Anda di halaman 1dari 26

TUTY HERTATI PURBA, SKM, M.

Kes
 Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa balita
merupakan periode yang sangat penting. Pada periode ini
diperlukan Vitamin dan Mineral dalam jumlah yang cukup
untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan
kecerdasan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Untuk mencegah terjadinya kekurangan Vitamin dan


Mineral pada balita, pemerintah dalam hal ini
Direktorat Bina Gizi telah mengeluarkan kebijakan
program pemberian Vitamin dan Mineral dalam
bentuk bubuk tabur gizi yang disebut Taburia.
• Taburia  Tambahan multivitamin dan
mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan
tumbuh kembang balita usia 6 - 59 bulan
dengan prioritas untuk balita 6 - 24 bulan.
• Zat gizi mikro Zat gizi berupa vitamin dan
mineral yang merupakan komponen penting
yang harus didapatkan oleh seorang anak agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal.
Defisiensi zat gizi mikro biasanya terjadi pada anak
karena kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan
pola gizi seimbang.

Kasus Defisiensi Zat Gizi Mikro yang banyak terjadi


pada anak adalah kurangnya asupan zat besi yang
bisa menyebabkan anemia.

Anak yang mengalami kekurangan zat besi


biasanya kurang konsentrasi, lemah; tubuh terasa
lesu dan apatis.
• Vitamin  suatu zat senyawa kompleks yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia yang berfungsi untuk
mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh agar
dapat melakukan aktifitas hidup.
• Kekurangan vitamin dapat memperbesar peluang
terkena penyakit pada tubuh kita.

Mineral adalah suatu zat gizi an organik yang


merupakan abu bahan biologi yang tersisa setelah
pembakaran bahan-bahan organik dari makanan
atau jaringan tubuh dalam bentuk ion-ion.
SECARA UMUM KLASIFIKASI MINERAL
DIKELOMPOKKAN ATAS DUA, YAITU :

1. Makromineral, adalah mineral yang ditemukan dalam


jumlah banyak dalam tubuh, misalnya : Calcium (Ca),
Phosphor (P), Kalium (K), Cl (Chlor), Mg
(Magnesium), Sulfur (S).

2. Mikromineral adalah mineral yang ditemukan dalam


jumlah sedikit didalam tubuh, tapi sangat penting dalam
proses metabolisme tubuh,
misalnya : Fe (Ferum), Cu (Cuprum), Co (Cobalt), Mn
(Mangan), Zn (Zink), dan I ( Iodium), Se (Selenium).
Manajemen Pemberian Taburia 
suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya tenaga kesehatan dan
menggunakan semua sumber daya
kesehatan untuk mencapai tujuan
pemberian Taburia.

Sasaran  Anak balita usia 6-59 bulan


dengan prioritas pada anak usia 6-24
bulan.
Sosialisasi Penyebarluasan informasi khusus
tentang Taburia dengan tujuan meningkatkan
pemahaman masyarakat dengan melibatkan unsur
masyarakat termasuk ibu balita.

Pemantauan  Merupakan proses manajemen yang


sistematik dan berkesinambungan, mencakup
pengumpulan dan analisis data kegiatan dan hasil
yang dicapai dari suatu kegiatan yang sedang
berlangsung.

Evaluasi  Merupakan kegiatan yang bertujuan


memberikan informasi yang dipercaya tentang kinerja
sehingga dapat digunakan untuk perbaikan dan
keberlangsungan kegiatan.
• Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan zat gizi
mikro pada bayi usia di atas 6 bulan yaitu melalui
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik
lokal maupun pabrikan.
• Beberapa kendala yang menyebabkan pemberian MP-
ASI menjadi tidak optimal karena MP-ASI lokal yang
dibuat di rumah ternyata kurang bervariasi dalam jenis
maupun jumlahnya, sedangkan MP-ASI pabrikan yang
dijual bebas tidak terjangkau oleh keluarga miskin.
• Taburia merupakan multi zat gizi mikro berisi 12
(dua belas) macam vitamin dan 4 (empat) jenis
mineral yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh
kembang balita dan mencegah terjadinya anemia.
• Pemberian Taburia tidak mengubah kebiasaan
makan anak, di samping itu penyiapan,
penggunaan, serta penyimpanannya lebih praktis.
Taburia adalah tambahan multivitamin dan mineral
untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang
balita usia 6-59 bulan dengan prioritas balita usia 6-24
bulan.
Manfaat Taburia:
 Nafsu makan anak meningkat.

 Anak tidak mudah sakit.

 Anak tumbuh dan berkembang sesuai umur.

 Anak tidak kurang darah sehingga lebih cerdas dan

ceria.
 Taburia mengandung 12 macam vitamin dan 4
macam mineral yang sangat dibutuhkan untuk
tumbuh kembang anak balita dan mencegah
terjadinya Anemia (kurang darah).
a. Vitamin A
• Memelihara kesehatan mata, kekebalan tubuh
dan meningkatkan pertumbuhan anak.
b. Vitamin B1
• Meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan,
fungsi pencernaan dan saraf.
c. Vitamin B2
• Memelihara kesehatan kulit, fungsi
penglihatan, mencegah pecah-pecah pada
sudut bibir dan pertumbuhan.
d. Vitamin B3
• Meningkatkan nafsu makan, kesehatan kulit, dan daya
ingat.
e. Vitamin B6
• Membantu pembentukan sel darah merah,
pertumbuhan, dan mencegah gangguan fungsi otak.
f. Vitamin B12
• Meningkatkan nafsu makan, fungsi saraf, pembentukan
sel darah merah, dan mencegah gangguan mental.
g. Vitamin D
• Membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta mencegah
gangguan gigi rapuh.
h. Vitamin E
• Membantu pembentukan sel darah merah serta mencegah
gangguan bicara dan penglihatan.
i. Vitamin C
• Mencegah sariawan dan perdarahan gusi, meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit, serta mencegah kelesuan dan
kurang darah.
j. Vitamin K
• Membantu pembekuan darah, pembentukan dan
perbaikan tulang.
k. Asam Folat
• Membantu pembentukan sel darah merah serta
mencegah penyakit (infeksi) dan kelelahan.
l. Asam Pantotenat
• Mencegah kelelahan dan mengatasi sulit tidur pada
anak.
Mineral

a. Iodium
• Membantu pertumbuhan dan perkembangan mental, serta
mencegah kretin (anak cebol dan terbelakang mental).
b. Seng
• Meningkatkan pertumbuhan, fungsi saraf dan otak, serta
nafsu makan.
c. Selenium
• Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan.
d. Zat Besi
• Meningkatkan nafsu makan dan mencegah anemia (kurang
darah) dengan gejala 5 L (letih, lemah, lesu, lelah dan lalai).
Jumlah Pemberian Taburia
• Dalam satu bulan anak mendapat Taburia sebanyak
15 saset dengan pemberian selama 4 bulan. Jadi, satu
orang anak mendapatkan 60 saset untuk empat bulan.
• Taburia diberikan pada anak setiap dua hari sekali
sebanyak 1 (satu) saset.
• Satu saset taburia sebaiknya dihabiskan sekaligus
pada saat makan pagi.
Cara Pemberian Taburia

• Sobek saset Taburia lalu taburkan pada makanan utama


(nasi, bubur, jagung, kentang, ubi, sagu dll) yang akan dimakan
anak saat makan pagi;
• Makanan yang sudah dicampur Taburia harus segera
dimakan dan dihabiskan oleh anak;
• Taburia sebaiknya tidak boleh dicampur dengan makanan
berair (sayuran berkuah) dan minuman (air, teh, susu), karena
akan mengubah warna makanan dan dikhawatirkan anak tidak
dapat menghabiskan;
• Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan panas karena
akan menimbulkan rasa dan bau yang kurang enak.
Hal yang perlu diketahui selama anak makan Taburia

• Ada kemungkinan tinja anak berwarna hitam,


yang disebabkan adanya zat besi pada Taburia
• Bila terjadi diare atau gangguan kesehatan
lainnya, dianjurkan dirujuk ke puskesmas atau
pelayanan kesehatan terdekat.
Cat : Apabila setelah dicampur Taburia, warna dan rasa
makanan sedikit berubah, tidak perlu dikhawatirkan karena
perubahan itu tidak mengurangi manfaat Taburia
• Kegiatan pemberian Taburia dilakukan terintegrasi dengan
pelayanan gizi dan kesehatan lainnya seperti pemantauan
pertumbuhan, imunisasi, konseling MP-ASI, dll.
• Pada setiap pemberian Taburia di posyandu disertai dengan
praktik pemberian taburia pada makanan anak yang baik.

 (Jumlah anak usia 6-24 bulan x 15 saset x 4 bulan) saset

 Taburia dinyatakan rusak apabila saset berlubang/sobek, warna


berubah atau isinya menggumpal
Distribusi di tingkat puskesmas

Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum distribusi Taburia :


• Pastikan Taburia tersedia cukup sesuai dengan kebutuhan.
• Menggerakkan anggota masyarakat agar mendukung kegiatan pemberian Taburia.
▫ - Pastikan masyarakat memperoleh informasi tentang tempat dan tanggal
pelaksanaan pemberian taburia dan membawa KMS/Buku KIA.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada hari pemberian
Taburia:
• Melaksanakan pencatatan sesuai dengan formulir balita penerima taburia (form
F1/Taburia).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah pemberian Taburia
• Melaksanakan evaluasi kegiatan pemberian Taburia.
• Melaksanakan supervisi kegiatan pemberian Taburia.
Distribusi di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Taburia sudah tersedia di gudang minimal 2 bulan
sebelum pelaksanaan distribusi
 Memastikan ketersediaan Taburia di seluruh
Puskesmas minimal 1 bulan sebelum pelaksanaan
distribusi
Pendistribusian Taburia ke Puskesmas mengikuti
mekanisme yang berlaku di daerah.
Untuk daerah yang terpencil, perbatasan, dan
kepulauan (DTPK) mekanisme pendistribusian
mengikuti sistem pelayanan kesehatan yang ada,
mempersiapkan dan melakukan pengiriman Taburia
lebih awal.
• Kegiatan pemberian Taburia dilakukan terintegrasi
dengan pelayanan gizi dan kesehatan lainnya seperti
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, konseling MP-ASI,
dll.
• Pada setiap pemberian Taburia di posyandu disertai
dengan praktik pemberian taburia pada makanan anak
yang baik.
Keterangan Alur Pelaporan :
1. Petugas kesehatan di tingkat kelurahan/desa merekapitulasi hasil
pemberian Taburia dari tingkat Posyandu yang selanjutnya
disampaikan ke tingkat Puskesmas sesuai dengan frekuensi pelaporan.
2. Laporan kegiatan pemberian Taburia di tingkat Puskesmas
disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
frekuensi pelaporan.
3. Laporan Kegiatan pemberian Taburia di tingkat kabupaten/kota
disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi
sesuai dengan frekuensi pelaporan.
4. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan hasil pelaporan pemberian
Taburia ke Direktorat Bina Gizi sesuai dengan frekuensi pelaporan
5. Umpan balik hasil kegiatan pemberian Taburia disampaikan secara
berjenjang dari Pusat ke Provinsi; Provinsi ke Kabupaten/Kota; dan
Kabupaten/Kota ke Puskesmas dan dari Puskesmas ke kelurahan/desa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai