Anda di halaman 1dari 12

KHITTAH PERJUANGAN

MUHAMMADIYAH
Disusun Oleh
Kelompok 2
Adi Surya Wijaya Ninda Rahma Wijaya
Dona Sandra Teti
Imelda Putri Dani Akbari
Khittah Perjuangan
Muhammadiyah
 Menurut bahasa “Khittah berarti langkah/ garis
 Menurut istilah Khittah berarti pedoman yang berisi arah, kebijakasanaan dan
langkah-langkah yang harus ditempuh, sehingga usaha yang dilakukan itu benar-
benar dapat mewujudkan cita-cita yang diidamkan.
 Diartikan garis yang berisi tentang pemikiran untuk melaksanakan keyakinan dan
cita-citanya.

Khittah adalah kebijakan dasar yang memberikan arah perjuangan yang


harus ditempuh Persyarikatan Muhammadiyah, sehingga apa yang
menjadi tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Macam-macam khittah perjuangan
Muhammadiyah
Khittah Palembang
(1956)

Khittah Denpasar Khittah Ponorogo


(2002) (1969)

Khittah Surabaya Khittah Ujung


(1978) Pandang (1971) 
1. Khittah Palembang (1956)
 Muktamar Muhammadiyah ke 33 di Palembang menghasilkan sebuah sikap, kebijakan, dan
langkah strategis yang kemudian dikenal Khittah Palembang.

 Isi dari Khittah tersebut sebagai berikut :


 Menjiwai pribadi para anggota terutama para pimpinan Muhammadiyah
 Melakukan uswatun hasanah
 Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi
 Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal
 Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader
 Mempererat ukhuwah
 Menuntun penghidupan anggota
2. Khittah Ponorogo (1969)
 Khittah Ponorogo lahir pada Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo Jawa Timur.
 Satu tahun sebelumnya (1968) berdirilah Parmusi (Partai Muslimin Indonesia) yang
diketuai oleh H. Djarnawi Hadikusumo dan sekretarisnya Lukman Harun. Lahirnya
PArmusi di harapkan menjadi wadah aspurasi umat islam atau dapat dikatakan sebagai
kelanjutan dari partai Masyumi yang dibubarkan Soekarno (1960) di era Demokrasi
Terpimpin.
 Banyaknya tokoh muhammadiyah yang terlibat dalam partai tersebut secara nyata
mempengaruhi gerakan muhammadiyah
 Intensitas masukanya gerakan politik dalam muhammadiyah semakin tinggi karena
mendekati pemilu tahun 1971. Dampaknya organisasi dan program-program persyarikatan
banyak terbengkalai.
 Ditengah dinamika politik sebagaimana digambarkan di atas lahirlah Khittah Ponorogo
3. Khittah Ujung Pandang 1971 

 Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala bidang
kehidupan manusia dan masyarakat.
 Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau
memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam Persyarikatan Muham­madiyah.
 Untuk lebih memantapkan muhammadiyah sebagai gerakan da’wah islam setelah pemilu
tahun 1971, muhammadiyah melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara konstruktif dan
positif terhadap partai muslimin Indonesia.
 Untuk lebih meningkatkan partisipasi muhammadiyah dalam pelaksanaan pembangunan
nasional.
4. Khittah Surabaya 1978
(penyempurnaan dari khittah ponorogo 1969)

 Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala


bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik
atau organisasi apapun.

 Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak


memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam Persyarikatan Muham­madiyah.
5. Khittah Denpasar (2002)
 Khittah Denpasar lahir pada siding Tanwir MUhammadiyah di Bali tahun 2002 di
era kepemimpinan Prof. Dr. H. A. Syafii Maarif (1990-2005).
 Reformasi tahun 1998 sangat berpengaruh dalam perumusan khittah ini. Itulah
sebabnya isi dari khittah ini dari awal hingga akhir berkaitan dengan persoalan
kebangsaan.
 Khittah Denpasar (2002) secara garis besar berisi peneguhan identitas gerakan dan
sikap dakwah mar ma’ruf nahi munkar dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Ciri-ciri perjuangan Muhammadiyah

1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam

2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar

3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid


Landasan Perjuangan Muhammadiyah

• Landasan ideal Muhammadiyah meliputi Al-Quran dan As-Sunnah, paham agama,


Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup
Landasan Idiil Islami Warga Muhammadiyah, dan pemikiran formal lainnya

• Terdiri atas Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian


Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah,
Landasan Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah.
Normatif

• Merupakan pijakan bagi persyarikatan Muhammadiyah dalam menjalankan


Landasan aktivitas-aktivitas untuk mencapai maksud dan tujuannya
Operasional
Makna dan fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah

 Fungsi khittah Muhammadiyah berdasarkan penyusunan Khittah yang berkembang sejak


1956 hingga 2002 itu terkandung isyarat yang penting, bahwa Muhammadiyah
sebenarnya jauh lebih antisipatif dalam menyikapi dunia politik dan menyadari betapa
banyak kemusykilan soal politik kekuasaan itu, sehingga menggariskan Khitah
Perjuangannya agar tetap istiqomah dalam mengemban fungsi dakwah dan tajdidnya
sebagai gerakkan Islam yang berkiprah dalam lapangan kemasyarakatan dan tidak dalam
lapangan politik praktis. (Kurniawati, 2014).

 Menurut Zuriati (2012) fungsi khittah perjuangan Muhammadiyah adalah sebagai


landasan berpikir bagi semua pimpinan dan anggota juga menjadi landasan setiap amal
usaha Muhammadiyah.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai