(BPH)
Kelompok 1 Emma Susilowati Shabir
Harena Anggun Lakshita
Farmakoterapi Terapan - B Ibrahim Yusuf
Ima Multazimah
Jerry Vanlin
Monica Sari Dewi
Nadiah Khairunnisa
Putri Nadila Amalia
Yofi Alifa
Pendahuluan dan Patofisiologi
DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill
Medical.
Patofisiologi
Peran Androgen
● Testosterone (T) berdifusi ke dalam sel prostat stromal
dan sel prostat epitel
● T berinteraksi dengan androgen (steroid) receptor
yang berikatan ke bagian gen yang diregulasi oleh
androgen.
● Pada sel stroma, T akan dikonversi menjadi
dihydrotestosterone (DHT) oleh enzim 5 α-reduktase
● Terdapat 2 tipe enzim 5 α-reduktase:
- Tipe I → terlokalisasi di kelenjar sebaceous di
kulit kepala frontal, hati, kulit, dan sejumlah
kecil ada di prostat
- Tipe II → terlokalisasi pada prostat, jaringan
genital, dan folikel rambut di kulit kepala
Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research,
20(S3), S11–S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
Patofisiologi
● T dan DHT mengikat protein reseptor androgen Peran Androgen
berafinitas tinggi yang sama. DHT adalah androgen yang
lebih poten daripada T.
● Reseptor hormon kemudian mengikat lokasi pengikatan
DNA tertentu di dalam nukleus → transkripsi gen
meningkat → menstimulasi sintesis protein
● Pada BPH dapat terjadi peningkatan 5 α-reduktase tipe II
di prostat → DHT meningkat → prostat hiperplasia
● DHT dihasilkan pada bagian kulit dan hepar yang dapat
berdifusi ke dalam prostat dari sirkulasi dan bekerja
dengan persinyalan endokrin
● Pada beberapa kasus, sel basal di prostat memiliki tempat
penghasilan DHT yang serupa dengan sel stroma.
Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research,
20(S3), S11–S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
Patofisiologi
Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research,
20(S3), S11–S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
Faktor Risiko dan
Gejala Klinis
IMA MULTAZIMAH -
FAKTOR RESIKO YANG TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI
1.Usia
❏ Pria dengan umur 65 tahun keatas lebih beresiko mengalami BPH
❏ Tingkat pembesaran prostat meningkat 2,0-2,5% per tahun pada pria
yang lebih tua
2. Genetik
❏ 50% pria berumur kurang dari 60 tahun yang menjalani operasi BPH
memiliki penyakit turunan
3. Ras
❏ Volume prostat pria di daerah Asia tenggara lebih kecil dibandingkan
dengan pria di daerah barat
Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian journal of urology : IJU : journal of the
Urological Society of India, 30(2), 170–176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
FAKTOR RESIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI
1. Aktivitas Seksual
❏ Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah
sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat terlalu tinggi, akan terjadi
hambatan prostat yang mengakibatkan kelenjar tersebut bengkak permanen
❏ Seks yang tidak bersih akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH.
2. Diabetes Mellitus
Pria yang mempunyai kadar glukosa dalam darah >110 mg/dL mempunyai resiko tiga
kali terjadinya BPH, sedangkan untuk pria dengan penyakit Diabetes Melitus
mempunyai resiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan dengan laki-laki dengan
kondisi normal.
3. Kadar Hormon Testoteron
❏ Semakin tinggi kadar hormon testosteron resiko BPH akan semakin besar
❏ Testosteron akan diubah menjadi DHT oleh enzim 5α-reductase yang memegang
peran penting dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat
Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian journal of urology : IJU : journal of the Urological Society of India, 30(2), 170–
176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
FAKTOR RESIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI
4. Gaya hidup
Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian
journal of urology : IJU : journal of the Urological Society of India, 30(2), 170–176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
FAKTOR RESIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI
5. Obesitas
❏ Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap
pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan
menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat
6. Pola Diet
❏ Kekurangan mineral seperti zinc, tembaga dan selenium berpengaruh pada fungsi
reproduksi pria.
❏ Defisiensi zinc berat dapat menyebabkan pengecilan testis yang selanjutnya berakibat
penurunan kadar testosteron
❏ Makanan tinggi lemak dan rendah serat juga membuat penurunan kadar testosteron
Patel, N. D., & Parsons, J. K. (2014). Epidemiology and etiology of benign prostatic hyperplasia and bladder outlet obstruction. Indian journal of urology : IJU : journal of the Urological Society of
India, 30(2), 170–176. https://doi.org/10.4103/0970-1591.126900
GEJALA KLINIS
1. Gejala Obstruktif
❏ Penurunan laju alir urin
❏ Urin menetes (dribbling)
❏ Pengosongan kandung kemih yang tak selesai
❏ keragu-raguan dan ketegangan kencing dan aliran urin yang lemah
❏ Kandung kemih selalu terasa penuh
❏ Nyeri suprapubik akibat tekanan berlebihan pada kandung kemih.
❏ Dalam kasus yang parah, pasien mungkin mengalami retensi urin saat pengosongan kandung kemih
2. Gejala Iritatif
❏ Hipersensitifitas dan inefektivitas dalam penyimpanan urin
❏ Sejumlah kecil urin mengiritasi kandung kemih (Rasa sakit ketika buang air kecil/dysuria) dan memicu
respons pengosongan kandung kemih
❏ Peningkatan frekuensi dan urgensi urinasi
❏ Mengompol
❏ Nokturia (Peningkatan frekuensi berkemih dimalam hari)
❏ Kadang juga terjadi kencing berdarah (hematuria)
Joseph T. Dipiro, Gary C. Yee, L. Michael Posey, Stuart T. Haines, Thomas D. Nolin, V. E. (2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Eleventh Edition. Mc Graw Hill
GEJALA BPH YANG DISEBABKAN OLEH OBAT
1. Testosterone Replacement Regimens
❏ Potensi BPH pada pasien lanjut usia yang mengalami pembesaran prostat
2. Agonis α-Adrenergic (Pseudoefedrin, Efedrin, Fenilefrin)
❏ Dapat meningkatkan kontrasi otot sehingga menurunkan lumen uretra dan menyebabkan
pengosongan kandung kemih
3. Agonis β-Adrenergic (Terbutaline)
❏ Menyebabkan relaksasi otot kandung kemih dan mencegah pengosongan kandung kemih
4. Antikolinergik (Antihistamin, Fenotiazin, Antidepresan Trisiklik, Antispasmodic/Antiparkinson)
❏ Dapat menurunkan kontraktilitas otot kandung kemih
❏ Pada pasien BPH dengan penyempitan lumen uretra, dapat menyebabkan acute urinary retention
5. Diuretik
❏ Dosis tinggi menyebabkan poliuria
Dipiro, J.T. Barbara G.W., Terry L.S., dan Cecily V.D. 2020. Pharmacotherapy Handbook 11 th ed. Inggris: McGraw-Hill.
❏ Gabungan gejala berdampak negatif pada pasien disebut lower urinary
tract symptoms (LUTS). Gejala ini tidak berkaitan dengan patofisiologi
BPH, tetapi banyak disebabkan oleh infeksi kandung kemih dan saluran
kemih
❏ Gejala lainnya yaitu silent protatism, dimana pasen memiliki LUTS yang
telah beradaptasi sehingga tidak menunjukan gejala, tetapi akhirnya terjadi
komplikasi
❏ Gejala BPH dapat bervariasi tergantung waktunya. Gejala BPH bisa
meningkat, stabil atau memburuk secara tiba-tiba
❏ BPH bukanlah penyakit progresif, sebanyak 85% pasien mengalami gejala
yang stabil selama 4 tahun setelah diagnosis awal. Satu sampai dua per tiga
diantaranya dapat mengalami peningkatan setelah 2,5-5 tahun
th
Dipiro, J.T. Barbara G.W., Terry L.S., dan Cecily V.D. 2020. Pharmacotherapy Handbook 11 ed. Inggris: McGraw-Hill.
Terapi Farmakologi
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
●Alfusozin (Uroxatral), Prazosin (Minipress), Terazosin
(Hytrin) dan Doksazosin (Cardura)
Mekanisme Aksi
• Menurunkan resistensi perifer pembuluh darah 🡪
menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan relaksasi
otot polos arteri dan vena
• Memblok reseptor α1A (prostat dan kandung kemih) dan α1B
(prostat dan vascular) 🡪 TIDAK SELEKTIF 🡪 menyebabkan
relaksasi otot polos pada leher kandung kemih dan
prostat 🡪 meningkatkan aliran urin
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
● Alfusozin (Uroxatral)
○ Indikasi
🡪 Terapi gejala hipertrofi prostat jinak. Terapi tambahan Tindakan pemasangan kateter
pada retensi urin akut akibat hipertrofi prostat jinak
○ Dosis Awal 🡪 10 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 10 mg/hari
○ Kondisi Khusus 🡪 merupakan formulasi ER dan tidak boleh dikunyah/digerus. Diminum
setelah makan dan diperhatikan pada pasien dengan creatinine clearance < 30 ml/min
(0,5 ml/s)
● Prazosin (Minipress)
○ Indikasi
🡪 Hipertensi, sindrom Raynaud, gagal jantung kongestif, hyperplasia prostat jinak
○ Dosis Awal 🡪 0,5 mg 2x sehari
○ Usual Dose 🡪 1 – 5 mg 2x sehari
Kondisi
DiPiro, J. T., Yee, G. C.,○Posey, Khusus
L. M., Haines, 🡪 T.u/
S. T., Nolin, D., meningkatkan dosis 🡪 2xA dosis/
& Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: 2 minggu
Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
● Terazosin (Hytrin)
○ Indikasi
🡪 Hipertensi ringan sampai sedang, hyperplasia prostat jinak
○ Dosis Awal 🡪 1 mg/hari sebelum tidur
○ Usual Dose 🡪 10-20 mg / hari
○ Kondisi Khusus 🡪 u/ meningkatkan dosis, tingkatkan secara bertahap dari 2 mg, 5 mg selanjutnya
10 mg setiap hari. Perlu perhatian khusus pada pasien yang minum obat u/ menurunkan tekanan
darah (hipertensi)
● Doksazosin (Cardura & Cardura XL)
○ Indikasi
🡪 Hiperplasia prostat jinak pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi maupun tekanan darah
normal
○ Dosis Awal 🡪 1 mg/hari (Cardura) & 4 mg/hari (Cardura XL)
○ Usual Dose 🡪 8 mg/hari (Cardura) & 4-8 mg/hari (Cardura XL)
○ Kondisi Khusus 🡪 u/ formulasi IR, dosis 16 mg/hari (hipertensi). u/ formulasi XL, ditingkatkan dari
4-8 mg / hari setelah 3-4 minggu.
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
●Tamsulosin (Flomax), Silodosin (Rapaflo)
Mekanisme Aksi
• Memblok reseptor α1A (prostat dan kandung
kemih) dan α1B (prostat dan vascular) 🡪 TIDAK
SELEKTIF 🡪 menyebabkan relaksasi otot polos
pada prostat 🡪 meningkatkan aliran urin
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antagonis α1-Adrenergik (α blocker)
● Tamsulosin (Flomax)
○ Indikasi
🡪 Pengobatan tanda dan gejala BPH
○ Dosis Awal 🡪 0,4 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 0,4-0,8 mg /hari
○ Kondisi Khusus 🡪 merupakan formulasi ER, tidak boleh dikunyah/digerus. Diminum setelah makan. Tidak
perlu penyesuaian dosis pada pasien disfungsi ginjal/hati.
● Silodosin (Rapaflo)
○ Indikasi
🡪 Pengobatan tanda dan gejala BPH. TIDAK diindikasikan untuk pengobatan hipertensi
○ Dosis Awal 🡪 8 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 8 mg/hari
○ Kondisi Khusus 🡪 Kontraindikasi dengan pasien yg memiliki creatinine clearance <30 mL/min (0,5 mL/s).
Jika creatinine clearance 30-50 mL/min (0,5-0,83 mL/s), gunakan 4 mg/hari, lebih baik diminum setelah
makan. Tidak diberikan pada pasien yg sedang mengkonsumsi obat inhibitor CYP 3A4 poten / pada
pasien dengan gangguan hati yang parah
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Inhibitor 5α-reductase
● Finasteride (Proscar), Dutasteride (Avodart)
Mekanisme Aksi
• Menginhibisi enzim 5α-reductase yg bertanggung jawab u/ mengkonversi
testosterone menjadi dihidrotestosteron (DHT). DHT adalah androgen yg
merangsang pertumbuhan prostat. Dengan mengurangi DHT, prostat menyusut dan
aliran urin meningkat
Kondisi Khusus
• Tidak ada penyesuaian dosis pada pasien renal impairment. Perlu perhatian
pada pasien
● Dutasteride dengan hepatic impairment
+ Tamulosin
Mekanisme Aksi
• Menginhibisi enzim 5α-reductase dan blok reseptor α1A (prostat)
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Inhibitor 5α-reductase
● Finasteride (Proscar)
○ Indikasi 🡪 Hiperplasia prostat ringan
○ Dosis Awal 🡪 5mg/hari
○ Usual Dose 🡪 5 mg/hari
● Dutasteride (Avodart)
○ Indikasi
🡪 Pengobatan & pencegahan perkembangan BPH dengan mengurangi gejala yg muncul,
mengurangi ukuran prostat (volume), meningkatkan kecepatan aliran urin, mengurangi risiko
retensi urin akut & mengurangi pembedahan akibat BPH
○ Dosis Awal 🡪 0,5 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 0,5 mg/hari
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Inhibitor 5α-reductase
●Dutasteride + Tamulosin
○Indikasi
�Menginhibisi enzim 5α-reductase dan blok reseptor α1A (prostat)
○Dosis Awal 🡪 1 tablet (0,5 mg dutasteride + 0,4 mg tamulosin)/hari
○Usual Dose 🡪 1 tablet / hari
○Kondisi Khusus
🡪 Tidak perlu penyesuaian dosis u/ pasien gangguan ginjal &
gangguan hati sedang
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Mekanisme Aksi Inhibitor 5α-reductase
http://www.ijpcbs.com/files/15-07-17/12.pdf
Inhibitor Fosfodiesterase
● Mekanisme Aksi
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
Inhibitor Fosfodiesterase
● Tadafil (Clalis)
○ Mekanisme aksi
� Menghambat SELEKTIF fosfodiesterase tipe 5 (PDE5) dan meningkatkan cyclic guanosine
monophosphate (cGMP) 🡪 relaksasi otot polos prostat & kandung kemih
○ Indikasi 🡪 Pengobatan tanda dan gejala BPH & Disfungsi ereksi.
○ Dosis Awal 🡪 5 mg/hari
○ Usual Dose 🡪 5 mg/hari
○ Kondisi Khusus
🡪 Jika creatinine clearance 30-50 mL/min (0,5 – 0,83 mL/detik), gunakan dosis 2,5 mg/hari. Jangan
digunakan jika creatinine clearance <30 mL/min (0,5 mL/detik). Penggunaan perlu diperhatikan
pada pasien dengan kerusakan hati dari ringan-sedang. Hindari pasien dengan kerusakan hati yg
parah
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Antikolinergik
Mekanisme Aksi
• Blokade reseptor M3 pada otot detrusor 🡪 pengurangan kontraksi detrusor 🡪
berkurangnya gejala iritatif
Harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan nilai PVR >250-300 mL
• u/ menghindari risiko terjadinya retensi urin akut
Contoh Obat
• Darifenacin (Enablex), solifenacin (VESIcare), oxybutynin (Ditropan, Ditropan XL, Oxytrol TDS,
Gelnique 10% gel), tolterodine (Detrol, Detrol LA)
• Pasien lanjut usia dengan risiko efek samping sedasi kebingungan : trospium atau fesoterodine
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Agonis β3-Adrenergik
Mekanisme Aksi
Mirabegron tidak mengurangi laju aliran urin, tidak meningkatkan volume VPR dan
tidak menyebabkan retensi urin akut
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (11th ed.). McGraw Hill
Whalen, K. (2015). Lippincott Illustrated Reviews: Pharmacology. (R. Finkel & T. A. Panavelil, Eds.) (6th ed.). Wolters Kluwer.
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih/74-gangguan-saluran-kemih/745-disfungsi-ereksi-1
Micromedex
Perbandingan
Antar Golongan
Obat
DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D.,
& Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach (11th ed.). McGraw Hill
Terapi Non Farmakologi
terapi invasif atau bedah mungkin bukan pilihan jika Anda memiliki:
● Infeksi saluran kemih yang tidak diobati
● Penyakit striktur uretra
● Riwayat terapi radiasi prostat atau operasi saluran kemih
Jika gejala dapat ditoleransi, terapi dapat ditunda dan dapat dilakukan pemantauan gejala. Bagi beberapa pria,
gejala dapat mereda tanpa pengobatan.
Terapi Invasif
Open Prostatectomy
alternatif pengobatan yang tepat dan efektif untuk pria dengan LUTS
sedang hingga berat dan / atau yang sangat mengganggu.Pilihan
pendekatan harus didasarkan pada presentasi individu pasien
termasuk anatomi, pengalaman ahli bedah, dan diskusi tentang
manfaat potensial dan risiko komplikasi. Operasi open prostatectomy
dilakukan dengan sayatan besar dibuat di bagian bawah perut.
Terapi Laser
terapi laser adalah alternatif TURP dan Open prostatectomy dan efektif pada pria dengan LUTS
sedang hingga berat.
Laser Vaporization of the prostate adalah perawatan bedah untuk BPH. Perawatan ini
menggunakan laser untuk mengangkat bagian prostat yang membesar. Ini akan meredakan gejala
dan meningkatkan aliran urin.
HoLEP adalah prosedur invasif untuk merawat BPH. cara yang sangat efektif untuk mengatasi
gejala dengan cepat dan efisien, dan prosedur ini sangat mengurangi waktu pemulihan dan
komplikasi pasca operasi. Prosedur ini menggunakan laser untuk mengangkat jaringan prostat
yang membesar yang menghalangi aliran urin, yang berarti tidak perlu membuat sayatan. Ini
mencegah komplikasi metabolik yang terkait dengan prosedur TURP dan jauh lebih tidak
invasif.
Cont’d
Studi tentang terapi herbal sebagai pengobatan untuk BPH memiliki hasil yang beragam. Satu
studi menemukan bahwa ekstrak saw palmetto sama efektifnya dengan finasteride dalam
meredakan gejala BPH, meskipun volume prostat tidak berkurang. Tetapi uji coba terkontrol
plasebo berikutnya tidak menemukan bukti bahwa saw palmetto lebih baik daripada plasebo.
Perawatan herbal lainnya termasuk ekstrak beta-sitosterol, pygeum dan rye grass telah
disarankan untuk membantu mengurangi gejala prostat yang membesar. Tetapi keamanan dan
kemanjuran jangka panjang dari perawatan ini belum terbukti.
Jika menggunakan pengobatan herbal apa pun, beri tahu dokter. Produk herbal tertentu dapat
meningkatkan risiko pendarahan atau mengganggu obat lain yang Anda minum
Efek Samping Obat yang
Harus Dimonitor
MONICA SARI DEWI - 1406557730
HARENA ANGGUN - 2006623441
MONITORING
Hasil utama terapi BPH adalah
memulihkan aliran urin yang
adekuat tanpa menimbulkan
efek samping.
Hasil tergantung pada persepsi
pasien tentang efektivitas dan
penerimaan terapi. Skor Gejala
Asosiasi Urologi Amerika
adalah standar instrument yang
dapat digunakan untuk menilai
kualitas hidup pasien.
DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. New York:
McGraw-Hill Medical.
DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition. New York:
McGraw-Hill Medical.
Studi Kasus
- BP 140/95
Keluhan: perburukan pada urination hesitancy, - P 72
dribbling, nocturia. Tidak bisa tidur di malam hari, - RR 18
bangun 4-5x untuk berkemih, dan di toilet - T 37℃
mengalami dribble. Kadang tidak bisa sampai ke - BB 115,2 kg
Voiding atau Obstructive Syndrome pada LUTS berupa hesitancy, aliran lemah,
pendorongan, waktu berkemih yang lama, perasaan tidak mampu mengosongkan kandung
kemih, dribbling
Storage atau Irritative Syndrome pada LUTS termasuk frekuensi, urgensi, dan nokturia
4. Hal apa yang harus dipertimbangkan sebelum merekomendasikan terapi untuk pasien ini?
2. American Urological Association (AUA) Symptom Score dan hasil pemeriksaan pasien
● Hasil Pemeriksaan Pasien
○ PSA 4.5 ng/ml (Normal 1.4 ng/ml)
○ PVR 200 ml (Normal 0)
○ Ukuran prostat 50 g (Normal 20 g)
○ Hematokrit 37,9% (normal 41-51%)
○ Hemoglobin 12,6 g/dL (normal 14-17 g/dL)
○ Crystal Calcium oxalate (+)
○ Guaiac stool (+)
● Hasil Symptomp Score yang mengindikasikan gejala BPH moderate /severe dengan AUA symtomp score >8.
Pasien juga mengalami pembesaran prostat menjadi 50g dan kenaikan PSA level menjadi 4.5 ng/ml.
● Pasien mengalami anemia normositik yang mungkin disebabkan oleh Upper Gastrointestinal Bleeding
5. Tujuan terapi.
Tadalafil Tablet 5 mg Diminum 1 kali sehari, diminum sebelum atau sesudah makan. diminum
kira-kira pada waktu yang sama setiap hari tanpa memperhatikan waktu
aktivitas seksual
Terazosin Kapsul 1 mg Diminum 1 kali sehari, setiap malam pada saat ingin tidur
Glyburide/ Tablet 5/500mg Diminum 2 kali Sehari, diminum bersamaan saat makan atau setelah
Metformin makan
Paraceta Tablet 600 mg Diminum Jika Merasakan Nyeri, Dapat diminum sebelum atau sesudah
mol makan
8. Parameter klinis dan lab apa yang perlu digunakan untuk mengevaluasi terapi pasien, baik outcome terapi ataupun
efek samping obat!
Tadalafil sakit kepala, kemerahan, gastroesophageal reflux, sinusitis, gangguan penglihatan, dan
nyeri punggung,
Glyburide/Metformin Hipoglikemia
Paracetamol Hepatotoksik
9.Informasi dan edukasi apa yang sebaiknya diberikan ke pasien untuk meningkatkan kepatuhan, kesuksesan terapi,
dan minimalisir efek samping?
Semua pasien harus dianjurkan untuk memulai dan mempertahankan gaya hidup sehat dengan
jantung yang sehat, termasuk diet rendah lemak, banyak asupan buah dan sayuran segar,
latihan fisik teratur, dan tidak merokok.
Pasien harus menghindari konsumsi minuman yang mengandung kafein secara berlebihan
(yang dapat menyebabkan diuresis).
Pasien harus buang air sebelum tidur di malam hari dan sebelum naik mobil dalam waktu
lama. Jika pasien kelebihan berat badan, dia harus dianjurkan untuk menurunkan berat badan.
Jika pasien menderita diabetes melitus, dislipidemia, atau hipertensi, ia harus disarankan untuk
mengoptimalkan penanganan gangguan tersebut.
Referensi
● DiPiro, J.T., Yee, G.C., Posey, L.M., Haines, S.T., Nolin, T.D., & Ellingrod, V. (2020). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, Eleventh Edition. New York: McGraw-Hill Medical.
● Nna, Emmanuel. (2008). Molecular Profiling of Prostate Cancer Patients. 10.13140/RG.2.1.2904.4882.
● Roehrborn, C. G. (2008). Pathology of benign prostatic hyperplasia. International Journal of Impotence Research, 20(S3), S11–
S18. doi:10.1038/ijir.2008.55
● Trevor, A. J., Katzung, B. G., Kruidering-Hall, M. (2015). Pharmacology Examination and Board Review, 11th Ed. New York:
McGraw-Hill Education
● Lepor H. (2005). Pathophysiology of lower urinary tract symptoms in the aging male population. Reviews in urology, 7 Suppl
7(Suppl 7), S3–S11.