Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS

SPEKTROFOTOMETRI

PRODI ANALISIS KIMIA 2017


ANALYTICAL METHODS
CLASSIFICATION OF ANALYTICAL METHODS
A. Classical Methods or Wet Chemical Methods
B. Instrumental Methods

• Advantages of instrumental methods; more


sensitive, more selective, high accuracy
• Disadvantages of instrumental methods;
more costly apparatus
IR Spectroscopy

I. Introduction
8. The entire electromagnetic spectrum is used by chemists:
Frequency, n in Hz
~1019 ~1017 ~1015 ~1013 ~1010 ~105

Wavelength, l
~.0001 nm ~0.01 nm 10 nm 1000 nm 0.01 cm 100 m

Energy (kcal/mol)
> 300 300-30 300-30 ~10-4 ~10-6

g-rays X-rays UV IR Microwave Radio


nuclear core electronic molecular molecular Nuclear Magnetic
excitation electron excitation vibration rotation Resonance NMR
(PET) excitation (p to p*) (MRI)
(X-ray
cryst.)

Visible
TEORI ORBITAL MOLEKUL

LUMO

HOMO
TRANSISI ELEKTRONIK
Electronic transitions involving , σ and n

8
HUKUM LAMBERT BEER
HUKUM LAMBERT BEER
HUKUM LAMBERT BEER
Hukum Lambert Beer – hubungan linear antara absorbansi
dengan konsentrasi zat yang diserap

A = abc
A : absorbance

“a” is molar absorptivity dalam L/[(mole)


(cm)]

“b” : panjang kuvet dalam cm


Diameter kuvet atau tempat sampel = jarak cahaya
yang melalui sampel yang diserap

“c” konsentrasi sampel dalam (mol/L)


Hubungan Transmitans dan Absorbans
Transmitansi :
T = I/Io
I : intensitas cahaya setelah melewati sampel
Io : intensitas cahaya awal
Hubungan Absorbansi dengan %T :

A = -logT = -log(I/ Io)


KOLORIMETRI
Adalah suatu metoda analisis kimia yang
didasarkan pada tercapainya kesamaan warna
antara larutan sampel dan larutan standar, dengan
menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan
detektor mata.

Metoda kolorimetri terbagi atas 2 yaitu :


1. Metoda kolorimetri visual : Menggunakan mata
sebagai detektornya
2. Metoda fotometri : Menggunakan fotosel se-
bagai detektornya
KOLORIMETRI VISUAL
Metode standard seri
Intensitas warna larutan sampel dibandingkan
dengan satu seri larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya, kemudian disepadankan.
Jika warna larutan sampel tidak ada yang sepadan
dengan larutan standar, maka konsentrasi larutan
sampel dapat diambil nilai tengah dari dua larutan
standar yang paling dekat. Untuk lebih akurat lagi,
dapat dibuat satu seri larutan standar dengan batas
daerah konsentrasi dua larutan standar tersebut.
CONTOH SOAL
Lima larutan standar dimasukkan ke dalam tabung
uji dengan konsentrasi masing-masing 0.25 ; 0.50;
1.00; 1.50; dan 2.00 ppm. Sample yang diamati
ternyata lebih tua dibandingkan dengan larutan
yang ke 3, tetapi lebih muda dari larutan yang ke 4.
Berapa konsentrasi larutan contoh tersebut?

Jawaban:
C sampel = nilai tengah C larutan 3 dan 4.
= (1,00 + 1,50)/2 = 1,25 ppm
KOLORIMETRi VISUAL
Metode pengenceran
Pada metode ini, warna larutan standar
disepadankan dengan warna sample. Bila
belum ada kesesuaian warna, larutan yang
lebih gelap diencerkan secara kuantitatif dan
terukur, sehingga diperoleh warna larutan
yang sepadan. Konsentrasi larutan sampel
kemudian dihitung rumus:
Vs. Ns = Vstd. Nstd
CONTOH SOAL
Larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
dibandingkan dengan larutan standar 0,02 g/L.
Larutan standar ternyata lebih tua warnanya
sehingga 5 mL std diencerkan sampai 100 mL agar
warna kedua larutan sepadan. Hitunglah
konsentrasi larutan sampel!

Jawaban:
C sampel = C larutan standar terakhir
= Cs.Vs/Vt = 0,2 x 5/100 = 0,01 g/L
KOLORIMETRi VISUAL
Metode keseimbangan/balancing
1. Sistem Silinder Hehner
2. Bajerum Comparator
3. Duboscq Colorimeter

Metoda Standar Sintetis


Duboscq Colorimeter
Duboscq Colorimeter
ALASAN PEMILIHAN KOLORIMETRi

Alasan pemilihan prosedur kolorimetri :


1. Metode kolorimetri seringkali memberikan
hasil yang lebih tepat pada konsentrasi rendah
dibandingkan prosedur titrimetri ataupun
gravimetri.
2. Kolorimetri lebih sederhana dilakukan daripada
prosedur titrimetri ataupun gravimetri.
3. Metode kolorimetri seringkali dapat diterapkan
pada kondisi-kondisi dimana tidak terdapat
prosedur gravimetri ataupun titrimetri yang
memuaskan

Anda mungkin juga menyukai