres merupakan kondisi
spesifik yang didasari oleh perubahan biologis yang tidak spesifik.
• Pendekatan psikologis (psycological approach), stres sebagai istilah yang digunakan untuk
menggambarkan hasil interaksi dinamis antara individu dengan lingkungannya, yang
melibatkan kognisi dan emosi. Kognisi merupakan suatu pemahaman hasil proses
pembelajaran, sedangkan emosi merupakan pencerminan perasaan individu. Pendekatan
psikologis ini memperhatikan kompleksitas internal event yang terjadi pada manusia saat
berinteraksi dengan lingkungannya (Putra & Asnar, 2005).
General Adaptation Syndrome
Tiga tahap Proses Stres General Adaptation Syndrome (Selye dalam Rice, 1999)
• Alarm
Reaksi alarm terjadi pada paparan pertama terhadap stresor. Dalam jangka waktu yang pendek tubuh
memiliki daya tahan tubuh di bawah level normal. Terjadi peningkatan kerja gastrointestinal dan tekanan
darah dalam waktu singkat. Kemudian tubuh secara cepat membentuk pertahanan tubuh. Jika reaksi
pertahanan ini berhasil, alarm mereda dan tubuh kembali ke aktivitas normal. Selama periode ini, reaksi
terhadap stres akut, banyak stres terselesaikan.
• Resistance
Jika stresor menjadi kronis, berlanjut untuk waktu yang lebih lama karena faktor-faktor di luar kontrol
organisme atau karena reaksi pertama tidak memperbaiki kondisi, tubuh akan melakukan mobilisasi dalam
skala besar. Masalahnya, tubuh telah menggunakan banyak sumber daya untuk memenangkan
peperangan ini, yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terus menerus. Lebih jauh, gejala-
gejala fisik yang lebih serius, seperti tukak lambung atau atheroskerosis dapat berkembang. Gejala-gejala
fisik ini dapat lebih menurunkan daya tahan tubuh.
• Exhaustion
Jika stresor makin memburuk, tubuh kelelahan dan kehabisan energi. Daya tahan tubuh ambruk secara
bersamaan dan kondisi ini dapat diikuti oleh kematian.
Stresor
Faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan menjadi
tiga golongan yaitu :
• Stresor fisiko-biologis, Misalnya, penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau
kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, dan postur tubuh yang dipersepsi
tidak ideal.
• Stresor psikologis, misalnya berburuk sangka, frustasi karena gagal memperoleh
sesuatu yang diinginkan, hasud, sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik
pribadi, dan keinginan di luar kemampuan.
• Stresor sosial, misalnya hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis,
perceraian, pengangguran, kematian, pemutusan hubungan kerja, kriminalitas,
dan lain-lain (Yusuf dan Nurihsan, 2006; Siswanto, 2007).
Gejala-gejala Stres

• Gejala fisik
Diantaranya: sakit kepala, sakit lambung, darah tinggi, sakit
jantung, sulit tidur, mudah lelah, keluar keringat dingin, kurang
selera makan, dan sering buang air kecil.
• Gejala psikis
Diantaranya: gelisah atau cemas, kurang dapat berkonsentrasi
dalam belajar dan bekerja, pesimis, sering melamun, sering
marah, bersikap agresif dan lain-lain (Yusuf dan Nurihsan, 2006).
Gejala-gejala Stres
Cox mengategorikan gejala dan akibat stres dalam lima kategori, yaitu:
• Subyektif, yaitu gejala yang dirasakan secara pribadi meliputi kegelisahan, agresi, kelesuan,
kebosanan, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri rendah, perasaan terpencil.
• Perilaku, yaitu gejala yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu meliputi
penyalahgunaan obat, peledakan emosi, berperilaku impulsif, tertawa gelisah.
• Kognitif, yaitu gejala yang mempengaruhi proses berpikir meliputi: ketidakmampuan mengambil
keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi, ketidakmampuan memusatkan perhatian dalam
jangka waktu lama, sangat peka terhadap kecaman, dan mengalami rintangan mental.
• Fisiologis, gejala yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, misalnya berupa gula
darah meningkat, tekanan darah naik, mulut menjadi kering, berkeringat, panas dan dingin.
• Keorganisasian, yaitu gejala yang tampak dalam dunia kerja, misalnya sering absen, produktivitas
rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keterikatan dan
loyalitas terhadap organisasi (Siswanto, 2007).
Komplikasi stress
• Tekanan darah tinggi dan serangan jantung.
• Sakit mental, hysteria.
• Gangguan makan seperti hilang nafsu makan atau terlalu banyak
makan.
• Tidak bisa tidur (insomnia).
• Migren atau kepala pusing.
• Sakit maag.
• Serangan asma yang tambah berat.
• Ruam kulit.
Respon Fisiologis Stres
Respon fisiologis tubuh ketika terdapat stresor (Greenberg, 2007):
• ketegangan otot meningkat
• denyut jantung meningkat
• tekanan darah meningkat
• aktivitas syaraf meningkat
• sekresi air ludah menurun
• penyimpanan sodium meningkat
• pernafasan meningkat
• gula darah meningkat
• sekresi asam lambung meningkat
• gelombang otak berubah
• sekresi urin meningkat
Psikosomatis
• penyakit yang disebabkan oleh kondisi psikologis (psyche) dan kondisi tubuh (soma). Penyakit
psikosomatis ini nyata, dapat didiagnosis, dan memiliki manifestasi secara fisik. Akan tetapi,
penyakit ini juga memiliki komponen psikologis, meskipun hal ini sulit untuk diperiksa.
• Penyakit psikosomatis dapat bersifat psychogenic atau somatogenic.
• Psychogenic merujuk pada penyakit fisik yang disebabkan oleh stres emosional. Contohnya
ialah asma. Pada penyakit psikosomatis yang bersifat psychogenic terjadinya penyakit tidak
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi karena kondisi psikis merubah kondisi fisiologis
sehingga ada bagian tubuh yang melemah.
• Penyakit psikosomatis yang bersifat somatogenic terjadi ketika kondisi psikologis meningkatkan
keterbukaan tubuh terhadap beberapa penyakit (yang disebabkan mikroba) atau beberapa
proses degeneratif yang alami. Contoh penyakit yang dicurigai termasuk somatogenic ialah
kanker dan rheumatoid arthritis, walaupun ada juga penyebab lain dari penyakit ini.
Mekanisme Coping
• Lazarus dan Folkman mendifinisikan coping sebagai suatu proses mengelola
tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena di luar
kemampuan diri individu (Yusuf dan Nurihsan, 2006). Sementara Weiten dan
Llyod mengemukakan bahwa coping merupakan upaya-upaya untuk
mengatasi, mengurangi atau mentoleransi ancaman atau beban perasaan
yang terjadi karena stres. Secara sederhana, coping dapat diartikan sebagai
reaksi individu ketika menghadapi stres (Siswanto, 2007).
• Lazarus memberikan penekanan terhadap stres psikologi pada perbedaan cara
individu menerima stres. Perbedaan itu dipengaruhi oleh dua hal, yaitu
penilaian individu terhadap stres dan mekanisme coping untuk mengatasinya.
Jenis Coping
Lazarus dan Folkman membagi coping dalam dua kategori, yaitu: diarahkan pada upaya mengatasi ancaman
atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan (Siswanto, 2007; Niven,
2000). Dalam hal ini, individu memfokuskan pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil
mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya dikemudian hari. Coping ini disebut juga
dengan strategi terfokus masalah (Atkinson, dkk, tt)
• Tindakan langsung (Direct Action), Coping jenis ini adalah setiap tingkah laku individu yang diarahkan pada
upaya mengatasi ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan
lingkungan (Siswanto, 2007; Niven, 2000). Dalam hal ini, individu memfokuskan pada masalah atau situasi
spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya
dikemudian hari. Coping ini disebut juga dengan strategi terfokus masalah(Atkinson, dkk, tt)
• Peredaan (Palliation), Jenis coping ini mengacu pada upaya untuk mengurangi / menghilangkan /
mentoleransi tekanantekanan yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah (Siswanto, 2007). Dengan
kata lain, individu yang menggunakan coping jenis ini, tidak berusaha untuk merubah masalah atau situasi
stres, tetapi mengubah persepsi atau reaksi emosinya. Coping ini disebut juga strategi terfokus emosi
(Atkinson, dkk, tt)
Kaitan Kondisi Fisiologi Tubuh Dengan Keadaan Stres

• Proses Terjadinya Penurunan Imunologi pada Orang Stres;


• Proses Mudah Terjadinya Infeksi pada Orang Stres;
• Proses Terjadinya Penuaan Dini pada Orang Stres;
• Stres Dapat Menyebabkan Kanker;
• Stres Dapat Menyebabkan Gangguan Menstruasi;
• Stres Dapat Menyebabkan Gastrointestina;
• Stres dapat menyebabkan penyakit kulit.
Stres dan Sistem Kekebalan Tubuh
• Banyak peneliti yang melaporkan bahwa situasi stres dapat mengurangi berbagai
aspek dari respon imun seluler. Studi para ahli dari Ohio State University misalnya,
menunjukkan bahwa stres psikologis mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan
mengganggu komunikasi antara sistem saraf, endokrin (hormon) sistem, dan sistem
kekebalan tubuh. Ketiga sistem “berbicara” satu sama lain menggunakan pesan-pesan
kimiawi alami, dan harus bekerja dalam koordinasi yang erat untuk menjadi efektif.
• Tim peneliti dari Ohio State ini berspekulasi bahwa stres jangka panjang menyebabkan
tubuh mengeluarkan hormon stres – terutama glukokortikoid dalam jangka panjang.
Hormon-hormon ini mempengaruhi timus, tempat limfosit (salah satu sel imun)
diproduksi, dan menghambat produksi sitokin dan interleukin yang merangsang dan
mengkoordinasikan aktivitas sel darah putih.
Stres dan Sistem Kekebalan Tubuh
• Peristiwa stres yang terjadi dalam jangka pendek dapat mengubah cara sistem
kekebalan tubuh merespon sementara.
• Tanggapan dari sistem kekebalan tubuh untuk tekanan jangka pendek benar-benar
dapat membantu dalam beberapa kasus, mendistribusikan sel dengan cara yang
positif untuk membantu tubuh beradaptasi adalah cara cepat memperbaiki.
Mengalami stres, bagaimanapun, dapat memiliki dampak yang merusak pada sistem
kekebalan tubuh, sementara stres karena trauma dan stres kronis bisa
membahayakan kemampuan sistem kekebalan tubuh.
• Individu bereaksi secara berbeda terhadap situasi stres: perubahan beberapa
pengalaman yang lebih fisiologis ketika berada di bawah tekanan dari orang lain.
Stres dan sistem kekebalan tubuh dapat membawa kondisi di mana sel-sel tubuh
benar-benar dapat ditekan dan diberikan dapat terlibat dalam fungsi mereka yang
berguna untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai