BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA JANUARI 2023

PERTUSIS
Oleh:
Daffa Annora Salsabila, S.Ked
2208020015

Pembimbing:
dr. Samuel Nalley, Sp. A
dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp. A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG
2023
DEFINISI
Pertusis
Penyakit infeksi yang menyerang saluran
napas akut yang sangat menular dengan
disertai suatu gejala khas berupa batuk keras
terus menerus yang pada setiap episode batuk
diawali dengan tarikan napas yang panjang
menyerupai bunyi “whoop”.
PENDAHULUAN
Angka kasus tinggi :
Kelompok bayi
Pertusis = batuk rejan = whooping cough
infeksi saluran pernapasan Diagnosa
• Riwayat batuk keras
• Batuk paroksismal, disertai teriakan
keras  “whoop”

Tanda kelelahan dan apnea pada anak

Bakteri Bordetella pertussis
Penunjang :
Tatalaksana :
Toksin
Menyerang  Kultur
 Monitoring
bakteri
epitel silia  PCR
 Antimikroba
saluran  Lab darah
pernapasan  rutin
iritasi & inflamasi  Foto torax
EPIDEMIOLOGI
Sebelum diadakan
vaksinasi, pada 1940 s/d 2008 s/d 2015 : Terjadi peningkatan angka
kasus : AS, Kanada, Inggris, Belanda
1945  1 juta kasus

Tahun 2000 – 2006, kasus pertusis

• Vaksinasi pertusis sejumlah 29.562 kasus (Kemenkes RI)
• WHO Expanded Program
on Immunization (1974)

Masseria et al : Dari 1.032 kasus

pertusis, bayi berusia 2-3 bulan
Setalah vaksinasi, angka
kejadian pada 1980 s/d
memiliki angka kejadian tertinggi
1990  2.900 kasus
ETIOLOGI GOALS
Bordetella pertusis Bakteri kokobasilus aerobik gram
negatif

Reservoir manusia dengan

MERCURY
Mercury is the closest
planet to the Sun and
the smallest one
Gambar 1. Bakteri Bordetella pertusis
perantara droplet aerosol
Menginfeksi lapisan mukosa saluran
pernapasan : berkolonisasi di epitel
bersilia
Produksi toksin pertusis, filamen
hemagglutinin, siklik adenilat,
pertactin dan sitotoksin trakeal
PATOGENESIS
CLINICAL TIMELINE
Menyebabkan
Toksin yang gejala respiratorik Antibodi dan respon imun
dihasilkan dan menunjang seluler menghasilkan
Bordetella absorbsi dari inefeksi dan imunitasnya
pertusis toksin pertusis
1 2 3 4 5
Kolonisasi Toksin
Bordetella mengandung
pertusis merusak adhesin untuk
lapisan epitel silia mempercepat
mukosa saluran pertumbuhan
pernapasan jumlah organisme
MANIFESTASI
TABLE OF
KLINIS
CONTENTS 01 STADIUM KATARAL

02 STADIUM PAROKSISMAL

03 STADIUM
KONVALESEN
 STADIUM KATARAL
CLINICAL TRIAL
1 -2 minggu

Periode Gejala Sangat

inkubasi rinore, infeksius
3-12 hari bersin,
lakrimasi
 CLINICAL TRIAL
STADIUM PAROKSISMAL
2 – 6 minggu

Batuk Batuk kering, Disertai Emesis post-

staccato keras, tarikan napas tusif pada
intermiten panjang anak-anak,
dengan serta tanda
”whoop” apnea
STADIUM KONVALESEN
CLINICAL TRIAL
(>= 2 minggu s/d beberapa bulan)

Sisa Perlahan-lahan
hilang beberapa
batuk minggu hingga
bertahan bulan
DIAGNOSIS
Riwayat batuk

Batuk berkepanjangan

Batuk paroksismal yang keras

Tarikan napas panjang = bunyi “whoop”

Pada bayi bisa terjadi apnea dan sianosis

DIAGNOSIS (PEMERIKSAAN PENUNJANG)

1) Kultur swab nasofaring (Gold standard)

2) PCR (spesimen swab nasofaring)

3) Lab darah rutin : Leukositosis dan

Limfositosis

4) Foto thorax
DIAGNOSA BANDING
BACKGROUND

1 Infeksi 2 Pneumonia
pernapasan mikoplasma
Adenovirus (M.
pneumonia)

3 Infeksi RSV 4 Pneumonia

(respiratory klamidia
syncytial virus) (C.
pneumonia)
 TATALAKSANA FACTORS TO CONSIDER

ANTI MIKROBA UTAMA

Azitromisin Eritromisin
Tidak direkomendasikan
Bayi < 1 bulan 10 mg/kgBB/hari dosis
karena dapat
tunggal dalam 5 hari
menyebabkan IHPS

40 – 50
Bayi > 1 bulan 10 mg/kgBB/hari dosis
mg/kgBB/hari
tunggal dalam 5 hari
s/d anak-anak terbagi 4 dosis
selama 14 hari
 TATALAKSANA FACTORS TO CONSIDER
ANTI MIKROBA TMP-SMX
ALTERNATIF Klaritromisin (Trimethoprim-
sulfamethoxazole)

Tidak direkomendasikan Kontraindikasi karena

Bayi < 1 bulan resiko kernikterus

15 mg/kgBB/hari terbagi TMP : 8 mg/kgBB/hari

Bayi 1 bulan s/d atas 2 dosis selama 7 SMX : 40 mg/kgBB/hari
anak-anak hari Terbagi 2 dosis selama 14
hari
 TATALAKSANA FACTORS TO CONSIDER
BAYI < 3 BULAN :
Perawatan rumah sakit
Bayi dengan penyakit

Bayi lahir kongenital (jantung,

premature pulmonal, SSP)

Outcome penyakit
lebih buruk
KOMPLIKASIRESEARCH AND PUBLICATIONS

2000 s/d 2017 :

13,2% kasus
Komplikasi SSP :
pertusis  Hipertensi Kejang dan
Pneumonia pulmonal ensefalopati
PROGNOSIS
PENCEGAHAN

Vaksinasi pertusis  DPT

b) Jenis :

DTwP (whole-cell)
DTaP (aseluler)
 EDUKASI
BONE SCAN

o Kepada orang tua :

imunisasi anak

o Imunisasi kepada orang

dewasa

o Segera memeriksakan
ke dokter bila terdapat
kontak erat dengan
penderita pertusis
 KESIMPULAN
SUCCESS RATE
1. Pertusis ialah infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh bakteri

Bordetella pertussis

2. Angka kejadian pertusis tinggi pada kelompok bayi

3. Bordetella pertussis memproduksi toksin yang menginfeksi saluran pernapasan

4. Penularan melalui droplet aerosol

5. Gejala khas : batuk paroksismal disertai tarikan napas panjang bunyi “whoop”

6. Kultur sekret swab nasofaring atau PCR, Lab darah rutin: Leukositosis
 KESIMPULAN
SUCCESS RATE

7. Tatalaksana antimikroba utama : Azitromisin dan Eritromisin

8. Observasi keadaan umum dan saturasi oksigen

9. Komplikasi yang sering : Pneumonia

10. Prognosis baik, namun mortalitas dan morbiditas bayi dan lansia tinggi

11. Pencegahan dengan imunisasi DPT dan menjaga kontak erat

 DAFTAR PUSTAKA
1. UI FK. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi V. Jakarta: Media Aesculapius. 2020
2. NELSON Textbook of Pediatrics Ed 20th, 2020, Chapter 224 : Pertussis (Bordetella pertussis and Bordetella parapertussis ) Emily
Souder, Sarah S. Long
3. Macina D, Evans KE. Bordetella pertussis in school-age children, adolescents and adults: a systematic review of epidemiology and
mortality in Europe. Infectious diseases and therapy. 2021 Dec;10(4):2071-118. https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/s40121-
021-00520-9.pdf?pdf=button https://doi.org/10.1007/s40121-021-00520-9
4. Centers for Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. Hall E., Wodi A.P.,
Hamborsky J., et al., eds. 14th ed. Washington, D.C. Public Health Foundation, 2021.
5. Medscape.com, 2019, Pertussis, Terdapat di: https://emedicine.medscape.com/article/967268-overview [Diakses pada 25 Desember,
2022]
6. CDC (2022). Pertussis (Whooping Cough) Centers for Disease Control and Prevention.
https://www.cdc.gov/pertussis/clinical/index.html Diakses Desember 2022
7. Anggraini, N. Dwi dkk. Clinical and Laboratory Manifestation in Children With Pertussis at dr. Soetomo General Hospital Surabaya.
Faculty of Medicine Universitas Airlangga Surabaya. 2017
8. NFID (2021) Whooping Cough (Pertussis). National Foundation for Infectious Disease https://www.nfid.org/infectious-
diseases/pertussis-whooping-cough/ [Diakses pada 23 Desember 2022]
9. Masseria C, Martin CK, Krishnarajah G, Becker LK, Buikema A, Tan TQ. Incidence and burden of pertussis among infants less than
1 year of age. The Pediatric infectious disease journal. 2017 Mar;36(3):e54.
 DAFTAR PUSTAKA
10. Wu DX, Chen Q, Yao KH, Li L, Shi W, Ke JW, Wu AM, Huang P, Shen KL. Pertussis detection in children with cough of any duration.
BMC pediatrics. 2019 Dec;19(1):1-9. https://doi.org/10.1186/s12887-019-1615-3

11. Lauria AM, Zabbo CP. Pertussis. InStatPearls [Internet] 2021 Jun 26. StatPearls Publishing.
12. Tjahjowargo S, Gunardi H. Perbandingan Efektivitas dan Keamanan Vaksin Pertusis Aselular dan Whole-cell. Sari Pediatri. 2017 Mar
29;18(5):403-8.
13. Etskovitz H, Anastasio N, Green E, May M. Role of evolutionary selection acting on vaccine antigens in the re-emergence of Bordetella
pertussis. Diseases. 2019 Apr 16;7(2):35.

14. Forsyth KD, Tan T, von König CH, Heininger U, Chitkara AJ, Plotkin S. Recommendations to control pertussis prioritized relative to
economies: A Global Pertussis Initiative update. Vaccine. 2018 Nov 19;36(48):7270-5.

15. Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan analisis imunisasi. 2014 [diakses tanggal 30 Desember 2022]. Didapat dari:
http://www.pusdatin. kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/ infodatin-imunisasi.pdf.
16. World Health Organization, Global Vaccine Safety. Information sheet: observed rate of vaccine reactions: diphtheria, pertussis, tetanus
vaccines. 2014. Diakses tanggal 30 Desember 2022. Didapat dari : https://www.who.int/teams/health-product-policy-and-
standards/standards-and-specifications/vaccines-quality/pertussis

17. Susanna Esposito & Nicola Principi (2018) Prevention of pertussis: An unresolved problem, Human Vaccines & Immunotherapeutics,
14:10, 2452-2459, DOI: 10.1080/21645515.2018.1480298
18. NSW. Pertusis (Batuk Rejan) Lembar Fakta Penyakit Menular. www.health.nsw.gov.au
19. Kemenkes RI 2015, Buku Ajar Imunisasi. 2nd edn, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Jakarta.
TERIMAKASIH