Biofar Pengertian Dan Ruang Lingkup Dan Tujuan Biofarmasi
Biofar Pengertian Dan Ruang Lingkup Dan Tujuan Biofarmasi
I
Revika Rachmaniar, M.Farm., Apt.
Ledianasari, M.Farm., Apt
(2-0) di Semester 5
1
Visi STFI
4
Tahapan proses obat dalam
tubuh
1. Pelepasan, disolusi, diffusi dan absorpsi
merupakan proses: biofarmasetik.
2. Absorpsi,distribusi ,metabolisme dan ekskresi
merupakan proses: farmakokinetik.
3. Obat berikatan dengan reseptor merupakan proses
farmakodinamik
5
Perkembangan Ilmu Biofarmasi/
Biofarmasetika
1. Akhir Tahun 50
– Bentuk sediaan dan kandungan yang sama dari
suatu obat berkhasiat, tetapi dari pabrik farmasi
berbeda mempunyai kemampuan berbeda dasar
lahirnya Ilmu Biofarmasi/ Biofarmasetika.
– Obat yang telah larut untuk mencapai tempat kerja
harus melalui membran dulu sehingga dapat
diedarkan oleh cairan tubuh.
– Peristiwa Absorpsi ini merupakan satu peristiwa
dalam perjalanan obat dalam tubuh.
6
2. Kecepatan eliminasi obat dari tubuh sangat ditentukan oleh
parameter Farmakokinetik obat tersebut.
– Dalam mengatur kecepatan pelepasan obat diharapkan
akan dapat tercapai suatu “Blood Level”
– Ada korelasi antara kecepatan melarut dengan
“Bioavailabilitas” (Ketersediaan Hayati)
3. Pada tahun 1975 FDA mensyaratkan bahwa Industri Farmasi
yang “Me too product”, baru boleh mengeluarkan produknya
sesudah menunjukkan bahwa produk yang dibuat telah
memenuhi syarat “Bioekivalen” dengan produk innovator.
7
4. Alasan pengembangan produk baru
a) Transpor trans membran yang buruk
b) tidak stabil dalam lingkungan cerna
c) secara in vivo waktu paruh pendek
d) Mencari usaha untuk meningkatkan efikasi dan
mengurangi efek samping obat
e) Pertimbangan faktor ekonomi
f) usaha memperbanyak bentuk sediaan dan proteksi
nama dagang
8
5. Strategi dari Industri Farmasi untuk mengembangkan
Sistem Penghantaran Obat baru :
a. Tempat pemasukan baru (Entry point) bahan
berkhasiat ke dalam tubuh untuk tujuan
sistemik, misalnya transdermal, pulmonal,
transnasal.
b. Lokasi absorpsi saluran cerna yang selama ini
dianggap kurang prospektif. (“Colonic Delivery
System”), Sistem Penghantaran Obat Koloidal
(“Colloidal Delivery System”)
c. Mengembangkan sistem penghantaran obat
yang responsif terhadap rangsangan (termal,
cahaya, elektrik, magnetic, dll). Obat akan
dilepas setelah menerima rangsangan
9
Mekanisme Kerja Obat:
1. Bekerja secara fisika (misalnya efek perlindungan dari sediaan
salep)
2. Bekerja melalui suatu reaksi kimia (misalnya antasida)
3. Melalui interaksi non kovalen dengan reseptor. Reseptor berada di
seluruh bagian tubuh.
Rute pemberian Obat:
4. Parenteral
5. Oral
6. Rektal
7. Transdermal (pada/melalui kulit)
8. Intranasal/pulmonal
9. dll
Perlu sistem penghantaran sediaan obat. Untuk itu Obat diberikan dalam
bentuk sediaan obat.
10
■ Biofarmasi : suatu cabang Ilmu dalam farmasi yang
mempelajari hubungan antara:
1. Sifat fisiko-kimia zat aktif (kelarutan, keasaman/kebasaan,
ukuran partikel, dan bentuk kristal).
2. Sifat fisiko-kimia sediaan obat (sifat permukaan,
kekerasan, bentuk, ukuran, porositas, dll)
3. Faktor fisiologis (pH, viskositas, keberadaan senyawa-
senyawa endogen tertentu).
■ Sifat fisiko-kimia sediaan obat berhubungan dengan faktor
formulasi dan faktor teknik pembuatan sediaan.
11
PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN ILMU
BIOFARMASI DENGAN ILMU TERKAIT
■ Biofarmasi merupakan ilmu tentang hubungan antara sifat
fisikokimia formulasi obat dengan ketersediaan hayati obat
(Bioavailabilitas).
■ Ketersediaan hayati (Bioavailabilitas) menyatakan kecepatan dan
jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.
■ Ketersediaan Hayati suatu obat mempengaruhi;
– daya terapetik
– aktivitas klinik, dan
– aktivitas toksik.
■ Tujuan Biofarmasetika untuk mengatur pelepasan obat ke sirkulasi
sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik
tertentu.
12
Skema kedudukan Biofarmasi dengan
Ilmu terkait.
Tablet Disintegrasi Granul Deagregrasi
Partikel
atau atau
halus
Kapsul Agregat
Farmasetika /
Disolusi Disolusi Disolusi (Mayor) Biofarmasetika
Absorpsi (invivo)
distribusi
Metabolisme Farmakokinetika
ekskresi
Respon farmakologik
Farmakodinamika
13
■ Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular
dipengaruhi oleh:
1. Sifat2 anatomik dan fisiologik tempat absorpsi.
2. Sifat2 fisikokimia atau produk obat.
■ Dengan mengendalikan variabel2 di atas dapat dirancang produk
obat dgn tujuan terapetik tertentu.
14
Fase Biofarmasetika
Liberasi (pelepasan)
15
Fase Biofarmasetika
Disolusi (pelarutan)
16
Fase Biofarmasetika
Absorpsi (penyerapan)
17
Penelitian biofarmasetika
18
Biopharmaceutical
Classification system (BCS)
■ The BCS : a scientific framework for classifying drug substances
based on their aqueous solubility and intestinal permeability.
■ When combined with the dissolution of the drug product, the BCS
takes into account three major factors that govern the rate and extent
of drug absorption from IR solid oral dosage forms: (1) dissolution,
(2) solubility, and (3) intestinal permeability.
■ According to the BCS, drug substances are classified as follows:
– Class 1: High Solubility – High Permeability
– Class 2: Low Solubility – High Permeability
– Class 3: High Solubility – Low Permeability
– Class 4: Low Solubility – Low Permeability
■ In addition, some IR solid oral dosage forms are categorized as having
rapid or very rapid dissolution biowaivers, substituted of BA
19
A. Solubility
20
B. Permeability
21
C. Dissolution
22
DAFTAR PUSTAKA
23