Anda di halaman 1dari 105

Bagian dari ilmu pelayaran yg menggunakan penilikan dr benda

angkasa.untuk penentuan posisi kapal.

Tujuan: - Menentukan Kesalahan pedoman / Deviasi


- Menentukan posisi kapal

Saat ini banyak digunakan alat bantu navigasi elektronik utuk


mengganti ilmu Pelayaran Astronomi.

Ilmu Pel. Astronomi tetap di perlukan sebab:


1. Jika sistem navigasi elektronik rusak maka perlu pindah
ke navigasi astronomi
2. Tdk benar berlayar tampa penglihatan hanya berdasar
pada satu sistem saja.
TATA SURYA
Matahari merupakan pusat tata surya kita dikelilingi oleh planet –
planet yaitu :
1. Mercuryus

2. Venus Planet dalam


3. Bumi

4. Mars 7. Uranus
5. Jupiter 8. Neptunus
6. Saturnus 9. Pluto PLANET LUAR
LANJUTAN

Dari ke 9 planet yang mengelilingi matahari hanya 4 planet yang dapat


dipergunakan untuk keperluar bernavigasi penentuan posisi secara
astronomis yaitu :
Venus Jupiter
Mars Saturnus
Hal ini dikarenakan
- Jaraknya relatif dekat dengan bumi jika dibandingkan planet lain
- Ukurannya cukup besar
- Daya pantulnya cukup kuat
Semua planet yang mengelilingi matahari termasuk Bumi
lintasannya berbentuk elleps .
Nilai eksentrisitas dari pada eleps ± 0,017
Adapun peristiwa bumi mengelilingi matahari disebut Revolusi

B2

B3
M B1

B4

EKLIPTIKA
Dalam peredarannya bumi mengelilingi
matahari, sumbu putar bumi tidak tegak
lurus terhadap bidang ekliptika, melainkan
membentuk sudut 660.30l terhadap bidang
ekliptika.

Akibatnya
Equator tidak berimpit dengan bidang
ekleptika melainkan membentuk sudut
230.30l terhadap bidang ekleptika.
TATANAN BUMI DAN BULAN
Bulan mengelilingi Bumi dalam satu putaran penuh membutuhkan waktu 271/2
Hari peredaran ini disebut SIDERIK.
Gerhana Bulan
Terjadi karena dalam peredarannya mengelilingi bumi, bulan berada pada posisi
daerah bayangan bumi
5

pe
nu
mb
4

ra
Matahari Bumi 3 umbra

a
br
m
nu
1pe
Gerhana Matahari
Gerhana Matahari disebabkan karena bulan berada antara Bumi dan Matahari.
Kejadian ini dapat terjadi pada saat bulan baru atau pada saat bulan berada posisi
konyunksi dan kejadian ini tergantung pada letak Matahari, Bulan dan Bumi dan
jarak masing – masing antara mereka.
Jadi gerhana Matahari berarti hanya sebagian orang di Bumi yang tidak dapat
melihat Matahari.

Matahari Bulan Bumi


KEDUDUKAN BOLA LANGIT
Z
ZN = ling Vertikal E
SU = ling Horizon
EQ = ling Equator
EZ = tinggi KLU
lintang penilik
T

S U

KLS
KLU – KLS = sumbu
langit
Q
U – KLU =tinggi kutup langit N
DEFINISI - DEFINISI

- Horizon Sejati adalah Bidang datar yg berkedudukan sejajar dengan


permukaan air tenang dan melalui pusat bola bumi
- Horizon Semu adalah Bidang datar yg berkedudukan sejajar dengan
permukaan air tenang dan melalui mata penilik.
- Grs Vertikal adalah grs tegak lurus pada bidang horizon yg melalui tempat
penilik
- Titik Zenith adalah Titik tembus pada kepala penilik
- Titik Nadir adalah titik tebus yg berada dibawah kaki penilik
- Lingkaran Vertikal adalah setiap lingkaran besar yg mengandung garis
vertikal sebagai garis tengahnya
- Lingkaran besar adalah setiap lingkaran yg titik pusatnya terletak pada titik
pusat bola ybs
- Sudut tepi langit adalah Sudut yg terbentuk arah horizon semu dengan arah
grs tepi langit.
- Meridian Langit adalah lingkaran vertikal yang melalui titik utara dan selatan
- Sumbu Langit adalah sumbu bumi yg telah diperpanjang ke utara dan selatan
sehingga menembus bola langit pada dua buah titik tembus utara & selatan
- Kutub Langit Utara adalah titik tembus dimaksud yg terletak disebelah utara
- Kutub Langit Utara adalah titik tembus dimaksud yg terletak disebelah selatan
- Equator Langit adalah Equator bumi yg telah diperluas kesegala jurusan
sehingga memotong bola langit menurut suatu lingkaran besar – ling besar
tsb.
- Lingkaran Diklinasi adalah setiap ling besar yg mengandung sumbu langit
sebagai garis tengahnya.
- Titik Aries adalah Suatu titik potong antara equator dgn Ekliptika pada
belahan bumi bagian barat.
- Titik Aries adalah Suatu titik potong antara equator dgn Ekliptika pada
belahan bumi bagian timur.
1.Tata Kordinat Horizon Z Lingk. vertikal

Diebut tata koordinat horison


karena dlm penentuan
Posisi suatu BA bidang
horizon sebagai
Bidang datarnya
Tinggi sebuah
Bintang dihitung
Cakrawala
W
Mengikuti lingkaran t N
S
Vertikal dari BA E Azimuth / T
Ybs, mulai dari
Azimuth benda angkasa
Horizon sampai BA dihitung bidang horizon
mulai dari titik selatan /
Ybs. utara dalam arah jarum
jam sampai pada titik
proyeksi benda angkasa
di bidang horizon.

N
1.1
Z
2

4
S U
3

N
1.2
Z

S U

N
2.TATA KORDINAT EQUATOR
Z

SBUT = LING HORIZON E


ZBNT = LING VERTIKAL
EBQT = EQUATOR
KLU

S U

KLS

KLU- B-T-KLS = LING

Q DEKLINASI BENDA ANGKASA

N
2.1

TATA KOORDINAT KLU


EKUATOR ADALAH 2
TATA KOORDINAT
DIMANA BIDANG
EKUATOR SEBAGAI
BIDANG DATARNYA

v
Sedangkan unsur
yang diukur adalah 1
diklinasi benda
angkasa dan
Arcensiorekta. 4
E Q
*w 3
Arcensiorecta diukur
mengikuti lingkaran
Untuk menyataakan
equator yg dimulai dari
diklinasi bintang V maka
titik Aries ke arah yang
terlebih dahulu dibuat
berlawananan deng
lingkaran diklinasi yg
peredaran harian dari
Melalui bintang V, dimana ling pada Matahari Jadi
deklinasi tsb memotong ekuator Arsensiorecta daripada
pada W dgn demikian diklinasi bintang V adalah ¥QEW
bitang V adalah busur VW. KLS
2.2

KLU
Ling. Declinasi

Equator

z
E Q
SHA

KLS
3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA

KLU
KEU

21/6

4 21/3 21/6
E Q
3

21/12

KES
KLS
3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA

KLU

KEU

E Q

KLS
3.TATA KORDINAT EKLIPTIKA

KLU
KEU

21/6

4 21/3 21/6
E Q
3

21/12

KES
KLS
DEFINISI- DEFINISI
- Cakrawala sejati : Irisan angkasa / bidang yg melalui titik pusat angkasa, tegak
lurus pada nornal penilik.
- Cakrawala setempat : Bidang yg melalui mata penilik, sejajar dgn cakrawala
sejati
- Tepi langit sejati : Irisan angkasa dgn bidang kerucut yg dilukiskan oleh garis
singgung pada bumi dari mata penilik.
- Penundukan tepi langit sejati (pts) : Sudut antara arah tepi langit sejati dan
cakrawala setempat.
- Tepi langit maya : Batas bagian permukaan bumi yg masih terlihat oleh penilik
- Penundukan tepi langit maya (ptm): Sudut antara arah tepi langit maya dan
cakrawala setempat.
- Tinggi mata : Tinggi mata penilik diatas permukaan laut.
- Tinggi ukur (tu) : Sudut antara arah tepi langit maya dan benda angkasa yg terlihat
( tinggi yg terbaca pada pesawat sextan)
- Tinggi sejati (ts) : Busur lingkaran tegak yg melalui benda angkasa, antara
cakrawala sejati dan titik pusat benda angkasa.
lsa par

tu
pts ptm

ts
tu-ptm-lsa

lsa par

tu tu-ptm
tu-ptm-lsa

ptm

ts
1. tu-ptm

2. tu-ptm-lsa
3 3. tu-ptm-lsa+par

lsa par

tu
ptm
3
ts
3. tu-ptm-lsa+par
4. tu-ptm-lsa+par+1/2m

4. (ts)
3
LENGKUNGAN SINAR ASTROMOMI (Lsa)
= sudut antara arah kemana kita melihat benda angkasa dan arah sebenarnya
ia berada

maya
Zenit, lsa = 0 Lsa=60’’ctg t sejati
Cak.setempat max, lsa = 36’

Ptm=1.77’√h
PENUNDUKAN TEPI LANGIT MAYA ( Ptm)

Refraksi bumiawi : - Sinar cahaya yg datang dari tepi


langit hrs menempu lapisan
terbawah dari udara
- Sudut antara arah melihat benda
di bumi dan arah sebenarnya

Ptm=1.77’√h
PARALAK = Perbedaan arah, dlm mana benda yg sama
terlihat dari dua titik yg berlainan.

Paralak datar (Po) = sudut yg menggambarkan jari-jari bumi di


tempat sipenilak jika terlihat dari benda
angkasa yg berada di atas cakrawala

Paralak dalam tinggi (Par) = sudut yg menggambarkan jari-jari bumi


di tempat sipenilik jika terlihat dari benda
angkasa yg berada di atas cakrawala setempat.
z

maya

Zenit, lsa = 0 Lsa=60’’ctg t sejati


Cak.setempat max, lsa = 36’
Par = 8.80’’ cos t

Ptm=1.77’√h

dist mthr:23500 r
dist bln : 60 r
1/2m

- Matahari antara 15.8’ s/d 16.3’ ( rata-rata 16.05’ ) Dft V / Almanak


- Bulan antara 14.7’ s/d 16.7’ ( rata-rata 15.7’ ) Dft VII / Almanak
- Bintang dan Planet = 0
kesimpulan perbaikan
tinggi dengan

PERHITUNGAN

ts = tu – ptm – lsa + par ± ½m

Untuk Matahari, Bintang & Planet

ptm = 1.77’√h
lsa = 60’’ ctg t
par = 8.80’’ cos t

½m (Mthr) = 15.8’ – 16.3’ (Juli – Jan) almanak


½m (Bulan) = 14.7’ s/d 16.7’ (rata2 15.7’)
par & ½m (Bintang & Planet) = 0
kesimpulan perbaikan
kesimpulan
tinggi denganperbaikan
tinggi dengan

DAFTAR V, DAFTAR VI DAN DAFTAR VII

ts = tu – ptm – lsa + par + 1/2gt


= tu + ( -ptm-lsa+ Par ) + (±1/2gt )
= tu + ( - ptm-lsa+par+16’) + ( ±1/2gt + 16’ )
= tu + Dft V + Kor tgl

ts = tu + Dft V + Kor tgl (untuk Matahari)

ts = tu – Dft VI (untuk Bintang dan Planet)

ts = tu + Dft VII + Dft VIIA/B (utk Bulan)


kesimpulan perbaikan
tinggi dgn

MENGGUNAKAN ALMANAK

ts = tu – ptm – lsa + par ± ½m


= tu + (- ptm ) + ( - lsa + par ± ½m )

ktm = (-ptm)
ktu = (-lsa + par ± ½m )

ts = tu + ktm + ktu
MATAHARI SEJATI ADALAH MATAHAI YANG
SESUNGGUHNYA YANG DAPAT DILIHAT DGN MATA DAN
PANASNYA DAPAT DIRASAKAN OLEH KULIT KITA
MATAHARI SEJATI = WAKTU SEJATI
MATAHARI MENENGAH ADALAH MATAHARI KHAYALAN
CIPTAAN MANUSIA YANG PEREDARANNYA DENGAN
WAKTU YANG KONSTAN ( TETAP )
MATAHARI MENENGAH = WAKTU MENENGAH
Z

GMT:15.00
LMT:12.00

Gr 0
45o
B

T Gr Ku B
KU

GMT: 03.00
LMT:00.00

GMT: 00.00
LMT:21.00

N
GMT GRENWICH MEAN TIME ADALAH WAKTU MENENGAH YANG
BERLAKU PADA BUJUR GRENWICH ( 7,50 B S/D 7,50 T )

LMT (Lokal Mean Time)

= Waktu menengah yg menjadi dasar suatu tempa ( Busur pada pada katulistiwa
mulai dari derajah bawah ke arah edaran harian maya sampai pada matahari
menengah.)

Selisih waktu = Selisih bujur

1 jam = 150

BT dlm wkt
LMT = GMT ± BB dlm wkt
WAKTU MINTAKAT ( ZONE TIME )
ADALAH WAKTU MENENGAH PADA DERAJAH
PERTENGAHAN ZONE ( DAERAH ) YANG BERSANGKUTAN
Bumi dibagi menjadi 24 bagian yang dibatasi oleh bujur
dengan selisih bujur 150 dan semua tempat pada satu wilayah
zone ( daerah ) mempunyai waktu yang sama

Misal :
Zone GMT ± 00 dimulai dari bujur 007,50 B
sampai pada bujur 007,50 T
Kearah timur bertanda positif
kearah barat bertanda negatif
Zone Description (ZD) = Koreksi yg hrs dijabarkan pada Zone
Time utk mendapatkan GMT

GMT = ZT + ZD

Zone Description
180B 22.5B 7.5B 7.5T 22.5T 180T

Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone Zone

s/d +12 +4 +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 -4 s/d -12

Contoh soal:
1. Sebuah kapal berada pd bujur 124o24’ B dan wkt
Zone di kpl tsb adh jam 13-14-15.
Hitunglah wkt setempat...?
1. Waktu Tolok ( Standart Time )

= Wkt menengah yg berlaku bagi suatu negara sehubungan


dg kepentingan lalu lintas di negara ybs.
( jumlah wkt & tandanya di jabarkan pd wkt tolok guna
mendptkan GMT)

contoh :

Indonesia WIB = GMT + 07


WITA = GMT + 08
WIT = GMT + 09
India = GMT + 05 30
Malaysia = GMT + 08

Cat : Wkt tolok tdk selalu sama wkt mintakad ( Zone Time )

Waktu Tolok utk semua negara dpt dilihat di


“almanak Nautika”
INTERNATIONAL DATE LINE

180

KU

172.5T 172.5B

-6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 +12 +11 +10 +9 +8 +7 +6

KS
Contoh

Pada pukul 18.00 ZT tgl 24 juni, Kpl berada di bujur duga 179 000’B,
sepuluh jam kemudian kapal tiba di bujur 179 000’ T. Hitunglah ZT yg
baru dan tglnya
.

179000’ T 180000’ 179000’ B

10 jam
Contoh

Pada pukul 18.00 ZT tgl 24 juni, Kpl berada di bujur duga 179 000’T,
sepuluh jam kemudian kapal tiba di bujur 179 000’ B. Hitunglah ZT yg
baru dan tglnya
.

179000’ T 180000’ 179000’ B

10 jam
PENGUKUR WAKTU

Cronometer adalah: Penunjuk Pengukur Waktu (ppw) di kapal dan waktu


yg ditunjukan adalah GMT.

mencatat wkt observasi yg akurat,


ditemukan oleh : John Harrison (abad 18) dlm bentuk
“ mechanical cronometer”.
Dikembangkan menjadi “ Quartz Cronometer “

duduk (ddk) = selisih waktu antara ppw dan GMT.


+ Lambat
Disebut ---- jika ppw lebih --------- dari GMT
- Cepat

GMT = ppw + ddk


Lalu = Perubahan duduk selama jangka waktu tertentu yg
tdk sama satu hari.

Langka = Perubahan duduk selama jangka wkt satu hari.

+ Lambat
Disebut ---- jika pengukur wkt berjalan ---------
- Cepat

Lalu = ddk baru – ddk lama


langka = ddk baru – ddk lama

langka = lalu / hari


SUDUT JAM BARATGREENWICH = GHA Busur pada lintasan harian dihitung mulai derajah
atas kearah Barat sampai benda angkasa ybs.
SUDUT JAM BARATSETEMPAT = LHA
KLU

KU
Gr

B T

KS

KLS
MENENTUKAN GMT

Pengukur waktu hanya berjalan 12 jam sehingga tdk dpt menentukan


apakah di Greenwich siang ataukah malam serta tanggal berapa di
Greenwich.
Pertolongan tanggal, waktu di kapal dan bujur duga, kita dapat memeriksa
bahwa GMT yang di peroleh adalah siang atau malam serta tanggal di
Greenwich.

Contoh :
Pada tgl 9 Maret 20XX di bujur duga 126008’T, kira-kira pukul 07-15 waktu
di kapal, diadakan pengamatan matahari pada ppw = 10-14-32.
Duduk pada 01 GMT, 6 Maret = (+) 0-22-17
Langka harian = (-) 2.0 detik

Pada tgl 20 Januari 20XX di bujur duga 154 030’B kira-kira pukul 20-20 ZT
di adakan pengamatan bintang pada ppw = 07-20-26.
Duduk pada 19 GMT, 17 Januari = (+) 0-11-28
Langka harian= (+)3
KLU

KU
Gr

B T

KS

KLS
Rumus dasar I
Bujur Timur
LHA = GHA ± Bujur Barat

KU

Gr

GHA BT Gr

GHA BT
KS
RUMUS DASAR II
Bujur Timur
LHA = GHA + SHA ± Bujur Barat

KLU

Gr

KLU
SHA GHAAries BT

SHA
GHAAries BT
KLS
CONTOH SOAL :

1. Dik GHA = 030


Tentukan LHA jika di tilik dari bujur 100 B

2. Tentukan LHA mthr pada jam 15.00 WITA jika di tilik dari kota
mks yg terletak pada bujur 120 T
PERHITUNGAN SUDUT JAM / P

LHA = Busur pada lintasan harian dihitung mulai derajah atas kearah
(Sudut Jam Brt) Barat sampai benda angkasa ybs.

P = Busur pada lintasan harian di hitung mulai derajah atas


(Sudut Jam) kearah Barat atau Timur sampai benda angkasa ybs.
(0o – 1800)

Merubah LHA menjadi P

1. Jika LHA : 000 – 180 maka P = LHA (B)


2. Jika LHA : 180 – 360 maka P = 360 – LHA (T)

Contoh
1. LHA = 400 maka P = 040 B
2. LHA = 300 maka P = 060 T
PENGGUNAAN ALMANAK
WAKTU
= Waktu dihitung mulai saat matahari melewati derajah bawah

WAKTU MATAHARI MENENGAH


a. Waktu Menengah Greenwich (GMT)
b. Waktu Menengah Setempat ( LMT)
c. Waktu Tolok ( Standart Time )
d. Waktu Mintakad ( Zone Time )

GMT ( Greenwich Mean Time )

= Wkt menengah setempat pada derajah greenwich.


( dipakai sbg argumen utk masuk ke dlm “Almanak” )
SUSUNAN ALMANAK NAUTIKA
Data sehari-hari yg penting di berikan pada halaman
harian.

- Tanggal dan wkt adalah tanggal dan wkt di Greenwich

- Halaman (harian) kiri Almanak


a). GHA aries dan GHA serta Zawal Planet2.
b). Nilai d (kor d) adh : perubahan zawal tiap jam.
Nilai v (kor v) adh : pertumbuhan GHA tiap jam dlm menit busur.
c) Daftar SHA tiap2 planet dan Mer Pass dan juga Mer pass aries.
d) 57 Selected start menurut abjat ( SHA dan Zawalnya)

- Halaman (harian) kanan Almanak


a). GHA dan Zawal utk matahari dan bulan.
b). Perataan waktu / equatuion of time
½ m untuk matahari dan bulan
Merpass Mthr dan Bln
c). Sun Rise dan Sun Set serta permulaan dan akhir senja (twilight)
Daftar Interpolasi ( Increment dan Correction).
Untuk menentukan GHA dan Zawal benda angkasa
untuk saat pengamatan selain dari jam penuh GMT.
Di cetak pada halaman berwarna di bgn belakang agar
mudah mencarinya.
Daftar Bintang- bintang
a). SHA dan Zawal dari 173 bintang ( pada hal : 268-273), termasuk 57
selected start.
b). *57 selected start dipilih menurut kekuatan sorotnya, Nama asli dan urutan
SHA yg menurun.
*173 bintang tsb, nama rasinya di halaman kiri sedang Nama aslinya di
sebelah kanan.

Daftar daftar tambahan


1). Daftar pengubahan busur ke waktu. (Conversion of arc to time).
2). Standar Time berbagai negara
3). Daftar perbaikan tinggi
4). Daftar Polaris.
Z
E

KLU

S U

KLS

QQ
Z
E T 90-l

90-t
90-z P
KLU
S

S U

KLS

QQ
Aturan Cotangens

dlm segitiga paralax memberikan hubungan langsung antara :


l, z, P & T yaitu :

CotgT. sin P = cotg PS . sinPT – cosP. cosPT

= cotg (90-z) . sin (90-l) – cosP. cos(90-l )

= tg z . cos l – cosP.sin l
T 90-l
CotgT = tg z . cos l – cos P . sin l
sin P sin P
90-t
= tg z . cos l – sin l P
sin P tg P
= tg z . cos l – tg l cos l 90-z
sin P tg P
S

CotgT = ( tg z – tg l ) . cos l
sin P tg P
Maksud dan Tujuan : Menentukan arah sejati (Baringan sejati)
suatu benda angkasa utk memperoleh :
- Salah pedoman (deviasi).
- Arah garis tinggi.

Sebutan utk Azimut :


Utara U
Di lintang---------- dihitung ---
dari titik sampai titik duduk lingkaran
Selatan S
tinggi melalui benda angkasa. ( 0-180 )

( Senama Lintang dan Sudut Jam )


PERATURAN UMUM AZIMUT

I P > 90 ..............................................................T Lancip


II l & z senama z>l ............................................T Lancip
III l & z tak senama ..............................................T Tumpul
IV&V l & z senama P<90..........................................T Lancip / Tumpul

Z
KLU
II
V IV
E

I
B

S
III U

KLS
N
Keadaan Istimewa

T=0 ; Berembang disisi puncak dimana kutub berada.


z > l (senama)
T = 180 ; Berembang disisi puncak dimana katulistiwa berada.
z < l (senama)
T = tak terhingga. berembang dititik z
T = 090 ; Berembang di vertikal pertama.
Z
E 90-l

90-t
90-z P
KLU
S

S U
T

KLS

QQ
AZIMUT PADA WKT TERBIT / TERBENAM
Z
E 90-l

90-t
90-z P
KLU
S
90-z l

S U
T

KLS

QQ
3/4D

...............................

AZIMUT PADA WKT TERBIT / TERBENAM


.

Aturan Never tentang segitiga bola yaitu:


cos (90o± z ) = cos l cos To
90-z l
maka :
± sin z = cos l cos To
T
cos To = ± sin z
cos l

cos To = ± sin z sec l + jika l & z senama maka T lancip


- jika l & z tak senama maka T tumpul

To = 90 ± z di Equator
DAFTAR ABC

CotgT. sec l = ( tg z – tg l )
sin P tg P

, C = B - A

Daftar XI : dgn argument P & l utk memperoleh A


dgn argument P & z utk memperoleh B

Daftar XII : dgn argument l & C utk memperoleh T

Peraturan utk menggunakan daftar ABC.


1) l & z senama, P<90
ambilah A – B maka T tumpul
ambilah B – A maka T lancip
2) l & z senama P>90
ambilah A + B maka T lancip
3) l & z tak senama
ambilah A + B maka T tumpul
Cara mengubah Azimut menjadi Bar.sejati.

T = U/S (0o – 180o) T/B


Bs = 000o _ 360o

Kesimpulan

Sebutan Bs
U ke T Bs = T

U ke B Bs = 360 - T

S ke T Bs = 180 - T

S ke B Bs = 180 + T
Contoh :

Tentukan Bs dari Azimut di bawah ini :


a. U 120 T
b. U 120 B
c. S 120 T
d. S 120 B

Contoh menentukan Deviasi.

Pada tgl 31 Mei 2004, pukul 22.30 ZT di tempat duga : 18o55’S & 074o25’T
Canopos dibaring dgn pedoman standar : 225o pada ppw : 05-23-20.
Duduk pd tgl 26 Mei, 17GMT adh : (-) 0-10-10 & Langka harian : (-)2 dtk.
Vareasi : 18o B

Hitunglah : Dev pedoman std tsb.


ZT Wkt kapal
ZD (+/-) + Bujur/15 ( Brt / Tmr )
GMTduga
Ppw Cronometer
ddk + Time signal
GMTdekat
lalu + Cronometer log/ hitung
GMTsejati

GHA Almanak (Tgl & jam)


Incr Almanak ( mnt & dtk)
BT/BB (+/-) + Bujur duga
LHA
P
z
li

B ( tg.z/ sin. P ) / Dft XIB


A ( tg.li / tg.P ) / Dft XIA
C ( Ctg T sec li ) / Dft XII
T
Bs
Bp +
semb
ZT . . . . . . . . . Tgl
.
Tgl
mthr
ZD . . . . . . . . . . Tgl
GMT duga . . .
Tgl

Ppw . . . . . . . .

Ddk . . . . . . . . .

GMT dekat . . .
Lalu . . . . . . . .

GMT sejati . . .
GHA (..tgl..j ) .

Incr (...m...s )
+/-
BT/BB . . . . . . .

LHA . . . . . . . .
.
P...........

l ...........
Z ..........
ZT ................. Tgl
mthr
Tgl

Tgl

ZD .................

+/-

GMT duga .....


Ppw ..............
+/-

-
Ddk ..............
-
ZT . . . . . . . . . Tgl

Tgl

Tgl

Tgl
ZD . . . . . . . . .

GMT duga . . .

Ppw . . . . . . .

Ddk .......
A. Proyeksi bumiawi dan Jajar tinggi
a). Maksud dan Tujuan : Memperbaiki posisi duga dgn pertolongan
penilikan tinggi benda angkasa utk
memperoleh posisi sejati

b). Azas dasar : Setiap penilikan tinggi b.a dgn GMT ybs memberikan
satu tempat kedudukan. Titik potong dari dua tempat
kedudukan adalah posisi sejati

B.Proyeksi bumiawi suatu benda angkasa


a). Definisi : titik potong permukaan bumi dgn garis lurus yg menghubungkan
titik pusat benda angkasa dan titik pusat bumi.
PROYEKSI BUMIAWI

KLU

KU
Gr

B T

KS

KLS
Gr

Gr
Z
p.b.
Lintang p.b.

E E Q Q
bujur p.b.

Lintang p.b. adh : Sama dan senama dgn zawal benda angkasa

Bujur p.b. adh : Sama dan senama dgn sudut jam b.a. terhadap
Greenwich
Lintang p.b. adh : Sama dan senama dgn zawal benda angkasa

Bujur p.b. adh : Sama dan senama dgn sudut jam b.a. terhadap
Greenwich
Perhitungan letak p.b.
Untuk mengetahui letak p.b. suatu benda angkasa pada suatu saat
tertentu terlebih dahulu kita harus mengetahui GMT (guna menentukan
zawal dan sudut jam)

Matahari
Lintang p.b. = z
Bujur barat p.b. = GHA

Bintang
Lintang p.b. = z
Bujur barat p.b. = GHA + SHA
JAJAR TINGGI
Tempat kedudukan semua penilik di bumi, yg pd saat yg
sama, dari benda angkasa yg sama dan mendptkan tinggi
sejati yg sama.
sama

n p.b.
JAJAR TINGGI

KLU

KU

E B T Q

KS

KLS
Jajar tinggi pd bola bumi
KU/P Titik paling utara (A) = z + n
Titik paling selatan (B) = z - n

A
n
C D
pb
n
E B Q

Bu
TITIK PALING BARAT/TIMUR ( C & D)
Segi tiga bola P D pb menurut aturan Neper
cos (90-z) = cos (90-ts).cos (90-l)
sin l = sin z cosec ts

KS Selanjutnya :
sin (90-ts) = sin (90-z). sin Bu
sin Bu = cos ts sec z
LENGKUNG TINGGI
:Gambaran ‘jajar tinggi’ di dlm peta bertumbuh (mercator)

KU Kutub di luar jajar tinggi KU


.
p.b

pb Kutub pada jajar tinggi

E Kutub di dlm jajar tinggi Q

KS
Tiga bentuk umum lengkung tinggi
1. Kutub (yg senama) terletak diluar jajar tinggi (z+n<90o)
mirip Elips
2. Kutub (yg senama) terletak pada jajar tinggi (z+n=90o)
mirip parabola
3. Kutub (yg senama) terletak di dlm jajar tinggi (z+n=90o)
mirip cosinusoid
contoh 1 : Dik : z = 10o U, ts = 50o & GHA = 000o
Ditanyakan :
a. Titik paling Utara dan Selatan
b. Titik paling Timur dan Barat
c. Gambar lengkungan tinggi.
contoh 2 : Dik : z = 50o U, ts = 88o & GHA = 260o
Ditanyakan :
a. Titik paling Utara dan Selatan
b. Titik paling Timur dan Barat
c. Gambar lengkungan tinggi.

contoh 3 : Dik : z = 40o U, ts = 40o & GHA = 090o


Ditanyakan :
a. Titik paling Utara dan Selatan
b. Titik paling Timur dan Barat
c. Gambar lengkungan tinggi.

contoh 4 : Dik : z = 40o U, ts = 30o & GHA = 170o


Ditanyakan :
a. Titik paling Utara dan Selatan
b. Titik paling Timur dan Barat
c. Gambar lengkungan tinggi.
Garis Tinggi
Garis lurus di peta yg berjalan melalui ttk yg di hitung dan tegak lurus
pada arah azimut dan dapat menggantikan sebagian lengkungan tinggi

2603

th G
ts
H
510

pb

2603

Agt

510
KEGUNAAN GARIS TINGGI TUNGGAL

a. 1 Garis Tinggi
- Sebagai tempat Kedudukan kapal ( LOP )
- Memeriksa pergeseran kapal dari garis haluan
- Memeriksa kecepatan kapal
- Mengikuti garis merkah
- Menentukan haluan kapal untuk menghindari bahaya
- Menentukan posisi kapal, kombinasi dengan peruman
- Menentukan posisi kapal dgn kombinasi baringan.
- Merupakan posisi kapal jika terjadi perpotongan 2 grs tinggi
Melukis garis tinggi ada 2 cara
1. Konstruksi pada peta
2. Konstruksi menggunakan kertas biasa

PD +p

agt
DR
+p
-p

S
TITIK TINGGI.
Yang dimaksud titik tinggi adalah :Titik potong yang terdekat dengan Td tempat
duga )

Sedangkan dalam perhitungan titik tinggi sehubungan dengan letaknya dapat


dibedakan menjadi 3 keadaan, yaitu :
1. TEMPAT
KU
DUGA TERLETAK
GH.DILUAR JAJAR TINGGI.
Searah dengan azimuth benda angkasa GS > HS
P
GS – HS > 0. ( 90 – Th ) – ( 90 – Ts ) > 0
90 – Th – 90 + Ts > 0
G
H Ts – Th > 0 atau Ts > Th
S
Nilai Ts – Th disebut selisih tinggi ( p ) dimana
besarnya minit p = jarak G – H dalam Mil laut.
TEMPAT DUGA TERLETAK DIDALAM JAJAR TINGGI
KU
P

Arah GH berlawanan arah dengan arah


azimuth benda angkasa GS < HS
H GS – HS < 0
G
S
( 90 – Th ) – ( 90 – Ts ) < 0
90 – Th – 9o + Ts < 0
Ts – Th < 0 atau
Ts < Th.
TEMPAT DUGA TERLETAK PADA JAJAR TINGGI

GS = HS
KU GS – HS = 0
( 90 – Th ) – ( 90 – Ts ) = 0
Ts – Th = 0
Ts = Th
G=H Kesimpulan
KU
Jika Ts – Th > 0 atau Ts > Th maka G
terletak pada jajar tinggi dan GH searah
dengan azimuth di G. Maka p positif ( + )
Dengan beranggapan bahwa garis tinggi
merupakan sebagian dari lengkung tinggi yg
menjadi LOP kapal maka kita telah membuat
kesalahan sbb :
a. Grs Pb ke Td seharusnya merupakan lingkaran
besar tetapi dilukis sebagai grs lurus.
b. Azimuth dilukis dan diperhitungkan dari Td yang
seharusnya dilukis di titik tinggi
c. Garis tinggi dilukis berupa garis lurus yang
seharusnya dilukis sesuai dengan lengkung tinggi
pada peta mercator.
MENGHITUNG WAKTU BEREMBANG
BENDA ANGKASA

WAKTU BEREMBANG MATAHARI


Untuk menghitung waktu berembang Matahari dapat dilaksanakan denga
Yaitu 1. Memakai Rumus dasar
2. Dengan Perataan Waktu
3. Dengan Meridian Passage
1. DENGAN RUMUS DASAR.
Contoh.
Misal seorang penilik berada pada bujur 0730 timur pada tanggal 10 ja
1986
Penyelesaian sbb.
PENYELESAIAN

Matahari berembang pada meridian penilik maka LHA = 3600


LHA O = GHA O + BT
3600 = GHA O + 0730
GHA O = 3600 + 0730
GHA O = 2870
GHA O mendekati 283 – 08 - 8 ……. Pada jam 07 - 00 - 00
incremen saat itu 3 - 51 – 2 00 - 15 - 24
Matahari berembang di bujur 0730 07 - 15 - 24
BDW 04 - 52 - 00
LMT 12 - 07 - 24
2. DENGAN PERATAAN WAKTU
Cara ini jarang dipergunakan leh seorang Navigator bahkan dapat dikatakan
tidak pernah.
A.Kesalahan Waktu, Zawal Dan Tinggi
Kesalahan ini terjadi karena kelalaian ketelitian Navigator dalam
melakukan observasi benda angkasa.Kesalahan tersebut antara
lain :
1. Kesalahan Waktu.
Terjadi karena navigator lupa memasukkan data duduk
pengukur
waktu, yang akan berakibat kesalahan pada GMT sehingga
berpengaruh pada GHA benda angkasa
Apabila kesalahan waktunya harus ditambah maka bujur pb
digeser kearah barat dan jika berkurang bujur pb digeser ke
timur atau menggeser langsung agt dimana besar geserannya
adalah :
1 menit waktu = 15 menit bujur
4 detik waktu = 1 menit bujur
td.1 td.2

Agt. Agt.1
2

Pb.2 Pb.1

Pergeseran kesalahan bujur


15 menit kearah barat.
Pergeseran ∆.bu

td.2 ∆.bu td.1

Agt.2
Agt.1
azimuth
azimuth
2. Kesalahan zawal benda angkasa
Kesalahan pada zawal dapat terjadi karena salah dalam
pembacaan ataupun lupa untuk memasukkan koreksi (d). Hal ini
akan berakibat kesalahan pada zawal benda angkasa .
Pada teori proyeksi bumiawi zawal benda angkasa = lintang
proyeksi bumiawi. Dengan demikian kesalahan zawal benda
angkasa akan berakibat perubahan pada lintang proyeksi bumuawi.
Jika kesalahan keutara maka digeser keutara dan kesalahan
keselatan maka digeser keselatan.
Lukisan penggeseran proyeksi bumuawi

td.2
*
Agt.1

*td.1 Agt.2
Pb.2 Digeser sesuai
∆ li delta lintang

Pb.1

Jika kesalahan zawal kearah utara 3 menit maka lintang Pd


digeser 3 menit kearah utara juga
Lukisan konstruksi garis tinggi
Misal azimuth Ba. 2200 dan p = + 2 mil maka penggeseran dapat
dilakukan langsung pada tempat duga atau pada garis tinggi ke utara
sebesar 3 menit delta lintang.demikian pula jika kesalahan ke selatan.

Grs tinggi yg didapat


digeser sejauh 3 ∆ lintang
ke utara

td.2

Digeser sejauh
3 mil ∆ lintang
Agt. 2

Azimuth td.1

Azimuth Agt. 1
3. Kesalahan Tinggi Benda Angkasa
Kesalahan tinggi dapat terjadi karena kesalahan dalam
membaca sextan atau lupa memasukan koreksi indek
sehingga mempengaruhi nilai dari ” p” sehingga koreksi p
dapat dilakkan dengan menggeser garis tinggi searah /
berlawanan arah dari arah azimuth.
Lukisan pergeseran jari – jari jajar tinggi
Jajar tinggi .1

Digeser kearah azimuth


Jajar tinggi .2

td
p

Pb
Agt.1

Agt.2
Lukisan konstruksi garis tinggi

Agt digeser kearah


azimuth sebeser nilai
kesalahan (+) dan
Digeser ke arah berlawanan dg arah
azimuth
td
azimuth jika
p
kesalahan bernilai (-)

Agt.1

Azimuth ba Agt.2
B. Kesalahan Sistematic, Random dan Blunder
1. Kesalahan Sistematic
adalah kesalahan yang nilai dan tandanya selalu sama untuk setiap
observasi, atau dapat dikatakan mempunyai prosentase yang
sama. Misal :
a. Kesalahan pada ptlm.
b. Kesalahan navigator ( ketelitian / ketajaman )
c. Kesalahan karena lupa menjabarkan koreksi index sextan
Akibat kesalahan tsb terjadi penggeseran garis tempat kedudukan
(LOP) yang ukuran dan arahnya sama, kesalahan ini dapat segera
diperbaiki.
LOP yg benar

Systematic error

LOP yg salah
2. Kesalahan Random
Adalah kesalahan yang nilai dan tandanya berbeda untuk setiap
observasi benda angkasa misal :
a. Kesalahan karena pembacaan pembulatan sextan
b. Kesalahan pada nilai lsa
c. Kesalahan pembulatan pada koreksi indek
d. Kesalahan pembulatan pembacaan chronometer.

3. Kesalahan Blunder
Adalah suatu kesalahan yang cukup besar yang disebabkan oleh
kesalahan dalam pembacaan instrumen atau dikarenakan kurang
ahlinya seorang perwira, misal :
a. Kesalahan cara membaca sextan
Akibatnya terjadi
b. Kesalahan cara membaca chronometer kesalahan dengan
nilai yg cukup besar
c. Kesalahan yang dilakukan dalam perhitungan
PENGARUH KESALAHAN TERHADAP LOP
Posisi kapal yang diperoleh dari perpotongan 2 LOP atau lebih akan
membentuk area of position yang berbeda – beda akibat adanya
kesalahan
1. Kesalahan terjadi pada 2 LOP
a. Systematic error
Apabila 2 LOP dikoreksi dengan systematic error maka akan terlihat
bahwa posisi kapal yg benar berjalan pada sebuah Bissectrix ( yg
memotong sudut antara 2 arah azimuth sama besar ) selanjutnya
disebut Dip Free LOP Agt.2

Agt.1

A2
A1
DIP FREE LOP

*AZIMUTH 2 * AZIMUTH 1
b. Random error
Pada random error 2 garis tinggi akan terjadi area of position yang
berbentuk jajaran genjang.
Karena perubahan pada ujung – ujung jajaran genjang sangat kecil maka
cenderung berbentuk ellips
LOP.2 LOP.1

LOP.1

Didaerah ini probability


68% atau 95%

LOP.2

ERROR AREA
c. Blunder error
Pada kesalahan blunder posisi kapal jauh dari tempat duga jadi tidak
dapat digunakan lagi

2. KESALAHAN TERJADI PADA 3 LOP


a. Systimatic Error
Pada observasi yang menghasilkan 3 LOP terdapat kemungkinan
terjadi perpotongan ke tiga LOP tersebut sehingga membentuk sebuah
segitiga besar.
Jika hal ini disebabkan oleh systimatic error maka cara menetapkan
posisi kapal dilakukan sebagai berikut:
(1). Ketiga benda angkasa berada di seluruh cakrawala

Dip free LOP


1* *2

POS
3*

Dip free LOP


Dip free LOP

Ketiga benda angkasa azimuthnya terletak dieluruh cakrawala, maka posisi


kapal terletak di titik pusat lingkaran dalam segitiga tersebu, yang merupakan
titik potong ketiga Dip Free LOP
(2). Ketiga benda angkasa terletak pada setengah cakrawal
Yang dimaksud dengan setengah cakrawala adalah letak benda
angkasa kurang dari 1800

*1
t.3
Ag

pos

*2 *3
Pada titik ABC dilukis arah azimuth
masing – masing Sudut yg dibentuk
Agt.1 oleh azimuth azimuth tsb dibagi2
menjadi Dip Free LOP
Agt.2 Ketiga Dip Free LOP berpotongan
di luar segutiga
b. Random error
Pada perpotongan 3 LOP yg berbentuk segitiga maka posisi kapal
berada pada pusat lingkaran dalam segitiga tersebut, daerah
kemungkinan tidak saling memotong karena leteknya masing – masing
sangat jauh.
68%

Daerah kemungkinan yang


berada di luar segitiga sangat
tidak mungkin letak posisi kapal.
Jadi posisi kapal dipusat linkaran
pos
dalam

68% %
68
c. Blunder error
Jika yang terjadi adalah kesalahan blunder , maka perpotongan
ketiga LOP akan membentuk segitiga yg sangat besar atau salah,
sehingga tidak mendapatkan posisi kapal

KESIMPULAN.
1. Pengambilan azimuth kertiga benda angkasa harus selalu seluruh
cakrawala agar jika terjadi systimatik maupun random error
dan apabila terjadi masih dapat diperbaiki posisi kapal masih
dalam segitiga.
2. Untuk menghindari terjadinya systematik / random error dianjuran
dalam observasi menggunakan 4 benda angkasa guna sebagai
pengontrol.

Anda mungkin juga menyukai