PELATIHAN II : FISIKA BINTANG

• BINTANG VARIABEL
• PULSASI BINTANG
• INTERACTING BINARY STARS
BINTANG VARIABEL
• Brief explanation: Evolusi Bintang
• Definisi
• Klasifikasi
• Bintang Berpulsasi
• Hubungan Periode – Luminositas
• Soal latihan
Stellar Evolution
Evolusi
bintang
bergantung
pada massa
bintang
Evolusi bintang untuk berbagai massa di diagram HR
BINTANG VARIABEL
Tidak semua bintang yang kita amati memiliki kecerlangan
permukaan yang tetap.
Bintang yang berubah-ubah cahayanya ini disebut sebagai
bintang variabel.
Perubahan kecerlangan: sampai puluhan magnitudo, periode
detik sampai tahunan

Selain bintang variabel yang sudah memiliki nama, seperti polaris,

a Orionis, dan Algol, penamaan bintang-bintang variabel baru
tersebut memiliki aturan tersendiri.
• BINTANG VARIABEL PERTAMA DALAM SUATU RASI DIBERI NAMA AWAL R
YANG DIIKUTI NAMA GENITIF RASINYA (MISAL: R CORONAE BOREALIS ATAU R
CRB).
• BINTANG VARIABEL TEMUAN BERIKUTNYA BERNAMA AWAL S, T, …, Z, RR, RS,
…, RZ, SS, ST, … SZ, DAN SETERUSNYA SAMPAI DENGAN ZZ; SETELAH ITU AA,
AB, … AZ, BB, BC, …, BZ, DAN SETERUSNYA HINGGA QZ (MISAL: SS CYGNI ATAU
SS CYG).
• DENGAN SISTEM PENAMAAN DI ATAS DIPEROLEH 334 BUAH NAMA BINTANG
VARIABEL. BINTANG VARIABEL BERIKUTNYA DIBERI NAMA DENGAN HURUF
AWAL YANG TETAP V DIIKUTI NOMOR URUT PENEMUAN (MISAL: V 335
HERCULIS DAN V 396 OPHIUCHI).
Hal terpenting dalam studi bintang variabel adalah penentuan
kurva cahaya bintang yang menyatakan perubahan kuat cahaya
bintang terhadap waktu

Apa pemicu perubahan kuat cahaya bintang?

• PERUBAHAN JUMLAH CAHAYA YANG DITERIMA DI BUMI, MISALNYA BINTANG
MERUPAKAN KOMPONEN SISTEM BINTANG GANDA GERHANA; ATAU
• ADA MEKANISME INTERNAL YANG MENGAKIBATKAN PERUBAHAN KUAT CAHAYA
SEBENARNYA BINTANG.
Klasifikasi Bintang Variabel
Intrinsic Variable Stars (bintang variabel intrinsik): variabilitas
disebabkan perubahan dari dalam bintang
• Pulsating variables (bintang berpulsasi) : bintang
mengembang (expand) dan mengempis (contract)
• Eruptive variables (bintang erupsi) : permukaan bintang
mengalami letupan (erupsi/flare)
• Bintang kataklismik : Nova, Supernova

Extrinsic Variable Stars (bintang variabel ekstrinsik): variabilitas

disebabkan faktor eksternal
• Bintang ganda gerhana
• Bintang berotasi
Bintang erupsi (Eruptive variable stars) :
• Protostar,
• Herbig Ae/Be,
• Orion variables (pra-DU; T Tauri stars),
• Bintang raksasa,
• Bintang maharaksasa,
• Luminous Blue Variables (LBV),
• R Corona Borealis (post-AGB stars),
• Wolf-Rayet stars,
• Gamma Cassiopeiae (bintang Be; lontaran massa),
• Flare stars (Proxima Centauri).
Cataclysmic
variable stars :
Supernova (SN
1987A di Large
Magellanic
Cloud)
Bintang Variabel Ekstrinsik
Pada sistem bintang ganda
gerhana, masing-masing
komponen akan menggerhanai
dan tergerhanai secara
bergantian yang berakibat
pada perubahan kuat cahaya
secara periodik.
BINTANG BERPULSASI: STARS THAT BREATHE
Bintang di DU  luminositas konstan
5 milyar tahun lagi, Matahari akan berevolusi  luminositas bertambah
Bintang raksasa dan maharaksasa  luminositasnya bertambah dan
berkurang secara teratur (periodik)

Bintang variabel : variabel Cepheid dan RR Lyrae  berpulsasi:

mengembang (expand) dan mengempis (contract)

Bintang berpulsasi: bintang variabel dimana variasi kecerlangannya disebabkan

perubahan area dan temperatur di lapisan permukaan bintang

Temuan terbaru: semua bintang berpulsasi, namun terkonsentrasi pada tahap

tertentu di evolusi bintang (di diagram HR)
Bintang
berpulsasi
Astrofisis  memodelkan pulsasi untuk memahami struktur dalam bintang.
Osilasi radial dari bintang berpulsasi adalah hasil dari perambatan gelombang suara di
interior bintang.
Periode pulsasi secara sederhana diperoleh dengan menghitung berapa waktu yang
diperlukan gelombang suara melalui bintang beradius R dan kerapatan konstan r.
  𝜸𝒑
Kecepatan suara adiabatik: 𝒗 𝒔=
√𝝆
Tekanan dalam keadaan kesetimbangan hidrostatis (asumsi r konstan): 𝒅 𝒑 =− 𝑮
𝒅𝒓
𝑴𝒓𝝆
𝟐
𝒓
 𝒅 𝒑 =− 𝑮 𝝆 𝑴 𝒓 =− 𝑮 𝝆 𝟒 𝝅 𝒓 𝟑 𝝆 =− 𝟒 𝝅 𝑮 𝝆𝟐 𝒓
𝒅𝒓 𝒓
𝟐
𝒓
𝟐 (
𝟑 ) 𝟑

Integrasikan untuk memperoleh  Sehingga periode pulsasi

tekanan sebagai fungsi dari r, dengan didekati dengan:   𝑹
𝒅𝒓 𝟑𝝅
syarat batas di permukaan p = 0:
  p
𝜫 ≈ 𝟐∫
𝟎 √
≈
𝒗𝒔 𝟐 𝜸 𝑮 𝝆
Period – mean density
  Variabel Cepheid : penamaan dari bintang d Cephei (bintang
paling terang ke-4 di rasi Cepheus, periode pulasasi: 5 hari 8 jam
37 menit, variasi magnitudo: 1). Periode pulsasi : 1 – 50 hari,
Temperatur : 6000 K, Luminositas : 300 – 400 Lʘ
 Variabel RR Lyrae : penamaan dari bintang RR Lyrae. Periode
pulsasi : 4 jam – 1 hari, Temperatur: 7000 K, Luminositas : 80 Lʘ 
dibandingkan Cepheid : periode lebih pendek, luminositas lebih
rendah
Variasi radius Cepheid : 10 – 20%
Temperatur permukaan bervariasi sekitar 1000 K
---> karena R dan T berubah, maka L juga berubah
KURVA
CAHAYA :
PADA BINTANG TUNGGAL YANG BERADA PADA TAHAP
RAKSASA (GIANT) ATAU MAHARAKSASA MERAH (RED
SUPERGIANT), PERISTIWA IONISASI DAN
REKOMBINASI ATOM-ATOM HIDROGEN DAN HELIUM
DI BAGIAN LUAR BINTANG YANG TERJADI SECARA
BERGANTIAN AKAN MEMBUAT LAPISAN LUAR
BINTANG SECARA PERIODIK MENGEMBANG DAN
MENGEMPIS (BERDENYUT/BERPULSASI!).

Lapisan Luar
Bintang Pusat Bintang
• DENYUTAN TERDAPAT DALAM DAERAH TERTENTU DI
DIAGRAM HR, YANG DISEBUT JALUR KETIDAKMANTAPAN
CEPHEID.

4
3 6
2
1
3 15 M

log L/L
2 4 Jalur ketidakmantapan
3 6
1
2
5
(Instability strip)
5 M
1

5,2 4,2 3,2

log Te
 BINTANG VARIABEL PERIODIK
• VARIABEL CHEPEID; DIAMBIL DARI DARI NAMA BINTANG TIPIKAL YANG
PERTAMA KALI DITEMUKAN, YAKNI DELTA CHEPEID.
Perubahan kuat cahaya melalui mekanisme “denyutan” dengan periode 1 – 50 hari.
Pada saat terangnya mencapai maksimum dan minimum, kelas spektrum bintang
berubah.
Contoh: Bintang Polaris, terangnya berubah sebesar 0,1 magnitudo dalam
waktu ~ 4 hari,
Terang maksimum: kelas spektrum antara F & G,
Terang minimum: kelas spektrum K
Terdapat hubungan luminositas & periode perubahan kuat cahaya:
“Makin besar luminositas, periode pulsasi makin panjang”
 Hubungan periode –
luminositas:
“makin terang suatu Cepheid, makin besar
periode perubahan kuat cahayanya”

Ditemukan oleh Henrietta Leavitt (Harvard, 1912) :

Pengamatan Cepheid di LMC (semua bintang berjarak
sama terhadap pengamat) : variabel Cepheid yang paling
terang mempunyai periode pulsasi yang paling lama.
Hubungan ini berlaku juga untuk bintang Cepheid di
galaksi lain, termasuk Milky Way.
Hubungan antara luminositas dan periode
perubahan kuat cahaya variabel Cepheid

-6
e I
Tip
-4 e id II
e ph e
C Tip
e id
ph
Mv

Ce
-2

0,3 0,5 1,0 3,0 5,0 10,0 30,0 50,0

Periode

Dengan informasi Mv dan V (pengamatan fotometri;

dapat dicari), dapat ditentukan jarak objek
menggunakan modulus jarak.
• DENGAN BANTUAN BINTANG VARIABEL CEPHEID YANG TERDAPAT
DI GALAKSI LAIN, MELALUI HUBUNGAN PERIODE – LUMINOSITAS,
JARAK GALAKSI TERSEBUT DAPAT DITENTUKAN.

Itulah mengapa, variabel Cepheid

dijuluki sebagai lilin penentu
jarak (standard candle) dalam
astronomi (30Mpc)

 Ada dua tipe variabel Cepheid

Cepheid tipe I (klasik)
• Bercampur dengan debu
antarbintang
• Untuk suatu periode, lebih
terang 1,5 magnitudo
dibandingkan tipe II
Cepheid tipe II (W Virginis Cepheid)
• Tidak bercampur dengan debu
antarbintang
• Bergerak cepat
• Tergolong bintang populasi II
Variabel RR Lyra
• Massa dan jari-jari lebih kecil dari Cepheid
• Periode perubahan kuat cahayanya singkat: 0,1 – 1 hari.
• Luminositasnya lebih kecil daripada variabel Cepheid → sukar diamati
di galaksi lain.
• Banyak dijumpai di gugus bola (tergolong populasi II).
• Terletak di cabang horisontal diagram HR.
• Bintang-bintang bermassa kecil akan melalui tahapan pulsasi variabel
RR Lyra, bintang-bintang bermassa besar ke tahapan Cepheid.
• Usia Cepheid lebih muda dari RR Lyra (karena bintang bermassa
rendah kala hidupnya lebih lama daripada bintang bermassa besar).
• Nyaris tidak memenuhi hubungan periode – luminositas.
 -6

-4

Mv
RR Lyra
-2

0,3 0,5 1,0 3,0 5,0 10,0 30,0 50,0

Periode

 Di dalam galaksi kita sendiri juga banyak terdapat bintang

variabel dengan periode panjang, seperti bintang
variabel Mira Ceti.
Period – luminosity relation for classical Cepheids (Sandage & Tammann, ApJ 151, 531, 1968)
 Hubungan periode – luminositas untuk pengukuran
jarak ke Cepheid:
  ⟨ 𝐿⟩
log =1.15 log Π +2.47
𝐿

  = intensitas rata-rata
Π=periode
    pulsasi  ( dalam   hari )

Untuk magnitudo visual rata-rata:

𝑀
  ⟨ 𝑉 ⟩ =− 2.80 log Π −1.43

Joshi, et al., 2003, A&A 402, 113 – 123

 Jawablah :
Berikut ini adalah data untuk 2 bintang variabel Cepheid:

M/Mʘ R/Rʘ MV P (hari) a. Hitunglah periode (P) kedua bintang

menggunakan hubungan periode –
5 36,3 – 3,1
kerapatan untuk bintang berpulsasi
10 195 – 5,9 berikut:
1 /2
  3𝜋 4
𝑃=
[ (2 𝛾 𝐺 𝜌) ] dengan    𝛾 =
3

b. Andaikan Cepheid memenuhi hubungan berikut ini:

 𝑀 𝑉 =𝑎 log ( 𝑃 ( hari )) +𝑏

Dengan menggunakan data dari kedua Cepheid di atas, hitunglah a dan b.

c. Jika dari pengamatan, diperoleh periode sebuah variabel Cepheid adalah 20 hari dengan
magnitudo semu visual 10,4. Berapakah jarak bintang tersebut (dalam pc)?
Problems:
1. Estimate the pulsation period the Sun would have if it were oscillate
radially.
(Sun: Mʘ = 1.989 x1030 kg, Rʘ = 6.957 x 105 km, Monoatomic ideal gas)
2. Figure beside shows the period –
luminosity relation for Cepheids in
the M100 galaxy (member of the
Virgo cluster). Use the two
Cepheids nearest the figure’s best-
fit line to estimate the distance to
M100 (each distance is including
and neglecting extinction). The
mean visual extinction is Av = 0.15
± 0.17 magnitudes for the M100
Cepheids.
 Jawablah :
1. Jika diketahui periode bintang variabel Cepheid
tipe I (yang berada di galaksi lain) adalah 30 hari
dengan magnitudo m = 20, berapakah jaraknya ke
Milky Way?
2. Andaikan ada Cepheid lain dengan m = 20 dengan
periode yang sama, tapi merupakan Cepheid tipe
II dengan magnitudo mutlak 1,5 kali lebih besar.
Berapakah jarak Cepheid tersebut? Berapa
perbedaannya dengan Cepheid pada soal 1 ?

3. Andaikan perbedaan pengukuran konstanta Hubble disebabkan karena pengamatan yang

salah terhadap variabel Cepheid. Jika konstanta Hubble yang diketahui sekarang adalah 70
km/s/Mpc, berapakah perbedaan magnitudo mutlak antara kedua tipe Cepheid ini?
(menghitung DCep = MC1 – MC2 dengan MC1 dan MC2 adalah magnitudo mutlak Cepheid)
INTERACTING BINARY STARS
• Review: Bintang Ganda
• Review: Penentuan massa bintang
• Definisi
• Klasifikasi
• Contoh
• Soal latihan
Definisi Bintang Ganda (Binary Stars) : ………………….

Tipe Bintang Ganda (berdasarkan pengamatan) :

1. Visual binary
2. Astrometric binary
3. Spectroscopic binary
4. Eclipsing binary
Visual Binary
 Visual Binary
 A double star system where you can see both
stars and they appear to move around each
other (Herschel 1802)
 > 0.2 arcsec
70 Ophiuchi
Kruegar 60
Over the
course of 87.7
years, the star
makes one full
orbit.

1908 – 1920: the binary completed about 1/4

of a revolution
Astrometric Binary
Astrometric Binary
 If only one star is visible, but we can detect that it wobbles about
an unseen center-of-mass

 The star Sirius is actually a binary

system, but Sirius A is so much brighter
than Sirius B that we only see Sirius A.
 Sirius B was first detected by observing
the motion of the brighter Sirius A.
 Now also a visual binary.
Spectroscopic Binary
Spectroscopic Binary
 Sometimes, the only evidence of a binary star comes from the Doppler
effect on its emitted light. The spectrum of the star shows Doppler shifts
which change from redshift to blueshift periodically.
 SB1, SB2 = spectra from 1 or both stars
 Single-lined spectroscopic
binaries (SB1)
 Double-lined spectroscopic
binaries (SB2)
 From the Doppler shift data, we
can reconstruct the component of
the stars' velocities in our line of
sight.
 In double-lined spectroscopic
binaries it is possible to measure
the radial velocity curves of both
components; in single-lined
spectroscopic binaries only one of
the radial velocity curves is
measurable.
 The true velocities are only known
if the binary's inclination angle
with our line of sight is known.
Radial velocity curve for double-lined SB in a Circular orbit:
Radial velocity curve for double-lined SB in an Elliptical orbit (e = 0.4):
Eclipsing Binary
Eclipsing Binary
 A binary which shows regular light variations due to one of the stars
passing directly in front of its companion, as viewed from the Earth
 By studying the shape of the eclipses,
in conjunction with a knowledge of
their radial velocity curves, it is
possible to determine the masses and
radii of the stars in the binary.
 Eclipsing binaries are hence extremely
useful systems.
How to find the masses stars?
How to find the masses stars?
 Mass: most fundamental of
stellar parameters
 Impossible to measure for
isolated stars
 We have to weigh them, i.e to
measure gravitational
interaction with something else.
Using binaries to weigh stars
Mass Determination
The Centre-of-Mass formula is
a1m1 = a2m2

If orbital major axes (relative to center of mass) or radial velocity

amplitudes are known, then we know the ratio of masses:
Mass Determination
 If the period, P, and the sum of semi-major
lengths, a = a1 + a2, are known, Kepler’s
third law gives masses separately:

 If only the two radial velocities are known

(SB2), the sum of masses (from Kepler’s
third law) is
 If only one radial velocity is known
(SB1), a useful quantity is the mass
function :
 If the orbital inclination, i, is known, this allows determination of m2
/ m1
 Duration of eclipses and shape of light curve can be used to
determine radii of stars:

 Relative depth of primary (deepest) and secondary brightness

minima of eclipses can be used to determine the ratio of effective
temperatures of stars:
 Binary star systems are important because:
 They allow us to find the masses and radii of stars

 Test:
 Stellar evolution
Interacting Binary Stars
 Binary systems in which some significant interaction other than
simple inverse square law gravitational attraction between point
masses takes place.
 The interaction may be radiative, as in the heating of the face of
one component by a hot companion, or it may be tidal, distorting
both components through the combination of gravitational and
centrifugal effects.
Mass Transfer
 Two possible mechanisms :
1. Stellar wind accretion: if one component ejects mass in a stellar
wind and a part of that material is gravitational captured by the
nearby companion,
2. Roche-lobe overflow: if the binary orbit is sufficiently close,
matter from the outer layers of one star can flow directly to the
companion
 Stellar winds from low mass and/or late type stars are not usually
strong and mass transfer occurs mainly through Roche-lobe overflow
Roche Model
Roche Model
 Close to each object, the potential is dominated by the gravitational
potential of the star, thus the surfaces are almost spherical.
 As one moves farther from a stellar centre, two effects start to
become important:
 the tidal effect, which causes an elongation in the direction of the
companion
 and flattening due to the centrifugal force.
 Consequently the surfaces are distorted in a way that their largest
dimension is along the line of centers.
 The innermost equipotential surface which encloses both stars
defines critical “Roche lobe” of each star.
Roche-lobe Overflow
 The Roche lobe is the region of space around a star in a binary system
within which orbiting material is gravitationally bound to the star
 Inner Lagrangian point L1 is the location where a particle, corotating
with the binary, feels no net force - gravity from the two stars plus
centrifugal force cancel
 If one star fills its Roche lobe, gas can
freely escape from the surface through
L1 and will be captured by the other
star
 L1 – Inner Lagrange Point
 matter can flow freely from one
star to other
 L2 – on opposite side of secondary
 matter can most easily leave
system
 L3 - on opposite side of primary
 L4, L5 – in lobes perpendicular to line
joining binary
 form equilateral triangles with
centers of two stars
Mass Transfer in Binary Systems
Detached: neither star fills its Roche
lobe, both are roughly spherical.
Semi-detached: one star fills its Roche
lobe, and is highly distorted. Mass
flows onto the other star in the binary.
Contact: both stars fill their Roche
lobes - touch at the L1 point.
1 3

4
2
Corotating coordinates for a binary star system
Total potential energy = gravitational potential
energy + centrifugal potential energy

  =− 𝐺 𝑀𝑚   =− 1
𝑈 𝑔 𝑈 𝑐 𝑚 𝜔2 𝑟 2
𝑟 2

𝑟  1 +𝑟 2=𝑎 𝑀
  1 𝑟 1 =𝑀 2 𝑟 2

Effective potential energy:

  𝑀1 𝑚 𝑀2𝑚 1
𝑈 =−𝐺
𝑠1
+
(𝑠2
2 2
− 𝑚𝜔 𝑟
2 )
Effective gravitational energy (effective potential energy per unit mass; erg g-1):
  𝑈 𝑀1 𝑀2 1 2 2
Φ= =− 𝐺
𝑚 𝑠1
+
(
𝑠2
− 𝜔 𝑟
2 )
Distances s1 and s2 from the law of cosines:
2 2 2
𝑠
  1= 𝑟 1+𝑟 +2 𝑟 1 𝑟 cos 𝜃
2 2 2
𝑠
  2= 𝑟 2+𝑟 − 2 𝑟 2 𝑟 cos 𝜃

Angular frequency of the orbit, w :

  2 𝜋 2 𝐺 ( 𝑀1 + 𝑀 2 )
𝜔 =
𝑃
2
=( ) 𝑎3

Orbital period P comes from Kepler’s third law:

 𝑎 = 𝐺 ( 𝑚 1 +𝑚 2 )
3

𝑃2 4 𝜋2
Problem:
Each of the Lagrange points L4 and L5 forms an equilateral triangle
with the masses M1 (0.85Mʘ) and M2 (0.17Mʘ). Use this to obtain the
value of the effective gravitational potential at L4 and L5 (a = 0.718Rʘ)