LAPIS TIPIS
“Analisis Obat dalam Jamu (BKO/Bahan Kimia Obat)”
KELOMPOK K-3:
1. Farizka Hafilda (K100160134)
2. Muhammad Pribadi (K100160135)
3. Fujiutari Rahmawati (K100160137)
A. Tujuan
Mampu mengidentifikasi suatu senyawa (analisis kualitatif) dalam jamu dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis.
B. Pendahuluan
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fase diam
berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT
sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah
sederhana dan murah.
(Gandjar, 2008)
KLT digunakan secara luas untuk analisis solut-solut organik terutama dalam bidang biokimia, farmasi,klinis
forensik, baik untuk analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf solute dengan nilai Rf senyawa baku
atau untuk analisis kualitatif. Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam
campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian,
menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom,
melakukan screening sampel untuk obat.
(Sudjadi, 2007)
Parasetamol/Asetaminofen
Fenilbutazon
Dishaking pada shaking thermostatic water selama ± Ditentukan BKO dengan membandingkan Rf noda sampel
dengan Rf noda standar
10 menit hingga homogen
D. Hasil Praktikum
Perhitungan nilai Rf :
Keterangan :
A = Parasetamol
B = Antalgin
C = Sampel Jamu
D = Fenilbutazon
E = Deksametason
E.Pembahasan
Pada percobaan ini, fase gerak yang digunakan yaitu kloroform : metanol : asam propionat dengan perbandingan
72 : 18 : 10. Dimana kloroform bersifat non polar, sedangkan metanol dan asam propionat bersifat polar. Dilihat
dari perbandingannya, fase gerak yang digunakan memiliki sifat non polar. Fase diam yang digunakan yaitu silika
GF 256 yang bersifat polar. Digunakan silika ini karena hasil elusi dari KLT dilihat pada sinar UV dengan panjang
gelombang 256 nm.
Berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan, KLT ini menggunakan fase normal karena fase diam yang
lebih polar dibandingkan fase gerak nya. Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah
penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam
larutan untuk berpisah ke dalam fase gerak yang digunakan. Dari hasil KLT, terlihat adanya perbedaan jarak elusi
karena perbedaan kecepatan gerak senyawa-senyawa pada silika yang berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana
sampel akan berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan fase gerak yang digunakan. Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan fase gerak maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Untuk mengetahui kandungan di dalam sampel dengan cara membandingkan nilai Rf sampel dengan Rf senyawa
standar dan diperoleh nilai Rf parasetamol sebesar 0,65 ; Rf antalgin sebesar 0,275 ; Rf fenilbutazon sebesar 0,7 ;
Rf deksametason sebesar 0,275 ; dan Rf sampel sebesar 0,275. Sehingga jamu tersebut mengandung antalgin dan
deksametason dikarenakan nilai Rf sampel dengan Rf antalgin dan deksametason memiliki nilai yang sama.
Metode KLT memiliki kelebihan yaitu metode ini relatif lebih mudah, peralatannya lebih sederhana, banyak
digunakan untuk tujuan analisis dan KLT lebih fleksibel dalam pemilihan fase gerak. Selain itu KLT juga
memiliki post chromatography yang beraneka ragam yang dapat meningkatkan sensitifitas dan selektifitas deteksi.
Namun pada KLT ini memerlukan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan hasil totolan dan noda sesuai dengan
yang diharapkan.
F.Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sampel (jamu) mengandung BKO (Bahan Kimia
Obat) yaitu antalgin dan deksametason
G.Referensi