Anda di halaman 1dari 44

DBD & DEMAM THYPOID

Sri Oktavia, M.Farm, Apt


Farmakoterapi I
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM)
Padang
Demam Berdarah Dengue
PENDAHULUAN
 Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus Dengue.
 Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever
(DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran
hati dan manifestasi perdarahan.
 Pada keadaan yang parah bisa terjadi
kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh
dalam syok hipovolemik akibat kebocoran
plasma. Keadaan ini disebut dengue shock
syndrome (DSS).
ETIOLOGI
• Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah
satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen.
Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan
serotipenya adalah DEN-1,DEN-2,DEN-3,DEN-4.
• Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan
memberikan kekebalan seumur hidup tetapi
tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe
yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di
daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi
sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
SKEMA FASE DBD
Hari 6 – 7
• Demam kembali tinggi sebagai bagian dari Fase Masa
Penyembuhan
reaksi tahap penyembuhan.
• Demam turun drastis seolah terjadi Hari 4 – 5
Fase KRITIS
kesembuhan. Fase ini kemungkinan menjadi
“Dengue Shock Syndrome”
• Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala Hari 1 – 3
hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan Fase Demam
nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak Tinggi
merah di kulit.
FASE DBD
A. DERAJAT 1 
Demam + gejala lain:
mual
Muntah
sakit pada ulu hati
pusing
nyeri otot, dan lainnya
Tidak adanya perdarahan spontan
uji tourniquet  positif (bintik merah) 
Pemeriksaan laboratorium
hemokonsentrasi
trombositopenia.
DERAJAT 2
DBD Derajat 1
Perdarahan spontan kulit ataupun tempat
lain (gusi, mimisan, dll)
DERAJAT 3
Ada tanda-tanda shock yaitu:
pengukuran nadi cepat dan lemah
/
tekanan darah menurun
penderita gelisah
kebiru-biruan pada sekitar mulut, hidung,
ujung-ujung jari.
DERAJAT 4
Shock
DSS (Dengue Shock Syndrome) 
Kehilangan kesadaran, nadi tak teraba dan
tekanan darah tidak terukur
Keadan kritis dan memerlukan perawatan
intensif di ruang ICU.
PATOGENESIS
Replikasi virus Antibodi dibentuk

Kompleks virus-antibodi

Lepaskan zat perusak sel


pembuluh darah (autoimun)

Permeabilitas kapiler meningkat  pori


pembuluh kapiler melebar
BOCOR SEL DARAH (TROMBOSIT DAN ERITROSIT)

PERDARAHAN BERCAK HINGGA PERDARAHAN


HEBAT

SAL CERNA SAL NAPAS ORGAN VITAL


KULIT (MUNTAH DARAH, (MIMISAN, BATUK (JANTUNG, HATI,
BERAK DARAH) DARAH) GINJAL)

DEATH
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
1. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit (pada
penderita DBD terjadi lekopenia)
2. Pemeriksaan jumlah trombosit (pada penderita
DBD terjadi trombositopenia)
3. Pemeriksaan hematokrit (pada penderita DBD
terjadi peningkatan hematokrit 20% dibanding
standart sesuai dengan umur dan jenis kelamin)
KRITERIA DIAGNOSIS
(WHO,1997)
A. Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab dan terus- menerus


selama 2-7 hari.
2. Manifestasi pendarahan Pasien positif DBD  min
3. Pembesaran hati. 2 gejala klinis & 1 hasil
lab posistf
4. Shock Jika kurang dari itu 
demam dengue

B. Kriteria laboratoris

1. Trombositopeni (<100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (Ht meningkat > 20 %)
PENATALAKSANAAN
 Terapi Non Farmakologi
 Terapi Farmakologi
TERAPI NONFARMAKOLOGI
 Istirahat
 Tidak ada diet khusus
 Asupan cairan yang cukup melalui mulut atau
melalui vena. Cairan yang diminum sebaiknya
mengandung elektrolit seperti oralit. Cairan
yang lain yang bisa juga diberikan adalah jus
buah-buahan.
TERAPI CAIRAN
 Kristaloid

Ringer laktat (RL)

5% Dekstrose dalam larutan RL

5% Dekstrose dalam larutan Ringer Ashering

5% ekstrose dalam ½ NS

5% dekstrose dalam larutan NS


 Koloid

Plasma ekspander dengan berat molekul rendah (dekstran 40 atau


6%HES 40)
 Plasma
TERAPI FARMAKOLOGI
 Karena demam dengue disebabkan oleh virus,
tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini
termasuk penggunaan antibiotika.
 Hanya ditujukan untuk mengatasi gejala yang
terjadi (simptomatis).
 Paracetamol dapat digunakan untuk mengatasi
gejala demam dan sakit kepala yang terjadi.
TERAPI LAINNYA (P.R.NJIKA
DIPERLUKAN)
 Pemberian sedatif ringan dan analgesik untuk
meredakan nyeri
 Transfusi platelet untuk perdarahan yang
signifikan dan trombosit menurun drastis
 Hindari penggunaan aspirin atau NSAID
Bagan 1.
Demam tinggi, mendadak
Tersangka DBD
terus-menerus <7 hari
Tidak disertai ISPA, bafan
lemah/lesu

Kedaruratan (+) Kedaruratan (-)

Tanda syok
Muntah terus-menerus
Kejang, kesadaran Uji tourniket (+) Uji tourniket (-)
menurun, muntah
darah,berak darah

Trombosit Trombosit
<100.000/uL >100.000/uL
Rawat Jalan

Tatalaksana Rawat Inap Rawat Jalan


disesuaikan (lihat bagan 3) Minum banyak,
(bagan 2,3,4) Parasetamol,kontrol
tiap hari s/d demam
Bila timbul tanda syok,gelisah,lemah, Kaki turun, periksa
tangan dingin,nyeri perut,berak hitam,kencing Hb,Ht,trombosit.
kurang, Hb/Ht dan Trombosit turun Bila masih demam
hari sakit ke-3
MRS

TATALAKSANA TERSANGKA DBD


Bagan 2.
Gejala klinis : demam 2 – 7 hari uji tourniket positif
atau perdarahan spontan

Laboratorium : hematokrit tidak meningkat


Trombositopenia (ringan )

Pasien masih dapat minum :


Pasien tidak dapat minum :
Beri minum banyak 1 – 2 liter/hari
Pasien muntah terus menerus
Atau 1 sendok makan tiap 5 menit
Jenis minuman :air putih, teh
manis, sirop, jus buah, oralit
Bila suhu >38,5 derajat celsius beri Pasang infus NaCl 0,45%: Dekstrose 5%
parasetamol bila kejang beri Tetesan rumatan sesuai berat badan
antikonvulsan

Monitor gejala klinis dan laboratorium


Perhatikan tanda syok, palpasi hati tiap hari,ukur
Ht naik dan atau trombosit turun
diuresis tiap hari
Awasi perdarahan, periksa DL serial tiap 12 jam

Infus ganti RL (tetesan disesuaikan , lihat


Perbaikan klinis dan laboratoris bagan 3 )

Pulang

LANJUTAN BAGAN 1
Bagan 3.
Cairan awal
RL/NaCL 0,9% atau RLD5/NaCL 0,9% + D5
7 ml/kgBB/jam

Monitor tanda vital

Tidak ada perbaikan


Gelisah, distress pernapasan, frek. Nadi
Perbaikan naik, Ht tetap tinggi/naik, Tek. Nadi <20
mmHg, diuresis kurang/tidak ada
Tidak gelisah, nadi kuat,
tek.darah stabil,diuresis
cukup (1 ml/kgBB/jam) Ht Tanda vital memburuk
turun (2X pemeriksaan) Ht meningkat

Tetesan dikurangi Tetesan dinaikkan


10 ml/kgBB/jam
5 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Perbaikan Tidak ada perbaikan
3 ml/kgBB/jam

15 ml/kgBB/jam
IVFD stop setelah 24 – 48
jam, apabila tanda vital/Ht
stabil dan diuresis cukup Tanda vital tidak stabil

TATALAKSANA KASUS
Tanda vital tidak stabil
Diuresis kurang
Tanda-tanda syok

Tetesan dikurangi Distress pernapasan


Ht turun
Ht naik

5 ml/kgBB/jam
Koloid Transfusi darah
(Whole blood)
Perbaikan 20 – 30
ml/kgBB 10 ml/kgBB
(maksimal
1.500 ml/hari)
3 ml/kgBB/jam

Perbaikan

IVFD stop setelah 24 – 48


jam, apabila tanda vital/Ht
stabil dan diuresis cukup
Bagan 4.

SSD

Oksigenasi (2-4 lt/menit)


Infus RL/NaCL 0,9% 10-20 ml/kgBB
bolus dalam 30 menit

Syok teratasi Syok tidak teratasi

Kesadaran membaik, nadi Kesadaran menurun, nadi


kuat, tek. Nadi >20 mmHg, lemah, tek.nadi <20 mmHg,
tidak sesak/sianosis, sesak,sianosis ,akral dingin,.
ekstremitas hangat, diuresis Periksa gula darah
cukup (1 ml/kgBB/jam)
Tetesan disesuakan
Lanjutkan cairan Tambahkan Koreksi
10 ml/kgBB/jam
15-20 ml/kgBB/jam koloid/plasma asidosis
Dekstran/HES 6%
10-20 ml/kgBB
Evaluasi ketat
(maks.30 ml/kgBB)
Vital sign, tanda
perdarahan, diuresis,
Hb,Ht,Trombosit Syok teratasi Syok belum teratasi

