Anda di halaman 1dari 14

CONTEMPORARY ISLAMIC THOUGHTS ON PLURALISM

(PEMIKIRAN KONTEMPORER ISLAM PADA PLURALISME)


KELOMPOK 5
1. Andrian Reyhan Firdaussyah (20511059)
2. Thoriq Zulqisti (20511064)
3. Bayu Pamungkas (20511065)
4. Muhammad Ikhsan (20511067)
5. Noviana Shinta Dewi (20511068)
6. Achmad Hafidh Ardiansha (20511070)
7. Dadan Ramdhani (20511072)
8. Bayu Tri Jananto (20511073)
 
Definisi Pemikiran Islam Kontemporer
Menurut Kamal Hasan (Pemikir Asia Tenggara) yang dimaksud dengan pemikiran Islam
kontemporer ialah gagasan-gagasan, ide-ide dan fikiran dari perspektif Islam sebagai balasan
yang bersifat intelektual kepada persoalan-persoalan manusia dan masyarakat modern. Hal ini
merujuk kepada perkembangan dan persoalan yang berlaku hari ini atau berkisar kepada isu-isu
terkini. Jadi pemikiran yang menjadi fokus subjek ini adalah ditujukan kepada perubahan-
perubahan dan perkembangan-perkembangan yang berlaku dan menimpa umat Islam hari ini
dan reaksi atau jawaban-jawaban yang coba dikemukakan oleh umat Islam melalui ijtihad
mereka dalam menangani tuntutan dan keperluan semasa umat Islam seluruhnya.
Definisi Pluralisme Secara General
Pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu
masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga
keunikan budayanya masing-masing. Pluralisme juga dapat berarti kesediaan untuk menerima
keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang
berbeda suku, golongan, agama, adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme mengimplikasikan
pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau
kebebasan mencari informasi, sehingga untuk mencapai pluralisme diperlukan adanya
kematangan dari kepribadian seseorang dan/atau sekelompok orang.
Definisi Pluralisme Agama
Pluralisme Agama adalah istilah khusus dalam kajian agama-agama. Sebagai
‘terminologi khusus’, istilah ini tidak dapat dimaknai sembarangan, misalnya disamakan
dengan makna istilah ‘toleransi’, ‘saling menghormati’, dan sebagainya. Sebagai satu paham,
yang membahas cara pandang terhadap agama-agama yang ada, istilah ‘Pluralisme Agama’
telah menjadi pembahasan panjang di kalangan para ilmuwan dalam studi agama-agama.
Menurut pandangan Islam, MUI menerbitkan fatwa yang melarang pluralisme pada tanggal 28
Juli 2005. Dalam fatwa tersebut, pluralisme agama,sebagai objek persoalan yang ditanggapi,
didefinisikan sebagai:
"Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran
setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim
bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di
surga".
Pemikiran kontemporer islam pada pluralisme

Pemikiran Islam kontemporer merupakan lahirnya suatu kesadaran baru atas


keberadaan tradisi di satu sisi dan keberadaan modernitas di sisi yang lain, serta
bagaimana sebaiknya membaca keduanya. Berbeda dengan pemikiran Islam tradisional
yang melihat modernitas sebagai semacam dunia lain, dan berbeda pula dengan
pemikiran Islam modernis yang menghilangkan tradisi demi pembaharuan.
Bagaimana menyelaraskan pandangan islam kontemporer terhadap isu pluralisme
yang ada adalah keharusan kita sebagai insan yang selalu berusaha Ulil Albab. Kita yang
dibekali oleh Allah SWT akal untuk berpikir harus merenungkan segala sesuatu apalagi
sesuatu yang krusial seperti isu pluralisme.
Islam memandang pluralisme sebagai sikap saling menghargai dan toleransi
terhadap agama lain, namun bukan berarti semua agama adalah sama artinya tidak
menganggap.bahwa dalam Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang agama
lain sembah. Namun demikian Islam tetap mengakui adanya pluralisme agama
yaitu dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum
dinukum waliyadin), disini pluralisme diorientasikan untuk menghilangkan
konflik, perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.
Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menunjukkan pada nilai-nilai pluralisme
Qs. Al-Ankabut (29);46 yang artinya “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka, dan
katakanlah kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya
berserah diri.” Dan pada surat (Al.Maidah (5);48) yang artinya: “…. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.”
Jika kita bercermin melihat sejarah, Nabi Muhammad pernah mencontohkan ajaran
pluralisme dalam dakwahnya saat membuat Piagam Madinah . Dalam Piagam ini, Nabi
Muhammad meng­adakan perjanjian perdamaian dan persahabatan dengan bangsa Ya­hudi.
Dengan dokumen ini, menurut Watt, memberikan gambaran bahwa masyarakat Madinah
sekarang dihormati/dihargai sebagai kons­titusi suatu unit politik dengan tipe baru dan di
sebut "ummah". Ini­ lah salah satu perjanjian politik yang memperlihatkan kemampuan
Muhammad dalam mengakomodasi dan mengatur segala bentuk plu­ralisme yang
berkembang dan mengitari masyarakat Madînah, yang terdiri etnis, suku, agama, sosial,
ekonomi, dan politik.
Melihat dari kacamata modernistas saat ini kita bisa melihat bahwa Indonesia memiliki paham
demokrasi. Paham demokrasi bukan semata-mata tidak dipikirkan alas an mengapa
menggunakan paham tersebut. Akan tetapi dilihat dari tingkat heterogen masyarakatnya yang
memang sangat tinggi. Dalam paham modern demokrasi pluralisme memang dibutuhkan
karena jika tidak ada pluralisme maka sikap toleransi yang menjadi ciri bangsa yang
menjunjung tinggi nilai demokrasi akan tidak terpenuhi. Islam di Indonesia sudah seharusnya
juga menyesuaikan terhadapa kondisi yang berlaku. Maka dari itu, pemikiran islam
kontempore yang melihat bukan hanya dari sisi modern namun juga sisi klasik diperlukan
untuk menilai isu pluralisme dalam islam
Kesimpulan
Kesimpulanya, melihat dari keteladanan Rasulullah SAW dimasa islam sebelum masehi dan
digabungkan dengan pandangan islam pluralisme berdasarkan keadaan Islam modern disekitar
kita saat ini maka dapat dikatakan bahwa paham pluralisme harus di pegang teguh agar terjadi
kedamaian dan ketentraman sesuai dengan ajaran islam yaitu Rahmatan lil Alamin atau rahmat
bagi setiap alam. Tidak terkeceuali rahmat kedamaian antar paham ditengah masyarakat. Tetapi
paham pluralisme yang dipegang teguh harus tetap pada Batasan-batasan wajar dalam islam
yang berlaku. Jangan sampai memandang sama semua agama atau paham jadi kita bisa seenak
hati mengambil pilihan tanpa menggunakan kebijaksanaan berpikir.
01

Thanks!
02

03

04
Do you have any questions?
05

06
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icon by Flaticon, and infographics &
images from Freepik
Alternative Resources 01

02

03

04

05

06
Resources 01

02

03

04

05

06

Anda mungkin juga menyukai