Anda di halaman 1dari 14

DELIRIUM Tradition of Excellenc

Kelompok 1

• Ninuk Profita Sari 162310101127


• Yurin Ainur Azifa 162310101220
• Anindianti Sukma 162310101133
• Galuh Yulia Asmara Putri 162310101226
• Elisya Nurri Syani 162310101154
• Dita Ras Pambela Putri 162310101233
• Annisah Dwi Intan N 162310101166
• Muhammad Musyafa F S 162310101242
• Fatihul Matlub Ulum 162310101179
• Ken Rangga Galang A 162310101249
• Sri Yuni Wulandari 162310101183
• Rosita Milandani 162310101258
• Sukma Ningrum 162310101194
• Dies Rut Setyoningsih 162310101260
• Fatimatul Munawwaroh 162310101200
• Nisrina Na’ilah Rahmatika 162310101263
Definisi Tradition of Excellenc

Delirium merupakan gangguan mental yang berlangsung singkat


biasanya mencerminkan keadaan toksik, yang ditandai oleh ilus,
kegirangan, kurang istirahat dan inkoheren (Batticaac, 2008). Menurut
Jayalangkara (2016) delirium merupakan sindrom otak akut dengan
onset penyakit yang biasanya cepat, hilang timbul, seringkali cepat
sembuh namun juga berlarut yang biasanya penyebab utamanya yaitu
adanya riwayat penyakit otak/ sistemik ataupun penggunaan zat.
Klasifikasi Tradition of Excellenc

Klasifikasi Delirium Menkes 2015 dibagi menjadi :


a. Delirium Akibat Kondisi Medis Umum
b. Delirium Akibat Intoksikasi Zat
c. Delirium Akibat Putus Zat
d. Delirium Akibat Etiologi Beragam
e. Delirium Yang Tidak Dapat Dispesifikasi
Epidemiologi
Tradition
Epidemiologi delirium secara nasional di Indonesia belum diketahui. Secara global diperkirakan prevalensi delirium padaof Excellenc
pasien rawat inap adalah 10-40%.
• Global
Delirium sering terjadi setelah penyakit akut, operasi, atau rawat inap. Prevalensi delirium pada pasien rawat inap
adalah 10–40%. Pada pasien lansia pasca operasi, prevalensinya adalah 30–50%. Sementara itu, sekitar 80% pasien ICU
yang memakai ventilator mengalami delirium.
• Indonesia
Data prevalensi dan insiden delirium di Indonesia masih belum ada. Penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) pada tahun 2004 mengatakan bahwa prevalensi delirium di ruang rawat inap geriatrik adalah 23%. Penelitian
lainnya pada tahun 2012 mengatakan insiden delirium sebesar 18,8%.
• Mortalitas
Berbagai penelitian membuktikan bahwa delirium meningkatkan mortalitas. Laju mortalitas pasien delirium yang
dirawat adalah 9–34,5%. Dibandingkan kelainan neuropsikiatri lainnya, delirium memiliki mortalitas yang lebih tinggi
dalam setahun pertama setelah pasien keluar dari rumah sakit (52,2% vs 29,9%, p = 0,01; hazard ratio = 1,7). Mortalitas
yang lebih tinggi terjadi pada pasien lansia pascaoperasi
Etiologi Tradition of Excellenc

Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya


mempunyai pola gejala serupa yang berhubungan dengan tingkat
kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama adalah berasal dari
penyakit susunan saraf pusat (seperti epilepsy), penyakit sistemik
(seperti gagal jantung), dan intoksikasi atau reaksi putus obat maupun
zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf
pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap
berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat. Area yang
terutama terkena adalah formasio retikularis.
Zat psikoatif
Tradition of Excellenc
Diketahui bahwa zat adiktif atau narkoba atau napza adalah zat psikoaktif yang bekerja pada SSP
(Susunan Syaraf Pusat) dan berpengaruh terhadap proses mental (Ghodse, 2002; Kemenkes. 2014).

Menurut efek yang di timbulkan zat adiktif di bagi dalam 3 golongan:


1. Depresan adalah zat atau jenis obat yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh (mis :
morfin, heroin, kodein opiat sintesis.
2. Stimulan adalah zat atau obat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah
kerja serta kesadaran (mis : kafein, kokain, nikotin amfetamin atau sabu-sabu)
3. Halusinogen zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan
dan fikiran (mis : Ganja, Jamur Masrum Mescaline, psilocybin)
Delirium yang diinduksi Tradition of Excellenc

Delirium pada putus alcohol merupakan bentuk putus zat yang


paling parah, yang mana delirium bisa disebut juga dengan delirium
tremens (DT). Delirium pada putus alcohol merupakan suatu hal yang
kegawatdaruratan medis yang dapat mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan
Gambaran delirium pada intoksikasi alcohol mencakup hiperaktivitas
otonom seperti takikardi, diaphoresis, demam, ansietas, insomnia,
hipertensi, distorsi persepi (paling sering terjadi seperti halusinasi visual
atau taktil), dan tingkat aktivitas psikomotor yang berfluktuasi (berkisar
dari hipereksabilitas sampai letargi).
Patofisiologi Tradition of Excellenc

Ada berbagai hipotesis berkaitan dengan mekanisme terjadinya


derilium sendiri. Menurut Maldonado (2017) ada 5 mekanisme terjadinya
derilium:

1. Usia (hipotesis penuaan neuron)


2. Peradangan (hipotesis neuroinflamasi)
3. Oksidasi (hipotesis stress oksidatif)
4. Gklukokortikoid (hipotesis neuroendokrin)
5. Tidur (disregulasi rirme sirkardian atau hipotesis disregulasi melatonin)
Manifestasi Klinis Tradition of Excellenc

a. Gangguan berpikir
b. Disorientasi
c. Defisit memori
d. Gangguan bahasa
e. Labilitas emosional
f. Gangguan siklus tidur
g. Perhatian berkurang
h. Persepsi abnormal
i. Gangguan motorik
j. Gangguan perilaku motorik
Diagnosa Tradition of Excellenc

Domain 5. Persepsi/kognisi Kelas 4. Kognisi. Kode Konfusi Kronik bd Gangguan Kepribadian, perubahan
Diagnosis 00129. pada minimal satu fungsi kognitif dibandingkan
memori, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-
hari dan gangguan fungsi sosial.

Domain 11. Keamanan/perlindungan. Kelas 3. Perilaku Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
kekerasan. Kode diagnosis 00140.

Domain 12. Kenyamanan kelas 3. Kenyaman sosial. Kode Isolasi sosial bd minat yang tidak sesuai dengan
diagnosis 00053. perkembangan
Pemeriksaan Tradition of Excellenc

• Pemeriksaan fisik dan neurologis


Pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk memeriksa gangguan atau penyakit
yang bisa menyebabkan delirium, dan untuk menentukan tingkat kesadaran
pasien.
Pemeriksaan kondisi kejiwaan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kondisi mental, perhatian, dan
daya berpikir penderita melalui sesi wawancara, pengujian, dan penyaringan.
• Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah atau urin untuk uji fungsi hati, menilai kadar hormon
tiroid, paparan zat NAPZA atau alkohol
Tatalaksana Tradition of Excellenc

Nonfarmakologis Farmakologis

a. dukungan fisik a. Antipsikotik Tipikal


b. sensorik dan lingkungan b. Antipsikotik Atipikal
c. Benzodiazepin
d. Preparat Anestetik
e. Propofol dapat digunakan pada pasien yang
tidak responsif terhadap psikotropik tipikal. Efek
sampingnya berupa depresi pernapasan.
Penilaian Kognitif
Skrining untuk delirium: proses yang terlibat

ulangi fungsi kognitif


Tradition of Excellenc
apakah normal, atau tidak tolak skor 2 atau lebih
dalam semua pengaturan saat:
ada perubahan dari poin (jika menggunakan
penilaian sebelumnya - perubahan mendadak dalam perilaku MMSE, AMT)
atau kognitif

- Penurunan mendadak dalam kinerja adl Atau jika tingkat


- kemunduran mendadak pada kondisi kecurigaannya
orang tersebut tinggi

dalam perawatan komunitas dan residen  


ketika:

- penduduk atau klien yang berisiko lebih Menduga delirium


penilaian fungsi kognitif dasar
tinggi mengalami delirium, seperti
menilai fungsi kognitif mungkin melibatkan sekembalinya dari perawatan di rumah - Diagnosis formal menggunakan alat
penggunaan alat seperti MMSE atau AMT sakit; atau ketika benar-benar tidak sehat dan / atau
saat masuk ke pengaturan perawatan - Beri tahu pakar delirium diagnosis-
dalam pengaturan rumah sakit berisiko perawat atau staf medis, dokter
kesehatan
tinggi: umum
-sebagai bagian dari proses screan
berulang-ulang

jika fungsi kognitif abnormal atau


berubah dari penilaian sebelumnya atau
tingkat kecurigaan yang tinggi bahwa
orang tersebut mengalami delirium
Daftar Pustaka
Jayalangkara, Tanra. 2016. Gangguan Mental Organik. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-ntent
Tradition of Excellenc
/uploads/2016/10/GMO-bahan-kuliah-psikiatri-neuropsikiatri.pdf [Diakses pada 19 Mei 2019]
Menkes. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. Jakarta Sudoyo. Aru W. dkk. 2006. Ilmu
Penyakit
Dalam Jili I Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Dewanto, G., W, J, Suwono., B, Riyanto., dan Y, Turana. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Syaraf.
Jakarta: GC.
Kemenkes. 2014. Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba Di Indonesia. Pusat Data dan Informasi.
Maldonado JR. Delirium pathophysiology: An updated hypothesis of the etiology of acute brain failure. Int J
Geriatr sychiatry. 2017;1–30.
Livia,P.2017.EpidemiologiDelirium.https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/delirium/epidemiologi.
[Diakses ada 19 Mei 2019]
Willy, Tjin.2018. Delirium. https://www.alodokter.com/delirium. Diakses pada 19 Mei 2019.
Rara, Maisura. Delirium. Dari website https://www.academia.edu/9346216/delirium
Mat, L. N. I., et al. 2018. Clinical Manifestations Of Delirium In Elderly. MNJ. Vol. 4(2): 78-85.

Anda mungkin juga menyukai