Seorang anak laki-laki usia 9 bulan dibawa ke Rumah Sakit Imanuel oleh Ibunya dengan
keluhan keluar cairan dari telinga kanan.
Cairan tampak awalnya bening dan encer lalu lama-kelamaan menjadi berwarna
kekuningan dan kental
Sejak 6 hari yang lalu anak demam, pilek dan batuk dengan lendir kuning. Anak sempat
diberikan obat antibiotic namun tidak dihabiskan.
Kemarin, anak sangat rewel, sering menangis, dan kurang tidur. Namun hari ini sudah
lebih tenang.
RPD: -
RPK: -
R. kebiasaan: -
R. ASI: Tidak pernah diberi ASI sejak lahir dan hanya mendapat susu formula
Pemeriksaan fisik
Kepala :
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik. Bibir tidak sianosis.
Hidung : mukosa cavum nasi hyperemis, secret kuning kehijauan
Telinga kanan : pada canalis auditorius terlihat sekret mukopurulen
Telinga kiri : Dalam batas normal
Tenggorok : mukosa orofaring hyperemis, tonsila palatina ukuran T1/T1
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB
Toraks : bentuk dan pergerakan simetris.
Cor : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-)
Pulmo : VBS +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, lembut, bising usus normal.
Extremitas : akral hangat, sianosis (-)
Status Lokalis
Telinga:
Telinga kanan: Aurikula berwarna sama dengan kulit sekitarnya, daun telinga normal, nyeri tekan tidak
ada, liang telinga luar basah dengan dengan secret mukopurulen, membrane timpani tidak intak, pars
tensa membrane timpani tampak perforasi. Nyeri tekan mastoid -
Telinga kiri: Aurikula berwarna sama dengan kulit sekitarnya, daun telinga normal, nyeri tekan tidak ada,
liang telinga luar, tidak terdapat secret ataupun serumen membrane timpani intak, warna putih keabuan
terlihat pars flasida dan pars tensa, umbo, manubrium malei, terdapat pantulan cahaya. Nyeri tekan
mastoid –
Pada tes audiometri didapatkan penurunan ambang pendengaran pada telinga bagian kanan
Hidung:
Pada hidung luar tidak tampak adanya deformitas, trauma, atau tanda tanda peradangan.
Rhinoskopi anterior: Vestibulum nasi tidak tampak anda peradangan, mukosa tenang -/-, tidak ada septum
deviasi, sekret bening encer dan tidak berbau, hipertrofi konka inferior -/-, hipertrofi kaput konka media -/-,
hipertrofi konka superior -/-, meatus medius dalam batas normal, fisura olfaktoria dalam batas normal
Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Daun Telinga
Kel. Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Dinding Liang
Hiperemi - -
Telinga
Edema - -
Massa - -
Bau Bau busuk -
Warna Putih kekuningan -
Sekret / Serumen Jumlah banyak -
Jenis Sekret -
mukopurulen
Membran timpani
Warna putih Putih
Utuh Refleks cahaya - +
intak - +
Jumlah perforasi + -
Perforasi
Jenis mukopurulen -
Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan
Tes Garpu tala
Weber Tidak dilakukan
-
Kesimpulan
Audiometri Ambang pendengaran telinga kanan
berkurang
Rhinoskopi anterior
Diagnosis Kerja : Otitis media supurativa akut auris dextra stadium perforasi
Otitis Media Supurativa Akut
Definisi
Otitis media akut: Peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi
dalam waktu < 3 minggu (Permenkes RI no 5 thn 2014)
Epidemiologi
Banyak pada anak-anak dan bayi disbanding orang dewasa (tersering usia 6-11
bulan) karena sistem imunitas anak belum berkembang sempurna dan
karena tuba eustachius pada bayi pendek, lebar dan letaknya horizontal
Faktor risiko
