Anda di halaman 1dari 31

Case Based Discussion

Otitis Media Supurativa akut


Nadya Angelica (1915110)
Preceptor: dr. M. Indra Sapta Sp. THT-KL
Kasus
Anamnesis

 Seorang anak laki-laki usia 9 bulan dibawa ke Rumah Sakit Imanuel oleh Ibunya dengan
keluhan keluar cairan dari telinga kanan.
 Cairan tampak awalnya bening dan encer lalu lama-kelamaan menjadi berwarna
kekuningan dan kental
 Sejak 6 hari yang lalu anak demam, pilek dan batuk dengan lendir kuning. Anak sempat
diberikan obat antibiotic namun tidak dihabiskan.
 Kemarin, anak sangat rewel, sering menangis, dan kurang tidur. Namun hari ini sudah
lebih tenang.
 RPD: -
 RPK: -
 R. kebiasaan: -
 R. ASI: Tidak pernah diberi ASI sejak lahir dan hanya mendapat susu formula
Pemeriksaan fisik

 Kesadaran : compos mentis,


 Keadaan umum : sakit ringan
 Berat badan : 10,1 kg
Tanda vital:
 R: 32 x/menit
 N: 115 x/menit
 TD:100/60 mmhg
 S: 38,0C
Status Generalis

Kepala :
 Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik. Bibir tidak sianosis.
 Hidung : mukosa cavum nasi hyperemis, secret kuning kehijauan
 Telinga kanan : pada canalis auditorius terlihat sekret mukopurulen
 Telinga kiri : Dalam batas normal
 Tenggorok : mukosa orofaring hyperemis, tonsila palatina ukuran T1/T1
 Leher : tidak terdapat pembesaran KGB
 Toraks : bentuk dan pergerakan simetris.
Cor : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-)
Pulmo : VBS +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
 Abdomen : datar, lembut, bising usus normal.
 Extremitas : akral hangat, sianosis (-)
Status Lokalis
 Telinga:
 Telinga kanan: Aurikula berwarna sama dengan kulit sekitarnya, daun telinga normal, nyeri tekan tidak
ada, liang telinga luar basah dengan dengan secret mukopurulen, membrane timpani tidak intak, pars
tensa membrane timpani tampak perforasi. Nyeri tekan mastoid -
 Telinga kiri: Aurikula berwarna sama dengan kulit sekitarnya, daun telinga normal, nyeri tekan tidak ada,
liang telinga luar, tidak terdapat secret ataupun serumen membrane timpani intak, warna putih keabuan
terlihat pars flasida dan pars tensa, umbo, manubrium malei, terdapat pantulan cahaya. Nyeri tekan
mastoid –
 Pada tes audiometri didapatkan penurunan ambang pendengaran pada telinga bagian kanan
 Hidung:
Pada hidung luar tidak tampak adanya deformitas, trauma, atau tanda tanda peradangan.
Rhinoskopi anterior: Vestibulum nasi tidak tampak anda peradangan, mukosa tenang -/-, tidak ada septum
deviasi, sekret bening encer dan tidak berbau, hipertrofi konka inferior -/-, hipertrofi kaput konka media -/-,
hipertrofi konka superior -/-, meatus medius dalam batas normal, fisura olfaktoria dalam batas normal

Rhinoskopi posterior: tidak tampak adanya perdarahan, post nasal drip –


 Faring:
Mukosa mulut tidak hiperemis, palatum mole dan durum normal, lidah normal, uvula di tengah, gigi geligi
normal, tonsil T1/T1 tidak hiperemis, kripta -/-, dinding posterior faring tidak hiperemis, granula dinding
posterior faring -
Status Lokalis Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Daun Telinga
Kel. Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Dinding Liang
Hiperemi - -
Telinga
Edema - -
Massa - -
Bau Bau busuk -
Warna Putih kekuningan -
Sekret / Serumen Jumlah banyak -
Jenis Sekret -
mukopurulen
 