Stabil
5 ml/kgBB/jam 3 ml/kgBB/jam Ht turun Ht tetap
tinggi/naik

Infus stop tidak WB 10 ml/kgBB/ 1 jam


melebihi 48 jam Dapat diulang sesuai Plasma 10 ml/kgBB/1
kebutuhan jam dan dapat diulang 3
kali/hari
OUTCOME TERAPI
1.Tampak perbaikan secara klinis
2.Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
3.Tidak dijumpai distres pernafasan
(disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
4. Hematokrit stabil
5. Jumlah trombosit cenderung naik >
50.000/pl
6. Tiga hari setelah syok teratasi
7. Nafsu makan membaik
MONITORING
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
teratur.
• Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30
menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.
• Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan klinis
pasien stabil.
• setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan,
jumlah, dan tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah
mencukupi.
• Jumlah dan frekuensi diuresis.
Pada pengobatan syok, kita harus yakin benar bahwa penggantian volume
intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis
belum cukup 1 ml/kg/BB, sedang jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan
diperkuat dengan tanda overload antara lain edema, pernapasan meningkat,
maka selanjutnya furasemid 1 mg/kgBB dapat diberikan. Pemantauan jumlah
diuresis, kadar ureum dankreatinin tetap harus dilakukan. Tetapi, apabila
diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok belum dapat terkoreksi
dengan baik, maka pemberian dopamia perlu dipertimbangkan.
 
PENCEGAHAN
Pencegahan DBD dikenal dengan istilah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara:
a. Kimia – dengan pengasapan/fogging menggunakan
malathion dan fenthion yang berguna mengurangi
penularan sampai batas waktu tertentu; abatisasi
atau pemberian bubuk abate pada tempat-tempat
penampungan air seperti tempayan, ember, vas
bunga, kolam, dll.
b. Biologi – dengan memelihara jenis ikan pemakan
jentik/larva seperti ikan nila merah, dll.

c. Fisik – dikenal dengan kegiatan 3M: Menguras,


Menutup, dan Mengubur. 
DEMAM TIFOID
TYPHUS PERUT, TYPHUS
ABDOMINALIS, TYPHOID FEVER
DEFINISI
 Penyakit sistemik akut yang ditandai demam
akut akibat infeksi Salmonella sp (lebih dari
500 sp)
 Spesies yang sering dikenal di klinik adalah
Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B,
C
MASA PENULARAN
 Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang
 Lalat mengandung bakteri selama 14 hari
 Kutu mengandung bakteri selama hidup
mereka (sekitar 2 tahun)
 Daging kelinci yang dibekukan pada suhu – 15
0
C tetap infektif selama 3 tahun
GEJALA KLINIK
 Demam tinggi lebih dari 7 hari, dengan sakit
kepala kenaikan temperatur mencapai 40-41ºC
 Gangguan pencernaan
 Malaise
 Menggigil
 Bertahan 4-8 minggu (bila tidak diobati)
 Nyeri otot, anoreksi
 Mual, muntah
 Obstipasi, diare
 Perut tak enak
 Lidah kotor di tengah, tepi dan ujung merah,
tremor
 Gangguan kesadaran
 Hepatosplenomegali
 bradikasi relatif (peningkatan suhu tubuh tanpa
peningkatan denyut nadi)
LABORATORIUM
 Biasanya leukopenia
 Leukositosis pada kasus dengan komplikasi
 Kultur darah (+) pada minggu I, bila (-) kultur
sumsum tulang
 Kultur darah setelah 3 minggu 50%
 Kultur feces (+) 75% pada demam 3 minggu
 Demikian pula kultur urine (+) pada demam 3
minggu
 Widal titer > 1/640 dicurigai tifoid
 Antimikroba Lini Pertama
 Kloramfenikol
 Ampisilin
 Amoksisilin
 Trimetoprim-sulfametoksazol
 Antimikroba Lini Kedua
 Seftriakson (dewasa & anak)
 Sefiksim (anak)
 Quinolon (KI anak < 8 th)
CARA PENCEGAHAN
 Penyuluhan untuk menghindari diri terhadap
gigitan kutu, lalat dan nyamuk
 Pakaian sarung tangan pada saat menguliti
binatang terutama kelinci.
 Masaklah daging kelinci liar atau binatang
rodensia sebelum dikonsumsi
 Berlakukan larangan pengapalan antar pulau
terhadap hewan atau daging hewan yang
terinfeksi
 Pakailah mas ker, pelindung mata, sarung
tangan dan jas laboratorium saat bekerja dengan
kultur
KOMPLIKASI
1. Tifoid toksis (tifoid ensefalopati)
2. Syok septik (tensi <, nadi >, keringat
dingin)
3. Pendarahan dan perforasi intestinal
4. Peritonitis
5. Hepatitis Tifosa
6. Pankreatitis Tifosa
2. Komplikasi Ekstaintestinal:
- Hepatitis
- Miokarditis
- Endokarditis
- Bronchopneumonia
- Pleuritis
- Nefritis, dll
KAMBUH???
KARIER??
Thanks For
Your
Attention

Anda mungkin juga menyukai