Anda di halaman 1dari 18

DEMAM

Sejak kapan demam?


Demam naik-turun atau terus-menerus?
Demam terutama di sore/malam hari?
Demam turun dengan obat?
Menggigil?Kejang?Penkes? sesak napas?Nyeri kepala?nyeri telinga?nyeri pada mata?mimisan?
Batuk?pilek?Nyeri tenggorokan?kaku leher/nyeri leher? Nyeri otot?nyeri perut? muntah? Ruam
kemerahan?bintik-bintik merah?
Bisa makan? Makan apa? Berapa kali?
Bisa minum? Berapa banyak?
Nyeri BAK, berapa kali BAK,warna air kencing?
BAB encer,berapa kali sehari,konsistensi,warna?

INFEKSI DENGUE
Definisi dan Infeksi oleh virus RNA famili flaviviridae dan genus flavivirus yang terdiri dari 4
Etiologi serotipe DENV 1,2,3,4. Ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes
Albopictus

Faktor Risiko  Riwayat bepergian ke daerah endemis


 Orang sekitar DD/DBD
Manifestasi Probable Dengue :
Klinis - Demam akut 2-7 hari
2-7 hari, mendadak tinggi (39-40C), terus-menerus
kadang bifasik (turun hari 3-7-> 37.5-38 C)

- 2/lebih klinis :
 Sakit kepala
 Nyeri retroorbita
 Mialgia
 Atralgia
 Ruam kulit
 Mual/muntah
 Manifestasi perdarahan : peteki,
purpura,ekimosis,epistaksis,perdarahan
gusi,hematemesis,melena,uji tourniquet (+)
 Leukopenia <= 5000 sel/mm3
 Trombositopenia <=150.000 sel/mm3

Warning Sign :
- Muntah Persisten (≥3 episode muntah dalam 12 jam dan tidak dapat
mentoleransi cairan oral)
- Nyeri abdomen/nyeri tekan (nyeri terus menerus dan mengganggu
aktivitas)
- Gelisah/letargis/iritabel
- Perdarahan mukosa ( mimisan/perdarahan
gusi/peteki/purpura/perdarahan konjungtiva/sub)
- Hepatomegali (>2 cm)
- Akumulasi cairan ( Peningkatan HT,penurunan cepat trombosit)
- Laboratorium

DBD :
- Demam tinggi mendadak 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan
- Trombositopenia <=100.000 sel/mm3
- Plasma leakage :
Hemokonsentrasi >20%/Peningkatan hematokrit
Efusi pleura/asites/hiponatremia/hipoalbuminemia
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan

Klasifikasi Klasifikasi Lama :


- Demam Dengue
- DBD I -> DD + Kebocoran Plasma
- DBD II -> Perdarahan spontan
- DBD III -> Syok terkompensasi
- DBD IV -> Syok dekompensasi
Klasifikasi Baru :
- Dengue tanpa warning sign
- Dengue dengan warning sign
- Severe dengue
1. Kebocoran plasma berat (Syok/akumulasi cairan +distress napas)
2. Perdarahan Hebat
3. Kerusakan organ berat
Diagnosis

Anamnesis Keluhan Utama : demam 2-7 hari

RPS :

 Demam sejak kapan? (<7hari)

 Demam mendadak tinggi? Terus menerus? Turun dengan obat penurunan


panas? (Ya mendadak tinggi, sempat turun setelah diberi obat tetapi
naik lagi)

 Apakah ada nyeri kepala/Nyeri pada bagian bola mata/Nyeri otot/ Nyeri
sendi/mual-muntah/nyeri perut? (Ya)

 Apakah ada timbul bintik-bintik merah/mimisan/gusi berdarah/ muntah


darah/BAB berdarah? (Bisa ada/tidak)

 Apakah ada riwayat bepergian? (Ya,daerah endemis Dengue)

 Konfirmasi ada/tidaknya Warning Sign

RPK :
 Apakah keluarga ada yang mengalami hal yang sama?

RSE :
 Apakah Tetangga/teman sekolah ada yang mengalami hal yang sama?

Pemeriksaan  Kesadaran : letargis/iritabel (warning sign)


Fisik  TTV :
Suhu
Nadi -> Takikardi,lemah,tekanan nadi<20mm/Hg (syok);tidak teraba
(profound syok)
Pernapasan->takipneu (syok terkompensasi), kusmaul (dekompensasi)
Tekanan darah->Hipotensi/tidak terukur (syok dekompensasi)
 Rumple leed (+)
 Manifestasi perdarahan (warning sign)
 Hepatomegali (warning sign)
 Akumulasi cairan (warning sign)
Pemeriksaan Serologi
Penunjang
 NS 1 : Hari 1-2
 IgM/IgG : Hari 5

Darah Lengkap

 Trombositopenia <100.000 sel/mm3 (demam > hari ke-3)


 Leukopenia
 Tanda Plasma Leakage
- Anak Hb>11 (curiga hemokonsenterasi)
- Peningkatan hematokrit ≥20% dari baseline pasien atau penduduk dengan
umur yang sama.
- Hiponatremi/Hipoalbumin

Severe Dengue
AGD (syok)
Radiologi
 Foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus” dapat mendeteksi adanya
efusi pleura minimal pada paru kanan. 
 Asites dan efusi pleura dideteksi dengan pemeriksaan Ultra Sonografi
(USG).
Feses (perdarahan saluran cerna)
Elektrolit (perembesan plasma hebat)
Tatalaksana Demam Dengue tanpa warning sign/Demam Dengue
RAWAT JALAN
Pasien masih dapat minum cukup dan berkemih cukup
- Cukup minum
- BAK 4-6 jam 1x
- PCT 10-15 mg/kgbb/4-6 jam bila >38C
- Follow up tiap hari
- Pemeriksaan darah lengkap berulang
- Identifikasi warning sign

Demam Dengue dengan warning sign/DBD I & II


RAWAT INAP
1. Pemeriksaan darah lengkap (HT sebelum terapi cairan)
2. Monitor balans cairan
3. TTV/4 jam
4. Pasien bisa minum?
5. Bisa : Obs TTV,tanda syok,warning sign
6. Tidak : IV larutan isotonik (NACL 0.9%/RL/Hatmann)
- 5-7cc/kg/jam 1-2 jam
- 3-5 cc/kg/jam 2-4 jam
- 2-3 cc/kg/jam
7. Cek HT (menurun-> lanjutkan cairan 2-3cc/kg/jam 2-4jam. Meningkat->
naikan 5-10cc/kg/jam 1-2 jam berikut) nilai klinis

Severe Dengue
Syok Terkompensasi
- Oksigenasi
- Kristaloid isotonik 10-20cc/kg/jam dalam 1 jam
- Membaik : turunkan bertahap
- 5-7cc/kg/jam 1-2 jam
- 3-5 cc/kg/jam 2-4 jam
- 2-3 cc/kg/jam
- Masih syok : Periksa HT-> menurun : tranfusi prc/WBC
Meningkat-> bolus kedua kristaloid isotonik-> membaik : turunkan
bertahap;tidak membaik: cek HT

Syok Dekompensasi
 Oksigenasi
 Resusitasi dengan kristaloid/koloid 20cc/kg bolus 15 menit
 Membaik : turunkan bertahap jadi 10cc/kg/jam dalam 1 jam kemudian
kurangi bertahap
5-7cc/kg/jam 1-2 jam
3-5 cc/kg/jam 2-4 jam
2-3 cc/kg/jam

DD  Campak

 Malaria

 Chikungunya

 Demam tifoid

Tabel 2. Kriteria Rawat Inap


Warning signs  Setiap warning signs 
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan Pasien dehidrasi, tidak mampu menerima cairan
hipotensi (kemungkinan perembesan oral 
plasma)  Pusing atau hipotensi postural 
Banyak berkeringat, kesadaran menurun, kondisi
memburuk saat defervescence 
Hipotensi atau ekstremitas dingin 
Perdarahan  Perdarahan spontan, tidak tergantung jumlah
trombosit 
Kerusakan organ  Ginjal, hati, saraf, atau jantung 
- hati membesar, nyeri, walaupun belum syok 
- nyeri dada atau distress napas, sianosis 
Temuan melalui pemeriksaan lebih lanjut  Hematokrit meningkat 
Efusi pleura, asites, penebalan kandung empedu
tanpa gejala 
Kondisi penyerta  Kondisi komorbid seperti penyakit jantung bawaan,
talasemia, diabetes melitus, tukak lambung, dan
lainnya 
BB berlebih atau obesitas (akses intravena segera
dilakukan di IGD) 
Bayi 
Masalah sosial  Hidup sendiri/kost 
Tinggal jauh dari fasilitas kesehatan 
Tanpa transportasi yang memadai 

Tabel 3. Kriteria Pasien dapat Dipulangkan


Klinis  Tidak demam selama 48 jam 
Perbaikan status klinis (kesehatan secara umum, nafsu makan, kondisi
hemodinamik, keluaran urin, tidak ada distress napas, tidak ada tanda miokarditis 
Laboratorium  Jumlah trombosit cenderung meningkat >50.000/uL 
Hematokrit stabil tanpa pemberian cairan intravena 

DEMAM TIFOID
Definisi dan Infeksi sistemik bersifat akut yang mengenai sistem saluran pencernaan
Etiologi disebabkan oleh Salmonella typhi dan Salmonella Paratyphi A, B, dan C.

Faktor Risiko Makanan atau minuman yang terkontaminasi atau kontak langsung dengan
feses, urin atau sekret penderita demam tifoid
 Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB
 Makanan produk dari daging atau sayuran yang tidak matang
 Meminum air yang tidak direbus
 Alat makan yang tidak bersih
 Mengkonsumsi buah yang tidak dicuci dengan air
 Karier yang tidak diobati secara sempurna

Manifestasi Periode inkubasi 5-40 hari rata-rata 10-14 hari


Klinis  Demam (step ladder temperature)  demam naik bertahap tiap
harinya  tertinggi pada akhir minggu 1  bertahan tinggi minggu
ke-4 turun perlahanlebih tinggi pada sore atau malam hari
 Penurunan kesadaran (saat periode demam tinggi )
 Gejala sistemik : Nyeri kepala, malaise, nausea, myalgia, nyeri perut,
radang tenggorokan
 Gejala gastrointestinal
 Diare
 Obstipasi
 Obstipasi diikuti diare
 Lidah tampak kotor  putih di tengah dan tepi serta ujungnya
kemerahan
 Meteorismus
 Hepatomegali
 Splenomegali
 Rose spot yang muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari
(abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung) banyak pada orang kulit
putih
 Bronkitis banyak dijumpai dan bradikardi relative jarang dijumpai pada
anak
Diagnosis

Anamnesis Keluhan Utama : demam >7 hari

RPS :

 Demam sejak kapan? Apakah cenderung meningkat di malam hari dan


cenderung naik setiap harinya?

 Gejala gastrointestinal : ada lidah kotor, diare, obstipasi, nyeri perut?

 Apakah saat periode demam tinggi disertai penurunan kesadaran?

RPD :

 Penah mengalami hal sama/tidak, atau pernah terdiagnosis demam


tifoid sebelumnya (untuk menyingkirkan karier)?

RPK :

 Apakah keluarga ada yang mengalami hal yang sama?

RSE :
 Kebiasaan mengenai hygiene?
 Kebiasaan makan makanan diluar atau jajan sembarang?

Pemeriksaan  Meteorismus, hepatomegali atau splenomegali


Fisik  Penurunan kesadaran
 Kejang
 Ikterus
 Lidah tifoid
 Ronki pada pemeriksaan paru
 Rose spot
BAKU EMAS Gall culture (minggu 1darah ; minggu 2 tinja ; minggu 3  urin ; yang
paling baik : sumsum tulang)

Pemeriksaan  Whole blood culture PCR


Penunjang
 Pemeriksaan serologi : Typhidot atau tubex

 Pemeriksaan widal

Tatalaksana Non farmakologi


 Tirah baring
 Isolasi yang memadai
 Nutrisi kalori dan protein yang cukup, sebaiknya rendah serat
 Pemenuhan kebutuhan cairan

Farmakologi

Antibiotik :

 Kloramfenikol dosis 50-100 mg/kgbb/hari atau tiamfenikol dosis 30-50


mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau intravena selama 10-
14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun.
 Amoksisilin 100 mg/kgBB/ hari peroral dibagi dalam 4 kali pemberian
atau ampisilin intravena selama 10 hari atau kotrimoksazol 48
mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis peroral selama 10 hari.
 Kombinasi trimethoprim sulfametoksazol (TMP-SMZ) dengan dosis TMP
10 mg/kg/hari atau SMZ 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis.
 seftriakson 80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari selama 5-7 hari atau
sefiksim oral 20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari
Delirium, stupor, koma dan shock
 deksametason intravena 3 mg/kgBB diberikan selama 30 menit untuk
dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kgBB tiap 6 jam sampai 48 jam
Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/4-6 jam

Kasus karier : seseorang yang satu tahun pasca demam tifoid, tanpa gejala
klinis memiliki kotoran (feses atau urin) yang mengandung Salmonella typhi dan
Salmonella paratyphi A, B, dan C
• Ciprofloxacin 20 mg/kg (maksimal 750 mg) PO 2x sehari 28 hari
• Amoxicillin 30 mg/kg PO 3x sehari  28 hari
• Azitromicin 10 mg/kg/hari (maksimal 500 mg)  28 hari

Kasus resisten : bakteri Salmonella tidak peka dengan antibiotik yang biasa
digunakan
 Cefixime 10-15 mg/kgbb/ hari per oral selama 10 hari atau
 Seftriakson 100 mg/kg/hari dibagi dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4
gram/hari) selama 5-7 hari atau
 Sefotaksim 150-200 mg/kg/hari di bagi dalam 3-4 dosis selama 5-7 hari

Komplikasi  Perforasi usus nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan bawah,
diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen, defance muskulare
 Gangguan kesadaran, disorientasi, delirium, stupor dan koma
 Miokarditis  aritmia, syok kardiogenik, infiltrasi lemak dan nekrosis
pada jantung
 Hepatitis tifosa asimtomatik  peningkatan kadar transaminase
 Kolestitits akut dan kolestitis kronik  berkaitan dengan batu empedu
dan pasien karier
 Sistitis dan pielonefritis dengan proteinuria
Pencegahan  Perilaku bersih sehat
 Sanitasi lingkungan
 Imunisasi
 Vaksin oral  proteksi 5 tahun
 Vaksin parenteral  dosis untuk dewasa 0,5 ml; anak 6-12 tahun 0,25
ml; anak 1-5 tahun 0,1 ml  2 dosis dengan interval 4 minggu
 Vaksin polisakarida IM  booster setiap 3 tahun
Diagnosis  Malaria
Banding  Tuberkulosis
 Meningitis

BATUK
Batuk sejak kapan?
Batuk terus-menerus atau hilang timbul?
Batuk berlendir/dahak? Kekentalan,warna,bau,darah?
Sesak napas?mengi?keringat malam?sianosis?BB turun?muntah?
Batuk dipengaruhi posisi?
Apakah disekitar pasien ada yang batuk? Riwayat kontak dengan pasien TB?
TBC
Definisi dan Mycobacterium Tuberculosis yang menginfeksi pada paru atau ekstra paru
Etiologi

Faktor Risiko  Kontak dengan pasien TB BTA (+)

Manifestasi  Batuk ≥ 2 minggu (batuk persisten dan memburuk)


Klinis  Demam subfebris ≥ 2 minggu (singkirkan penyebab demam lain)
 BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan
 Malaisea ≥ 2 minggu
 Anoreksia
 Malnutrisi
 Pembesaran KGB Multiple

Gejala Lokal (Organ yang terkena) :


 KGB : membesar,nyeri(-),multiple,saling melekat
 Kulit : Skrofuloderma-> ulkus disertai skin bridge
 Mata : Konjungtivitis fliktenularis/tuberkel koroid (funduskopi)
 Tulang belakang : gibbus (penonjolan)
 Panggul : pincang,gangguan berjalan,radang (Koksitis)
 Lutut : pincang,bengkak (gonitis)
 Meningeal : meningitis (kaku kuduk,kejang)
 Tuberkuloma otak : SOL
 Peritonitis TB
 Paru-paru -> umumnya dalam batas normal
Diagnosis

Anamnesis  Batuk sejak kapan? (>2 minggu)


 Batuk terus menerus atau hilang timbul? (terus menerus dan
memburuk)
 Ada demam? Demam sejak kapan dan bagaimana? ( demam
>2minggu,subfebris)
 Apakah ada penurunan nafsu makan? (Ya)
 Apakah ada penurunan BB atau BB tidak meningkat dalam 2 bulan? (Ya)
 Apakah ada rasa lemah/lesu/aktivitas berkurang? (ya)
 Keringat malam? (ya)
 Ada keluarga atau orang di rumah yang batuk lama? Apakah pernah
periksa dahak? Apakah meminum obat program dari pkm?
Pemeriksaan  TB Paru : tidak spesifik
Fisik  TB ekstra paru :
 Pembesaran KGB tidak nyeri,bergerombol,saling melekat (limfadenitis
TB)
 Penonjolan di tulang belakang,tidak nyeri (gibus)
 Asites tanpa nyeri (peritonitis TB)
 KGB : membesar,nyeri(-),multiple,saling melekat
 Kulit : Skrofuloderma-> ulkus disertai skin bridge
 Mata : Konjungtivitis fliktenularis/tuberkel koroid (funduskopi)
 Panggul : pincang,gangguan berjalan,radang (Koksitis)
 Lutut : pincang,bengkak (gonitis)
 Meningeal : meningitis (kaku kuduk,kejang)
 Tuberkuloma otak : SOL

Nilai dan catat status nutrisi


Tanda HIV
Pemeriksaan  Bakteriologis
Penunjang TCM
Sputum
Kultur (sputum,bilas lambung,CSF,cairan pleura,biopsi)
 Radiologi
Kompleks primer : pembesaran kelenjar,fokus gohn
Milier
Kalsifikasi/fibrosis
Atelektasis lobus medius
Kavitas
Efusi pleura
Bronkiektasis
 Uji tuberkulin/IGRA
(+) : infeksi TB tanpa sakit/Infeksi dan sakit/Pasca TB
Imunisasi BCG
Infeksi M. Atypic
(-) : masa inkubasi/bukan infeksi TB/Alergi
Tidak bisa membedakan antara TB laten/aktif
Penegakan 1) Ada bukti infeksi TB (Kontak erat & uji tuberkulin/IGRA (+))
Diagnosis 2) Gejala klinis khas TB
3) Radiologi sugestif TB
4) Konfirmasi bakteriologis (TCM/kultur/sputum)
Klasifikasi
Tatalaksana Prinsip :
 OAT diberikan kombinasi tidak boleh monoterapi
 Minum setiap hari
 Gizi adekuat
 Tatalaksana penyakit penyerta

BTA (-)
 2RHZ/4HR
BTA (+),TB berat
 2 RHZE(S)/4-10 HR

Dosis :
 Rifampicin (R) : 15 mg/kgBB/hari -> Maksimal 600 mg/hari
 Isoniazid (H) : 10 mg/kgBB/hari -> Maksimal 300 mg/hari
 Pirazinamid (Z) : 35mg/kgBB/hari
 Etambutol (E) : 20 mg/kgBB/hari
TB meningitis/sumbatan jalan napas TB kelenjar/Perikarditis TB/TB milier
gangguan napas berat/efusi pleura/TB abdomen dengan asites :
 Prednison 2mg/kg/hari (maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu)->
tappering off

HIV berat,malnutrisi berat :


 Piridoksin 5-10mg/hari

Pemantauan Setiap 2 minggu dalam fase intensif


Setiap bulan dalam fase lanjutan
Pemeriksaan dahak : akhir bulan-2,5,6
 Perbaikan gejala
 Keteraturan minum obat
 Selidiki efek samping
 Timbang BB setiap kunjungan

Gagal Pengobatan bila setelah fase intensif :


 Tidak ada perbaikan gejala
 Gejala memburuk
 BB berkurang
 BTA tetap/jadi (+)
Bila berobat tidak teratur :
 Tidak minum obat >2 minggu di fase intensif/>2 bulan di fase lanjutan->
Ulang pengobatan dari awal
 Tidak minum obat <2 minggu di fase intensif/<2 bulan di fase lanjutan-
> Lanjutkan sisa pengobatan

Tatalaksana Bayi tidak ada gejala perinatal


Bayi lahir dari (Kongenital->BBLR/Sepsis/hepatosplenomegali/distress napas)
ibu TB (Neonatal->Letargi/sulit minum/sulit bertambah BB)
 Pengobatan Pencegahan (PP) INH 6 bulan
 Pantau setiap bulan apakah muncul gejala
 Jika ya : evaluasi ada tidak sakit TB
 Jika tidak : lanjutkan PP->akhir bulan 6->asimptomatik->PP hentikan
dan uji tuberkulin bila (-) dan tidak HIV->BCG
Bayi bergejala -> OAT 2RHZE+4RH (sambil tunggu hasil bakteriologis) dosis
sesuai BB
Infeksi Laten Pasien dengan tuberkulin/IGRA (+) tapi klinis dan radiologis normal
TB

Uji Mantoux
ASMA
Definisi Penyakit inflamasi kronik pada saluran respirasi yang menyebabkan obstruksi
Etiologi &  Iritan : asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu
Faktor Risiko dingin,makanan minuman dingin,penyedap rasa,pengawet dan
pewarna makanan
 Alergen : debu,tungau,rontokan hewan,serbuk sari
 Infeksi : virus,selesma,common cold,rinofaringitis
 Aktivitas fisik : lari,teriak,menangis,tertawa berlebihan
Manifestasi Batuk, Wheezing, sesak napas yang timbul :
Klinis  Periodik/episodik/berulang
 Variabilitas ->Nokturnal (memberat pada malam)
 Reversibilitas (membaik dengan/tanpa obat)
 Riwayat Atopi (Pasien/saudara kandung/orang tua)
 Faktor pencetus
Diagnosis
Anamnesis Keluhan Utama : Sesak Napas/Batuk Berulang

RPS :
 Sesak/Batuk sejak kapan?
 Apakah keluhan pertama kali atau sudah pernah dialami sebelumnya?
(Asma : sudah pernah terjadi sebelumnya)
 Apakah memberat di malam hari? (asma : nokturnal)
 Sebelum keluhan sedang melakukan aktivitas apa? Mengonsumsi apa?
(Asma:faktor pencetus)
RPD :
 Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan dan membaik
dengan/tanpa pengobatan
Alergi (+)
RPK :
 Apakah keluarga ada yang mengalami hal yang sama?
 Apakah keluarga ada yang menderita asma?
 Apakah ayah/ibu/saudara kandung punya alergi

Klasifikasi Derajat Serangan ( Tatalaksana Serangan Asma) :


 Ringan-sedang
 Berat
 Ancaman henti napas

Derajat Kekerapan Timbulnya :


 Intermitten (<6x/tahun atau jarak antara gejala >=6minggu)
 Persisten ringan (>1x/bulan,<1x/minggu)
 Persisten sedang (>1x/minggu,namun tidak setiap hari)
 Persisten berat (hampir tiap hari)
Pemeriksaan Stabil : Asimptomatik
Fisik Tidak Stabil :
 Wheezing ekspirasi memanjang (adanya limitasi aliran udara ekspirasi)
 Dermatitis atopi
 Rinitis alergi
 Allergic shiners
 Geographic tongue
BAKU EMAS Anamnesis
Pemeriksaan  Spirometri ( reversibilitas>12% atau variabilitas>13%)
Penunjang  Test provokasi
 Skin prick test
 Eosinofil total darah
 IgE spesifik
Tatalaksana Rumah
Serangan Asma  Inhalasi B2 agonis kerja pendek 1x respon -> gejala belum membaik
(perburukan dalam 30 menit->ulangi sekali lagi-> tidak membaik-> fasyankes
yang progresif
akut dari gejala
asma)
Fasyankes
Ringan-Sedang :
 SABA Nebu dapat diulang 3x interval 20 menit dan pada pemberian
ketiga dikombinasi dengan ipratropium bromida
 Oksigen 1-2lpm diberi bila SpO2<94%
 Steroid sistemik 1-2mg/kg/hari IV selama 3-5 hari
Berat & Ancaman Henti Napas :
Rujuk RS sambil :
 di nebu saba + ipratropium bromida
 Steroid sistemik 1-2mg/kg/hari maks 40 mg IV
 O2
Setelah di RS :
Penilaian awal ABC
Menilai ancaman henti napas (mentantuk,letargi,suaraparu tak
terdengar)
Asma Serangan Berat :
 Inhalasi SABA + Ipratropium bromida
 Steroid IV
 O2 94-98%
 Aminofilin IV
Asma Ancaman Henti Napas :
 Inhalasi SABA
 O2
 Siap intubasi
Tatalaksana Menghindari faktor pencetus
Pengendalian  Intermitten (jenjang 1) : tidak perlu obat pengendali
Asma  Persisten ringan (jenjang 2) : ICS dosis rendah
 Persisten sedang (jenjang 3) :
ICS dosis rendah + LABA
 Persisten berat (jenjang 4) :
ICS dosis menengah + LABA

Keterangan  Pemberian antibiotik tidak bermanfaat kecuali terdapat infeksi yang


Lain menyertai asma
 Antihistamin tidak diberikan pada asma
 Mukolitik tidak diberikan pada serangan asma berat
 Steroid nebulisasi dosis tinggi dapat digunakan pada serangan asma

RUAM
Ruam dimana?
Sejak kapan ruam?
Ruam muncul darimana? Apakah dari belakang telinga/wajah?
Apakah sebelumnya demam?
Apakah batuk pilek?
Apakah mata merah dan berair?
Terasa sangat silau apabila melihat cahaya?
Bisa makan? Makan apa? Berapa kali?
Bisa minum? Berapa banyak?
BAK baik,warna air kencing?
Apakah disertai diare?
BAB encer,berapa kali sehari,konsistensi,warna?
CAMPAK
Definisi dan Penyakit infeksi virus akut menular yang disebabkan oleh paramyxovirus
Etiologi dan umumnya menyerang anak-anak.
Virus campak merupakan spesies virus RNA berantai tunggal negatif,
berselubung, tidak bersegmen, termasuk dalam genus Morbillivirus di famili
Paramyxoviridae.
Penyakit ini menular dari orang ke orang dengan cara droplet

Faktor Risiko  Riwayat orang sekitar terkena demam dan ruam


Diagnosis

Anamnesis ➢ Adanya demam tinggi terus menerus 38,5°C atau lebih disertai batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti diare.
➢ Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang
meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami
kejang demam.
➢ Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak
mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik
(hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.

Hati-hati apabila pasien gizi buruk

Pemeriksaan Gejala klinis 7-18 hari, terdiri dari tiga stadium :


Fisik
➢ Stadium prodromal:
timbul antara 4-5 hari
demam tinggi
timbul gejala coryza yaitu batuk pilek
konjungtivitis
dan dapat timbul bercak koplik berwarna putih di mulut
3C (coryza, cough, conjungtivis)

➢ Stadium erupsi:
timbulnya ruam eritema makulopapular yang mulai muncul dari belakang
telinga dan kepala, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstremitas atau ke seluruh tubuh bertahan selama 5-6 hari.

➢ Stadium penyembuhan (konvalesens):


ruam akan berkurang atau berangsur-angsur menghilang sesuai urutan
timbulnya.meninggalkan bekas bercak-bercak yang berwarna lebih tua
kehitaman atau hiperpigmentasi yang lama kelamaan akan hilang sendiri(1-2
minggu), selain itu dapat ditemukan pula kelainan kulit bersisik atau
mengelupas.
Pemeriksaan ➢ Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
Penunjang komplikasi infeksi bakteri

• Pemeriksaan untuk komplikasi


➢ Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairn serebrospinalis,
kadar elektrolit darah, dan analisis gas darah
➢ Enteritis: feses lengkap
➢ Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan
analisis gas darah.

Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak > sudah dapat terdeteksi sejak


hari pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam. Dapat tetap terdeteksi sampai
1 bulan sesudah infeksi.
Diagnosis Kasus dengan demam dan ruam makulopapular memiliki beberapa
Banding diagnosa banding sesuai penyebabnya, antara lain yaitu:
a. VIRUS
• Roseola ( HHV-6 )
• Epstein-Barr virus
• Adenovirus
• Rubella
• Enterovirus
• Hepatitis B virus (popular acrodermatitis)
• HIV
• Dengue virus

b. BAKTERI
• Mycoplasma pneumoniae
• Group A Streptococcus (scarlet fever)
• Secondary syphilis
• Leptospirosis
• Salmonella

c. RICKETTSIA
• Typhus

d. LAINNYA
• Kawasaki disease
Tatalaksana Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif,

a. Tanpa komplikasi:
• Tirah baring di tempat tidur
• Vitamin A
Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan
respons antibodi terhadap virus campak. Vitamin A diberikan satu kali per
hari selama 2 hari
< 6 bulan = kapsul 50.000 IU (1/2 kapsul biru),
6 – 11 bulan = kapsul 100.000 IU (kapsul biru),
12 – 59 bulan = kapsul 200.000 IU (kapsul merah).
Dengan gizi buruk, defisiensi vitamin A, xerofthalmia = Hari 1, hari 2, hari
15 (2 minggu kemudian)

 Antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai


setiap 4 jam)
• Diet makanan, cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan
disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi

b. Pengobatan dengan komplikasi :


1. Ensefalopati
• Kloramfenikol dosis 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 50 mg/kgbb/hari +
gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari selama 5 hari
• Kortikosteroid: deksametason I mg/kgbb/hari sebagai dosis awal
dilanjutkan 0,5 g/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik
(bila pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tappering off)
• Kebutuhan jumlah cairn dikurangi ¾ kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit

2. Bronkopneumonia
• Kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari dan ampisilin 50 mg/kgbb/hari
+ gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari selama 5 hari
• Oksigen 2 liter/menit

2. Indikasi Rawat
Pasien dirawat (di rang isolasi) bila :
• hiperpireksia(suhu>39.0°C)
• dehidrasi
• kejang
• asupan oral sulit
• adanya komplikasi

3. Pemantauan Dan Konsultasi


• Pada kasus campak dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurang
perlu dipantau terhadap adanya infeksi tuberkulosis (TB) laten.
• Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberkulin setelah I-3 bulan
penyembuhan.
• Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk, konsultasi pada Divisi
Nutrisi & Metabolik.

Vaksin Vaksin campak yang hidup dilemahkan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak, dosis yang diberikan 0,5 ml disuntikan secara
subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha pada usia 9 bulan, 18
bulan, 5-7 tahun
Komplikasi Ensefalitis (radang otak), trombositopenia, otitis media (infeksi telinga),
pneumonia, miokarditis dan subacute sclerosing panencephalitis.

Anda mungkin juga menyukai