4. Mars 7. Uranus
5. Jupiter 8. Neptunus
6. Saturnus 9. Pluto PLANET LUAR
LANJUTAN
B2
B3
M B1
B4
EKLIPTIKA
Dalam peredarannya bumi mengelilingi
matahari, sumbu putar bumi tidak tegak
lurus terhadap bidang ekliptika, melainkan
membentuk sudut 660.30l terhadap bidang
ekliptika.
Akibatnya
Equator tidak berimpit dengan bidang
ekleptika melainkan membentuk sudut
230.30l terhadap bidang ekleptika.
TATANAN BUMI DAN BULAN
Bulan mengelilingi Bumi dalam satu putaran penuh membutuhkan waktu 271/2
Hari peredaran ini disebut SIDERIK.
Gerhana Bulan
Terjadi karena dalam peredarannya mengelilingi bumi, bulan berada pada posisi
daerah bayangan bumi
5
pe
nu
mb
4
ra
Matahari Bumi 3 umbra
a
br
m
nu
1pe
Gerhana Matahari
Gerhana Matahari disebabkan karena bulan berada antara Bumi dan Matahari.
Kejadian ini dapat terjadi pada saat bulan baru atau pada saat bulan berada posisi
konyunksi dan kejadian ini tergantung pada letak Matahari, Bulan dan Bumi dan
jarak masing – masing antara mereka.
Jadi gerhana Matahari berarti hanya sebagian orang di Bumi yang tidak dapat
melihat Matahari.
S U
KLS
KLU – KLS = sumbu
langit
Q
U – KLU =tinggi kutup langit N
DEFINISI - DEFINISI
N
1.1
Z
2
4
S U
3
N
1.2
Z
S U
N
2.TATA KORDINAT EQUATOR
Z
S U
KLS
N
2.1
v
Sedangkan unsur
yang diukur adalah 1
diklinasi benda
angkasa dan
Arcensiorekta. 4
E Q
*w 3
Arcensiorecta diukur
mengikuti lingkaran
Untuk menyataakan
equator yg dimulai dari
diklinasi bintang V maka
titik Aries ke arah yang
terlebih dahulu dibuat
berlawananan deng
lingkaran diklinasi yg
peredaran harian dari
Melalui bintang V, dimana ling pada Matahari Jadi
deklinasi tsb memotong ekuator Arsensiorecta daripada
pada W dgn demikian diklinasi bintang V adalah ¥QEW
bitang V adalah busur VW. KLS
2.2
KLU
Ling. Declinasi
Equator
z
E Q
SHA
KLS
3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA
KLU
KEU
21/6
4 21/3 21/6
E Q
3
21/12
KES
KLS
3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA
KLU
KEU
E Q
KLS
3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA
KLU
KEU
21/6
4 21/3 21/6
E Q
3
21/12
KES
KLS
DEFINISI- DEFINISI
- Cakrawala sejati : Irisan angkasa / bidang yg melalui titik pusat angkasa, tegak
lurus pada nornal penilik.
- Cakrawala setempat : Bidang yg melalui mata penilik, sejajar dgn cakrawala
sejati
- Tepi langit sejati : Irisan angkasa dgn bidang kerucut yg dilukiskan oleh garis
singgung pada bumi dari mata penilik.
- Penundukan tepi langit sejati (pts) : Sudut antara arah tepi langit sejati dan
cakrawala setempat.
- Tepi langit maya : Batas bagian permukaan bumi yg masih terlihat oleh penilik
- Penundukan tepi langit maya (ptm): Sudut antara arah tepi langit maya dan
cakrawala setempat.
- Tinggi mata : Tinggi mata penilik diatas permukaan laut.
- Tinggi ukur (tu) : Sudut antara arah tepi langit maya dan benda angkasa yg terlihat
( tinggi yg terbaca pada pesawat sextan)
- Tinggi sejati (ts) : Busur lingkaran tegak yg melalui benda angkasa, antara
cakrawala sejati dan titik pusat benda angkasa.
lsa par
tu
pts ptm
ts
tu-ptm-lsa
lsa par
tu tu-ptm
tu-ptm-lsa
ptm
ts
1. tu-ptm
2. tu-ptm-lsa
3 3. tu-ptm-lsa+par
lsa par
tu
ptm
3
ts
3. tu-ptm-lsa+par
4. tu-ptm-lsa+par+1/2m
4. (ts)
3
LENGKUNGAN SINAR ASTROMOMI (Lsa)
= sudut antara arah kemana kita melihat benda angkasa dan arah sebenarnya
ia berada
maya
Zenit, lsa = 0 Lsa=60’’ctg t sejati
Cak.setempat max, lsa = 36’
Ptm=1.77’√h
PENUNDUKAN TEPI LANGIT MAYA ( Ptm)
Ptm=1.77’√h
PARALAK = Perbedaan arah, dlm mana benda yg sama
terlihat dari dua titik yg berlainan.
maya
Ptm=1.77’√h
dist mthr:23500 r
dist bln : 60 r
1/2m
PERHITUNGAN
ptm = 1.77’√h
lsa = 60’’ ctg t
par = 8.80’’ cos t
MENGGUNAKAN ALMANAK
ktm = (-ptm)
ktu = (-lsa + par ± ½m )
ts = tu + ktm + ktu
MATAHARI SEJATI ADALAH MATAHAI YANG
SESUNGGUHNYA YANG DAPAT DILIHAT DGN MATA DAN
PANASNYA DAPAT DIRASAKAN OLEH KULIT KITA
MATAHARI SEJATI = WAKTU SEJATI
MATAHARI MENENGAH ADALAH MATAHARI KHAYALAN
CIPTAAN MANUSIA YANG PEREDARANNYA DENGAN
WAKTU YANG KONSTAN ( TETAP )
MATAHARI MENENGAH = WAKTU MENENGAH
Z
GMT:15.00
LMT:12.00
Gr 0
45o
B
T Gr Ku B
KU
GMT: 03.00
LMT:00.00
GMT: 00.00
LMT:21.00
N
GMT GRENWICH MEAN TIME ADALAH WAKTU MENENGAH YANG
BERLAKU PADA BUJUR GRENWICH ( 7,50 B S/D 7,50 T )
= Waktu menengah yg menjadi dasar suatu tempa ( Busur pada pada katulistiwa
mulai dari derajah bawah ke arah edaran harian maya sampai pada matahari
menengah.)
1 jam = 150
BT dlm wkt
LMT = GMT ± BB dlm wkt
WAKTU MINTAKAT ( ZONE TIME )
ADALAH WAKTU MENENGAH PADA DERAJAH
PERTENGAHAN ZONE ( DAERAH ) YANG BERSANGKUTAN
Bumi dibagi menjadi 24 bagian yang dibatasi oleh bujur
dengan selisih bujur 150 dan semua tempat pada satu wilayah
zone ( daerah ) mempunyai waktu yang sama
Misal :
Zone GMT ± 00 dimulai dari bujur 007,50 B
sampai pada bujur 007,50 T
Kearah timur bertanda positif
kearah barat bertanda negatif
Zone Description (ZD) = Koreksi yg hrs dijabarkan pada Zone
Time utk mendapatkan GMT
GMT = ZT + ZD
Zone Description
180B 22.5B 7.5B 7.5T 22.5T 180T
Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone
Contoh soal:
1. Sebuah kapal berada pd bujur 124o24’ B dan wkt
Zone di kpl tsb adh jam 13-14-15.
Hitunglah wkt setempat...?
1. Waktu Tolok ( Standart Time )
contoh :
Cat : Wkt tolok tdk selalu sama wkt mintakad ( Zone Time )
180
KU
172.5T 172.5B
KS
Contoh
Pada pukul 18.00 ZT tgl 24 juni, Kpl berada di bujur duga 179 000’B,
sepuluh jam kemudian kapal tiba di bujur 179 000’ T. Hitunglah ZT yg
baru dan tglnya
.
10 jam
Contoh
Pada pukul 18.00 ZT tgl 24 juni, Kpl berada di bujur duga 179 000’T,
sepuluh jam kemudian kapal tiba di bujur 179 000’ B. Hitunglah ZT yg
baru dan tglnya
.
10 jam
PENGUKUR WAKTU
+ Lambat
Disebut ---- jika pengukur wkt berjalan ---------
- Cepat
KU
Gr
B T
KS
KLS
MENENTUKAN GMT
Contoh :
Pada tgl 9 Maret 20XX di bujur duga 126008’T, kira-kira pukul 07-15 waktu
di kapal, diadakan pengamatan matahari pada ppw = 10-14-32.
Duduk pada 01 GMT, 6 Maret = (+) 0-22-17
Langka harian = (-) 2.0 detik
Pada tgl 20 Januari 20XX di bujur duga 154 030’B kira-kira pukul 20-20 ZT
di adakan pengamatan bintang pada ppw = 07-20-26.
Duduk pada 19 GMT, 17 Januari = (+) 0-11-28
Langka harian= (+)3
KLU
KU
Gr
B T
KS
KLS
Rumus dasar I
Bujur Timur
LHA = GHA ± Bujur Barat
KU
Gr
GHA BT Gr
GHA BT
KS
RUMUS DASAR II
Bujur Timur
LHA = GHA + SHA ± Bujur Barat
KLU
Gr
KLU
SHA GHAAries BT
SHA
GHAAries BT
KLS
CONTOH SOAL :
2. Tentukan LHA mthr pada jam 15.00 WITA jika di tilik dari kota
mks yg terletak pada bujur 120 T
PERHITUNGAN SUDUT JAM / P
LHA = Busur pada lintasan harian dihitung mulai derajah atas kearah
(Sudut Jam Brt) Barat sampai benda angkasa ybs.
Contoh
1. LHA = 400 maka P = 040 B
2. LHA = 300 maka P = 060 T
PENGGUNAAN ALMANAK
WAKTU
= Waktu dihitung mulai saat matahari melewati derajah bawah
KLU
S U
KLS
QQ
Z
E T 90-l
90-t
90-z P
KLU
S
S U
KLS
QQ
Aturan Cotangens
= tg z . cos l – cosP.sin l
T 90-l
CotgT = tg z . cos l – cos P . sin l
sin P sin P
90-t
= tg z . cos l – sin l P
sin P tg P
= tg z . cos l – tg l cos l 90-z
sin P tg P
S
CotgT = ( tg z – tg l ) . cos l
sin P tg P
Maksud dan Tujuan : Menentukan arah sejati (Baringan sejati)
suatu benda angkasa utk memperoleh :
- Salah pedoman (deviasi).
- Arah garis tinggi.
Z
KLU
II
V IV
E
I
B
S
III U
KLS
N
Keadaan Istimewa
90-t
90-z P
KLU
S
S U
T
KLS
QQ
AZIMUT PADA WKT TERBIT / TERBENAM
Z
E 90-l
90-t
90-z P
KLU
S
90-z l
S U
T
KLS
QQ
3/4D
...............................
To = 90 ± z di Equator
DAFTAR ABC
CotgT. sec l = ( tg z – tg l )
sin P tg P
, C = B - A
Kesimpulan
Sebutan Bs
U ke T Bs = T
U ke B Bs = 360 - T
S ke T Bs = 180 - T
S ke B Bs = 180 + T
Contoh :
Pada tgl 31 Mei 2004, pukul 22.30 ZT di tempat duga : 18o55’S & 074o25’T
Canopos dibaring dgn pedoman standar : 225o pada ppw : 05-23-20.
Duduk pd tgl 26 Mei, 17GMT adh : (-) 0-10-10 & Langka harian : (-)2 dtk.
Vareasi : 18o B
Ppw . . . . . . . .
Ddk . . . . . . . . .
GMT dekat . . .
Lalu . . . . . . . .
GMT sejati . . .
GHA (..tgl..j ) .
Incr (...m...s )
+/-
BT/BB . . . . . . .
LHA . . . . . . . .
.
P...........
l ...........
Z ..........
ZT ................. Tgl
mthr
Tgl
Tgl
ZD .................
+/-
-
Ddk ..............
-
ZT . . . . . . . . . Tgl
Tgl
Tgl
Tgl
ZD . . . . . . . . .
GMT duga . . .
Ppw . . . . . . .
Ddk .......
A. Proyeksi bumiawi dan Jajar tinggi
a). Maksud dan Tujuan : Memperbaiki posisi duga dgn pertolongan
penilikan tinggi benda angkasa utk
memperoleh posisi sejati
b). Azas dasar : Setiap penilikan tinggi b.a dgn GMT ybs memberikan
satu tempat kedudukan. Titik potong dari dua tempat
kedudukan adalah posisi sejati
KLU
KU
Gr
B T
KS
KLS
Gr
Gr
Z
p.b.
Lintang p.b.
E E Q Q
bujur p.b.
Lintang p.b. adh : Sama dan senama dgn zawal benda angkasa
Bujur p.b. adh : Sama dan senama dgn sudut jam b.a. terhadap
Greenwich
Lintang p.b. adh : Sama dan senama dgn zawal benda angkasa
Bujur p.b. adh : Sama dan senama dgn sudut jam b.a. terhadap
Greenwich
Perhitungan letak p.b.
Untuk mengetahui letak p.b. suatu benda angkasa pada suatu saat
tertentu terlebih dahulu kita harus mengetahui GMT (guna menentukan
zawal dan sudut jam)
Matahari
Lintang p.b. = z
Bujur barat p.b. = GHA
Bintang
Lintang p.b. = z
Bujur barat p.b. = GHA + SHA
JAJAR TINGGI
Tempat kedudukan semua penilik di bumi, yg pd saat yg
sama, dari benda angkasa yg sama dan mendptkan tinggi
sejati yg sama.
sama
n p.b.
JAJAR TINGGI
KLU
KU
E B T Q
KS
KLS
Jajar tinggi pd bola bumi
KU/P Titik paling utara (A) = z + n
Titik paling selatan (B) = z - n
A
n
C D
pb
n
E B Q
Bu
TITIK PALING BARAT/TIMUR ( C & D)
Segi tiga bola P D pb menurut aturan Neper
cos (90-z) = cos (90-ts).cos (90-l)
sin l = sin z cosec ts
KS Selanjutnya :
sin (90-ts) = sin (90-z). sin Bu
sin Bu = cos ts sec z
LENGKUNG TINGGI
:Gambaran ‘jajar tinggi’ di dlm peta bertumbuh (mercator)
KS
Tiga bentuk umum lengkung tinggi
1. Kutub (yg senama) terletak diluar jajar tinggi (z+n<90o)
mirip Elips
2. Kutub (yg senama) terletak pada jajar tinggi (z+n=90o)
mirip parabola
3. Kutub (yg senama) terletak di dlm jajar tinggi (z+n=90o)
mirip cosinusoid
contoh 1 : Dik : z = 10o U, ts = 50o & GHA = 000o
Ditanyakan :
a. Titik paling Utara dan Selatan
b. Titik paling Timur dan Barat
c. Gambar lengkungan tinggi.
contoh 2 : Dik : z = 50o U, ts = 88o & GHA = 260o
Ditanyakan :
a. Titik paling Utara dan Selatan
b. Titik paling Timur dan Barat
c. Gambar lengkungan tinggi.
2603
th G
ts
H
510
pb
2603
Agt
510
KEGUNAAN GARIS TINGGI TUNGGAL
a. 1 Garis Tinggi
- Sebagai tempat Kedudukan kapal ( LOP )
- Memeriksa pergeseran kapal dari garis haluan
- Memeriksa kecepatan kapal
- Mengikuti garis merkah
- Menentukan haluan kapal untuk menghindari bahaya
- Menentukan posisi kapal, kombinasi dengan peruman
- Menentukan posisi kapal dgn kombinasi baringan.
- Merupakan posisi kapal jika terjadi perpotongan 2 grs tinggi
Melukis garis tinggi ada 2 cara
1. Konstruksi pada peta
2. Konstruksi menggunakan kertas biasa
PD +p
agt
DR
+p
-p
S
TITIK TINGGI.
Yang dimaksud titik tinggi adalah :Titik potong yang terdekat dengan Td tempat
duga )
GS = HS
KU GS – HS = 0
( 90 – Th ) – ( 90 – Ts ) = 0
Ts – Th = 0
Ts = Th
G=H Kesimpulan
KU
Jika Ts – Th > 0 atau Ts > Th maka G
terletak pada jajar tinggi dan GH searah
dengan azimuth di G. Maka p positif ( + )
Dengan beranggapan bahwa garis tinggi
merupakan sebagian dari lengkung tinggi yg
menjadi LOP kapal maka kita telah membuat
kesalahan sbb :
a. Grs Pb ke Td seharusnya merupakan lingkaran
besar tetapi dilukis sebagai grs lurus.
b. Azimuth dilukis dan diperhitungkan dari Td yang
seharusnya dilukis di titik tinggi
c. Garis tinggi dilukis berupa garis lurus yang
seharusnya dilukis sesuai dengan lengkung tinggi
pada peta mercator.
MENGHITUNG WAKTU BEREMBANG
BENDA ANGKASA
Agt. Agt.1
2
Pb.2 Pb.1
Agt.2
Agt.1
azimuth
azimuth
2. Kesalahan zawal benda angkasa
Kesalahan pada zawal dapat terjadi karena salah dalam
pembacaan ataupun lupa untuk memasukkan koreksi (d). Hal ini
akan berakibat kesalahan pada zawal benda angkasa .
Pada teori proyeksi bumiawi zawal benda angkasa = lintang
proyeksi bumiawi. Dengan demikian kesalahan zawal benda
angkasa akan berakibat perubahan pada lintang proyeksi bumuawi.
Jika kesalahan keutara maka digeser keutara dan kesalahan
keselatan maka digeser keselatan.
