oleh:
Sukma Ningrum
NIM 162310101194
oleh
Sukma Ningrum
NIM 162310101194
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
HALAMAN JUDUL..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................5
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti............................................................................6
1.4.2 Instirusi Pendidikan................................................................6
1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan...........6
1.5 Keaslian Penelitian.........................................................................6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hospitalisasi....................................................................9
2.1.1 Definisi Hospitalisasi..............................................................9
2.1.2 Faktor Penyebab Stres Hospitalisasi.......................................9
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Stres Hospitalisasi.....................9
2.1.4 Akibat Stres Hospitalisasi.....................................................14
2.2 Konsep Atraumatic Care............................................................14
2.2.1 Definisi Atraumatic Care......................................................14
2.2.1 Pinsip Atraumatic Care ........................................................15
iii
BAB 3. METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
7
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
Pengalaman sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan hal yang tidak
menyenangkan bagi anak-anak. Mereka akan berhadapan dengan lingkungan
dan situasi baru, berpisah dengan hal-hal yang telah menjadi kebiasaannya
ketika masih sehat. Hospitalisasi merupakan suatu keadaan dimana anak
diharuskan untuk tinggal di rumah sakit, menjalani perawatan karena suatu
kondisi darurat maupun suatu alasan tertentu yang berencana. Selama masa
hospitalisasi, anak dapat mengalami stres karena berada dilingkungan yang asing
bagi mereka. Ketika mengalami stres, akan timbul reaksi pada anak terhadap
penyakit atau masalah diri, perpisahan, atau hilangnya kasih sayang berupa
agresi, menarik diri, tingkah laku protes, serta timbul ketakutan ketika petugas
kesehatan akan melakukan perawatan pada anak. (Wahyuni, 2016).
Anak usia pra sekolah akan mengalami kecemasan tertinggi ketika akan
masuk sekolah dan dalam kondisi sakit. Secara fisiologis, pengalaman yang
dimiliki anak usia pra sekolah masih terbatas, sehingga mempengaruhi
pemahaman dan persepsi mereka, dan oleh karena itulah mengapa anak usia pra
sekolah lebih rentang mengalami kecemasan dibandingakn orang dewasa.
Tindakan dan sikap perawat serta kelas rumah sakit akan mempengaruhi
tingkat kecemasan anak saat proses hospitalisasi. Pelayanan Atraumatic care
merupakan bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan
yaitu perawat, dalam tatanan pelayanan kesehatan anak melalui penggunaan
tindakan yang mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami
anak maupun orang tua (Supartini, 2004). Atraumatic care difokuskan dalam
upaya pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dari keperawatan
anak, pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya
dukungan sosial keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap
perawat yang penuh dengan perhatian sehingga akan mempercepat proses
penyembuhan (Hidayat, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Lory Huff et al., (2009) menyatakan bahwa
implementasi Atraumatic Care pada anak yang dirawat di rumah sakit dapat
menurunkan trauma pada anak dan orang tua akibat prosedur invasif. Alasan
tersebut membuat perawat dituntut untuk memberikan pelayanan perawatan
yang berkualitas kepada anak maupun orang tua dengan pelaksanaan Atraumatic
care sehingga dapat meminimalkan kecemasan pada anak saat hospitalisasi.
7 Populasi Perawat yang bekerja di Pasien anak prasekolah yang Mahasiswa profesi ners yang
ruang III RSU Dr. Pirngadi enjalani hospitalisasi di RSU sedang menempuh praktik di
Medan dr. H. Koesnadi Bondowoso. stase keperawatan anak.
12
8 Sampel 25 20 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2) Kehilangan kendali
Pada umumnya anak yang dirawat di rumah sakit akan timbul rasa takut
baik pada dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah mempunyai
pengalaman mendapatkan imunisasi. Dalam bayangannya, perawat atau dokter
akan menyakiti dan menyuntik. Selain itu anak juga merasa terganggu
hubungannya dengan orang tua dan saudaranya. Lingkungan di rumah tentu
berbeda bentuk dan suasananya dengan ruang perawatan. Reaksi pertama
selain ketakutan, tidak mau makan dan minum bahkan menangis. Untuk
mengatasi masalah tersebut adalah memberikan perawatan atraumatik.
Ada beberapa prinsip atraumatic care yang harus dimiliki dan dipahami
oleh perawat (Hidayat, 2005):
Mengurangi rasa nyeri pada anak merupakan hal yang sangat penting
dilakukan dalam perawatan anak. Apabila tindakan pencegahan tidak
dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak
sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri,
dapat dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan orang
tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, misalnya
dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan memberikan dukungan
psikologis pada orang tua. Pemberian aktivitas bermain pada anak akan
memberikan keuntungan seperti meningkatkan hubungan antara klien
(anak dan keluarga dan perawat karena bermain merupakan alat
komunikasi yang efektif antara perawat dan klien, aktivitas bermain yang
terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak, dan bisa
mengekspresikan perasaan anak. Kehadiran orang tua juga menjadi
pertimbangan pada saat dilakukan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri.
Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk
mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak.
Analisis data pada penelitian kualitatif terdiri dari beberapa tahapan yang
merupakan proses sistematis yang berlangsung secara terus menerus (Daymon
& Halloway, 2008). Analisis data yang digunakan adalah analisis data Collaizi
yang berdasarkan 6 tahap (Polit & Beck, 2004), antara lain:
1) Membuat transkrip untuk mendapatkan keseluruhan kesan dari partisipan
dan mengidentifikasi pernyataan-pernyataan dari partisipan yang
signifikan. Pada tahap ini peneliti mendengarkan rekaman hasil
wawancara kemudian membuat transkripnya. Peneliti membuat transkrip
dengan mendengarkan rekaman hasil wawancara secara berulang-ulang.
2) Membaca transkrip secara berulang-ulang. Peneliti membaca transkrip
secara berulang-ulang dengan mendengarkan rekaman hasil wawancara.
Peneliti membaca transkrip dua sampai tiga kali untuk memahami isi dari
transkrip hasil wawancara.
3) Membuat kategorisasi dari pernyataan-pernyataan. Peneliti mengumpulkan
kata kunci untuk pernyataan-pernyataan yang mirip, kemudian
memberikan tanda memakai spidol atau stabilo kemudian disimpan.
4) Menentukan kategori-kategori pernyataan menjadi pernyataan yang
bermakna dan berhubungan sehinga menjadi sebuah tema. Peneliti
menyusun kategori-kategori yang didapat dari hasil wawancara.
5) Mengelompokkan tema-tema yang sejenis kemudian me-recek dengan
deskripsi asli yang terdapat dalam transkrip.
6) Mendeskripsikan tema-tema yang membingungkan dari batas fenomena
yang diteliti kemudian dikembangkan dengan cara menghubungi kembali
partisipan untuk melakukan klarifikasi.
3.9 Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilihat dari beberapa dimensi
yaitu credibility, transferability, confirmability dan dependability.
a. Credibility
Penilaian tingkat kepercayaan penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh
kredibilitasnya. Credibility adalah penilaian metode penelitian menimbulkan
kepercayaan dalam kebenaran data dan interpretasi peneliti dari data (Polit &
Beck, 2004). Peningkatan nilai kredibilitas penelitian ini dilakukan dengan
membaca dokumentasi hasil tulisan rekaman kepada partisipan. Partisipan
dapat mengubah, menambahkan atau mengurangi dokumentasi hasil tulisan
rekaman sesuai persepsi mereka. Perubahan dokumentasi hasil tulisan
rekaman dilakukan oleh peneliti atas kehendak partisipan.
b. Transferability
Transferability adalah penilaian temuan hasil penelitian diterapkan pada
tempat yang lain (Polit & Beck, 2004). Hasil penelitian ini dapat diterapkan
pada kondisi sosial, demografi, dan budaya yang memiliki kemiripan dengan
tempat penelitian.
c. Confirmability
Confirmability yaitu penilaian hasil studi sesuai dengan karakter dan konteks
penelitian bukan bias yang berasal dari peneliti. Audit inquiry dapat
digunakan untuk kedua syarat confirmability dan dependability (Polit &
Back, 2004). Dokumentasi hasil tulisan dari rekaman dan proses analisa data
dan temuan telah dilakukan pengecekan ulang dan disepakati oleh
pembimbing penelitian.
d. Dependability
Dependability adalah penilaian bagaimana bukti penelitian konsisten dan
stabil (Polit & Beck, 2004). Dependability pada penelitian kualitatif
dilakukan dengan proses audit. Proses audit dilakukan oleh eksternal
reviewer yaitu dosen pembimbing terkait analisis data.
3.10 Etika Penelitian
1) Autonomy
Peneliti dapat menghargai sekaligus melindungi otonomi dari partisipan
penelitian, yaitu memastikan mereka menyetujui untuk terlibat secara sukarela
tanpa ada paksaan. Prinsip respect for autonomy ini diimplementasikan melalui
informed concent yang telah diberikan pada partisipan sebelum dilakukannya
proses wawancara. Data partisipan hanya boleh diketahui oleh peneliti dan
dosen pembimbing. Disini partisipan diperbolehkan drop-out selama proses
pengambilan data untuk menghormati keputusannya.
2) Beneficience
Peneliti mampu memberikan kebaikan dan kebermanfaatan serta
meminimalkan kerugian dan bebas dari bahaya. Penelitian yang dilakukan
diharapkan dapat memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung bagi
subjek penelitian, masyarakat, dan lingkungan di sekitarnya.
4) Justice
DAFTAR PUSTAKA