https://emedicine.medscape.com/article/1098029-overview
Hubungan memakai celana jeans ketat dan
keringat dengan keluhan gatal
b. Palpasi
• Perhatikan
• Adanya tanda-tanda radang atau tidak
• Ada tidaknya indurasi / fluktuasi / pembesaran kelenjar regional
maupun generalisata
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Skin prick test
Tes dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam dengan menggunakan jarum khusus sehingga
tidak menimbulkan sakit. Skin Prick Test berguna untuk memeriksa keadaan alergi terhadap
alergen/penyebab alergi yang dihirup (seperti: tungau debu, serpih kulit binatang dan lain-
lain) dan alergen makanan
• Patch test
Tes dilakukan di kulit punggung, dengan menempelkan allergen. Patch Test berguna untuk
mengetahui alergi yang disebabkan karena kontak terhadap bahan kimia
• Kerokan kulit
Penderita dengan lesi kulit yang dicurigai menderita dermatomikosis
KANDIDIASIS
DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau
subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh
Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit,
kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis, atau meningitis.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua
umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya
terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya
bermacam-macam sehingga tidak diketahui data penyebarannya
dengan tepat.
ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans.
PATOGENESIS
• Langkah awal yang penting dalam proses infeksi Candida adalah
perlekatan Candida pada sel epitel pejamu. Galur yang mampu
melekat paling kuat pada sel pejamu memiliki patogenisitas yang
tinggi. Di antara spesies Candida yang dapat menimbulkan infeksi, C.
albicans memiliki kemampuan melekat paling kuat, disusul oleh C.
tropicalis dan C. parapsilosis Proses perlekatan tersebut dipengaruhi
adesin pada dinding sel C. albicans yang akan mengenali protein-
protein spesifik di permukaan sel pejamu dengan menghasilkan
komponen permukaan seperti manan, kitin, manoprotein, dan lektin
PATOGENESIS
• C.albicans mensekresi berbagai enzim hidrolitik seperti proteinase
aspartat, lipase, dan fosfolipase yang berhubungan dengan
virulensinya. Enzim hidrolitik mendukung tingkat invasif dan
proliferasi jamur dengan mendestruksi jaringan pejamu.24-28
Proteinase aspartat atau proteinase keratolitik yang disekresi C.
albicans merupakan enzim utama dalam pertumbuhan jamur pada
medium yang mengandung stratum korneum.25 Proteinase aspartat
ini akan mencerna nutrisi yang didapat C. albicans serta merusak
membran sel pejamu untuk memudahkan adesi dan invasi Candida ke
jaringan. Fosfolipase mendukung virulensi jamur dengan merusak dan
melisiskan sel pejamu.
KLASIFIKASI
REAKSI ID (KANDIDID)
KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA
• Lesi ditemukan di daerah lipatan kulit, yaitu aksila, lipat leher,
infra mama, lipat inguinal, intergluteal, umbilikus, lipatan kulit di
daerah abdomen, dan interdigital. Kelainan yang tampak berupa
bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.
• Gejala klinis: kemerahan, rasa gatal yang hebat, dan lesi
dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul
kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif,
dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
PENGOBATAN
• Topikal
• Larutan ungu gentian ½ - 1% untuk selaput lendir, 1 – 2% untuk
kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
• Nistatin: berupa krim, salep, emulsi, amfoterisin B.
• Grup azol, antara lain:
• Mikonazol 2% berupa krim atau bedak.
• Kotrimoksazol 1% berupa bedak, larutan, dan krim.
• Tiokonazol, butonazol, isokonazol.
• Siklopiroksolamin 1% larutan, krim.
• Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.
PENGOBATAN
• Sistemik
• Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam
saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus.
• Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidasis sistemik.
• Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimoksazol 500
mg per vaginam dosis tunggal; sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari, atau dengan itrakonazol
2 x 200 mg dosis tunggal, atau dengan flukonazol 150 mg
dosis tunggal
• Itrakonazol: bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginitis, dosis
untuk orang dewasa 2 x 100 mg selama 3 hari.
PENCEGAHAN
• Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi
• Dianjurkan untuk memakai pakaian nyaman dan tidak terlalu
tebal atau ketat dan sering mengganti pakaian jika sudah
basah.
PROGNOSIS
• Umumnya baik, tergantung pada berat ringannya faktor
predisposisi.
PITYARIS VULGARIS
PENGERTIAN
Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang
disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan
ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa
gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa
peradangan. Pityriasis versicolor biasanya mengenai wajah, leher,
badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha.
EPIDEMIOLOGI
• Pityriasis versicolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai di
daerah tropis karena tingginya temperatur dan kelembaban.
• Menyerang hampir semua umur terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40
tahun.
• diperkirakan 40-50% dari populasi di negara tropis terkena penyakit ini
• Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita pada usia 20-30 tahun dengan
perbandingan 1,09% pria dan 0,6% wanita
• Di negara subtropis yaitu Eropa tengah dan utara hanya 0,5-1% dari semua
penyakit jamur
• Penyakit ini dapat terjadi pada pria dan wanita, dimana pria lebih sering
terserang dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 2
ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan
pemeriksaan morfologi dan imunoflorensi indirek ternyata identik
dengan Pityrosporum orbiculare. Prevalensi Pityriasis versicolor lebih
tinggi (50%) di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab.
PATOMEKANISME
MANIFESTASI KLINIS
• bercak-bercak berwarna-warni
- bentuk tidak teratur sampai teratur
- batas jelas sampai difus
- berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood
• Kelainan biasanya asimtomatik
• merasakan gatal ringan
TERAPI
1. Pengobatan Topikal
2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan
konsisten. Obat yang dapat digunakan ialah :
a. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat
digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi
b. Salisil spiritus 10%
c. Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol
dalam bentuk topikal
d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
e. Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi
selama 2 minggu.
3. Pengobatan Sistemik Pengobatan sistemik diberikan
pada kasus Pityriasis versicolor yang luas atau jika
pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang
dapat diberikan adalah :
a. Ketoconazole Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari
b. Fluconazole Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap
minggu
c. Itraconazole Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu.
4. Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)
a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam
b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
c. Jemur di matahari ±10 menit antara jam 10.00-15.00
PENCEGAHAN
Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor dapat disarankan
pemakaian 50% propilen glikol dalam air untuk pencegahan
kekambuhan. Pada daerah endemik dapat disarankan pemakaian
ketokonazol 200 mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg sekali
sebulan atau pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu.
Tinea Korporis
Definisi
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus
(glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan, dan glutea.
Etiologi Epidemiologi
Penyebab tersering penyakit ini Umur : Lebih sering menyerang orang dewasa
adalah Tricophyton rubrum dan Jenis kelamin : Pria dan wanita
Tricophyton mentagrophytes Bangsa/ ras : Penyakit ini tersebar di seluruh
dunia
Musim. Iklim : Terutama pada daerah tropis
Kebersihan : Sangat besar pengaruhnya terhdap
perkembangan penyakit ini
Keturunan : Tidak berpengaruh
Lingkungan : Kebersihan lingkungan/ lingkungan
yang kotor mempengaruhi kebersihan perorangan
dalam perkembangan pada kulit manusia
Patomekanisme Tinea Korporis
• Dermatofit terutama hidup pada daerah yang mati, lapisan korneum kulit, rambut,
dan kuku, yang menarik untuk lingkungan yang hangat, lembab kondusif untuk
proliferasi jamur. Jamur dapat melepaskan keratinase dan enzim lain untuk menyerang
lebih dalam stratum korneum, walaupun biasanya kedalaman infeksi terbatas pada
epidermis. Mereka umumnya tidak menyerang secara mendalam, karena mekanisme
pertahanan host spesifik yang dapat termasuk aktivasi serum faktor inhibitor,
komplemen, dan leukosit polimorfonuklear.
