SEDERHANA KOMPLEKS
TONIK KLONIK (GRAND MAL)
ABSENS/ PETIT MAL
ATYPICAL ABSENS
a. Lobus motor frontal Lobus temporalis
(tonik,klonik,jacshoans) (epilepsi psikomotor)
b. Somatosensoris (visual,
auditorik, olfaktorius,
vertiginosa)
c. Autonom
d. Psikis murni
Jenis jenis Epilepsi
Mekanisme terjadinya bangkitan
epilepsi dan farmakodinamik obat
• Patofisiologi
Con't
• Hipoksia, demam, kurang tidur, luka (gangrene parut), tumor,
perdarahan,abses, keracunan (alcohol), inflamasi menyebabkan :
• Pembukaan kanal Ca 2+ dan Na+ dan penutupan kanal K+ dan Cl-. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan Ca2+ dan Na+ di intrasel sehingga terjadi depolarisasi.
• Magnesium mengalami penurunan, dan menyebabkan Ca2+ lebih mudah masuk ke
intrasel.
• Peningkatan ikatan glutamate ke reseptornya, menyebabkan peningkatan Ca 2+ dan
Na+ ymasuk ke intrasel
• Penurunan O2 yang menyebabkan perubahan permeabilitas membrane dan
menyebabkan pertukaaran ion Na+ dan K+, Na+ banyak yang masuk ke intra sel
• Penurunan Vit. B6 sehingga Gaba yang dihasilkan sedikit dan tidak mampu
menghambat aktivitas depolarisasi system saraf
• Mekanisme ini menyebabkan hiperaktivitas sel saraf pada fungsi motoric, sensorik,
otonom, dan kognisi,dan emosi yang merupakan gejala dari epilepsy.
Mekanisme
kerja OAE
• Inhibitor glutamate release:
• Phenitoin
• Lamotrigin
• phenobarbital
• NMDA antagonist
• Felbamate
• Asam valproate
• Gabamimetics
• Benzodiazepine
• Barbiturats
• v
Hambat kerja
Glutamat
NMDA AMPA
Hambat Ca+
Na + sel (↓)
masuk intrasel
Hambat
depolarisasi
• NB :
OAE yang bekerja pada voltage-gated sodium channel sering
disebut dengan sodium channel blockers, bekerja baik pada
epilepsi dengan bangkitan fokal maupun umum, yaitu
phenytoin, carbamazepin, lamotrigine, oxcarbazepine, dan
lacosamide. Kelompok obat lebih poten menghambat aksi
potensial frekuensi tinggi yang muncul berturut-turut
daripada aksi potensial tunggal atau yang frekuensinya
rendah.
Obat tersebut juga menghambat pelepasan sejumlah
neurotransmiter termasuk glutamat. Sehingga menghambat
respon AMDA & NMDA yang nantinya dpt menghambat
terbukanya kanal Calsium dan Natrium sehingga menghambat
depolarisasi
T-Type Viltage Gated Calsium Channels
Calsium channels
bloker
: ethosuximide,
zonisamide,
pregabalin,
gabapentin
Low voltage-activated (T-type) calcium channels berperan dalam
osilasi talamokortikal intrinsik yang mendasari letupan spike-wave
pada bangkitan absans general.
Pada tidur NREM, sirkuit talamokortikal berubah dari letupan tonik
menjadi osilasi. Pada epilepsi absans perubahan ini muncul secara
acak bahkan saat terjaga. Kanal kalsium tipe T di talamus dan
korteks berperan pada abnormalitas sirkuit ini, dengan
menimbulkan spike ambang rendah sehingga berkembang menjadi
burst firing dan osilasi.
Ethosuximide sangat bermanfaat dalam terapi bangkitan absans.
Obat ini menghambat kanal kalsium tipe T di sirkuit talamokortikal.
Hambatan ini meningkat saat depolarisasi dan bila kanal kalsium
tipe T terinaktivasi. Jadi obat ini memiliki kekhususan pada
patologi sirkuit talamokortikal, dimana terjadi depolarisasi neuronal
dan inaktivasi kanal kalsium tipe T
Modulator GABA Reseptor
Modulator reseptor
Ex: Diazepam,
GABA-A
lorazepam, clonazeoam,
barbiturat/fenobarbital),
valproat
Meningkatkan
pembukaan kanal K⁺
Meningkatkan sinap
inhibisi
GABA-A sebagai modulator allosterik positif. Pada konsentrasi tinggi barbiturat
dapat mengaktivasi reseptor GABA-A secara langsung meskipun tidak terdapat GABA.
Hal ini tidak dapat dilakukan oleh benzodiazepine. Benzodiazepine spesifik untuk
sinap reseptor GABA-A yang mengandung subunit γ2 dan secara alosterik
memodulasi reseptor tersebut sehingga meningkatkan frekuensi pembukaan kanal
(kalium & klorida),dan akhirnya meningkatkan sinap inhibisi.
GLUTAMAT
GABA dan GABA transminase ( 4-aminobutyrate Succini
2-oxoglutarate aminotransferase) semialdehyde
Inhibitor GABA
transminase:
Ex: vigabtrin
GABA transaminase (4-aminobutyrate aminotransferase) merupakan enzim yang mengkatalisir
Inhibisi GABA transaminase dengan vigabatrin (GABA γ-vinyl) akan menyebabkan peningkatan
Vigabatrin tidak meningkatkan atau memperpanjang respon sinaptik yang diperantarai oleh
reseptor GABA-A. Vigabatrin meningkatkan arus tonik non sinaptik reseptor GABA-A. Kadar
GABA intrasel yang tinggi akan menurunkan transporter GABA sehingga kadar GABA ekstrasel
Vigabatrin memiliki efek bifasik, yaitu prokonvulsan dan antikonvulsan. Efek prokonvulsan
disebabkan oleh kelebihan GABA di ruang ekstrasel dan aktivasi reseptor GABA-A ekstrasinaptik.
Antagonis reseptor AMPA
Membuka kanal
GLUTAMAT Reseptor AMPA Natrium
Inhibitor reseptor
depolarisasi
NMDA
Ex: perampanel
Hambat depolarisasi
Perampanel merupakan antogonis reseptor AMPA non
kompetitif yang tidak mempengaruhi respon reseptor NMDA
dan kanal ion lain pada konsentrasi terapetik.
AMPA merupakan kanal kation yang bekerja sebagai mediator
utama untuk eksitasi sinaptik cepat (dalam waktu milidetik).
Sehingga apabila diberikan parampanel yang bersifat sebagai
antagonis AMPA akan menghambat terbukanya kanal Natrium
sehingga akan menghambat terjadinya repolarisasi
Grand mal / tonik klonik
Abnormalitas Abnormalitas
pembukaan kanal Inhibisi tidak adekuat
eksitator/inhibitor
Na⁺/ K ⁺
hipereksitasi
Ihibisi kanal Na ⁺
Ex: phenitoin,
carbamazepin,
Lamatrogin,
Lacosamid
Kejang grand mal disebabkan karena terjadi abnormalitas eksitator atau inhibitor, ion
Natrium dan Kalsium yang berlebih, sehingga inhibitor tidak adekuat, Dan
menimbulkan bangkitan epilepsi yang menyeluruh di korteks yang mengakibatkan
kejank tonik klonik. Sehingga pada kejang ini di anjurkan untuk menggunakan
golongan penghambat Natrium, sebab Natrium yang dihambat akan terjadi hambatan
pula pada kerja Glutamat sehinga diharapkan terjadi penurunan Natrium dan Kalsium
sehingga terhindar dari hipereksitasi, dan terjadi repolarisasi dengan seimbang
Kejang tonik klonik yaitu kejang dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku
umum pada ototekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1
menit. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih. Saat tonik diikuti
klonik pada ekstrenitas atas dan bawah. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase
postictal
Absans / epilepsi petit mal
a. Fase inisiasi : terdiri dari letupan depolarisasi tinggi yg melibatkan ion Calsium dan Natrium sehingga
terjadi uptake ion kalium dan klorida dan terjadi hiperpolarisasi
b. Fase propagasi: pada saat terjadi hiperpolarisasi berlebih,terjadi induksi terhadap NMDA sehingga
akan meningkatkan kalsium sehingga tidak terjadi inhibisi di daerah sekitarnya,lalu menyebar ke
kortex bagisan yang sesuai dengan gejala bangkitan. Seperti pada bagian kortex occipital maka akan
terjadi gangguan penglihatan, di temporal terjadi gangguan psikomotor
Obat yang digunakan pada epilepsi jenis ini sebaiknya menggunakan modulator reseptor GABA
barbiturat dan valproat yang nantinya akan meningkatan respon inhibisi, dan blokade ion Natrium
seperti fenitoin dan kabamazepin untuk menghambat kerja glutaman sehingga tidak memicu reseptor
untuk meningkatlan faktor eksitasi
Kejang Parsial Kompleks
Inhibisi Na:
Perubahan komposisi
Karbamazepin
GABA a (↓)
fenitoin