3. Secara spontan
Ketika terjadi fraktur, otot yang melekat pada
ujung tulang menjadi rusak. Otot tersebut akan
mengalami spasme dan menarik fragmen
fraktur ke luar dari posisinya. Kelompok otot
yang besar dapat menghasilkan spasme yang
masif dan men-displace (mengubah posisi)
tulang besar, seperti tulang femur. Meskipun
bagian proksimal dari tulang yang fraktur tetap
dalam tempatnya, bagian distal dapat
mengalami dispalce ke samping, membentuk
sudut (angulasi), rotasi, atau posisi lainnya .
Selain itu periosteum dan pembuluh darah pada
kortek dan sumsum pada tulang yang fraktur
mengalami kerusakan. Kerusakan jaringan lunak
seringkali terjadi. Perdarahan juga dapat terjadi
baik dari jaringan lunak maupun dari ujung-ujung
tulang yang mengalami kerusakan.
Pada kanal medula, hematome terbentuk antara
fragmen fraktur dan dibawah periosteum. Jaringan
tulang disekitar tempat fraktur menjadi mati, dan
menimbulkan respon inflamasi hebat. Akibatnya
akan terjadi vasodilatasi; edema; nyeri; hilangnya
fungsi; eksudasi plasma, leukosit, dan sel darah
putih lainnya. Proses ini berperan sebagai tahap
awal dalam penyembuhan tulang
Deformitas—posisi abn tulang akibat fr & tarikan otot
Shortening—pemendekan tulang
Swelling—edema, krn cairan serosa & bleeding lokal
Pain/tenderness—spasme otot, trauma langsung jaringan,
nerve pressure, gerakan patahan tulang.
Numbness—kerusakan saraf
Guarding—perilaku protective akibat nyeri
Crepitus—adanya udara yg terperangkap; gesekan
fragmen tulang.
Hypovolemic shock—blood loss
Muscle spasms—kontraksi otot yg terdekat dg fr.
Echymosis—ekstravasasi darah di subkutan
cara
16/
03/
1. Simple 2. Kominutif 3. Segmental
16/
03/
1. Transversal 2. Oblique 3. Spiral 4. Kompresi
16/
03/
Tulang Panjang
◦ 1/3 proksimal
◦ 1/3 distal
Tulang Melintang
◦ Medial
◦ Mid/tengah
◦ Lateral
16/
03/
Undisplaced
Displaced
◦ Fragmen tlg searah
◦ Fragmen tlg membentuk sudut
◦ Fragmen distal menjauh
16/
03/
Klasifikasi:
berdasarkan hubungannya dg atmosfir
1 Tertutup 2 Terbuka
16/
03/
I. Luka < 1 cm
II. Luka 1 – 10 cm
III. Luka > 10 cm, tdd:
IIIA: Soft tissue coverage
IIIB: Bone exposed
IIIC: Neurovascular injury
16/
03/
16/
03/
Penyembuhan Fraktur ada 5 stadium, yaitu
1. Std. Destruksi / Hematom
2. Std. Inflamasi & Proliferasi Sel
3. Std. Pembentukan Kalus
4. Std. Konsolidasi
5. Std. Remodelling
Stages of Fracture Healing
5. Std. REMODELLING
kalus yang berlebih mulai menghilang sehingga
terbentuk tulang yang normal atau mendekati
normal. Kanalis medularis mulai terbentuk (6
minggu – 1 tahun)
CATATAN:
Sampai dengan stadium remodelling dibutuhkan waktu sekitar
1 tahun. Namun pada anak, waktu yang dibutuhkan bisa lebih
cepat, hingga setengah dari rata-rata waktu penyembuhan
pada dewasa. Ini dikarenakan periosteum anak-anak lebih
tebal & dapat menghasilkan kalus dalam waktu yang singkat
serta lebih banyak.
1. DELAYED UNION
• Tidak adanya tanda-tanda union (penyatuan) dalam
waktu rata-rata penyambungan tulang pada
umumnya.
• Bila dalam 6 bulan union tidak terjadi perlu
dilakukan tindakan operasi.
• Penyebabnya antara lain; vaskularisasi tidak
adekuat, infeksi, pembidaian yang tidak benar,
dan internal fixation.
2. NON - UNION
• Secara klinis & radiologis tidak ada penyambungan
fraktur.
•• Pada ujung fragmen terlihat sklerosis, tidak ada
trabekula yang menyeberangi garis fraktur.
•• Penyebab non-union ini antara lain karena; vascularisasi
yang tidak adekuat, fiksasi yang tidak adekuat, adanya
gap antar segmen fraktur, interposisi (adanya jar.lunak
atau otot diantara fragmen fraktur), infeksi, malnutrisi
berat, usia tua & penyakit metabolik.
•• Ada 3 macam, yaitu;
and…....bone
16/
03/
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Lingkungan rumah
Riwayat trauma:
◦ Arah
◦ Jenis
Lokalisasi nyeri
Gangguan fungsi
16/
03/
General signs
broken bone is part of a patient
it is important to look for evidence of
1. shock or haemorrhage
2. associted damage to brain, spinal cord or viscera
16/
03/
Look:
Pembengkakan (swelling)
Ekskoriasi (bruising)
Feel:
Nyeri tekan
Compartement syndrome ?
Move:
Krepitasi dan pergerakan abnormal
16/
03/
X-ray
Tomography
CT- scan
MRI: utk menilai comlpicated fr
Radioisotope scanning; bone scanning
Intraarticular fr—arthroscopy
Blood test
Urine myglobin
16/
03/
16/03/21
1. Rekognisi : Diagnosis dan penilaian fraktur
2. Reduksi : Tindakan dengan membuat posisi
tulang mendekati keadaan normal
3. Retensi : Imobilisasi fraktur
4. Rehabilitasi : Mengembalikan fungsi ke
semula termasuk fungsi tulang, otot dan
jaringan sekitarnya
Pastikan airway lancar, breathing adekuat
Jika ada luka, bersihkan dan tutup dg bahan
steril
Hentikan perdarahan dg menekan bagian
berdarah secara lokal
Berikan obat anti nyeri yg kuat
Jika terjadi trauma pada leher atau tulang
belakang, prevensi gerakan fleksi utk
menghindarkan kerusakan medula spinalis
(neck collar, log roll, gunakan long spine
board)
Jika ada patah tulang, prevensi gerakan
ekstremitas tsb
16/
03/
Periksa jalan napas dan atasi asfiksia
Pastikan kemampuan bernapas normal
Atasi perdarahan yang terjadi
Evaluasi jumlah perdarahan dan atasi syok
Cek trauma tulang belakang
Cari trauma abdomen dan organ dalam
Periksa apakah ada fraktur dan dislokasi
Cari kerusakan jaringan lunak, terutama saraf dan
pembuluh darah
Siapkan pemeriksaan x-ray
16/
03/
•Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana
masih memungkinkan terjadinya
pertumbuhan tulang panjang. Selain itu,
dilakukan karena adanya infeksi atau
diperkirakan dapat terjadi infeksi.Tindakan
yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi
Gips yang ideal adalah yang membungkus
tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :
•Immobilisasi dan penyangga fraktur
•Istirahatkan dan stabilisasi
•Koreksi deformitas
•Mengurangi aktifitas
•Membuat cetakan tubuh orthotic
Traksi dilakukan dengan menempatkan
bebandengan tali pada ekstermitas pasien.
Tempat tarikan di sesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu
panjang tulang yang patah.
Metode Pemasangan traksi
• Traksi manual : Tujuannya adalah perbaikan