• Setelah masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofit menginvasi perifer dalam pola
sentrifugal. Sebagai tanggapan terhadap infeksi, perbatasan aktif memiliki peningkatan
proliferasi sel epidermis dengan skala yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan
mekanisme defensi secara parsial sehingga terjadi penumpukan kulit yang terinfeksi
dan meninggalkan kulit yang sehat di bagian tengah hingga bagian lesi. Eliminasi
dermatofit dicapai oleh sel imunitas.
Faktor – faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tinea corporis
meliputi:
Tinea corporis bisa menyebar secara langsung dan tidak langsung, yakni:
Prognosis
Untuk tinea corporis yang sifatnya lokal
prognosisnya sangat baik
Tata Laksana Tinea Korporis
Umum : Topikal :
• meningkatkan kebersihan badan • Salep Whitfield
• Menghindari pakaian yang ketat dan tidak • Campuran asam salisilat 5% , asam benzoat
menyerap keringat 10% dan resorsinol 5 % dalam spiritus
• Castellani’s paint
• Tolnaftat
Khusus :
• Imidazole
Sistemik:
• Ketokonazole
• Anti histamin
• Piroksolamin siklik
• Griseofulvin
• Anak- anak : 15-20 mg/kg BB/per hari
• Dewasa : 500-1000 mg per hari
• Itrakonazole 100 mg/ hari selama 2 minggu
• Ketokonazole 200 mg/hari dalam 3 minggu
Pencegahan Tinea Corporis
• Hindari penggunaan handuk, topi, sikat rambut dan pakaian secara bergantian terutama
dengan orang yang terinfeksi.
• Bawa binatang peliharaan anda ke dokter hewan jika dicurigai terinfeksi
• Usahakan untuk selalu menjaga kebersihan diri misalnya dengan mandi dua kali sehari,
selalu mengganti pakaian terutama jika lembab, hindari penggunaan pakaian yang terlalu
ketat dan tak menyerap keringat.
• Hindari garukan pada area yang terinfeksi.
• Setelah mandi, keringkan kulit dengan baik terutama pada kulit di sela jari, dan pada kulit
yang saling bersentuhan (lipatan) seperti di lipat paha, bawah payudara, dan ketiak.
Tinea korporis. Makula polisiklis pinggir Tinea korporis. Makula eritematosa
aktif berbatas tegas
Tinea korporis. Makula hiperpigmentasi
polisiklis
DERMATITIS KONTAK
ALERGI
DEFINISI
• Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah peradangan kulit yang terjadi
setelah kulit terpajan dengan bahan alergen melalui proses
hipersensitivitas tipe lambat.
EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia prevalensi kejadian DKA kira-kira hanya 20 %. Meskipun
demikian pada kenyataannya banyak kasus DKA yang tidak
terlaporkan. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya alat /
bahan uji tempel (Patch Test) sebagai sarana diagnostik.
MANIFESTASI KLINIS
AKUT KRONIS
Bercak eritem Kulit kering
Batas tegas edema skuama
Papulo-vesikel papul
Vesikel likenfikasi
Bula erosi eksudasi
KOMPLIKASI
• Meningkatkan risiko sensitasi pengobatan topikal
• Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khusunya oleh stafilokokus
aureus
• Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis)
• Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
• Jaringan parut muncul pada paparan.
TATA LAKSANA
NON FARMAKO
FARMAKOLOGI
- Kompres garam faal atau larutan air salisi 1:1000
- Antihistamin
- Kortikosteroid jangkan panjang
- Prednisolon 30 mg/hari
- Untuk DKA ringan / akut = Makrolaktam (Tacrolimus)
PROGNOSIS
• Umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan
• Prognosis kurang baik dapat menjadi kronis bila terjadi bersamaan
dengan dermatitis oleh faktor endogen
Working Diagnosis
Kandidiasis Tinea corporis Ptyriasis Dermatitis
versikolor kontak alergi
Sering berkeringat V V - -
Memakai pakaian V V - -
ketat