Membran timpani
Warna putih Putih
Utuh Refleks cahaya - +
intak - +
Jumlah perforasi + -
Perforasi
Jenis mukopurulen -
Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan
Tes Garpu tala
Weber Tidak dilakukan
-
Kesimpulan
Audiometri Ambang pendengaran telinga kanan
berkurang  
Rhinoskopi anterior

Hidung Vestibulum Vibrise


Radang
+
-
+
-
Kavum nasi Cukup lapang (N) N N
Sempit - -
Lapang - -
Pemeriksaan Kelainan Sekret Jenis mukopurulen mukopurulen
Deformitas - Jumlah Cukup banyak Cukup banyak
Kelainan - Bau Bau busuk Bau busuk

congenital Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi


Hidung luar Warna Merah muda Merah muda
Trauma -
Permukaan Licin Licin
Radang -
Edema _ _
Massa -
Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Pemeriksaan kelainan Permukaan licin licin
Warna Merah muda Merah muda
Rhinoskopi Post nasal drip (-)
Massa - -
posterior
Pendarahan (-)
Palatum mole + Arkus Simetris/tidak Simetris
faring Warna Merah muda
Faring Edema - -
Bercak/eksudat - -
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan - -
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Detritus - -
Eksudat - -
Peritonsil Warna Merah muda
Edema - -
Abses - -
Karies/radiks - -
Gigi
Kesan - -
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
Lidah
Deviasi - -
Massa - -
DD:
 Otitis media supurativa akut auris dextra stadium perforasi
 Otitis media serosa auris dextra stadium perforasi

Diagnosis Kerja : Otitis media supurativa akut auris dextra stadium perforasi
Otitis Media Supurativa Akut
Definisi

 Otitis media akut: Peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi
dalam waktu < 3 minggu (Permenkes RI no 5 thn 2014)
Epidemiologi

 Banyak pada anak-anak dan bayi disbanding orang dewasa (tersering usia 6-11
bulan) karena sistem imunitas anak belum berkembang sempurna dan
karena tuba eustachius pada bayi pendek, lebar dan letaknya horizontal
Faktor risiko

 Anak dan bayi


 Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif
 Anak dengan ISPA berulang
Etiologi

 Biasanya didhului ISPA, dapat berupa virus maupun bakteri. 25% virus, 25%
tidak diketahui penyebabnya
 Bakteri tersering:
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Moraxella cattarhalis
Pathogenesis
stadium koalesen
stadium (gangguan drainase secret
surpurasi → obstruksi di lipatan
ISPA mukosa epitimpanium →
dekalsifikasi dan resorpsi
tulang)
ruptur
membrane
timpani
invasi kuman ke Stadium
dalam telinga Komplikasi

stadium eksudasi
(PMN, serum, fibrin ,
epitel kuboid jadi sel
reaksi inflamasi goblet dan produksi Stadium resolusi
mucus)

oklusi tuba
Stadium
terjadi tekanan
hiperemis
(-)
Gejala klinis
1. Stadium hiperemis
 Otalgia
 Rasa penuh dalam telinga karena oklusi tuba
 Demam
 Pendengaran tidak dikeluhkan
 Otoskopi: pelebaran pembuluh darah membrana tympani di sekitar manubrium Mallei, tepi pars tensa dan pars flacida

2. Stadium eksudasi
 Otalgia dan demam bertambah
 Pendengaran terganggu
 Muntah, kejang, meningismus (pada bayi), rewel, sering menangis, kurang tidur
 Nyeri tekan mastoid
 Otoskopi: membran Timpani bombans, hiperemis
 X-ray mastoid: cellula mastoid kabur
3. Stadium supurasi
 Otore yang mula-mula serosanguinolen, berubah menjadi mukopurulen
 Otalgia berkurang
 Demam ringan atau tidak demam
 Pendengaran semakin berkurang
 Keadaan umum pasien membaik
 Otoskopi: perforasi dengan diameter kecil pada pars tensa + otore

4. Stadium koalesen/mastoiditis
 Otalgia (biasanya nocturnal)
 Disertai/tanpa disertai demam
 Mastoid nyeri tekan / tanda abses (+) 
 Otore > 2 minggu
 Otoskopi: meatus acusticus externus sempit  (“sagging”)
5. Stadium komplikasi
 Proses infeksi yang semula terjadi hanya di telinga tengah  telah meluas ke
struktur sekitarnya
6.Stadium resolusi
 Otore berkurang / tidak ada
 Pendengaran membaik hingga normal
 Otoskopi: perforasi sentral kecil (dapat menutup)
Pemeriksaan penunjang

 Tes bisik
 Tes garpu taka
 Audiometri (anak: pure audiometri)
 Timpanometri
 Xray mastoid dapat ditemukan pada mastoid yang skelotik pneumatisasi
berkurang
Penatalaksanaan non farmakologis

 Konseling dan edukasi


 Pengobatan harus adekuat agar membrane timpani kembali normal
 Beri tahu keluarga untuk mencegah ISPA, menangani dan memberi pengobatan adekuat
apabila terkena ISPA
 Menganjurkan pemberian ASI minimal 6 bulan-2 tahun
 Asupan gizi harus adekuat
 Saat telinga sedang berlubang, hindari aktivitas seperti berenang
 Rujuk:
 indikasi miringotomi  nyeri berat, demam tinggi, komplikasi OMA seperti paresis
nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. mengalami
kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA.
 Membran timpani tidak menutup dalam 3 bulan
Penatalaksanaan farmakologis

 Stadium eksudasi: antibiotic + miringotomi


 Stadium supurasi: antibiotic + miringotomi
 Stadium koalesen: terapi antibiotic dilanjutkan sampai 3 minggu
 Stadium komplikasi
 Stadium resolusi
Penatalaksanaan farmakologis

 Dekongestan:
 Lokal:
 HCL efedrin 0,5% atau oksimetazolin 0,025% untuk <12 tahun (tetes hidung)
 HCL efedrin 1% atau oksimetazolin 0,05% untuk >12 tahun (tetes hidung)
 Sistemik:
 Pseudoefedrin 30mg
 Antipiretik dan analgetik
 Paracetamol 10 mg/kgbb/kali
 Ibuprofen 3x 50mg
Penatalaksanaan farmakologis

 Antibiotik:
 Golongan penicillin
 Amoxicillin: 50-100 mg/kgBB/hari atau Ampicillin 50-100mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis
 Amoxiclav: 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
 Cephalosporin generasi 2: cefuroxime 2dd 125-250mg p.c
 Golongan Macrolide
 Erythromycin 20-40mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis 7 hari
 Azithromycin sehari sekali 10mg/kgBB/hari single dose 5 hari
 Clarithromycin 7,5mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis sehari selama 5-10 hari
 Golongan Sulfanamid
 Cotrimoxazole: kombinasi TMP 80mg dan SMX 400mg tab untuk dewasa 2x2 tab (2x1 tab forte) ; anak
(TMP 40mg dan SMX 200mg) suspense 2x5ml / 2x1 tab. Terapi 10-14 hari, anak >6rtahun 5-7 hari
Terapi bedah

 Miringotomi: pada stadium eksudasi atau supurasi yang belum perforasi


 Dibuat sayatan kecil pada kuadran antero-inferior untuk mengeluarkan cairan dari
cavum tympani
 Dapat mengurangi otalgia dan demam, namun akan muncul otore, perlu
diinformasikan pada pasien & keluarganya
 Mastoidektomi simplex: pada stadium mastoiditis/komplikasi
 Membuka mastoid dari arah belakang telinga untuk drainase cairan inflama
Pencegahan

 Pengobatan ISPA secara tuntas


 Utamakan pemberian ASI, bukan susu formula.
 Menghindari kontak langsung dengan anak-anak yang sedang sakit atau
terserang infeksi.
Komplikasi

 Mastoiditis akut
 Paresis/ paralisis N. facialis
 Labirinitis akut
 Meningitis
 Abses otak
 Ketulian
 Bayi: keterlambatan bicara
Prognosis

Prognosis quo ad fungsionam dan sanationam adalah dubia ad bonam jika


pengobatan adekuat. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah,
maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar
terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa berupa
otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai