Anda di halaman 1dari 56

Pendahu

luan KIMIA KATALIS


Termino
logi PERTEMUAN 1

Mekanis PENDAHULUAN
me SERAJAH PERKEMBANGAN KATALIS
Jenis-
jenis

Perkemb
PROGRAM STUDI KIMIA
angan FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Analisis UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
Artikel
2021/2022
KATALIS
Zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi, dimana katalis dapat mempercepat maupun
memperlambat suatu reaksi. Katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tetapi tidak
mempengaruhi kesetimbangan

 Grafik Laju Reaksi Tidak dikatalis Vs DiKatalis


 Reaksi katalis memiliki jalur yang berbeda dengan
reaksi tanpa katalis, dimana reaksi menggunakan
katalis mempercepat reaksi dengan cara
menurunkan energy aktivasinya
Jalur Intermediet  Reaksi dengan menggunakan katalis memiliki dua
reaksi dengan katalis alur yang mana alur pertama merupakan penentu
laju reaksi.
 Aspek penting dari jalur katalis adalah bahwa ia
tidak boleh melewati minimum energi yang lebih
rendah dari energi produk
𝐸𝑎
𝐸   𝐴− 𝑎𝑡𝑎𝑢
  𝑎 =∆ 𝐻 + 𝑅𝑇 ln 𝑘 = ln 𝑅𝑇
−𝐸

𝑘=𝐴𝑒
( 𝑅𝑇 )
𝑎
Lanjutan

 Grafik Kesetimbangan

Katalis tidak mengubah atau menggeser


kesetimbangan reaksi, termasuk semua
sifat termodinamikanya, seperti
kecenderungan keberlangsungan reaksi
(berdasarkan perubahan energi bebas
Gibbs reaksi, ΔG), besarnya panas reaksi
(ΔH), harga tetapan kesetimbangan
reaksi (K), dan konversi maksimum
reaksi (Xe) yang dapat dicapai pada
kondisi tertentu. Dengan atau tanpa
katalis, sifat-sifat termodinamika reaksi
tidak mengalami perubahan. Katalis
hanya berpengaruh terhadap sifat
kinetika reaksi.
′ −∆𝐺
 𝑘 = 𝑘 𝑇 𝑒 ( 𝑅𝑇 )
h
TERMINOLOGI KATALIS
Reaksi kimia pertama dalam kimia
organik yang menggunakan katalis
dipelajari pada tahun 1811 oleh Gottlieb Pada tahun 1902 Ostwald
Kirchhoff yang menemukan konversi pati Mendefinisikkan katalis sebagai
menjadi glukosa yang dikatalisis oleh substansi yang mengubah laju
asam reaksi tanpa terdapat sebagai
produk pada akhir reaksi
Diakui sebagai fenomena dan digunakan
sekitar tahun 1816 oleh Davy di lampu
keselamatan tambang dimana Humphry Langmuir - Hinshelwood
Davy menemukan penggunaan platinum memperkenalkan Studi
dalam katalisis kinetika pada katalis pada
tahu 1920-an.

Istilah katalisator berawal dari penelitian


Berzelius (1836) tentang proses proses
pemercepatan laju reaksi dan
menjabarkannya sebagai akibat adanya
gaya katalisis
Tahun Proses Katalis Katalis
1900 CO + 3H2  CH4 + H2O Ni
PERKEMBANGAN
KATALIS Minyak Sayur + H2  Mentega Ni
1910 Pencairan Batu Bara Ni
N2 + 3H2  2NH3 Fe/K
NH3  NO  NO2  HNO3 Pt
1920 CO + 2H2  CH3OH (ZnCl)oksida
Sintesis Fischer-Tropsch CO, Fe
SO2  SO3  H2SO4 V2 O 5
1930 Katalis Cracking Clay Montmorilonit
C2H4  C2H4O Ag
C2H6  Anhidrat maleat V2 O 5
1940 Katalis Cracking SiAl amorf
alkilasi HF/asam-clay
platforming Pt/Al2SO3
PERKEMBANGAN Tahun Proses Katalis Katalis
KATALIS 1950 C2H4  polietilen (Z-N) Ti
C2H4  Polietilen (phillips) Cr-SiO2
Poliprop dan polibutadiena (Z-N) Ti
Pembentukan Uap Ni-K-Al2O3
HDS, HDT, pada Nafta (V, MO) oksida
C18H8  phthalic anhidrat Ni
C2H6  C6H10 Cu
C7H8  C6H6 + CH4 Ni-SiAl
1960 C3H6 acrylonitrile (ammox) (BIMO) Oksida
Bimetallic refoeming PtRe/Al2O3
Metathesis (2C3 C2+C4) (W,Mo, Re) Oksida
Catalytic cracking zeolit
Tahun Proses Katalis Katalis
C2H4  vinil asetat Pd/Cu
PERKEMBANGAN C2H4  vinil klorida CuCl
KATALIS O-silen  phtalic anhidrat V2O5/TiO2
Hidrocracking Ni-W/Al2O3
CO + H2O  H2 + CO2 (HTS) Fe2O3/Cr2O3/MgO
LTS CuO-ZnO-Al2O3
1970- Silen isom H-ZSM-5
an
Metanol Cu-Zn/Al2O3
Toluen untuk benzene dan silen H-ZSM-5
Katalitik dewaksing H-ZSM-5
Katalis autoexhaust Pt-Pd-Rh pada Oksida
Hidroisomerisasi Pt-zeolit
SCR pada NO(NH3) V/Ti
MTBE Pertukaran ion resin
C7H8 + C9H12  C6H6 + C8H10 Pt-Mordenit
Tahun Proses Katalis Katalis
PERKEMBANGAN 1980-an Ethyl benzene H-ZSM-5
Methanol to gasoline H-ZSM-5
KATALIS
Vinyl acetate Pd
Improved Coal liq NiCo Sulfida
Syngas to diesel Co
HDW of kerosene/diesel.GO/VGO Pt/Zeolit
MTBE cat dist Pertukaran ion resin
Oxdn of methacrolein MO-V-P
N-C6 to benzene Pt-zeolit
1990-an DMC untuk aseton Cu Klorida
Sintesis NH3 Ru/C
Fenol untuk HQ dan katekol TS-1
Isom pada butena-1(MTBE) H-Ferit
Ammoximation of cyclohexanone TS-1
Isom of oxime to caprolactam TS-1
PERKEMBANGAN
KATALIS Tahun Proses Katalis Katalis
1990-an Ultra deep HDS Co-Mo-Al
Olefin polym Supp. Netallocene cats
Ethane to acetic acid Multi component oxide
Fuel cell catalysts Rh, Pt, ceria-zirconia
Cr-Free HT WGS catalysts Fe, Cu-based
2000+ Solid catalysts for biodiesel Solid acids, hydroisom catalysts
Catalysts for carbon nanotubes Fe(Ni)-Mo-SiO2
SIKLUS Jalur reaksi yang dikatalisis biasanya diwakili oleh siklus katalitik. Siklus katalitik
terdiri dari serangkaian reaksi stoikiometrik (seringkali reversibel) yang membentuk
KATALITIK loop tertutup; katalis harus diregenerasi sehingga dapat berpartisipasi dalam siklus
reaksi lebih dari sekali

1. Substitusi CH2=CH2 dalam [PdCl4]2-+ sehingga


mengeluarkan ion Cl-. Satu ion Cl- digantikan
oleh H2O
2. Langkah selanjutnya melibatkan serangan
nukleofilik oleh H2O dengan hilangnya H+
3. Pada langkah ketiga, eliminasi-b terjadi dan
pembentukan ikatan Pd-H menyebabkan
hilangnya Cl. Ini diikuti oleh serangan oleh Cl
dengan migrasi atom H untuk memberikan
ikatan  pada gugus CH(OH)CH3.
4. Pada langkah terakhir terjadi eliminasi
CH3CHO, H+ dan Cl- dengan mereduksi Pd (II)
menjadi Pd (0).
5. Agar siklus terus berjalan, P(0) dioksidasi
menjadi Pd(II) dengan dioksidasi oleh Cu2+. Siklus Katalitik untuk proses Wecker
 Katalis tidak mengalami perubahan yang kekal saat reaksi, namun
mungkin saja terlibat pada mekanisme reaksi
 Katalis mempercepat laju reaksi, tetapi tidak merubah jenis dan jumlah
hasil reaksi
 Katalis menurunkan energy aktivasi reaksi, namun tidak merubah
SIFAT- perubahan entalpi reaksi
SIFAT  Katalis merubah mekanisme reaksi dengan menyediakan tahapan reaksi
KATALIS yang mempunyai energi aktivasi lebih rendah
 Katalis mempunyai aksi spesifik, artinya hanya dapat mengkatalis satu
reaksi tertentu
 Katalis hanya diperlukan dalam jumlah terbatas
 Katalis dapat diracuni oleh zat tertentu, sehingga menjadi tidak aktif
sebagai katalis lagi
Cara katalis dalam bereaksi
•   mengkatalisis suatu reaksi, katalis akan
Dalam
mengalami salah satu atau semua hal berikut
terhadap dirinya sendiri :
• Perubahan bilangan oksidasi
• Perubahan bilangan koordinasi (4,6,5,3)
• Perubahan struktur geometr
Tetrahedral octahedral pentahedral
Segitiga datar
KOMPONEN KATALIS

Komponen Sisi Aktif Support Promotor


Fungsi Aktivitas kimia, mengemban Menjaga agar luas Meningkatkan aktvitas,
fungsi utama katalis untuk permukaan komponen selektivitas dan
mempercepat dan aktif tetap besar stabilitas katalis
mengarahkan reaksi

Contoh • Konduktor : Fe, Co, Ni, Rh, -alumina, SiO2, Karbon SiO2, ZrO, P, K2O, HCL,
Pd, Pt, Cu, Ag Aktif, clay dan SiO2- MgO, Pt, Iom Alkali, Pd,
• Semikonduktor : CuO, Al2O3, MgO, CaO, ThO2, Re, Ni, Co, B dan K
NiO,MoO3, V2O5, ZnO
ZrO2, CeO2.
• Isolator : SiO2, Al2O3,zeolit
Contoh

 Digunakan untuk polimerisasi alkena


 TiCl5 yang ditunjukkan pada titik awal
mewakili situs permukaan yang memiliki
atom Cl permukaan dan posisi koordinasi
yang kosong yang membuat pusat Ti tidak
jenuh secara koordinatif. Pada langkah
pertama, atom Cl permukaan digantikan
oleh gugus etil, dan sangat penting bahwa
gugus alkil cis ke situs kisi yang kosong.
Koordinasi alkena kemudian terjadi, diikuti
oleh migrasi alkil dan pengulangan dua
Katalis Heterogen : Katalis Ziegler-Natta
langkah terakhir ini menghasilkan
pertumbuhan polimer

Sisi Aktif : TiCl5


Support : Et3Al
PARAMETER PENILAIN KATALIS

 Aktivitas, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi


produk yang diinginkan.

 Selektivitas, yaitu kemampuan katalis mempercepat satu reaksi di antara


beberapa reaksi yang terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat
diperoleh dengan produk sampingan seminimal mungkin.

  Kestabilan, yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas seperti


pada keadaan semula.
JENIS-JENIS KATALIS BERDASARKAN WUJUD

 Katalis Homogen: katalis yang wujudnya sama dengan wujud zat-zat pereaksi. Katalis
homogen berfungsi sebagai zat perantara (fasilitator). Katalis homogen bekerja dengan cara
berinteraksi dengan partikel pereaksi membentuk fase transisi. Selanjutnya, fase transisi
bergabung dengan pereaksi lain membentuk produk, dan setelah produk dihasilkan katalis
beregenerasi menjadi zat semula.
 Katalis Heterogen: katalis yang wujudnya berbeda dengan pereaksi. Katalis heterogen bekerja
pada pereaksi berupa gas atau cairan, dan reaksi katalis terjadi pada permukaan katalis. Katalis
heterogen biasanya berbentuk padatan.
 Biokatalis (enzim): katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam makhluk hidup.
Terdapat bermacam-macam enzim dan masing-masing enzim hanya dapat mengkatalis satu
reaksi tertentu.
Mekanisme Reaksi Katalis Homogen

Reaktan

Intermediet Produk Katalis

1. Tahap pembentukan senyawa kompleks / intermediates (tahap koordinasi)


2. Tahap penyusunan ulang antara molekul-molekul reaktan dengan ligan katalis
(tahap interaksi ligan),
3. Tahap eliminasi produk reaksi
Katalis Homogen
pada Industri

Reaksi Katalis
Hidrogenasi Alkena RhCl(PPh3)3
Sintesis Asam Asetat [Rh(CO)2I2]-
hidroformilasi HCo(CO)4, Hco(CO)3(PBu3) dan HRh(CO)(PPh3)3
Asetat Anhidrat [Rh(CO)2I2]-
Oligomerisasi Alkena Ni
Mekanisme Reaksi Katalis Heterogen

CO2
CO O2

1. Adsorpsi reaktan pada


permukaan katalis katalis
2. Reaksi dalam lapisan Adsorpsi Reaksi/ Desorpsi
adsorpsi Intermediet
3. Desorpsi produk reaksi dari
permukaan katalis
Reaksi Katalis
Katalis pemutusan rantai pada minyak mentah zeolit
Hydrotreating of crude oil Co-Mo, Ni-Mo, Ni-W
Pembentukan naphatha (to gasoline) Pt, Pt-Re, Pt-Ir
Alkilasi H2SO4, HF, Asam Keras
Polimerisasi pada Etilen, Propilen, a.o Cr, TiClx/MgCl2
Etilen epoksida menjadi etilen oksida Ag
Vinil klorida (Etilen + Cl2) Cu
Katalis Steam reforming of methane to CO + H2 Ni
Heterogen pada Water-gas shift water Fe (oksida), Cu-ZnO
Metanasi Ni
Industri Oksidasi Amonia untuk NO dan HNO3 Pt-Rh
Akrilonitril dari propilen dan amonia Bi-Mo, Fe-Sb (oksida)
Hidrogenasi pada minyak sayur Ni
Asam Sulfur V (Oksida)
Oksidasi CO dan hidrokarbon Pt, Pd
Reduksi Nox (dalam pembuangan) Rh, Vanadium Oksida
Mekanisme pada katalis Heterogen

Adsorpsi Fisika (fisisorpsi)


Adsorpsi Kimia (Kemisorpsi)
Adsorpsi ini tidak spesifik dan terjadi akibat
Adsorpsi ini bersifat spesifik dan terjadi karena adanya
adanya perbedaan energi atau gaya tarik
ikatan kimia antara adsorben dengan zat yang teradsorpsi
bermuatan listrik (gaya Van Der Waals).
(adsorbat).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinetika Adsorpsi

 Jenis Adsorben
 Jenis Adsorbat
Macam zat yang diadsopsi juga sangat berpengaruh karena semakin banyak zat-zat impuritis (zat
pengotor) pada suatu fluida atau larutan maka semakin lambat kinetika atau kecepatan
penyerapannya (adsorpsi)
 Luas permukaan adsorben:
semakin luas permukaan adsorben maka semakin cepat efektif kemampuan menyerap zat-zat
impuritis sehingga larutan menjadi lebih murni dan cenderung lebih bersih dari zat-zat impuritis
atau zat-zat pengotor tersebut.
 Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate):
Semakin tinggi konsentrasi maka ion yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga
mempengaruhi adsorpsi atau penyerapan larutan tersebut.
 Temperatur:
Semakin tinggi temperatur semakin sulit untuk menyerap zat, temperatur lebih efektif digunakan
untuk adsopsi adalah temperatur kamar (suhu ruang, yaitu 298 K)
 Kecepatan putar sentrifugasi:
Semakin cepat kecepatan sentrifugasi maka semakin cepat larutan tersebut murni dan hal tersebut
biasa dilakukan pada percobaan konduktometri, yaitu daya hantar listriknya yang semakin tinggi
pula.
KLASIFIKASI ISOTERM ADSORPSI

1 Isoterm Adsorpsi Langmuir

2 Isoterm Adsorpsi BET

3 Isoterm Adsorpsi Freundlich


Isoterm Adsorpsi Langmuir

Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori isotherm Lapisan Adsorbat


adsorpsi dengan menggunakan model sederhana berupa
padatan yang mengadsorpsi gas pada permukaannya.
Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu:
 Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap.
 Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan
monolayer. Adsorban
 Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap
kedudukan ikatan untuk molekul gas sama atau energi
adsorpsi konstan di semua sisi.
 Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat.
 Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya
mereka tidak bergerak pada permukaan.
 Setiap sisi adsorben hanya bisa menyerap satu molekul
adsorbate.
Lanjutan

