Anda di halaman 1dari 55

 Fraktur adalah patah tulang, biasanya

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik


(Price,1995).
 Putusnya hubungan kesinambungan
(diskontinuitas) tulang dan atau tulang
rawan
 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang

yang ditandai oleh rasa nyeri,


pembengkakan,deformitas, gangguan fungsi,
pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000)
1. Cedera traumatic:
• Cedera langsung
• Cedera tidak langsung
• Kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat
2. Fraktur Patologik:
• Tumor tulang (jinak atau ganas)
• Infeksi seperti osteomielitis
• Rakhitis

3. Secara spontan
 Ketika terjadi fraktur, otot yang melekat pada
ujung tulang menjadi rusak. Otot tersebut akan
mengalami spasme dan menarik fragmen
fraktur ke luar dari posisinya. Kelompok otot
yang besar dapat menghasilkan spasme yang
masif dan men-displace (mengubah posisi)
tulang besar, seperti tulang femur. Meskipun
bagian proksimal dari tulang yang fraktur tetap
dalam tempatnya, bagian distal dapat
mengalami dispalce ke samping, membentuk
sudut (angulasi), rotasi, atau posisi lainnya .
 Selain itu periosteum dan pembuluh darah pada
kortek dan sumsum pada tulang yang fraktur
mengalami kerusakan. Kerusakan jaringan lunak
seringkali terjadi. Perdarahan juga dapat terjadi
baik dari jaringan lunak maupun dari ujung-ujung
tulang yang mengalami kerusakan.
 Pada kanal medula, hematome terbentuk antara
fragmen fraktur dan dibawah periosteum. Jaringan
tulang disekitar tempat fraktur menjadi mati, dan
menimbulkan respon inflamasi hebat. Akibatnya
akan terjadi vasodilatasi; edema; nyeri; hilangnya
fungsi; eksudasi plasma, leukosit, dan sel darah
putih lainnya. Proses ini berperan sebagai tahap
awal dalam penyembuhan tulang
 Deformitas—posisi abn tulang akibat fr & tarikan otot
 Shortening—pemendekan tulang
 Swelling—edema, krn cairan serosa & bleeding lokal
 Pain/tenderness—spasme otot, trauma langsung jaringan,
nerve pressure, gerakan patahan tulang.
 Numbness—kerusakan saraf
 Guarding—perilaku protective akibat nyeri
 Crepitus—adanya udara yg terperangkap; gesekan
fragmen tulang.
 Hypovolemic shock—blood loss
 Muscle spasms—kontraksi otot yg terdekat dg fr.
 Echymosis—ekstravasasi darah di subkutan

(LeMone & Burke, 2000)


16/
03/
 Tipe fraktur penting bgi treatment &
kompleksitas evaluasinya.
 Klasifikasi dilakukan melalui berbagai

cara

(Maher, Salmond, & Pellino, 2002;LeMone & Burke, 2000)


16/
03/
 Fr. Komplit
◦ Tulang patah mjd 2 fragmen atau lebih
◦ Contoh:
 Fr. Transversal; Fr. Oblique/spiral incomplete
 Fr. impacted
 Fr. kominutif
 Fr. Inkomplit
◦ Tulang patah tidak komplit
◦ Biasanya periosteum utuh, contoh :
 Fr. Greenstick
 Fr. Compression complete
 Fr. Buckle

16/
03/
1. Simple 2. Kominutif 3. Segmental

16/
03/
1. Transversal 2. Oblique 3. Spiral 4. Kompresi

16/
03/
 Tulang Panjang
◦ 1/3 proksimal
◦ 1/3 distal

 Tulang Melintang
◦ Medial
◦ Mid/tengah
◦ Lateral

16/
03/
 Undisplaced
 Displaced
◦ Fragmen tlg searah
◦ Fragmen tlg membentuk sudut
◦ Fragmen distal menjauh

16/
03/
Klasifikasi:
berdasarkan hubungannya dg atmosfir

1 Tertutup 2 Terbuka

16/
03/
I. Luka < 1 cm
II. Luka 1 – 10 cm
III. Luka > 10 cm, tdd:
IIIA: Soft tissue coverage
IIIB: Bone exposed
IIIC: Neurovascular injury

16/
03/
16/
03/
Penyembuhan Fraktur ada 5 stadium, yaitu
1. Std. Destruksi / Hematom
2. Std. Inflamasi & Proliferasi Sel
3. Std. Pembentukan Kalus
4. Std. Konsolidasi
5. Std. Remodelling
Stages of Fracture Healing

(Maher, Salmond, & Pellino, 2002) 16/


03/
16/
03/
1. Std. DESTRUKSI / HEMATOM
 terjadi kerusakan jaringan lunak & perdarahan di
sekitar fraktur (1-3 hari)

2. Std. INFLAMASI & PROLIFERASI SEL


 (3 hari – 2 minggu), sel-sel inflamasi masuk ke daerah
hematom. Secara bertahap jaringan hematom ini berubah
menjadi jaringan granulasi.

3. Std. PEMBENTUKAN KALUS


 terjadi pembentukan sel osteoblas & osteoklas
(woven bone). Kalus menyebabkan fragmen-
fragmen tulang bersatu. Pada stadium ini rasa nyeri
sudah hilang (2-6 minggu).
4. Std. KONSOLIDASI
 Woven bone berubah menjadi lamellar bone (kalus berubah
menjadi hard kalus) dan fragmen menjadi solid (3 minggu – 6
bulan)

5. Std. REMODELLING
 kalus yang berlebih mulai menghilang sehingga
terbentuk tulang yang normal atau mendekati
normal. Kanalis medularis mulai terbentuk (6
minggu – 1 tahun)

CATATAN:
 Sampai dengan stadium remodelling dibutuhkan waktu sekitar
1 tahun. Namun pada anak, waktu yang dibutuhkan bisa lebih
cepat, hingga setengah dari rata-rata waktu penyembuhan
pada dewasa. Ini dikarenakan periosteum anak-anak lebih
tebal & dapat menghasilkan kalus dalam waktu yang singkat
serta lebih banyak.
1. DELAYED UNION
• Tidak adanya tanda-tanda union (penyatuan) dalam
waktu rata-rata penyambungan tulang pada
umumnya.
• Bila dalam 6 bulan union tidak terjadi perlu
dilakukan tindakan operasi.
• Penyebabnya antara lain; vaskularisasi tidak
adekuat, infeksi, pembidaian yang tidak benar,
dan internal fixation.
2. NON - UNION
• Secara klinis & radiologis tidak ada penyambungan
fraktur.
•• Pada ujung fragmen terlihat sklerosis, tidak ada
trabekula yang menyeberangi garis fraktur.
•• Penyebab non-union ini antara lain karena; vascularisasi
yang tidak adekuat, fiksasi yang tidak adekuat, adanya
gap antar segmen fraktur, interposisi (adanya jar.lunak
atau otot diantara fragmen fraktur), infeksi, malnutrisi
berat, usia tua & penyakit metabolik.
•• Ada 3 macam, yaitu;

1. Atropic  sama sekali tidak terbentuk kalus (avascular)


1.
2. Hipertropic  terbentuk jar. Fibrous (hipervasculer)
2.
3. Oligotropik  kalus yang terbentuk sedikit
3.
3. MAL - UNION
• Penyambungan fraktur tidak normal, sehingga
menimbulkan deformitas.
• Terjadi akibat terapi fraktur yang tidak
memadai.
• Apabila terjadi pada tulang panjang penyangga
badan, maka akan menyebabkan osteoartritis
pada sendi2 terdekat dari kelainan tersebut
lebih awal.
16/03/21
 The fracture is not always at the site of
the injury
 Periksa sistem organ lainnya (lebih penting

pada saat trauma)


 ABC dst
 5 B : brain , breath , bowel, back

and…....bone

16/
03/
 Umur
 Jenis kelamin
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Lingkungan rumah
 Riwayat trauma:
◦ Arah
◦ Jenis
 Lokalisasi nyeri
 Gangguan fungsi

16/
03/
General signs
 broken bone is part of a patient
 it is important to look for evidence of

1. shock or haemorrhage
2. associted damage to brain, spinal cord or viscera

16/
03/
Look:
 Pembengkakan (swelling)

 Ekskoriasi (bruising)

 Deformitas : angulasi , rotasi dan pemendekan (shortening)

 Luka , periksa darah yg keluar !!!!!

Feel:
 Nyeri tekan

 Periksa NVD (neurovaskular distal) pulsasi arteri dan sensibilitas

 Compartement syndrome ?

Move:
 Krepitasi dan pergerakan abnormal

 Sangat penting pasien diminta menggerakkan sendi distal dari

bagian yang mengalami trauma

16/
03/
 X-ray
 Tomography
 CT- scan
 MRI: utk menilai comlpicated fr
 Radioisotope scanning; bone scanning
 Intraarticular fr—arthroscopy
 Blood test
 Urine myglobin

