CIRI KAIDAH
UMUM POKOK
Syarat Kebahasaan
a. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik
mengenai pemilihan kata/istilah, struktur kalimat maupun kata dan
penulisannya.
b. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan sesuai dengan logika.
c. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti .
d. Tepat
Ide yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis haruslah tepat dan tidak
mengandung makna ganda.
e. Denotatif
Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya.
f. Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan
kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan.
Contoh:
• Kalimat tidak baku:
1. Kami punya nenek sedang sakit.
2. Setiap hari Senen kami mengikuti upacara.
3. Maaf, saya terlambat karena jalanan macet.
4. Ini hari saya akan pergi.
Kalimat baku:
1. Nenek kami sedang sakit.
2. Setiap hari Senin kami mengikuti upacara.
3. Maaf, saya terlambat karena lalu lintas
macet.
4. Hari ini saya akan pergi.
Ciri Umum dan Kaidah Bahasa Indonesia
• Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum
dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang
membedakannya dengan bahasa-bahasa
lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun
bahasa daerah
• Contoh :
• Makan (Indonesia)
• Eat (Asing)
• Ngajeng (Daerah)
• Perbedaannya : Lafal, Jenis Kata, Makna, dll
• Dengan ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah
pokok ini dapat dibedakan mana bahasa
Indonesia, bahasa asing ataupun bahasa daerah
A. Ciri-ciri umum Bahasa indonesia
1.Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan
bentuk kata untuk menyatakan jenis kelamin.
Untuk menyatakan jenis kelamin, cukup diberikan
kata keterangan penunjuk jenis kelamin, misalnya:
• - Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria
dan perempuan atau wanita
• - Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina
Contoh :
a. Pengawas hari ini wanita muda dan cantik (jenis
kelamin perempuan)
b. Singa jantan itu tertidur pulas setelah menikmati
makan siangnya berjenis kelamin laki-laki)
Ciri-ciri umum bahasa indonesia
• Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa
Arab, dan bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis
kelamin digunakan dengan cara perubahan bentuk
• Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia adalah beberapa kata yang berasal
dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta; sedangkan
perubahan bentuk dalam bahasa Inggris tidak pernah
diserap ke dalam bahasa Indonesia.
• Penyerapan dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta pun
dilakukan secara leksikal, bukan sistem perubahannya.
Contoh : • Sistem perubahan bentuk
• Dalam bahasa Arab, selain dari kedua bahasa tersebut
kata muslim, diserap juga kata tidak diserap ke dalam
muslimin dan muslimat; selain bahasa Indonesia, maka
mukmin, diserap juga kata tidaklah mungkin kita
mukminin dan mukminat; menyatakan kuda betina
(Seorang yang beriman laki- dengan bentuk kudi atau
laki dalam istilah bahasa arab kudarat; domba betina
disebut Mukmin, sedangkan dengan bentuk kata dombi
perempuan disebut dengan atau dombarat.
Mukminat)
• Untuk menyatakan jenis
kelamin tersebut dalam
• Dalam bahasa Sanskerta, bahasa Indonesia, cukup
selain dewa, diserap juga dewi;
dengan penambahan jantan
selain siswa diserap juga siswi
atau betina, yaitu kuda
jantan, kuda betina, domba
jantan, domba betina.
2.Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu
untuk menunjukkan jumlah. Artinya, bahasa
Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk
kata untuk menyatakan jamak
Untuk menyatakan jamak
• Mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua,
sebagian, beberapa, dan kata bilangan dua, tiga,
empat, dan seterusnya; misalnya: segala urusan,
seluruh tenaga, para siswa, semua persoalan,
sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman,
tiga pohon, empat mobil
• Bentuk boy dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi boys ketika
menyatakan jamak (lebih dari satu). Jika dalam bahasa Indonesia bentuk
buku tidak akan berubah jadi bukus (jamak dari kata buku), mahasiswas
(jamak dari mahasiswa), dan penas (jamak dari pena)
3.Bahasa Indonesia tidak mengenal
perubahan bentuk kata untuk menyatakan
waktu.
• Dalam bahasa Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat
(untuk menyatakan sekarang), eating (untuk menyatakan
sedang), dan eaten (untuk menyatakan waktu lampau).
Bentukan kata seperti ini tidak ditemukan dalam bahasa
Indonesia.
• Bentuk kata makan tidak pernah mengalami perubahan
bentuk yang terkait dengan waktu, misalnya menjadi
makaning (untuk menyatakan waktu sedang) atau makaned
(untuk menyatakan waktu lampau).
• Untuk menyatakan waktu, cukup ditambah kata-kata aspek
akan, sedang, telah, sudah atau kata keterangan waktu
kemarin, seminggu yang lalu, hari ini, tahun ini, besok,
besok lusa, bulan depan, dan sebagainya
4.Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia
biasanya mempergunakan hukum D-M (hukum
Diterangkan - Menerangkan), yaitu kata yang
diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M)
• Misalnya : Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil
mewah, baju renang, kamar rias merupakan contoh hukum
D-M ini. Oleh karena itu, setiap kelompok kata yang diserap
dari bahasa asing harus disesuaikan dengan kaidah ini.
• Contoh kasus : Dengan demikian, bentuk-bentuk Garuda
Hotel, Bali Plaza, International Tailor, yang tidak sesuai
dengan hukum D-M harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda,
Plaza Bali, Penjahit Internasional.
5.Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal
yang tidak dipengaruhi oleh lafal asing dan lafal daerah