Biasanya didhului ISPA, dapat berupa virus maupun bakteri. 25% virus, 25%
tidak diketahui penyebabnya
Bakteri tersering:
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Moraxella cattarhalis
Pathogenesis
stadium koalesen
stadium (gangguan drainase secret
surpurasi → obstruksi di lipatan
ISPA mukosa epitimpanium →
dekalsifikasi dan resorpsi
tulang)
ruptur
membrane
timpani
invasi kuman ke Stadium
dalam telinga Komplikasi
stadium eksudasi
(PMN, serum, fibrin ,
epitel kuboid jadi sel
reaksi inflamasi goblet dan produksi Stadium resolusi
mucus)
oklusi tuba
Stadium
terjadi tekanan
hiperemis
(-)
Gejala klinis
1. Stadium hiperemis
Otalgia
Rasa penuh dalam telinga karena oklusi tuba
Demam
Pendengaran tidak dikeluhkan
Otoskopi: pelebaran pembuluh darah membrana tympani di sekitar manubrium Mallei, tepi pars tensa dan pars flacida
2. Stadium eksudasi
Otalgia dan demam bertambah
Pendengaran terganggu
Muntah, kejang, meningismus (pada bayi), rewel, sering menangis, kurang tidur
Nyeri tekan mastoid
Otoskopi: membran Timpani bombans, hiperemis
X-ray mastoid: cellula mastoid kabur
3. Stadium supurasi
Otore yang mula-mula serosanguinolen, berubah menjadi mukopurulen
Otalgia berkurang
Demam ringan atau tidak demam
Pendengaran semakin berkurang
Keadaan umum pasien membaik
Otoskopi: perforasi dengan diameter kecil pada pars tensa + otore
4. Stadium koalesen/mastoiditis
Otalgia (biasanya nocturnal)
Disertai/tanpa disertai demam
Mastoid nyeri tekan / tanda abses (+)
Otore > 2 minggu
Otoskopi: meatus acusticus externus sempit (“sagging”)
5. Stadium komplikasi
Proses infeksi yang semula terjadi hanya di telinga tengah telah meluas ke
struktur sekitarnya
6.Stadium resolusi
Otore berkurang / tidak ada
Pendengaran membaik hingga normal
Otoskopi: perforasi sentral kecil (dapat menutup)
Pemeriksaan penunjang
Tes bisik
Tes garpu taka
Audiometri (anak: pure audiometri)
Timpanometri
Xray mastoid dapat ditemukan pada mastoid yang skelotik pneumatisasi
berkurang
Penatalaksanaan non farmakologis
Dekongestan:
Lokal:
HCL efedrin 0,5% atau oksimetazolin 0,025% untuk <12 tahun (tetes hidung)
HCL efedrin 1% atau oksimetazolin 0,05% untuk >12 tahun (tetes hidung)
Sistemik:
Pseudoefedrin 30mg
Antipiretik dan analgetik
Paracetamol 10 mg/kgbb/kali
Ibuprofen 3x 50mg
Penatalaksanaan farmakologis
Antibiotik:
Golongan penicillin
Amoxicillin: 50-100 mg/kgBB/hari atau Ampicillin 50-100mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis
Amoxiclav: 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
Cephalosporin generasi 2: cefuroxime 2dd 125-250mg p.c
Golongan Macrolide
Erythromycin 20-40mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis 7 hari
Azithromycin sehari sekali 10mg/kgBB/hari single dose 5 hari
Clarithromycin 7,5mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis sehari selama 5-10 hari
Golongan Sulfanamid
Cotrimoxazole: kombinasi TMP 80mg dan SMX 400mg tab untuk dewasa 2x2 tab (2x1 tab forte) ; anak
(TMP 40mg dan SMX 200mg) suspense 2x5ml / 2x1 tab. Terapi 10-14 hari, anak >6rtahun 5-7 hari
Terapi bedah
Mastoiditis akut
Paresis/ paralisis N. facialis
Labirinitis akut
Meningitis
Abses otak
Ketulian
Bayi: keterlambatan bicara
Prognosis
OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar
terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa berupa
otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.
TERIMAKASIH