Anda di halaman 1dari 21

PERTEMUAN III

Ciri Umum Bahasa Indonesia


Kaidah Bahasa Indonesia
(KATA DASAR & KATA TURUNAN)
Dosen : A.A.Ayu Meitridwiastiti,S.S, M.Hum
BAHASA INDONESIA

CIRI KAIDAH
UMUM POKOK
Syarat Kebahasaan
a. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik
mengenai pemilihan kata/istilah, struktur kalimat maupun kata dan
penulisannya.
b. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan sesuai dengan logika.
c. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti .
d. Tepat
Ide yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis haruslah tepat dan tidak
mengandung makna ganda.
e. Denotatif
Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya.
f. Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan
kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan.
Contoh:
• Kalimat tidak baku:
1. Kami punya nenek sedang sakit.
2. Setiap hari Senen kami mengikuti upacara.
3. Maaf, saya terlambat karena jalanan macet.
4. Ini hari saya akan pergi.
Kalimat baku:
1. Nenek kami sedang sakit.
2. Setiap hari Senin kami mengikuti upacara.
3. Maaf, saya terlambat karena lalu lintas
macet.
4. Hari ini saya akan pergi.
Ciri Umum dan Kaidah Bahasa Indonesia
• Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum
dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang
membedakannya dengan bahasa-bahasa
lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun
bahasa daerah
• Contoh :
• Makan (Indonesia)
• Eat (Asing)
• Ngajeng (Daerah)
• Perbedaannya : Lafal, Jenis Kata, Makna, dll
• Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah
pokok ini dapat dibedakan mana bahasa
Indonesia, bahasa asing ataupun bahasa daerah
A. Ciri-ciri umum Bahasa indonesia
1.Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan
bentuk kata untuk menyatakan jenis kelamin.
Untuk menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan
kata keterangan penunjuk jenis kelamin, misalnya:
• - Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria
dan perempuan atau wanita
• - Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina
Contoh :
a. Pengawas hari ini wanita muda dan cantik (jenis
kelamin perempuan)
b. Singa jantan itu tertidur pulas setelah menikmati
makan siangnya berjenis kelamin laki-laki)
Ciri-ciri umum bahasa indonesia
• Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa
Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis
kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk
• Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal
dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta; sedangkan
perubahan bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah
diserap ke dalam bahasa Indonesia.
• Penyerapan dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta pun
dilakukan secara leksikal, bukan sistem perubahannya.
Contoh : • Sistem perubahan bentuk
• Dalam bahasa Arab, selain dari kedua bahasa tersebut
kata muslim, diserap juga kata tidak diserap ke dalam
muslimin dan muslimat; selain bahasa Indonesia, maka
mukmin, diserap juga kata tidaklah mungkin kita
mukminin dan mukminat; menyatakan kuda betina
(Seorang yang beriman laki- dengan bentuk kudi atau
laki dalam istilah bahasa arab kudarat; domba betina
disebut Mukmin, sedangkan dengan bentuk kata dombi
perempuan disebut dengan atau dombarat.
Mukminat)
• Untuk menyatakan jenis
kelamin tersebut dalam
• Dalam bahasa Sanskerta, bahasa Indonesia, cukup
selain dewa, diserap juga dewi;
dengan penambahan jantan
selain siswa diserap juga siswi
atau betina, yaitu kuda
jantan, kuda betina, domba
jantan, domba betina.
2.Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu
untuk menunjukkan jumlah. Artinya, bahasa
Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk
kata untuk menyatakan jamak
Untuk menyatakan jamak
• Mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua,
sebagian, beberapa, dan kata bilangan dua, tiga,
empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan,
seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan,
sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman,
tiga pohon, empat mobil
• Bentuk boy dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys ketika
menyatakan jamak (lebih dari satu). Jika dalam bahasa Indonesia bentuk
buku tidak akan berubah jadi bukus (jamak dari kata buku), mahasiswas
(jamak dari mahasiswa), dan penas (jamak dari pena)
3.Bahasa Indonesia tidak mengenal
perubahan bentuk kata untuk menyatakan
waktu.
• Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat
(untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan
sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau).
Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa
Indonesia.
• Bentuk kata makan tidak pernah mengalami perubahan
bentuk yang terkait dengan waktu, misalnya menjadi
makaning (untuk menyatakan waktu sedang) atau makaned
(untuk menyatakan waktu lampau).
• Untuk menyatakan waktu, cukup ditambah kata-kata aspek
akan, sedang, telah, sudah atau kata keterangan waktu
kemarin, seminggu yang lalu, hari ini, tahun ini, besok,
besok lusa, bulan depan, dan sebagainya
4.Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia
biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum
Diterangkan - Menerangkan), yaitu kata yang
diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M)
• Misalnya : Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil
mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum
D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap
dari bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini.
• Contoh kasus : Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda
Hotel, Bali Plaza, International Tailor, yang tidak sesuai
dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda,
Plaza Bali, Penjahit Internasional.
5.Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal
yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan lafal daerah

•Apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan,


melalui lafalnya dapat diketahui dari suku mana ia berasal
•Kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari pengaruh lafal
asing dan/atau lafal daerah. Kesulitan yang dialami oleh
sebagian besar pemakai bahasa Indonesia adalah sampai saat
ini belum disusun kamus lafal bahasa Indonesia yang lengkap
•Akibatnya, sampai sekarang belum ada patokan yang jelas
untuk pelafalan kata peka, teras, perang, sistem, elang.
pengucapan semangkin (untuk semakin), mengharapken
(untuk mengharapkan), semua (untuk semua), mengapa
(untuk mengapa), thenthu (untuk tentu), therima kaseh (untuk
terima kasih), bukanlah lafal baku bahasa Indonesia
Kaidah????
KAIDAH POKOK BAHASA INDONESIA

• Kaidah juga dapat dikatakan sebagai aturan yang mengatur


perilaku manusia dan perilaku kehidupan bermasyarakat.
• Kaidah bahasa Indonesia adalah aturan yang mengatur
penggunaan bahasa oleh pemakainya itu sendiri.
• Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat
diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan mengikuti kaidah bahasa yang benar
• Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar”
mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran.
• Sehingga dengan adanya kaidah kita bisa menggunakan
bahasa indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan
situasi dan sasaran.
Pengertian Kata
• Secara harfiah, kata memiliki arti ujar atau bicara secara
substansial
• Kata dipahami sebagai unsur bahasa yang diucapkan seorang
penutur atau dituliskan seorang penulis
• Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna
tertentu.
• Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah
unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa
• Kata juga dapat dipahami sebagi morfem yang oleh para ahli
bahasa dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan
sebagai bentuk bebas
• Kata merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dan
terdiri dari morfem tunggal atau gabungan morfem
Penulisan kata
A. Kata Dasar
– Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri
– Kata dasar merupakan kata yang belum mendapatkan
imbuhan ; Afiks (morfem terikat), Prefiks (awalan), Infiks
(sisipan), Sufiks (akhiran), pengulangan,dan pamejemukan
– Kata dasar dapat dikatakan sebagai embrio kata turunan
atau kata jadian
– Contoh:
• makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain – lain.
Penulisan kata
B. Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata -kata
yang telah berubah bentuk dan makna.
Perubahan ini dikarenakan kata-kata tersebut telah diberi imbuhan yang
berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan –
akhiran (konfiks). Contohnya adalah: menanam, berlari, tertinggal, dan
lain – lain.
Imbuhan – imbuhan tersebut memberikan perubahan makna pada kata
dasarnya.
Contoh:
1. Kata dasar sapu memiliki makna sebagai kata benda, setelah
mendapat awalan me -, maka berubah menjadi menyapu yang berarti
kegiatan membersihkan (kata kerja)
Ani menyapu pekarangan rumahnya dengan sapu lidi.

2. Kata dasar pulang memiliki arti kembali ke asal, setelah mendapat


akhiran –I, maka berubah menjadi pulangi yang bermakna menyuruh.  
Pulangi mainan yang kau pinjam kemarin!
• 3. Kata dasar hitung bermakna kegiatan menjumlah, setelah
mendapat awalan – akhiran  (konfiks) menjadi
diperhitungkan yang bermakna mempertimbangkan.
- Segi kedisiplinan juga diperhitungan dalam penilaian
ini.
• 4. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, (awalan atau
akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti/mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
• 5. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan,
dilipatgandakan,
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai