Anda di halaman 1dari 11

Farmakologi dasar

"Obat yang bekerja pada sistem


parasimpatik"
(Ipratropium)
Defenisi
 Ipratropium merupakan antagonis
muskarinik (antikolinergik) yang
digunakan sebagai terapi lini pertama
untuk mencegah dan mengontrol gejala
dari sesak napas atau mengi (wheezing)
yang disebabkan oleh penyakit paru
obstruktif kronik(PPOK), bronkhitis dan
emfisema paru.
 Obat ini merupakan bentuk
garam bromida dari ipratropium,
dimana bentuk sintetisnya
berasal dari turunan alkaloid
atropin, dengan tambahan
antikolinergik.
 Ipratropium bromida termasuk
golongan obat antikolinergika
inhalasi, yang efek terapi
ipratropium bromide berupa efek
antikolinergik (parasimpatolitik)
yang menghambat refleks vagal
melalui mekanisme antagonis
asetilkolin (neurotransmiter yang
dilepaskan pada neuromuscular
junction di paru).
Penyakit Asma

 Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas


menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak
nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini
hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.
Mekanisme kerja Obat
 Ipratropium bromida adalah antagonis kolinergika
asetilkolin pada reseptor kolinergik, yang memblok
asetilkolin di saraf parasimpatetik otot bronkus,
menyebabkan stimulasi guanyl cyclase dan menekan
peningkatan cGMP (mediator bronkokontriksi)
sehingga menimbulkan bronkodilatasi.
 Pemberian rangsangan pada serat eferen saraf vagus menyebabkan
keluarnya ACh dari ujung-ujung saraf postganglionik. ACh akan
mengaktifkan reseptor muskarinik kolinergik pada otot polos saluran
napas, menyebabkan aktivasi guanil siklase yang akan meningkatkan
konsentrasi siklik GMP (cGMP) dalam sel.
 ipratropium memblokir semua subtipe reseptor muskarinik,
subtipe reseptor kolinergik yang bertanggung jawab untuk
kontraksi otot polos bronkus adalah reseptor muskarinik M3
penghambatan pelepasan ACH.
 Iprotropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik
(parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal
dengana cara mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi
yang dihasilkan bersifat lokal, pada tempat tertentu dan tidak
bersifat sistemik.
 Ipratropium bromida (semprot hidung) mempunyai sifat
antisekresi dan penggunaan lokal dapat menghambat sekresi
kelenjar serosa dan seromukus mukosa hidung.
Dosis :
Inhaler : Dewasa 40 mcg 3-4 kali/hari; anak 20
mcg 3-4 kali/hari.
Inhalation solution : 250 - 500 mcg, 3-4 kali
sehari; Anak s/d 6 th : 125-250 mcg, dapat
diulang tiap 4-6 jam, dosis maksimum sehari 1
mg; 6-12 th : 250 mcg, dapat diulang sampai
dosis maksimum sehari 1 mg.

Indikasi :
Digunakan dalam bentuk tunggal atau
kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama
beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam
pengobatan bronkospasmus yang
berhubungan dengan penyakit paru-paru
obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik
dan emfisema.
Kontraindikasi :
dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat
hipersensitif terhadap ipratropium bromide,
penggunaan bersamaan dengan obat golongan
atropin dan turunannya, obstruksi
hipertrofikardiomiopati, dan takiaritmia.

Efek samping :
kering di bagian mulut, gatal di tenggorokan,
hingga rasa tidak enak di mulut, Pada penggunaan
dosis tinggi, ipratropium bromide dapat
menyebabkan efek samping berupa nekrosis
jantung.

Farmakokinetik :
Absorpsion: Onset: 15 menit. Durasi: 3-4 jam
Distribusi: Ikatan protein: 0,9%
Metabolisme: di hati
Eliminasi : melalui ginjal dan Diekskresikan dalam
feces sebagai unchanged drug dengan Waktu
paruh: 1,6 jam, Clearance  : 2,3 L/menit.
Interaksi Obat :
Interaksi dengan obat lain : Ipratropium telah digunakan bersamaan
dengan obat-obat lain seperti bronkodilator beta adrenergik, bronkodilator
simpatomimetik, metilxantin, steroid dan obat untuk penyakit paru-
obsrtuksi kronis tanpa efek samping, Penggunaan bersama dengan beta
blocker seperti bisoprolol dan propranolol dapat meningkatkan risiko
terjadinya gangguan kardiovaskular. Peningkatan risiko ini juga terjadi
pada penggunaan bersama dengan penghambat MAO (monoamine oxidase
inhibitors), dan antidepresan trisiklik seperti amitriptyline.

Perhatian :
•Kehamilan : Kategori FDA: Kategori B[Studi pada binatang percobaan
tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada
studi terkontrol pada wanita hamil
•Bronkospasmus akut : aerosol ipratropium tidak dianjurkan untuk
pengobatan bronkospasmus akut dimana terapi darurat diperlukan.
•Reaksi hipersensitifitas : reaksi hipersensitifitas akan segera terjadi setelah
pemberian ipratropium seperti urtikaria, angiodema, ruam,
bronkospasmus, anafilaksis, dan edema orofaringeal.

Anda mungkin juga menyukai