(LeMone & Burke, 2000; Swearingen, 2007) 16/


03/
Rule of 2 :
 2 proyeksi (mis: AP/Lat)
 2 sendi
 2 ekstremitas
 2 waktu

16/
03/
16/03/21
1. Rekognisi : Diagnosis dan penilaian fraktur 
2. Reduksi : Tindakan dengan membuat posisi
tulang mendekati keadaan normal
3. Retensi : Imobilisasi fraktur 
4. Rehabilitasi : Mengembalikan fungsi ke
semula termasuk fungsi tulang, otot dan
jaringan sekitarnya
 Pastikan airway lancar, breathing adekuat
 Jika ada luka, bersihkan dan tutup dg bahan
steril
 Hentikan perdarahan dg menekan bagian
berdarah secara lokal
 Berikan obat anti nyeri yg kuat
 Jika terjadi trauma pada leher atau tulang
belakang, prevensi gerakan fleksi utk
menghindarkan kerusakan medula spinalis
(neck collar, log roll, gunakan long spine
board)
 Jika ada patah tulang, prevensi gerakan
ekstremitas tsb

16/
03/
 Periksa jalan napas dan atasi asfiksia
 Pastikan kemampuan bernapas normal
 Atasi perdarahan yang terjadi
 Evaluasi jumlah perdarahan dan atasi syok
 Cek trauma tulang belakang
 Cari trauma abdomen dan organ dalam
 Periksa apakah ada fraktur dan dislokasi
 Cari kerusakan jaringan lunak, terutama saraf dan
pembuluh darah
 Siapkan pemeriksaan x-ray

16/
03/
•Cara Konservatif 
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana
masih memungkinkan terjadinya
pertumbuhan tulang panjang. Selain itu,
dilakukan karena adanya infeksi atau
diperkirakan dapat terjadi infeksi.Tindakan
yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi
Gips yang ideal adalah yang membungkus
tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :
•Immobilisasi dan penyangga fraktur 
•Istirahatkan dan stabilisasi
•Koreksi deformitas
•Mengurangi aktifitas
•Membuat cetakan tubuh orthotic
 Traksi dilakukan dengan menempatkan
bebandengan tali pada ekstermitas pasien.
Tempat tarikan di sesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah.
Metode Pemasangan traksi
• Traksi manual : Tujuannya adalah perbaikan

dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada


keadaan emergency.
• Traksi mekanik, ada 2 macam :

1. Traksi kulit (skin traction)


• Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk

sturktur yang lain misal otot. Digunakan


dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
2. Traksi skeletal
• Merupakan traksi definitif pada orang dewasa

yang merupakan balanced traction. Dilakukan


untuk menyempurnakan luka operasi dengan
kawat metal / penjepit melalui tulang /
jaringan metal.
Pada prinsipnya ada 3 langkah penanganan
fraktur yaitu;
1. Tangani kegawatannya
2. Terapi Definitif
3. Rehabilitasi
• Tujuan pertolongan pertama yaitu untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri, serta
mencegah gerakan fragmen2 yang dapat
meyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya.
• Lakukan langkah r-ABC
• Pasang jalur infus intravena  RL / NaCl
• Berikan antinyeri i.v/i.m/supp.per rektal
• Setelah hemodinamik dipastikan stabil,
lakukan pemeriksaan fisik lengkap  nilai
bagaimana jenis fraktur-nya
• Lakukan imobilisasi dengan pembidaian
(splinting)
• Pada fraktur terbuka, tutup dengan material
yang bersih dan steril.
• Segera konsultasi / rujukan ke spesialis
bedah orthopedi
• Lakukan pemeriksaan x-ray dengan prinsip
role of 2.
1. Closed Reduction
• Plaster of Paris (Gips)
• Skin Traction
• Skeletal traction
2. Open Reduction Internal fixation (ORIF)
3. Open reduction External Fixation (OREF)
• Kegagalan “Closed Reduction”
• Kontraindikasi Closed reduction
• Fracture with displaced joint surfaces
• Fracture due to metastasis of malignancy
• Fracture associated with arterial injury
• Multiple injuries
• The need for early mobilization
• Cost reduction
• Maintenance of joint motion
• Muscle exercise
• Gait training
• Ambulation aid
• Heat therapy
• Massage
• Prothesa
• Tujuan utama pembidaian adalah untuk
mencegah terjadinya pergerakan anggota
tubuh yang cedera.
• Bidai harus mencakup sendi dan tulang agar
efektif.
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari
ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar
bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang
patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi risiko kejadian fat embolism
syndrome dan syok
6. Mengurangi perdarahan
7. Membantu mempercepat proses
penyembuhan
1. Bidai Keras
 bidai kayu, bidai vakum, bidai tiup
2. Bidai Yang dapat Dibentuk
 bidai vakum, bantal, selimut, karton, kawat
3. Bidai Traksi
 sudah bentuk jadi, umumnya pada femur
4. Gendongan / belat & bebat
 gendongan lengan (mitela)
5. Bidai improvisasi
 menggunakan bahan apa adanya.

Anda mungkin juga menyukai