Lukisan penggeseran proyeksi bumuawi
td.2
*
Agt.1
*td.1 Agt.2
Pb.2 Digeser sesuai
∆ li delta lintang
Pb.1
td.2
Digeser sejauh
3 mil ∆ lintang
Agt. 2
Azimuth td.1
Azimuth Agt. 1
3. Kesalahan Tinggi Benda Angkasa
Kesalahan tinggi dapat terjadi karena kesalahan dalam
membaca sextan atau lupa memasukan koreksi indek
sehingga mempengaruhi nilai dari ” p” sehingga koreksi p
dapat dilakkan dengan menggeser garis tinggi searah /
berlawanan arah dari arah azimuth.
Lukisan pergeseran jari – jari jajar tinggi
Jajar tinggi .1
td
p
Pb
Agt.1
Agt.2
Lukisan konstruksi garis tinggi
Agt.1
Azimuth ba Agt.2
B. Kesalahan Sistematic, Random dan Blunder
1. Kesalahan Sistematic
adalah kesalahan yang nilai dan tandanya selalu sama untuk setiap
observasi, atau dapat dikatakan mempunyai prosentase yang
sama. Misal :
a. Kesalahan pada ptlm.
b. Kesalahan navigator ( ketelitian / ketajaman )
c. Kesalahan karena lupa menjabarkan koreksi index sextan
Akibat kesalahan tsb terjadi penggeseran garis tempat kedudukan
(LOP) yang ukuran dan arahnya sama, kesalahan ini dapat segera
diperbaiki.
LOP yg benar
Systematic error
LOP yg salah
2. Kesalahan Random
Adalah kesalahan yang nilai dan tandanya berbeda untuk setiap
observasi benda angkasa misal :
a. Kesalahan karena pembacaan pembulatan sextan
b. Kesalahan pada nilai lsa
c. Kesalahan pembulatan pada koreksi indek
d. Kesalahan pembulatan pembacaan chronometer.
3. Kesalahan Blunder
Adalah suatu kesalahan yang cukup besar yang disebabkan oleh
kesalahan dalam pembacaan instrumen atau dikarenakan kurang
ahlinya seorang perwira, misal :
a. Kesalahan cara membaca sextan
Akibatnya terjadi
b. Kesalahan cara membaca chronometer kesalahan dengan
nilai yg cukup besar
c. Kesalahan yang dilakukan dalam perhitungan
PENGARUH KESALAHAN TERHADAP LOP
Posisi kapal yang diperoleh dari perpotongan 2 LOP atau lebih akan
membentuk area of position yang berbeda – beda akibat adanya
kesalahan
1. Kesalahan terjadi pada 2 LOP
a. Systematic error
Apabila 2 LOP dikoreksi dengan systematic error maka akan terlihat
bahwa posisi kapal yg benar berjalan pada sebuah Bissectrix ( yg
memotong sudut antara 2 arah azimuth sama besar ) selanjutnya
disebut Dip Free LOP Agt.2
Agt.1
A2
A1
DIP FREE LOP
*AZIMUTH 2 * AZIMUTH 1
b. Random error
Pada random error 2 garis tinggi akan terjadi area of position yang
berbentuk jajaran genjang.
Karena perubahan pada ujung – ujung jajaran genjang sangat kecil maka
cenderung berbentuk ellips
LOP.2 LOP.1
LOP.1
LOP.2
ERROR AREA
c. Blunder error
Pada kesalahan blunder posisi kapal jauh dari tempat duga jadi tidak
dapat digunakan lagi
POS
3*
*1
t.3
Ag
pos
*2 *3
Pada titik ABC dilukis arah azimuth
masing – masing Sudut yg dibentuk
Agt.1 oleh azimuth azimuth tsb dibagi2
menjadi Dip Free LOP
Agt.2 Ketiga Dip Free LOP berpotongan
di luar segutiga
b. Random error
Pada perpotongan 3 LOP yg berbentuk segitiga maka posisi kapal
berada pada pusat lingkaran dalam segitiga tersebut, daerah
kemungkinan tidak saling memotong karena leteknya masing – masing
sangat jauh.
68%
68% %
68
c. Blunder error
Jika yang terjadi adalah kesalahan blunder , maka perpotongan
ketiga LOP akan membentuk segitiga yg sangat besar atau salah,
sehingga tidak mendapatkan posisi kapal
KESIMPULAN.
1. Pengambilan azimuth kertiga benda angkasa harus selalu seluruh
cakrawala agar jika terjadi systimatik maupun random error
dan apabila terjadi masih dapat diperbaiki posisi kapal masih
dalam segitiga.
2. Untuk menghindari terjadinya systematik / random error dianjuran
dalam observasi menggunakan 4 benda angkasa guna sebagai
pengontrol.