 Teori isotherm adsorpsi Langmuir berlaku untuk adsorpsi kimia, dimana reaksi yang terjadi adalah
spesifik dan umumnya membentuk lapisan monolayer.
 Namun isoterm adsorpsi Langmuir ini memiliki kelemahan yaitu adsorpsi dengan model Langmuir
sangat menimpang pada beberapa kasus karena model ini gagal untuk menghitung kekesatan dari
permukaan adsorbat. Permukaan yang memiliki kekesatan yang berbeda mempunyai banyak jenis
tempat untuk terjadinya adsorbsi dan beberapa parameter berubah-ubah dari satu tempat ke
tempat lain, contoh pada panas yang diserap.
 Model Langmuir juga mengabaikan interaksi dari adsorbat. Melalui percobaan dapat diketahui bukti
yang nyata bahwa terjadi interaksi antara adsorbat pada data percobaan panas yang diserap.
Terdapat dua macam interaksi adsorbat, yaitu secara langsung atau tidak langsung.
 Interaksi secara langsung terjadi pada batas molekul yang diserap, sehingga dapat menyebabkan
penyerapan dekat dengan adsorbat lain dapat berlangsung lebih cepat atau lambat. Pada interaksi
langsung, adsorbat mengubah permukaan di sekitar tempat yang diserap, sehingga mempengaruhi
penyerapan dari molekul adsorbate didekatnya.
Isoterm Adsorpsi BET

Lapisan Adsorbat Multilayer


Teori ini menganggap bahwa adsorpsi juga dapat terjadi
diatas lapisan adsorbat monolayer. Sehingga, isotherm
adsorpsi BET dapat diaplikasikan untuk adsorpsi
multilayer. Keseluruhan proses adsorpsi dapat
digambarkan sebagai :
 Penempelan molekul pada permukaan padatan (adsorban)
membentuk lapisan monolayer.
Penempelan molekul pada lapisan monolayer membentuk Adsorban
lapisan multilayer
Lanjutan

 Model BET memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan untuk adsorpsi


gas secara multilayer, tetapi juga memiliki kelemahan jika digunakan
untuk merepresentasikan data adsorpsi gas pada tekanan tinggi.

 Hal ini disebabkan model adsorpsi BET merupakan adsorpsi absolut


yaitu suatu angka hipotesis yang tidak pernah dapat terukur secara
percobaan karena yang terukur dari suatu percobaan sebenarnya
adalah apa yang disebut sebagai “adsorpsi Gibbs”.
Isoterm Adsorpsi Freundlich

Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben


mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap
molekul mempunyai potensi penyerapan yang
berbeda-beda. Adsorpsi zat terlarut (dari suatu
larutan) pada padatan adsorban merupakan hal yang
penting. Aplikasi penggunaan prinsip ini antara lain
penghilangan warna larutan (decolorizing) dengan
menggunakan batu apung (charcoal) dan proses
pemisahan dengan menggunakan teknik kromatografi.

Dimana k dan n adalah konstanta empiris. Plot log y terhadap log c atau log P menghasilkan kurva
linier. Dengan menggunakan kurva tersebut, maka nilai k dan n dapat ditentukan. Salah satu
kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada tekanan tiggi gas.
TIPE KURVA ADSORPSI ISOTERMIS LANGMUIR DAN BET
TIPE I
Jenis ini disebut Langmuir Isoterm yang menggambarkan adsorpsi satu lapis (monolayer).
Kurva ini biasanya diperoleh dari adsorben karbon aktif dan zeolit molecular sieve

1. Jumlah adsorbat meningkat relatif cepat, semakin


besar tekanannya maka semakin meningkat jumlah
adsorbatnya.
2. Tetapi ketika permukaan telah tertutupi oleh
molekul adsorbat maka jumlah adsorbatnya akan
menjadi lebih lambat.
TIPE II

Jenis ini adalah bentuk normal isoterm pada adsorben tak


berpori atau padatan berpori besar (macropores) dengan
ukuran lebih besar dari 50 nm yang menunjukkan adsorpsi
monolayer-multilayer.

Titik B pada gambar menunjukkan kondisi awal tahap linier


dari isoterm, biasanya digunakan untuk mengindikasikan
tekanan relatif saat pelapisan monolayer selesai.
TIPE III

Jenis ini menunjukan tipe kuantitas adsorben


semakin tinggi saat tekanan relatif bertambah. Tidak
adanya titik B seperti pada jenis kedua disebabkan
karena interaksi adsorbat-adsorbat yang lebih kuat
dibanding adsorben-adsorben. Sama seperti tipe II,
jumlah lapisan pada permukaan adsorben tidak terbatas
(multilayer).
TIPE IV

Jenis ini hampir sama dengan tipe II pada rentang


tekanan relatif rendah sampai menengah. Volume
terbesar adsorbat teradsorpsi dapat dihitung dari
capillary condensation yang telah sempurna mengisi
pori. Kurva jenis ini dihasilkan dari padatan adsorben
berukuran mesopore (2-50 nm).
TIPE V

Jenis ini hampir sama dengan tipe III, dihasilkan dari


interaksi yang rendah antara adsorben dengan
adsorbat. Tipe ini juga ditunjukkan oleh pori dengan
ukuran sama seperti tipe IV.
SURFACE AREA ANALYZER

Surface Area Analyzer (SAA)


merupakan salah satu alat
utama dalam karakterisasi
material. Alat ini khususnya
berfungsi untuk menentukan
luas permukaan material,
distribusi pori dari material
dan isotherm adsorpsi suatu
gas pada suatu bahan

Gambar Alat Surface Area Analyzer


Prinsip :
Mengukur jumlah gas yang dapat dijerap oleh suatu permukaan padatan pada tekanan dan suhu tertentu.
Secara sederhana, jika kita mengetahui berapa volume gas spesifik yang dapat dijerap oleh suatu permukaan
padatan pada suhu dan tekanan tertentu dan kita mengetahui secara teoritis luas permukaan dari satu
molekul gas yang dijerap, maka luas permukaan total padatan tersebut dapat dihitung.
PENGUKURAN
Luas permukaan merupakan luasan yang ditempati satu
molekul adsorbat/zat terlarut yang merupakan fungsi
langsung dari luas permukaan sample. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa luas permukaan merupakan jumlah
LUAS PERMUKAAN pori disetiap satuan luas dari sample dan luas permukaan
spesifiknya merupakan luas permukaan per gram. Luas
permukaan dperngaruhi oleh ukuran partikel/pori, bentuk
pori dan susunan pori dalam partikel.
Pengukuran luas permukaan zat padat dengan alat
Surface Area Analyser merupakan metode adsorpsi gas.
Adsorpsi yang terjadi termasuk jenis adsorpsi fisik dan
merupakan jenis adsorpsi system gas padat. Adsorpsi gas
dengan zat padat berlangsung pada temperatur nitrogen cair
Proses Absorsi dipengaruhi oleh : (-196oC).

 karakteristik fisik dan kimiawi adsorben (luas permukaan dan ukuran pori)
 karakteristik fisik dan kimiawi adsorbat (ukuran molekul dan polaritas molekul)
 konsentrasi adsorbat dalam larutan
 karakteristik larutan (pH dan temperatur)
 lama adsorpsi
METODE BET (BRUNAEUR-EMMET-TELLER)

Persamaan BET dapat ditulis sebagai


Metode ini menganggap bahwa berikut :
molekul padatan yang paling atas
berada pada kesetimbangan dinamis.
Ini berarti jika permukaan hanya
dilapisi oleh satu molekul saja, maka
molekul-molekul gas ini berada dalam
kesetimbangan dalam fase uap
padatan. Jika terdapat dua atau lebih
lapisan, maka lapisan teratas berada
pada kesetimbangan dalam fase uap
padatan. Bentuk isoterm tergantung
pada macam gas adsorbat,, sifat
adsorben dan sturktur pori. Gejala
yang diamati pada adsorpsi isoterm
berupa adsorpsi lapisan molekul
tunggal, adsorpsi lapisan molekul
ganda dan kondensasi dalam kapiler.
Analisis Artikel

Katalis TiO2

Fungsi Reduksi CO2


FOTOKATALIS

Fotokatalis merupakan sebuah


material yang memiliki kemampuan
untuk menyerap sinar dan
memproduksi pasangan elektron-
hole (e– + h+) yang mampu
melakukan transformasi kimia
melalui proses reduksi dan oksidasi
Mekanisme
(1) Adsorbsi CO2,
(2) generasi pasangan electron-hole dengan menyerap
energi foton,
(3) pemisahan pasangan lubang elektron dan migrasi
mereka ke permukaan pho-tocatalyst dan
(4) Reduksi CO2
Modifikasi

Doping

Deposisi
Logam

TiO2 Modifikasi Alkali

Heterojunction

Pembutan material
berbasis Karbon
Doping

Keuntungan : dapat memperkecil Band gap


Doping dengan Logam Mekanisme Pendopingan La3+

 Sebagian La3+ diendapkan pada permukaan TiO2


Cu2+ In2+ La2+ membentuk La2O3 sehingga dapat menyerap CO2
 Dapat meningkatkan selektivitas pembentukan CH4
 Dapat menggantikan atom Ti dalam kisi Kristal dibandingkan P25
sehingga menghasilkan keadan energy kosong  sebagian kecil atom La didoping ke dalam kisi TiO2
dibawah pita konduksi TiO2 dengan mensubstitusi atom Ti dalam bentuk Ti-O-La
 Pendopingan dapat memperkecil ukuran dari  modifikasi-La dapat mengarah pada pembentukan
TiO2 sehingga dapat memperluas permukaan situs Ti3+ pada permukaan Ti2, yang bermanfaat untuk
spesifik dari TiO2 untuk reaksi fotokatalisis CO2 mengikat CO2 dan memisahkan pasangan elektron dan
Doping dengan Non Logam

 Menggantikan atom O pada kisi


 Fotostabilitas yang tinggi dibandingkan
logam
 Dapat memperkecil celah pita karena
pembentukan doping diatas pita valensi
Nitrogen  Dapat meningkatkan kemampuan serapan
sinar tampak
 Dapat meningkatkan penyerapaan CO2 dan
meningkatkan selektivitasnya dalam
pembentukan CH4 hal ini disebabkan
pengurangan NN di N2H4-TiO2 untuk
memfasilitasi perubahan CO menjadi CH4.

Iodin
 Hasil XRD menunjukkan penurunan ukuran Kristal TiO2.
sehingga dapat meningkatkan luas permukaan sampel dan
memeberikan situs aktif yang banyak
 Perluasan penyerapan sinar dari UV sampai sinar tampak
Deposisi
Logam

Dapat meningkatkan kinerja fotokalitik TiO2,


mekanisme :
Energi fermi nanopartikel logam biasanya
lebih rendah dari pita konduksi TiO2, dengan
pembentukan nanopartikel pada TiO2 dapat
membentuk cacat skottki pada antarmuka
antara TiO2 dengan nanopartikel logam.
Sehingga fotogenerasi electron akan cepat
bermigrasi dari TiO2 ke nanopartikel logam
melalui penghalang skottki hingga energy
ferminya setara. Sementara itu hole
fotogenerasi tetap berapa pada TiO2, oleh
karena itu pemisahan spasial dari pasangan
electron-hole fotogenerasi dapat tercapai
Modifikasi Alkali

Reaksi antara CO2 dengan alkali akan


menghasilkan produk antara seperti
spesies bidentat karbonat yang
bermanfaat untuk mempercepat reaksi
pengurangan CO2

Meng et al, modifikasi TiO2 menggunakan


NaOH dapat sangat meningkatkan
kemampuan penyerapan CO2 dan aktivasi
TiO2.
Heterojunction

Menggabungkan TiO2 dengan semikonduktor yang lain, sehingga dapat


meningkatkan pemisahan pasangan electron-hole dan pemisahan daerah
reduksi-oksidasi untuk meningkatkan kinerja fotokalitik dalam pengurangan CO2

Heterojunction tipe-II

Heterojunction tipe p-n

Heterojuntion skema Z langsung

Heterojunction permukaan
Heterojunction tipe-II

Hetrojunction tipe-II dapat terbentuk dengan


menggabungkan semikonduktor I dengan pita
konduksi tinggi dengan semikonduktor II
dengan pita valensi lebih rendah.
Pada radiasi cahaya, electron akan bermigrasi
dari semikonduktor I ke semikonduktor II,
oleh karena itu pasangan electron fotogenerasi
dapat dipisahkan secara spasial, selain itu,
karena reaksi reduksi-oksidasi dilakukan pada
semikonduktor yang berbeda, rekombinasi
pasangan electron-hole dapat secara signifikan
dihindari selama reaksi fotokatalitik.
Heterojunction tipe p-n

Heterojunction tipe p-n dapat mempercepat


pemisahan pasangan electron-hole
fotogenerasi pada permukaan TiO2.
Umumnya heterojunction tipe p-n disusun atas
semikonduktor tipe TiO2 dan semikonduktor
tipe seperti Cu2O. Sebelum reaksi fotokatalitik,
electron dekat dengan antar muka p-n di TiO2
akan bermigrasi ke semikonduktor tipe-p
karena perbedaan tingkat energy fermi antara
TiO2 tipe-n dan semikonduktor tipe p.
sementar itu hole yang dekat dengan antar
muka semikonduktor tipe p-n akan bermigrasi
ke TiO2 untuk mencapai kestimbangan.
Heterojuntion skema Z langsung
Heterojunction skema Z langsung memiliki
struktur yang sama dengan heteronjuction
tipe-II konvensional, tetapi mekanisme migrasi
electron-holenya berbeda dari system
fotokatalitik heterojunction konvvensional.
Dibawah radiasi cahaya, electron fotogenerasi
semikonduktor II akan bermigrasi ke
semikonduktor I yang memiliki potensi reduksi
yang lebih tinggi. Setelah itu, hole fotogwnerasi
akan tetap pada semikonduktor II yang
memiliki potensi oksida yang lebih tinggi,
sehingga menghasilkan pemisahan spasial dari
pasangan electron-hole. Masing-masing
electron dan hole terakumulasi pada
semikonduktor dengan potensi oksidasi dan
reduksi yang lebih tinggi , sehingga
kemampuan redoks pada skema tipe-z dapat
ditingkatkan.
Heterojunction permukaan

Heterojunction permukaan tersusun antara berbagai


Kristal tunggal yang memiliki bidang yang berbeda.
Mirip dengan heterojunction tipe-II konvensional,
electron-hole fotogenerasi dapat dipisahkan secara
spasial kearah bidang {101} dan {001} dari TiO2
untuk masing-masing reaksi oksidasi-reduksi.
Pembutan material
berbasis Karbon

Karbon Nanotube

Gui et al. melaporkan nanotube karbon berdinding


ganda (MWCNT) -TiO2 composite untuk pengurangan
CO2 fo-tocatalytic. Ditemukan bahwa TiO2NPs dapat
dilapisi secara seragam pada MWCNT untuk
membentuk struktur inti-shell yang bermanfaat untuk
menyediakan lebih banyak kontak antar muka untuk
migrasi pembawa dengan biaya cepat
Grafen

Secara umum, penambahan graphene dapat


meningkatkan kinerja pengurangan CO2
fotokatalitik TiO2dari 5 aspek, yaitu
(1) mempercepat pemisahan lubang elektron,
(2) meningkatkan luas permukaan spesifik,
(3) meningkatkan penyerapan CO2 melalui -
konjugasi antaraCO2molekul dan graphene,
(4) mengaktifkan molekul CO2 untuk reaksi
reduksi dan
(5) meningkatkan kemampuan pemanfaatan
cahaya
Keuntungan dan Kerugian Modifikasi
Modifikasi Keuntungan Kerugian
Doping - Menurunkan bandgap - Menghasilkan cacat
- Menurupak ukuran partikel
Deposisi logam Meningkatkan pemisahan electron-hole Mahal

Modifikasi alkali Meningkatkan absorpsi CO2 Menghalangi cahaya pada TiO2

Heterojunction - Meningkatkan pemisahan electron- Kontroversi tentang jalur migrasi


hole pembawa biaya yang sebenarnya
- Pisahkan lokasi reduksi dan oksidasi Memuat bahan berbasis karbon
secara spasial

Pembentukan komposit - Meningkatkan pemisahan electron- Menghalangi penyerapan cahaya


dnegan Karbon hole pada TiO2
- Meningkatkan konsentrasi electron
pada permukaan TiO2
- Meningkatkan adsorpsi CO2 melalui
hubungan p-p
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai