Anda di halaman 1dari 58

Benign Prostatic Hyperplasia

(BPH)
Kelompok 1 Emma Susilowati Shabir
Harena Anggun Lakshita
Farmakoterapi Terapan - B Ibrahim Yusuf
Ima Multazimah
Jerry Vanlin
Monica Sari Dewi
Nadiah Khairunnisa
Putri Nadila Amalia
Yofi Alifa
Pendahuluan dan Patofisiologi

YOFI ALIFA - 1606877300


Fisiologi Normal
● Prostat → kelenjar kecil yang terletak di
bagian anterior rektum, di bawah kandung
kemih, dan mengelilingi uretra proksimal
● Berat normal pada pria dewasa sekitar 15 - 20
gram.
● Memiliki dua fungsi utama
- Mengeluarkan cairan yang membentuk
sebagian volume ejakulasi (20 - 40%)
- Menghasilkan sekresi dengan efek
antibakteri karena konsentrasi zinc yang
tinggi.
DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill
Medical.
Hiperplasia Prostat Jinak
(Benign Prostatic Hyperplasia)

● BPH merupakan kondisi pembesaran kelenjar


prostat yang bersifat jinak yang dapat
menyebabkan penderita kesulitan buang air
kecil.
● BPH merupakan penyakit yang berkaitan erat
dengan usia, di mana semakin lanjut umur pria
maka semakin tinggi prevalensi kemungkinan
mengidap penyakit ini.
● Pembesaran terjadi di zona transisional prostat
→ zona periurethral

Nna, Emmanuel. (2008). Molecular Profiling of Prostate Cancer Patients.


10.13140/RG.2.1.2904.4882.
Patogenesis BPH
FAKTOR STATIS FAKTOR DINAMIS
● Pembesaran kelenjar prostat yang ● Alfa-adrenergik yang berlebih dari komponen
menjadi penghalang leher kandung kemih stroma pada kelenjar prostat, leher kandung
sehingga mengganggu aliran keluar urin. empedu dan uretra posterior → kontraksi di
● Pembesaran kelenjar bergantung pada sekitar uretra dan mempersempit lumen uretra
● Berhubungan dengan kontraksi otot polos
stimulasi androgen (jaringan epitel) dan
prostat
stimulasi estrogen (jaringan stromal) pada
● Penggunaan obat-obat tertentu dapat
prostat.
menyebabkan peningkatan alfa- adrenergik
● Tidak mempengaruhi kerja otot polos seperti preparat antihistamin.
prostat

DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill
Medical.
Patofisiologi
Peran Androgen
● Testosterone (T) berdifusi ke dalam sel prostat stromal
dan sel prostat epitel
● T berinteraksi dengan androgen (steroid) receptor
yang berikatan ke bagian gen yang diregulasi oleh
androgen.
● Pada sel stroma, T akan dikonversi menjadi
dihydrotestosterone (DHT) oleh enzim 5 α-reduktase
● Terdapat 2 tipe enzim 5 α-reduktase:
- Tipe I → terlokalisasi di kelenjar sebaceous di
kulit kepala frontal, hati, kulit, dan sejumlah
kecil ada di prostat
- Tipe II → terlokalisasi pada prostat, jaringan
genital, dan folikel rambut di kulit kepala
Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research,
20(S3), S11–S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
Patofisiologi
● T dan DHT mengikat protein reseptor androgen Peran Androgen
berafinitas tinggi yang sama. DHT adalah androgen yang
lebih poten daripada T.
● Reseptor hormon kemudian mengikat lokasi pengikatan
DNA tertentu di dalam nukleus → transkripsi gen
meningkat → menstimulasi sintesis protein
● Pada BPH dapat terjadi peningkatan 5 α-reduktase tipe II
di prostat → DHT meningkat → prostat hiperplasia
● DHT dihasilkan pada bagian kulit dan hepar yang dapat
berdifusi ke dalam prostat dari sirkulasi dan bekerja
dengan persinyalan endokrin
● Pada beberapa kasus, sel basal di prostat memiliki tempat
penghasilan DHT yang serupa dengan sel stroma.

Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research,
20(S3), S11–S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
Patofisiologi

● GF → molekul peptida kecil yang menstimulasi


atau pada beberapa kasus menghambat
pembelahan sel dan diferensiasi sel. Peran Growth Factor
● Interaksi antara GF dan hormon steroid → (GF)
mengubah keseimbangan proliferasi sel x
kematian sel untuk menghasilkan BPH
● bFGF (FGF-2), acidic FGF (FGF-1), Int-2
(FGF-3), keratinocyte GF (FGF-7),
transforming GF (TGFβ), dan epidermal GF
diimplikasikan dalam pertumbuhan prostat
● TGFβ merupakan inhibitor poten dari proliferasi
pada sel epitel dalam berbagai jaringan

Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research,
20(S3), S11–S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
Faktor Risiko dan
Gejala Klinis
IMA MULTAZIMAH -
FAKTOR RESIKO YANG TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI

1.Usia
❏ Pria dengan umur 65 tahun keatas lebih beresiko mengalami BPH
❏ Tingkat pembesaran prostat meningkat 2,0-2,5% per tahun pada pria
yang lebih tua
2. Genetik
❏ 50% pria berumur kurang dari 60 tahun yang menjalani operasi BPH
memiliki penyakit turunan
3. Ras
❏ Volume prostat pria di daerah Asia tenggara lebih kecil dibandingkan
dengan pria di daerah barat
Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian journal of urology : IJU : journal of the
Urological Society of India, 30(2), 170–176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
FAKTOR RESIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI
1. Aktivitas Seksual
❏ Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah
sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat terlalu tinggi, akan terjadi
hambatan prostat yang mengakibatkan kelenjar tersebut bengkak permanen
❏ Seks yang tidak bersih akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH.
2. Diabetes Mellitus
Pria yang mempunyai kadar glukosa dalam darah >110 mg/dL mempunyai resiko tiga
kali terjadinya BPH, sedangkan untuk pria dengan penyakit Diabetes Melitus
mempunyai resiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan dengan laki-laki dengan
kondisi normal.
3. Kadar Hormon Testoteron
❏ Semakin tinggi kadar hormon testosteron resiko BPH akan semakin besar
❏ Testosteron akan diubah menjadi DHT oleh enzim 5α-reductase yang memegang
peran penting dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat
Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian journal of urology : IJU : journal of the Urological Society of India, 30(2), 170–
176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
FAKTOR RESIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI
4. Gaya hidup

❏ Merokok: Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok


meningkatkan aktivitas enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan
penurunan kadar testosteron
❏ Olahraga: Peningkatan aktivitas fisik dan latihan secara konsisten mengurangi
risiko BPH sebanyak 25% relatif terhadap gaya hidup
❏ Minuman alcohol: Konsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan zink dan
vitamin B6 yang penting untuk prostat yang sehat. Prostat menggunakan zink
10 kali lipat dibandingkan dengan organ yang lain. Zink membantu mengurangi
kandungan prolaktin di dalam darah.

Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian
journal of urology : IJU : journal of the Urological Society of India, 30(2), 170–176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
FAKTOR RESIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI
5. Obesitas
❏ Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap
pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan
menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat

6. Pola Diet
❏ Kekurangan mineral seperti zinc, tembaga dan selenium berpengaruh pada fungsi
reproduksi pria.
❏ Defisiensi zinc berat dapat menyebabkan pengecilan testis yang selanjutnya berakibat
penurunan kadar testosteron
❏ Makanan tinggi lemak dan rendah serat juga membuat penurunan kadar testosteron

Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian journal of urology : IJU : journal of the Urological Society of
India, 30(2), 170–176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
GEJALA KLINIS
1. Gejala Obstruktif
❏ Penurunan laju alir urin
❏ Urin menetes (dribbling)
❏ Pengosongan kandung kemih yang tak selesai
❏ keragu-raguan dan ketegangan kencing dan aliran urin yang lemah
❏ Kandung kemih selalu terasa penuh
❏ Nyeri suprapubik akibat tekanan berlebihan pada kandung kemih.
❏ Dalam kasus yang parah, pasien mungkin mengalami retensi urin saat pengosongan kandung kemih

2. Gejala Iritatif
❏ Hipersensitifitas dan inefektivitas dalam penyimpanan urin
❏ Sejumlah kecil urin mengiritasi kandung kemih (Rasa sakit ketika buang air kecil/dysuria) dan memicu
respons pengosongan kandung kemih
❏ Peningkatan frekuensi dan urgensi urinasi
❏ Mengompol
❏ Nokturia (Peningkatan frekuensi berkemih dimalam hari)
❏ Kadang juga terjadi kencing berdarah (hematuria)

Joseph T. Dipiro, Gary C. Yee, L. Michael Posey, Stuart T. Haines, Thomas D. Nolin, V. E. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Eleventh Edition. Mc Graw Hill
GEJALA BPH YANG DISEBABKAN OLEH OBAT
1. Testosterone Replacement Regimens
❏ Potensi BPH pada pasien lanjut usia yang mengalami pembesaran prostat
2. Agonis α-Adrenergic (Pseudoefedrin, Efedrin, Fenilefrin)
❏ Dapat meningkatkan kontrasi otot sehingga menurunkan lumen uretra dan menyebabkan
pengosongan kandung kemih
3. Agonis β-Adrenergic (Terbutaline)
❏ Menyebabkan relaksasi otot kandung kemih dan mencegah pengosongan kandung kemih
4. Antikolinergik (Antihistamin, Fenotiazin, Antidepresan Trisiklik, Antispasmodic/Antiparkinson)
❏ Dapat menurunkan kontraktilitas otot kandung kemih
❏ Pada pasien BPH dengan penyempitan lumen uretra, dapat menyebabkan acute urinary retention
5. Diuretik
❏ Dosis tinggi menyebabkan poliuria

Dipiro, J.T. Barbara G.W., Terry L.S., dan Cecily V.D. 2020. Pharmacotherapy Handbook 11 th ed. Inggris: McGraw-Hill.
❏ Gabungan gejala berdampak negatif pada pasien disebut lower urinary
tract symptoms (LUTS). Gejala ini tidak berkaitan dengan patofisiologi
BPH, tetapi banyak disebabkan oleh infeksi kandung kemih dan saluran
kemih
❏ Gejala lainnya yaitu silent protatism, dimana pasen memiliki LUTS yang
telah beradaptasi sehingga tidak menunjukan gejala, tetapi akhirnya terjadi
komplikasi
❏ Gejala BPH dapat bervariasi tergantung waktunya. Gejala BPH bisa
meningkat, stabil atau memburuk secara tiba-tiba
❏ BPH bukanlah penyakit progresif, sebanyak 85% pasien mengalami gejala
yang stabil selama 4 tahun setelah diagnosis awal. Satu sampai dua per tiga
diantaranya dapat mengalami peningkatan setelah 2,5-5 tahun

th
Dipiro, J.T. Barbara G.W., Terry L.S., dan Cecily V.D. 2020. Pharmacotherapy Handbook 11 ed. Inggris: McGraw-Hill.
Terapi Farmakologi

Putri Nadila Amalia - 1606874910


Terapi Farmakologi
Mengganggu efek stimulasi
Merelaksasi otot detrusor
Merelaksasikan otot polos prostat testeron pada pembesaran
kantung kemih (meningkatkan
(mengurangi faktor dinamis) kelenjar prostat (mengurangi
kapasitas penyimpanan)
faktor statis)

● Antagonis α1- Inhibitor 5α- ● Antikolinergik


Adrenergik (α reduktase ● Agonis β3-
blocker) Adrenergik
● Inhibitor
Fosfodiestera
se

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
●Alfusozin (Uroxatral), Prazosin (Minipress), Terazosin
(Hytrin) dan Doksazosin (Cardura)
Mekanisme Aksi
• Menurunkan resistensi perifer pembuluh darah 🡪
menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan relaksasi
otot polos arteri dan vena
• Memblok reseptor α1A (prostat dan kandung kemih) dan α1B
(prostat dan vascular) 🡪 TIDAK SELEKTIF 🡪 menyebabkan
relaksasi otot polos pada leher kandung kemih dan
prostat 🡪 meningkatkan aliran urin
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
● Alfusozin (Uroxatral)
○ Indikasi
🡪 Terapi gejala hipertrofi prostat jinak. Terapi tambahan Tindakan pemasangan kateter
pada retensi urin akut akibat hipertrofi prostat jinak
○ Dosis Awal 🡪 10 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 10 mg/hari
○ Kondisi Khusus 🡪 merupakan formulasi ER dan tidak boleh dikunyah/digerus. Diminum
setelah makan dan diperhatikan pada pasien dengan creatinine clearance < 30 ml/min
(0,5 ml/s)
● Prazosin (Minipress)
○ Indikasi
🡪 Hipertensi, sindrom Raynaud, gagal jantung kongestif, hyperplasia prostat jinak
○ Dosis Awal 🡪 0,5 mg 2x sehari
○ Usual Dose 🡪 1 – 5 mg 2x sehari
Kondisi
DiPiro, J. T., Yee, G. C.,○Posey, Khusus
L. M., Haines, 🡪 T.u/
S. T., Nolin, D., meningkatkan dosis 🡪 2xA dosis/
& Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: 2 minggu
Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
● Terazosin (Hytrin)
○ Indikasi
🡪 Hipertensi ringan sampai sedang, hyperplasia prostat jinak
○ Dosis Awal 🡪 1 mg/hari sebelum tidur
○ Usual Dose 🡪 10-20 mg / hari
○ Kondisi Khusus 🡪 u/ meningkatkan dosis, tingkatkan secara bertahap dari 2 mg, 5 mg selanjutnya
10 mg setiap hari. Perlu perhatian khusus pada pasien yang minum obat u/ menurunkan tekanan
darah (hipertensi)
● Doksazosin (Cardura & Cardura XL)
○ Indikasi
🡪 Hiperplasia prostat jinak pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi maupun tekanan darah
normal
○ Dosis Awal 🡪 1 mg/hari (Cardura) & 4 mg/hari (Cardura XL)
○ Usual Dose 🡪 8 mg/hari (Cardura) & 4-8 mg/hari (Cardura XL)
○ Kondisi Khusus 🡪 u/ formulasi IR, dosis 16 mg/hari (hipertensi). u/ formulasi XL, ditingkatkan dari
4-8 mg / hari setelah 3-4 minggu.
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
●Tamsulosin (Flomax), Silodosin (Rapaflo)

Mekanisme Aksi
• Memblok reseptor α1A (prostat dan kandung
kemih) dan α1B (prostat dan vascular) 🡪 TIDAK
SELEKTIF 🡪 menyebabkan relaksasi otot polos
pada prostat 🡪 meningkatkan aliran urin

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
● Tamsulosin (Flomax)
○ Indikasi
🡪 Pengobatan tanda dan gejala BPH
○ Dosis Awal 🡪 0,4 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 0,4-0,8 mg /hari
○ Kondisi Khusus 🡪 merupakan formulasi ER, tidak boleh dikunyah/digerus. Diminum setelah makan. Tidak
perlu penyesuaian dosis pada pasien disfungsi ginjal/hati.
● Silodosin (Rapaflo)
○ Indikasi
🡪 Pengobatan tanda dan gejala BPH. TIDAK diindikasikan untuk pengobatan hipertensi
○ Dosis Awal 🡪 8 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 8 mg/hari
○ Kondisi Khusus 🡪 Kontraindikasi dengan pasien yg memiliki creatinine clearance <30 mL/min (0,5 mL/s).
Jika creatinine clearance 30-50 mL/min (0,5-0,83 mL/s), gunakan 4 mg/hari, lebih baik diminum setelah
makan. Tidak diberikan pada pasien yg sedang mengkonsumsi obat inhibitor CYP 3A4 poten / pada
pasien dengan gangguan hati yang parah

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Inhibitor 5α-reductase
● Finasteride (Proscar), Dutasteride (Avodart)

Mekanisme Aksi
• Menginhibisi enzim 5α-reductase yg bertanggung jawab u/ mengkonversi
testosterone menjadi dihidrotestosteron (DHT). DHT adalah androgen yg
merangsang pertumbuhan prostat. Dengan mengurangi DHT, prostat menyusut dan
aliran urin meningkat
Kondisi Khusus
• Tidak ada penyesuaian dosis pada pasien renal impairment. Perlu perhatian
pada pasien
● Dutasteride dengan hepatic impairment
+ Tamulosin

Mekanisme Aksi
• Menginhibisi enzim 5α-reductase dan blok reseptor α1A (prostat)
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Inhibitor 5α-reductase
● Finasteride (Proscar)
○ Indikasi 🡪 Hiperplasia prostat ringan
○ Dosis Awal 🡪 5mg/hari
○ Usual Dose 🡪 5 mg/hari
● Dutasteride (Avodart)
○ Indikasi
🡪 Pengobatan & pencegahan perkembangan BPH dengan mengurangi gejala yg muncul,
mengurangi ukuran prostat (volume), meningkatkan kecepatan aliran urin, mengurangi risiko
retensi urin akut & mengurangi pembedahan akibat BPH
○ Dosis Awal 🡪 0,5 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 0,5 mg/hari

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Inhibitor 5α-reductase
●Dutasteride + Tamulosin
○Indikasi
�Menginhibisi enzim 5α-reductase dan blok reseptor α1A (prostat)
○Dosis Awal 🡪 1 tablet (0,5 mg dutasteride + 0,4 mg tamulosin)/hari
○Usual Dose 🡪 1 tablet / hari
○Kondisi Khusus
🡪 Tidak perlu penyesuaian dosis u/ pasien gangguan ginjal &
gangguan hati sedang

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Mekanisme Aksi Inhibitor 5α-reductase

• Penghambatan enzim 5α-reductase 🡪 Menghambat konversi testosterone menjadi DHT


di prostat
• Menghambat konversi testosterone menjadi DHT u/ berikatan & merangsang sel prostat
yg akan mengurangi penggandaan sel prostat dan pembesaran prostat
• Finasteride: inhibisi 5α-reduktase tipe II 🡪 supresi produksi DHT intraprostat, turunnya
kadar serum DHT
• Dutasteride: inhibisi 5α-reduktase tipe I dan II 🡪 supresi produksi DHT intraprostat,
turunnya kadar serum DHT dengan lebih cepat

http://www.ijpcbs.com/files/15-07-17/12.pdf
Inhibitor Fosfodiesterase
● Mekanisme Aksi

Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
Inhibitor Fosfodiesterase
● Tadafil (Clalis)
○ Mekanisme aksi
� Menghambat SELEKTIF fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) dan meningkatkan cyclic guanosine
monophosphate (cGMP) 🡪 relaksasi otot polos prostat & kandung kemih
○ Indikasi 🡪 Pengobatan tanda dan gejala BPH & Disfungsi ereksi.
○ Dosis Awal 🡪 5 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 5 mg/hari
○ Kondisi Khusus
🡪 Jika creatinine clearance 30-50 mL/min (0,5 – 0,83 mL/detik), gunakan dosis 2,5 mg/hari. Jangan
digunakan jika creatinine clearance <30 mL/min (0,5 mL/detik). Penggunaan perlu diperhatikan
pada pasien dengan kerusakan hati dari ringan-sedang. Hindari pasien dengan kerusakan hati yg
parah

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antikolinergik
Mekanisme Aksi
• Blokade reseptor M3 pada otot detrusor 🡪 pengurangan kontraksi detrusor 🡪
berkurangnya gejala iritatif

Sebagai terapi tambahan pada pasien dengan dominasi gejala iritatif

Harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan nilai PVR >250-300 mL
• u/ menghindari risiko terjadinya retensi urin akut

Contoh Obat
• Darifenacin (Enablex), solifenacin (VESIcare), oxybutynin (Ditropan, Ditropan XL, Oxytrol TDS,
Gelnique 10% gel), tolterodine (Detrol, Detrol LA)
• Pasien lanjut usia dengan risiko efek samping sedasi kebingungan : trospium atau fesoterodine

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Agonis β3-Adrenergik
Mekanisme Aksi

• Stimulasi reseptor β3-Adrenergik 🡪 peningkatan produksi cAMP 🡪 relaksasi otot


detrusor 🡪 pengurangan gejala iritatif, peningkatan kapasitas kandung kemih,
memperlama interval urinasi

Mirabegron (Myrbetriq) sering dijadikan terapi tambahan dan alternatif pada


pasien yg tidak dapat mentoleransi efek samping dari antikoline rgik

Mirabegron tidak mengurangi laju aliran urin, tidak meningkatkan volume VPR dan
tidak menyebabkan retensi urin akut

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Perbandingan
Antar Golongan
Obat

DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D.,
& Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach (11th ed.). McGraw Hill
Terapi Non Farmakologi

Ibrahim Yusuf - 1606924101


Terapi Invasif dan pembedahan

terapi invasif atau bedah mungkin direkomendasikan jika:


● Gejala sedang hingga parah
● Obat tidak meredakan gejala
● mengalami obstruksi saluran kemih, batu kandung kemih, darah dalam urin atau masalah ginjal

terapi invasif atau bedah mungkin bukan pilihan jika Anda memiliki:
● Infeksi saluran kemih yang tidak diobati
● Penyakit striktur uretra
● Riwayat terapi radiasi prostat atau operasi saluran kemih

Jika gejala dapat ditoleransi, terapi dapat ditunda dan dapat dilakukan pemantauan gejala. Bagi beberapa pria,
gejala dapat mereda tanpa pengobatan.
Terapi Invasif

Transurethral needle ablation


TUNA adalah alternatif pengobatan yang tepat dan efektif untuk gelaja LUTS
(lower urinary tract symptom) sedang atau berat yang mengganggu akibat
BPH. TUNA menggunakan panas untuk mengeraskan bagian jaringan prostat.
Proses ini disebut koagulasi. Bagian prostat yang dirawat diserap oleh tubuh
atau dikeluarkan bersama urin setelah prosedur. Tujuan dari TUNA adalah
untuk mengurangi volume prostat dan untuk mengurangi gejala LUTS.

Transurethral Microwave thermotheraphy


TUMT efektif dalam meredakan gejala LUTS akibat BPH dan dapat
dipertimbangkan pada pria dengan gejala sedang atau berat. TUMT
menggunakan energi gelombang mikro untuk mengeraskan bagian
jaringan prostat.
Prosedur Bedah

Open Prostatectomy

alternatif pengobatan yang tepat dan efektif untuk pria dengan LUTS
sedang hingga berat dan / atau yang sangat mengganggu.Pilihan
pendekatan harus didasarkan pada presentasi individu pasien
termasuk anatomi, pengalaman ahli bedah, dan diskusi tentang
manfaat potensial dan risiko komplikasi. Operasi open prostatectomy
dilakukan dengan sayatan besar dibuat di bagian bawah perut.

Karena TURP atau perawatan Laser prostat memiliki hasil yang


serupa atau lebih baik, Open Prostatectomy untuk mengobati BPH
sekarang hanya dilakukan dalam situasi tertentu.
Cont’d

Terapi Laser
terapi laser adalah alternatif TURP dan Open prostatectomy dan efektif pada pria dengan LUTS
sedang hingga berat.

● Laser Vaporization of the prostate

Laser Vaporization of the prostate adalah perawatan bedah untuk BPH. Perawatan ini
menggunakan laser untuk mengangkat bagian prostat yang membesar. Ini akan meredakan gejala
dan meningkatkan aliran urin.

● Holmium laser enucleation of the prostate

HoLEP adalah prosedur invasif untuk merawat BPH. cara yang sangat efektif untuk mengatasi
gejala dengan cepat dan efisien, dan prosedur ini sangat mengurangi waktu pemulihan dan
komplikasi pasca operasi. Prosedur ini menggunakan laser untuk mengangkat jaringan prostat
yang membesar yang menghalangi aliran urin, yang berarti tidak perlu membuat sayatan. Ini
mencegah komplikasi metabolik yang terkait dengan prosedur TURP dan jauh lebih tidak
invasif.
Cont’d

Transurethral resection of the prostate


TURP adalah alternatif pengobatan yang tepat dan efektif pada pria dengan LUTS sedang hingga berat.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan bagian prostat yang menyebabkan LUTS. Tindakan ini dilakukan
melalui uretra tanpa membuat sayatan di perut bagian bawah.
Pemulihan
Biasanya, pasien dapat meninggalkan rumah sakit 2 atau 3 hari setelah operasi. Lama tinggal di rumah sakit dapat bervariasi di berbagai negara. Mungkin
ada darah di urin selama beberapa hari. mungkin juga merasa sakit saat buang air kecil, yang dapat berlangsung hingga beberapa minggu.
Selama 4-6 minggu setelah operasi:
●Minum 1-2 liter setiap hari, terutama air putih
●Jangan mengangkat barang yang lebih berat dari 5 kilogram
●Jangan melakukan olahraga berat dan hindari bersepeda
●Jangan mandi air panas atau pergi ke sauna
●Cegah sembelit dengan menyesuaikan pola makan Anda
●Diskusikan obat yang diresepkan dengan dokter Anda
●Hindari berhubungan seks selama 2-3 minggu. Setelah TURP, Anda mungkin menderita ejakulasi retrograd. Ini adalah kondisi kronis di mana air mani
tidak bisa lagi keluar melalui uretra saat orgasme. Sebaliknya, itu masuk ke kandung kemih dan kemudian meninggalkan tubuh saat buang air kecil.
Anda perlu pergi ke dokter atau segera kembali ke rumah sakit jika Anda:
●Demam
●Tidak bisa buang air kecil sendiri
●Sakit atau kehilangan banyak darah
Pengobatan Herbal

Studi tentang terapi herbal sebagai pengobatan untuk BPH memiliki hasil yang beragam. Satu
studi menemukan bahwa ekstrak saw palmetto sama efektifnya dengan finasteride dalam
meredakan gejala BPH, meskipun volume prostat tidak berkurang. Tetapi uji coba terkontrol
plasebo berikutnya tidak menemukan bukti bahwa saw palmetto lebih baik daripada plasebo.

Perawatan herbal lainnya termasuk ekstrak beta-sitosterol, pygeum dan rye grass telah
disarankan untuk membantu mengurangi gejala prostat yang membesar. Tetapi keamanan dan
kemanjuran jangka panjang dari perawatan ini belum terbukti.

Jika menggunakan pengobatan herbal apa pun, beri tahu dokter. Produk herbal tertentu dapat
meningkatkan risiko pendarahan atau mengganggu obat lain yang Anda minum
Efek Samping Obat yang
Harus Dimonitor
MONICA SARI DEWI - 1406557730
HARENA ANGGUN - 2006623441
MONITORING
Hasil utama terapi BPH adalah
memulihkan aliran urin yang
adekuat tanpa menimbulkan
efek samping.
Hasil tergantung pada persepsi
pasien tentang efektivitas dan
penerimaan terapi. Skor Gejala
Asosiasi Urologi Amerika
adalah standar instrument yang
dapat digunakan untuk menilai
kualitas hidup pasien.

DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. New York:
McGraw-Hill Medical.
DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. New York:
McGraw-Hill Medical.
Studi Kasus

Jerry Vanlin - 1606923944


Nadiah Khairunnisa - 2006623675
Emma Susilowati Shabir - 2006623353
Detail Kasus

Nama: Conrad McLaren, 62 tahun Tanda Vital:

- BP 140/95
Keluhan: perburukan pada urination hesitancy, - P 72
dribbling, nocturia. Tidak bisa tidur di malam hari, - RR 18
bangun 4-5x untuk berkemih, dan di toilet - T 37℃
mengalami dribble. Kadang tidak bisa sampai ke - BB 115,2 kg

toilet tepat pada waktunya Obat yang digunakan:

Riwayat Penyakit: hipertensi, laminectomy 10 - Glyburide/metformin 5/500 mg PO BID


- Amitriptyline 50 mg PO bedtime
tahun lalu, BPH with urge incontinence, ISK
- Lisinopril/hydrochlorothiazide 10/12,5 mg PO sehari
kronis, DM Tipe 2, Disfungsi ereksi, Obesitas, sekali
sakit kepala, osteoarthritis - Ibuprofen 800 mg PO BID
- Tadalafil 10 mg PO PRN
- Claritin-D 24-Hour 1 tablet sehari PO
Drug-Related Problem

Glyburide: menyebabkan hipoglikemia, kadang-kadang rash, alergi, penambahan berat badan

Metformin: mual, diare

Amitriptyline: sedasi, letih, kebingungan, takikardia, agitasi, keringatan, insomnia, hipotensi


ortostatik, abnormalitas EKG, kardiomiopati, paresthesia, tremor, penambahan berat badan

Lisinopril: batuk, hiperkalemia

Hydrochlorothiazide: hipokalemia, hiperglisemia, hiperurisemia, hiperlipidemia

Ibuprofen: toksisitas GI, nefrotoksik, hipersensitivitas

Tadalafil: berinteraksi dengan nitrat, priapism


AUA (American Urological Association) BPH Score

1. Terdapat 7 poin penilaian, masing-


masing poin memiliki 5 nilai
2. Nilai 0-7 menandakan gejala BPH
ringan, 7-15 menandakan gejala BPH
sedang, >15 menandakan gejala BPH
parah
3. 7 poin penilaian: pengosongan,
frekuensi, intermiten, urgensi, aliran,
dorongan, nokturia
Obstructive & Irritative Syndrome

Voiding atau Obstructive Syndrome pada LUTS berupa hesitancy, aliran lemah,
pendorongan, waktu berkemih yang lama, perasaan tidak mampu mengosongkan kandung
kemih, dribbling

Storage atau Irritative Syndrome pada LUTS termasuk frekuensi, urgensi, dan nokturia
4. Hal apa yang harus dipertimbangkan sebelum merekomendasikan terapi untuk pasien ini?

1. Riwayat Penyakit dan Pengobatan Pasien


● Hipertensi 140/95 ( dengan tujuan terapi tekanan dara <140/90)
○ Lisinopril/hydrochlorothiazide, untuk mengontrol tekanan darah pasien
● Diabetes Mellitus type 2 HBA1C 7.5% (dengan tujuan terapi HBA1C terkontrol <7%)
○ Glyburide/metformin, untuk mengontrol gula darah pasien
● BPH with erectile dysfungsion
○ Tadalafil, untuk terapi disfungsi ereksi pasien
● Osteoartritis
○ Ibuprofen, dapat meningkatkan resiko UGI bleeding
● Indikasi dan pengobatan lain
○ Amitriptyline at bedtime, dapat memeperparah gejala BPH dengan menurunkan kontraktilitas
kandung kemih
○ Claritin-D 24-Hour 1 tablet po daily :
■ a. Loratadine, untuk pengobatan alergi terhadap kucing
■ b. Pseudoefedrine, termasuk golongan alpha adrenergik agonis memberikan pengaruh buruk
terhadap gejala BPH

4. Hal apa yang harus dipertimbangkan sebelum merekomendasikan terapi untuk pasien ini?

2. American Urological Association (AUA) Symptom Score dan hasil pemeriksaan pasien
● Hasil Pemeriksaan Pasien
○ PSA 4.5 ng/ml (Normal 1.4 ng/ml)
○ PVR 200 ml (Normal 0)
○ Ukuran prostat 50 g (Normal 20 g)
○ Hematokrit 37,9% (normal 41-51%)
○ Hemoglobin 12,6 g/dL (normal 14-17 g/dL)
○ Crystal Calcium oxalate (+)
○ Guaiac stool (+)
● Hasil Symptomp Score yang mengindikasikan gejala BPH moderate /severe dengan AUA symtomp score >8.
Pasien juga mengalami pembesaran prostat menjadi 50g dan kenaikan PSA level menjadi 4.5 ng/ml.
● Pasien mengalami anemia normositik yang mungkin disebabkan oleh Upper Gastrointestinal Bleeding
5. Tujuan terapi.

● Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pemakaian obat


● Mencegah adanya efek yang tidak diinginkan dari
pengobatan
● Memperbaiki kualitas hidup pasien dengan mengendalikan
gejala yang muncul pada pasien, gejala yang berhubungan
dengan urinasi.
● Mencegah komplikasi BPH yang serius.
● Menunda kebutuhan untuk dilakukannya bedah, misalnya
prostatektomi
6. Alternatif pengobatan pada pasien
● Berdasarkan hasil pemeriksaan AUA symtomp score, pasien
mengalami gejala BPH yang modetare to severe dengan AUA
symtomp score >8.
● Informasi tentang manfaat dan bahaya alternatif pengobatan
harus dijelaskan kepada pasien dengan gejala sedang sampai
berat (skor AUA-SI ≥8)
○ Pilihan terapi dengan obat merupakan pilihan pertama
untuk pasien dengan gejala moderate to severe. Untuk
meredakan gejala, menunda perkembangan penyakit, dan
mengurangi kebutuhan akan pembedahan
○ Jika pasien memilih operasi (biasanya dengan gejala
mengganggu, pasien lebih tua, dan lemah), TURP
(Transurethral Resection of the Prostate) merupakan
prosedur yang memperbaiki gejala BPH pada 90% pasien.
Menurut AUA memiliki grade evidence base B dan
moderate recommendation.
7. Rekomendasikan obat, dosis, bentuk sediaan, jadwal, durasi obat2 yang terbaik untuk pasien!

Obat Dosis dan Jadwal dan Durasi Obat


Bentuk Sediaan

Tadalafil Tablet 5 mg Diminum 1 kali sehari, diminum sebelum atau sesudah makan. diminum
kira-kira pada waktu yang sama setiap hari tanpa memperhatikan waktu
aktivitas seksual

Terazosin Kapsul 1 mg Diminum 1 kali sehari, setiap malam pada saat ingin tidur

Glyburide/ Tablet 5/500mg Diminum 2 kali Sehari, diminum bersamaan saat makan atau setelah
Metformin makan

Lisinopril Tablet 10 mg Diminum sekali sehari, setelah makan

Paraceta Tablet 600 mg Diminum Jika Merasakan Nyeri, Dapat diminum sebelum atau sesudah
mol makan
8. Parameter klinis dan lab apa yang perlu digunakan untuk mengevaluasi terapi pasien, baik outcome terapi ataupun
efek samping obat!

Untuk Monitoring Evaluasi Obat


1. Laju alir Urin
2. PVR
3. Skor Indeks Gejala AUA atau Skor Gejala Prostat Internasional (IPSS)
4. HbA1C
5. Tekanan Darah
8. Parameter klinis dan lab apa yang perlu digunakan untuk mengevaluasi terapi pasien, baik outcome terapi ataupun efek samping obat!

Obat Efek Samping

Tadalafil sakit kepala, kemerahan, gastroesophageal reflux, sinusitis, gangguan penglihatan, dan
nyeri punggung,

Terazosin Pusing, Asthenia, Hipotensi, Mual, Flu Like Syndrome, syncope

Glyburide/Metformin Hipoglikemia

Lisinopril Pusing, Hipotensi, Batuk, Syncope, Hiperkalemia, Diare

Paracetamol Hepatotoksik
9.Informasi dan edukasi apa yang sebaiknya diberikan ke pasien untuk meningkatkan kepatuhan, kesuksesan terapi,
dan minimalisir efek samping?

Semua pasien harus dianjurkan untuk memulai dan mempertahankan gaya hidup sehat dengan
jantung yang sehat, termasuk diet rendah lemak, banyak asupan buah dan sayuran segar,
latihan fisik teratur, dan tidak merokok.
Pasien harus menghindari konsumsi minuman yang mengandung kafein secara berlebihan
(yang dapat menyebabkan diuresis).
Pasien harus buang air sebelum tidur di malam hari dan sebelum naik mobil dalam waktu
lama. Jika pasien kelebihan berat badan, dia harus dianjurkan untuk menurunkan berat badan.
Jika pasien menderita diabetes melitus, dislipidemia, atau hipertensi, ia harus disarankan untuk
mengoptimalkan penanganan gangguan tersebut.
Referensi
● DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill Medical.
● Nna, Emmanuel. (2008). Molecular Profiling of Prostate Cancer Patients. 10.13140/RG.2.1.2904.4882.
● Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research, 20(S3), S11–
S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
● Trevor, A. J., Katzung, B. G., Kruidering-Hall, M. (2015). Pharmacology Examination and Board Review, 11th Ed. New York:
McGraw-Hill Education
● Lepor H. (2005). Pathophysiology of lower urinary tract symptoms in the aging male population. Reviews in urology, 7 Suppl
7(Suppl 7), S3–S11.

Anda mungkin juga menyukai