Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

Dosen Dr. Setyo Soedrajat, M.M., A.P.U.

Kupasan dan Diskusi Artikel

OTONOMI
SEKOLAH
Penyusun Agustinus Setyo Broto
NIM. 1831 600 877

Program Studi Magister Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Budi Luhur
Jakarta, 2020
Otonomi Sekolah

Pendidikan Holistik Berbasis Karakter adalah model pendidikan


yang secara eksplisit ditujukan untuk mengembangkan seluruh
dimensi manusia, meliputi aspek akademik/kognitif, emosi, sosial,
spiritual, motorik, dan kreativitas.

Penulis dari Indonesia Heritage Foundation.


Artikel dipublikasikan di Suara Pembaruan 9 Juni 2005 saat pengembangan konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2004 melalui penerapan model “Pendidikan Holistik Berbasis Karakter”.
2
Konsep pendidikan ini dianggap cocok untuk abad ke-21.
Reformasi pendidikan di Jepang secara ringkas dapat dirumuskan dalam 3 kalimat
kunci:
Kokoro-no-kyoiku: pendidikan untuk hati, jiwa, atau kedirian manusia
Sogo-gakushyu: pembelajaran holistik
Toku-koshyu koseika: keunikan masing-masing sekolah dan individu

Ministry of Education of British Columbia, Canada di tahun 2000 mencanangkan tujuan


pendidikan yaitu untuk mengembangkan aspek estetika dan kesenian, emosi dan sosial,
intelektual, fisik dan kesehatan, serta tanggung jawab sosial. Perubahan ini berdampak
pada manajemen sekolah (otonomi penuh) maupun kurikulum dan metode pembelajaran
di kelas.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional di Pasal 3 menyatakan “…


bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab…” sejatinya tentang konsep pendidikan yang harus dijalankan yaitu holistik
untuk membangun karakter. 3
Revolusi Paradigma Pendidikan
KBK 2004 menuntut revolusi paradigma pendidikan karena
memerlukan metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang
berbeda dari sistem-sistem sebelumnya.

Contoh:
kelas yang sunyi, anak duduk pasif dengan menyimak dan mencatat
Paradigma lama - kelas yang baik karena anak akan fokus, proses
belajar efektif
Paradigma baru - kelas yang kurang baik karena anak akan bosan,
proses belajar tidak efektif

Vygotsky - proses belajar yang dapat meningkatkan semangat


siswa adalah dengan berdiskusi, banyak bertanya, bereksplorasi,
bermain (fun learning) karena mengembangkan kemampuan verbal
dan motorik, termasuk kemampuan berpikir kritis (higher order
thinking).
4
Agar KBK 2004 berhasil, para pendidik dituntut profesional, kreatif,
fleksibel agar dapat menciptakan proses belajar yang efektif.

Otonomi sekolah mutlak diberikan, diwujudkan dalam penerapan


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS memberikan wewenang pada
sekolah bersama masyarakat sekitar untuk mengambil keputusan-keputusan
konkret dalam mengelola pendidikan, hingga memperbaiki kurikulum.

Indonesia Heritage Foundation mendapati masalah perubahan paradigma


pendidikan ini ketika melatih para guru terkait mengubah metode
pembelajaran di kelas demi tercapainya tujuan membangun manusia holistik
- para guru takut dan enggan memperbaiki metode pembelajaran di kelas
agar sesuai teori-teori (baru) yang berlaku seperti Piaget, Erik Erikson,
Vygotsky, dll. Alasannya mereka takut dengan pemilik sekolah dan birokrat
dari dinas pendidikan setempat.

5
Insert Image
Contoh:
Sebuah TK di daerah para gurunya diikutkan pelatihan di Jakarta,
ketika pulang antusias menerapkan ilmu yang diperoleh - mengubah
setting kelas, menyediakan fasilitas eksplorasi di alam terbuka, lalu
penilik sekolah datang menginspeksi dan “tidak suka” dengan
perubahan sehingga fasilitas eksplorasi luar ruang dilarang karena
menurut beliau semua kegiatan belajar harus dilakukan di dalam
ruang kelas.

Para penilik sekolah, terdorong ingin menunjukkan kekuasaannya,


sering tidak mau mendengarkan para guru yang sudah tercerahkan.
Di sisi lain para guru dan kepala sekolah (PNS) takut dianggap
menentang para penilik sekolah karena ancaman mutasi, kesulitan
kenaikan pangkat, dll.

6
Sikap Birokrat
Asumsi penulis, para penilik sekolah tidak setuju
dengan perubahan karena ketidaktahuan sehingga dengan
diikutsertakan dalam pelatihan mereka akan menjadi
mengerti dan menyetujui. Kenyataannya setiap kali para
birokrat dari dinas setempat diundang ikut, jarang yang
mau ikut sampai selesai, hanya ikut pembukaan dan
memberikan sambutan saja.

Padahal justru sebagai birokrat wajib paham dan


karenanya harus selalu meng-update pengetahuan mereka
tentang metode pendidikan yang efektif demi dapat
memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu sesuai UU
No. 20/2003 Pasal 11.

7
Reformasi pendidikan di Jepang, ditujukan untuk membangun
manusia holistik, dilakukan dengan memberikan otonomi penuh
kepada sekolah, contoh dalam revisi kurikulum 1998 isinya dikurangi
70% dari standar sebelumnya dan jumlah hari belajar menjadi lima
hari. Tujuannya adalah meningkatkan mutu SDM Jepang dengan
menciptakan lingkungan belajar yang lebih fleksibel, menyenangkan,
serta sekolah lebih mempunyai otonomi.

Ini diungkapkan dalam International Review of Curriculum and


Assessment Frameworks (2003), “The new course of study is intended
to give teachers more control over their teaching, foster more
children-centered and creative learning through individual instruction
and group work, increase the importance of learning a foreign
language, and emphasize experiential problem-solving learning
activities throughout the school curriculum. The revised course of
study for elementary education also calls for education to produce
citizens who are creative and considerate and for a unique system of
education, which will foster children’s willingness to learn in a
relaxed environment.”

8
Revisi sistem pendidikan di Korea Selatan, sekarang disebut sebagai
the Seventh National Curriculum, ditujukan untuk “…to loosen the
rigid and centralized curriculum framework. Specifically, teachers are
encouraged to be directly and actively involved in decision and
planning process for the curriculum…”

Jam mata pelajaran wajib dikurangi dan jam mata pelajaran pilihan
ditambah, sesuai arahan Presidential Commission of Education
Reform yang menyatakan, “In preparation for the 21st Century, the
development of creativity in children should be given high priority.”

Kurikulum pendidikan di Korea Selatan sudah lama diubah dari


sistem menghafal dan latihan soal-drilling ke arah yang lebih
meningkatkan daya pikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah
kehidupan. Sehingga bahkan anak-anak SD pun sudah dapat
mempunyai kompetensi bagaimana hidup dengan bijak (wise life -
discipline life), cerdas (proper life - intelligent life), dan bahagia
(happy life - pleasant life).

9
Buruknya sekolah-sekolah negeri di A.S. sudah disadari sejak 1980-an
karena sistem birokrasi yang terlalu ketat memberikan kekuasaan
besar kepada para penilik sekolah (superintendent) sehingga sekolah
tidak berkutik untuk dapat melakukan perubahan.
Contoh perubahan yang terjadi di 1988 saat William Bennet - Menteri
Pendidikan A.S. saat itu mengumumkan kota Chicago sebagai kota
dengan sekolah terburuk di A.S., pemerintah Illinois langsung
menanggapi dengan mengeluarkan peraturan baru yang memberikan
otonomi penuh pada sekolah dengan tujuan, “…to free them from
the shackles of the massive, top-down bureaucracy of the
superintendent’s central office.”
William G Ouchi dalam ‘Making Schools Work: A Revolutionary Plan
to Get Your Children the Education They Need (Simon & Schuster,
2003)’ melaporkan ternyata sekolah-sekolah yang tadinya mempunyai
reputasi buruk di Illinois telah berubah menjadi jauh lebih baik setelah
diberikan hak otonomi penuh, bahkan Goudy Elementary School
berubah dari “the worst school in America” menjadi “one of the
best”. Sekarang ribuan Charter School di A.S. telah diberikan izin
untuk beroperasi, yaitu sekolah-sekolah yang diberikan kebebasan
dari ketentuan dan regulasi sehingga dapat mengadopsi kurikulum apa
pun asalkan berhasil mencapai tujuan pendidikan.
10
UU No. 20/2003 Pasal 8 sebetulnya menjamin otonomi sekolah dan
hak masyarakat untuk ikut berperan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Birokrat yang menghalangi ini dapat dituntut. Para pendidik dan


masyarakat luas perlu menyadari hak dan kewajiban mereka agar
kualitas pendidikan kita dapat berubah.

11
Pertanyaan Diskusi
1. Jelaskan yang dimaksud dengan revolusi paradigma pendidikan.
2. Sebutkan manfaat mengubah metode pembelajaran di kelas.
3. Mengapa dan bagaimana birokrat yang menangani manajemen sekolah sering bertolak
belakang dengan manajemen sekolah? Jelaskan.
4. Jelaskan yang dimaksud dengan membangun manusia holistik.
5. Jelaskan mutu pendidikan di Jepang dan Korea Selatan dalam korelasinya dengan otonomi
sekolah. Sebutkan pula manfaatnya.
6. Berikan kesimpulan atas artikel tersebut.

12
THANK YOU

Agustinus Setyo Broto

+62 – 81 392 725 716

agustinusbroto@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai