Anda di halaman 1dari 19

DIAGNOSTIK KLINIK

“ANALISIS URIN”
Oleh kelompok 10 / Kelas A
Rima Nurhasanah (19330501)
Kadek Gita Dwi. A. (19330713)
Ni Putu Elsa Nidya (19330715)
Hesti Paramita Sari (20330717)
PENDAHULUAN
• Pemeriksaan laboratorium berperan penting dalam penegakan diagnosa penyakit sebagai penentu tindakan
medis, salah satunya adalah pemeriksaan urine. Peranan urin sangat penting dalam mempertahankan
homeostasis tubuh, karena sebagian pembuangan cairan tubuh adalah melalui sekresi urin, Urine juga digunakan
untuk menganalisis sejumlah penyakit yang ada di dalam tubuh.
• Pemeriksaan atau analisis urine sering disebut dengan istilah urinalisis, pemeriksaan ini sederhana, tidak mahal,
namun dapat membantu menemukan kelainan pada banyak bagian tubuh seperti ginjal, traktus urinarius, hati
dan jantung. Urinalisis dilakukan guna mengidentifikasi adanya zat-zat yang seharusnya tidak ada dalam urine,
mengidentifikasi perubahan kadar zat yang terkandung dalam urine dapat membantu memberi informasi
mengenai fungsi organ dan metabolisme tubuh, mengidentifikasi kelainan asimptomatik, serta mengikuti
perjalanan penyakit dan pengobatan. Urinalisis dapat membantu menemukan banyak penyakit sebelum gejala
muncul. Penemuan dan pengobatan dini suatu kelainan atau penyakit sering dapat mencegah penyakit menjadi
lebih berat.
Pemeriksaan Urin
Urinalisis dilakukan dengan tiga macam cara yaitu pemeriksaan fisik Makroskopik urin, pemeriksaan Mikroskopis urin
dan pemeriksaan kimia urin.

Makroskopik Mikroskopik Kimiawi

Pemeriksaan fisik/ maksroskopik urine Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat Pemeriksaan kimia urine memberikan informasi

meliputi penentuan warna, kejernihan, eritrosit, leukosit, sel epitel, bakteri, kristal, mengenai ginjal dan fungsi hati, metabolisme

bau dan berat jenis. Pemeriksaan ini jamur dan parasit. Pemeriksaan mikroskopis karbohidrat, dan asam-basa. Test kimia konvensional

memberikan informasi awal mengenai dari sedimen urine adalah bagian yang paling dilakukan menggunakan tabung reaksi dan hasil

gangguan seperti perdarahan standar dan paling memakan waktu dari ujinya dengan mengamati adanya endapan atau

gromerulus, penyakit hati, gangguan urinalisis rutin. Pemeriksaan mikroskopis kekeruhan atau perubahan warna setelah

metabolisme dan infeksi saluran kemih. membutuhkan banyak penanganan dalam penambahan bahan kimia cair dengan atau tanpa

mempersiapkan sampel dan melakukan pemanasan. Tes yang paling umum diigunakan saat

analisis sedimen. Nilai dari pemeriksaan ini adalah test carik celup menggunakan strip

mikroskopis tergantung pada dua faktor reagen, dimana reagen ini tersedia dalam bentuk

utama, yaitu pemeriksaan spesimen yang kering siap pakai, relatif stabil, murah, volume urine

sesuai, dan pengetahuan dari orang yang yang dibutuhkan sedikit, serta tidak memerlukan

melakukan pemeriksaan persiapan.


Nilai Normal

Pemeriksaan urine dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati,
gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes mellitus
Interpretasi data
Analisis Urine

Berat jenis spesifik

• Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan kemampuan pemekatan yang baik.
Berat jenis meningkat pada diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam). Dan menurun
dengan meningkatnya umur (seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan
urin).

Warna urine

• Warna urine dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen,
serta pH.
Next
WARNA URINE
Interpretasi data
Analisis Urine

pH urine (normal 5,0-7,5)


• pH urine dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat rendah sehinga
membuat urine menjadi alkali.
• pH alkalin disebabkan adanya organisme pengurai yang memproduksi protease, Penyakit
ginjal kronik, Intoksikasi salisilat
• pH asam disebabkan karena : emfisema pulmonal, diare, dehidrasi, asidosis diabetik

Protein

• Protein urine dihitung dari urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Proteinuria (dengan
metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2 = 300 mg/dL, +4 = 100 mg/dL. Dikatakan
proteinuria bila lebih dari 300 mg/hari
Next

Glukosa
• Korelasi antara urine glukosa dengan glukosa serum berguna dalam
memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik

Keton
• Keton dapat ditemukan pada urine malnutrisi, pasien DM yang tidak
terkontrol, dan pecandu alcohol

Sedimentasi
• Test ini memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu ginjal atau
saluran kemih, nefritis, keganasan atau penyakit hati.
Next
Nilai normal sedimen urine
Next

Cell cast : menunjukkan acute tubular necrosis


White cell biasanya terjadi pada acute pyelonephritis atau interstitial nephritis
Red cell cast timbul pada glomerulonephritis akut
RBC: peningkatan nilai menunjukkan glomerulonefritis, vaskulitis, obstruksi ginjal atau
penyakit mikroemboli atau proteinuria
WBC: peningkatan nilai menunjukkan ginjal dengan inflamasi
Bakteri: jumlah bakteri>105/mL meunjukkan adanya infeksi saluran kemih
Kristal: meliputi kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple fosfat. Adanya Kristal menujukkan
peningkatan asam urat dan asam amino
Jenis Kelainan (Penyebab
penyakit, etiologi, serta
pilihan terapi)
Anamnesa dan pemeriksaan fisik merupakan langkah paling penting untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Namun beberapa kelainan/penyakit ginjal dapat di deteksi melalui urin seperti:
Glukosuria, sindrom nefrotik, sindrom nefritik, akut tubular nekrosis, infeksi saluran kemih, dan
glomerulonefritis.

Beberapa kelainan yang dapat dideteksi melalui urin :


1. Glukosuria
kondisi dimana glukosa ditemukan di dalam urin (biasanya saat glukosa
serum > 180mg/dL). Ekskresi glukosa dalam urin terjadi bila kadar
glukosa dalam darah meningkat dan tidak dapat di reabsorpsi
(Welliangan, dkk.,2019).

Penyebab/ etiologi :
Genetik, kekurangan insulin, pola makan tidak sehat.

Pengobatan :
Sesuai dengan diagnosa, insulin untuk penderita DM tipe 1 (novorapid,
lantus), antidiabetik (Glibenclamide, glimepiride, metformin).
2. Glomerulonefritis
penyakit yang ditandai dengan peradangan intraglomerular dan
proliferasi seluler yang terkait dengan hematuria. Dengan manifestasi
oliguria, edema, hipertensi, dan uremia dengan proteinuria, hematuria,
dan ditemukan cast.

Penyebab/etiologi :
Infeksi bakteri atau virus. infeksi yang dapat
menyebabkan glomerulonefritis adalah infeksi bakteri Streptococcus di
tenggorokan, infeksi gigi, endokarditis bakteri, HIV, dan hepatitis.

Pengobatan :
Penatalaksanaan pasien GNAPS meliputi eradikasi kuman dan pengobatan terhadap gagal ginjal
akut dan akibatnya.
-Antibiotik : pemberian penisilin pada fase akut dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan
pemberian profilaksis yang lama tidak dianjurkan.
Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis
selama 10 hari
-Suportif : mengatasi edema jika perlu dengan diuretik, atau mengatasi hipertensi yang timbul
dengan vasodilator atau obat-obat anti hipertensi yang sesuai. Kontrol tekanan darah dengan
hidralazin, calcium channel blocker, beta blocker, atau diuretik.
3. Sindrom nefritik
Pada kasus yang lanjut, urin dapat terlihat gelap akibat efek dari hemoglobin. Ini merupakan ciri
dari sindrom nefritik. Gejala lain yang bisa ditemui adalah oliguria, edema dan hipertensi serta
peningkatan blood urea nitrogen dan kreatinin. Proteinuria masif sangat jarang terjadi pada
sindrom nefritik sehingga bisa dibedakan dengan sindrom nefrotik.

Penyebab/ etiologi :
Glomerulonefritis akut pasca infeksi Streptococcus (GNAPS)

Pengobatan :
Tata laksana GNPC dibagi menjadi dua bagian yaitu tata laksana spesifik untuk mengatasi
peradangan pada ginjal dan tata laksana akibat kelainan glomerulus. Tata laksana
glomerulonefritis sudah dijelaskan pada poin no. 2.
4. Sindrom Nefrotik
Kelainan primer pada sindrom nefrotik adalah berkurangnya tekanan onkotik plasma akibat hilangnya albumin dari
urin/proteinuria massif lebih dari 3,5g/24 jam. Gejala yang muncul biasanya merupakan tetrad klasik berupa massif
proteinuria, hipoalbuminemia, edema dan hyperlipidemia. Kelainan utama biasanya terjadi pada pedocite epitel yang
mengalami penipisan, dan terganggunya muatan negative pada membrane basal glomerulus yang memungkinkan
lolosnya albumin. Pada urinalisis didapatkan urin berbusa, proteinuria massif, oval fat bodies dan waxy cast

Penyebab/Etiologi:
Membranous nephropathy; yang merupakan penyebab biasa sindroma nefrotik pada dewasa. Terjadi
karena penebalan lapisan di dalam glomerulus. Kejadian ini sering dikaitkan dengan hepatitis B,
malaria, SLE (systemic lupus erythematosus), dan keganasan.
Glomerulonephritis; terjadi peradangan pada glomerulus dan dapat mencetus sindroma nefrotik
dengan sangat mudah. Penyebab lainnya; seperti diabetic nephropathy (kerusakan ginjal akibat
kencing manis) dan Amyloidosis.

Pengobatan
hormon dan obat sitotoksik untuk mengatasi kebocoran protein di ginjal;
immunosuppressant untuk mengatasi peradangan di ginjal. Dapat
diberikan immunotherapy bila penyebab merupakan penyakit autoimmune
disease. Immunotherapy juga dapat meningkatkan suplai darah ke sel-sel ginjal untuk
mempercepat perbaikan sel-selnya. Bila perlu dilakukan cuci darah (dialysis).
5. Akut tubular necrosis (ATN)
ditandai oleh penurunan mendadak glomerulus filtration rate (GFR) karena disfungsi tubulus
proksimal yang dapat disebabkan oleh iskemia dan nephrotoxins. Pada urinalisis, dapat
ditemukan sel epitel tubulus dan tubular cast pada sedimen urin.

Penyebab/etiologi :
disebabkan oleh kondisi iskemia atau paparan zat toksik obat-obat sehingga banyak sel tubulus
yang mengalami nekrosis, yang menyebabkan retensi cairan, sehingga terjadi uremia,
hiperkalemia, edema, ketidakseimbangan elektrolit, asidosis, peningkatan Blood Urea Nitrogen
(BUN) sekitar 25 – 30 mg’ dl per hari, dan kreatinin kira – kira 2,5 mg/ dl per hari.

Pengobatan :
Penatalaksanaan nekrosis tubular akut hanya bersifat suportif yg bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi penyakit, terutama pada fase pemeliharaan, serta mencegah kerusakan
yang lebih lanjut dan memfasilitasi kesembuhan, dengan cara mengontrol volume cairan dan
penghentian obat yang dapat menyebabkan terjadinya nekrosis tubular akut.
6. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK merupakan komplikasi penting dari diabetes, penyakit ginjal,
transplantasi ginjal, dan kelainan neurologis struktural yang
mengganggu aliran urin.

Penyebab/etiologi :
Invasi mikroba terhadap salah satu jaringan di ginjal. Adanya bakteri
dalam urin menjadikan seluruh saluran sistem kemih berisiko invasi
oleh bakteri. E.Coli merupakan kuman terbanyak yang menyebabkan
ISK, diikuti dengan stafilokokus.
Bakteri
Pengobatan :
Pengobatan ISK berdasarkan pedoman praktik klinis dari fasilitas pelayanan kesehatan primer
pada tahun 2014 dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu :
1. Tata laksana nonfarmakologi yaitu dengan minum air putih minimal 2 liter/hari, dan menjaga
kebersihan genitalia eksternal.
2. Tata laksana farmakologi berupa pemerian tablet trimetropim-sulfametaksasol sebanyak 2
tablet untuk 2 kali minum selama 3 hari atau pemberian tablet ciprofloksasin 500 mg 2 kali sehari
yang dikonsumsi selama 3 hari.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai