MANAJEMEN SEKOLAH
Sebagian besar materi dalam buku ini diadaptasi oleh Agus Dharma,
PhD dari materi berjudul Better School: Resources Materials for School
Heads yang dimuat dalam ranah publik (public domain)
http:/library.unesco-iicba.0rg/English/Better School
PENGANTAR
Orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan
Orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan
Winston Churchill
Sebagian besar materi dalam buku ini diadaptasi dari Better Schools:
Resource Materials for School Heads: http:/library.unesco-
iicba.0rg/English/Better School/. Materi ini diadaptasi karena
dipandang dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar dalam
pelatihan yang diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan
profesional para kepala sekolah. Tujuannya tidak lain agar para kepala
sekolah terilhami untuk memikirkan kembali praktik manajemen sekolah
mereka dan berusaha menemukan cara lebih produktif dalam upaya
menyelenggarakan pendidikan yang bermutu bagi peserta didik. Ini tentu
tidak mudah, tetapi seperti kata-kata bijak Winston Churchill, sebagai orang
yang optimis Anda akan dapat melihat adanya kesempatan dalam setiap
kesulitan yang Anda hadapi.
MANAJEMEN SEKOLAH i
PENGANTAR
Edisi pertama buku ini dipublikasikan pertama kali pada 2005 yang
kemudian telah direvisi dan dicetak beberapa kali. Revisi dilakukan
mengikuti perkembangan pengetahuan dan kebijakan dalam manajemen
pendidikan. Kita tahu bahwa utamanya sejak 2001 telah banyak perubahan
yang terjadi dalam manajemen pendidikan di Indonesia. Perubahan orientasi
pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi telah menimbulkan dampak
yang sangat signifikan dalam manajemen pendidikan di Indonesia.
Pemerintah pusat, dalam konteks NKRI, menetapkan kebijakan-kebijakan
strategis dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu bagi semua. Kini pemerintah daerah memainkan peran jauh lebih
besar dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan itu di wilayah masing-masing.
Pada tataran operasional, sejak diterapkannya manajemen berbasis sekolah
(MBS) yang ditetapkan dalam Pasal 51 ayat 1 Undang-undang Nomor 20
Tahun 20003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peran sentral kepala
sekolah dalam urusan mencerdaskan anak bangsa ini makin menonjol.
Dalam Pasal tersebut dinyatakan bahwa ”pengelolaan satuan pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen
berdasarkan sekolah/madrasah.” Penjelasan Pasal tersebut menyatakan
bahwa MBS ”adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan
pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu
oleh komite sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan.”
Pemberdayaan kepala sekolah dari sisi kewenangan ini tampaknya tidak akan
serta-merta membuat mereka dapat memainkan perannya itu dengan baik.
Mereka harus terus-menerus belajar mengasah kompetensi dan menambah
pengetahuan dari berbagai sumber. Dalam konteks inilah pentingnya buku
ini sebagai salah satu sumber belajar. Semua bahan yang disajikan dalam
buku ini diupayakan untuk tidak mengetengahkan banyak teori. Kepala
sekolah sebaiknya belajar dari pengalaman mereka sendiri melalui penilaian
lingkungan dan praktik yang mereka lakukan, serta membandingkannya
dengan gagasan yang mereka pandang dapat meningkatkan mutu sekolah
mereka. Seperti para profesional lainnya, para kepala sekolah harus memikul
tanggung jawab mengembangkan diri sendiri, orang-orang yang bekerja
bersama mereka, dan bersama-sama mengembangkan sekolah mereka.
Dampak semua bahan yang disajikan di sini tidak akan segera tampak, tetapi
kepala sekolah diharapkan dapat mengidentifikasi contoh-contoh yang
menunjukkan peningkatan diri dan pada saat yang sama membuat sekolah
mereka menjadi lebih baik. Para kepala sekolah harus paham bahwa
pengetahuan tidak akan ada artinya jika tidak disebarkan. Itu sebabnya
mereka perlu berbagi gagasan dengan berbagai pihak yang peduli dengan
upaya memajukan pendidikan di sekolahnya; seperti rekan sejawat, pejabat
MANAJEMEN SEKOLAH ii
PENGANTAR
Para kepala sekolah seharusnya menyadari bahwa mereka perlu belajar terus.
Belajar tidak mengenal istilah pensiun. Bahan ini tidak hanya bagi mereka
yang sedang menjadi kepala sekolah, tetapi juga bagi mereka yang akan
memangku jabatan sebagai kepala sekolah. Bahan pelatihan ini dapat
diterapkan di semua jenis sekolah termasuk madrasah, dari sekolah dasar
sampai sekolah menengah, apakah negeri atau swasta, dengan segala
perbedaan kurikulum yang diterapkan.
MEDIA BELAJAR
Kelompok studi informal. Anda juga dapat mempelajari bahan ini dengan
sesama kepala sekolah yang lain secara berkelompok, sekalipun secara tidak
formal. Tempat belajar dapat di mana saja; apakah di rumah Anda, di kantor
sekolah, di balai warga/desa, atau tempat lain yang memungkinkan untuk
berdiskusi. Materi buku ini dapat juga dipakai oleh asosiasi atau
perhimpunan kepala sekolah di tempat Anda, apakah di tingkat kecamatan,
kabupaten, atau provinsi. Musyawarah kerja kepala sekolah ini perlu
menetapkan seseorang sebagai orang yang bertanggung jawab untuk
memulai, memfasilitasi, dan mengoordinasikan program pelatihan.
Kelompok formal. Buku ini dapat juga digunakan secara sistematik untuk
menjangkau sejumlah besar kepala sekolah dalam suatu pelatihan formal
yang diselenggarakan oleh dinas-dinas pendidikan (kabupaten/kota atau
provinsi). Atau pelatihan pada level nasional diselenggarakan oleh instansi
Kemendiknas yang menangani pendidikan dan pelatihan pegawai, antara lain
Pusdiklat Pegawai Kemendiknas, Jl. Raya Cinangka Km 19,
Bojongsari, Depok 16517, Telp: (021) 7490410, 7490411, Faks : (021)
7491174, http//:pusdiklat.depdiknas.go.id.
Belajar jarak jauh. Semua bahan dalam buku ini juga dapat diadaptasi
untuk digunakan dalam kursus belajar jarak jauh, apakah melalui media
tulisan atau elektronik (televisi atau radio) atau dapat pula melalui internet.
BAHAN ACUAN
Tidak ada bagian dalam buku ini yang dapat dipelajari tanpa disertai dengan
bahan lain. Penting sekali agar sedapatnya bahan itu ada dan berada dalam
jangkauan Anda. Bahan penting yang diterbitkan di Indonesia atau
kemungkinan tersedia di sekolah Anda termasuk yang berikut.
MANAJEMEN SEKOLAH iv
PENGANTAR
BACAAN
Berikut in disajikan sedikit saja dari sekian banyak buku yang ditulis atau
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Buku-buku berikut bukan
hanya tentang manajemen pendidikan, tetapi juga manajemen organisasi
umumnya yang dapat diterapkan dalam mengelola sekolah.
Agus Dharma (1985, edisi revisi cetakan kelima 2004), Manajemen Supervisi: Petunjuk Praktis
Bagi Para Supervisor, Jakarta: PT. RajaGrafindo Perkasa.
Alan Fowler (1993, terjemahan), Keterampilan Bernegosiasi, Jakarta: Binarupa Aksara.
Depdiknas (1999), Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Umum, Ditjen Dikdasmen.
Donald Weis (1990, terjemahan), Bagaimana Mendelegasikan Secara Efektif, Binarupa Aksara-
Amacom
Dr. Dedi Supriadi (1998), Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa.
Dr. Dimyati dan Drs. Mujiono (2002), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta dan
Depdiknas.
Dr. H. Nana Sudjana (2002), Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung:
Sinar Baru Algesindo
Dr. Ibrahim Bafadal (2003), Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, Jakarta:
Bumi Aksara
Dr. Umaedi, M.Ed (2004), Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah: Mengelola Pendidikan
Dalam Era Masyarakat Berubah, Jakarta: Pusat Kajian Manajemen Mutu Pendidikan.
Drs. Nurkholis, MM (2003), Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Grasindo.
Hannaway, Conor dan Hunt, Gabriel (2004, terjemahan Yoseph Bambang Margono), The
Management Quick Reference Book, Bandung: Penerbit Kaifa, PT. Mizan.
Hersey, Paul dan Blanchard, Ken (1988, terjemahan Agus Dharma), Manajemen Perilaku
Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Prentice-Hall; Jakarta: PT. Erlangga.
I Gede Pranaseto (2003), Cara Jitu Membuat Keputusan, Progres
MANAJEMEN SEKOLAH v
PENGANTAR
Marion E. Haynes (1991, terjemahan), Manajemen Waktu Untuk Diri Sendiri, Jakarta:
Binarupa Aksara.
Saiful Anam (2006), Sekolah Dasar: Pergulatan Mengejar Ketertinggalan, Solo: PT. Wangsa Jatra
Lestari.
Syaiful Sagala (2004), Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Nimas Multima.
Stephen R. Covey (….terjemahan), Pemimpin Berkekuatan Prinsip, Jakarta: Progres
Tim Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003), Prinsip-prinsip Manajemen Pelatihan, Pusdiklat
Pegawai Depdiknas, Sawangan, Depok, Jawa Barat.
Wardiman Djojonegoro (1996), Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia,
Jakarta: Balitbang, Depdikbud.
Selain itu, bagi kepala sekolah yang dapat menggunakan internet dapat
mengakses banyak website yang memuat sumber informasi tentang
penyelenggaraan pendidikan di berbagai negara umumnya atau di Indonesia
khususnya. Misalnya, www.depdiknas.go.id, www.pendidikan.net, atau www.e-
dukasi.net. Semua laman itu memuat berbagai informasi berguna yang ditulis
dalam bahasa Indonesia. Seluruh materi dalam buku ini juga dapat diakses
dan diunduh dari laman Pusdiklat Pegawai Kemendiknas.
Sekali lagi perlu dikemukakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang
diamanahkan bagi para kepala sekolah sama sekali tidak ringan. Para kepala
sekolah harus mampu memainkan peran ganda sebagai guru kepala dan
kepala eksekutif (manajer) dengan sama baiknya untuk membangun
lingkungan pembelajaran yang kondusif; yaitu lingkungan yang
memungkinkan setiap warga sekolah untuk menemukan dan
mengembangkan potensi kecerdasan mereka secara komprehensif dan
optimal. Dalam lingkungan seperti ini, setiap warga sekolah menyadari
bahwa kecerdasan bukan semata urusan akademik (intelektual), tetapi juga
urusan spiritual, emosional, dan kinestetik; atau dengan kata lain urusan
logika, etika, estetika, dan praktika. Warga sekolah menyadari bahwa belajar
tidak berhenti di bangku sekolah, tetapi berlangsung sepanjang hayat. Sudah
seharusnya jabatan sebagai kepala sekolah dipikulkan bagi mereka yang
benar-benar amanah mengemban tanggung jawab profesionalnya itu.
Mereka yang akan menjadi kepala satuan pendidikan formal ini harus
ditetapkan melalui proses seleksi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan cara ini urusan membangun masa depan yang sangat penting itu
akan dapat dijamin berada pada orang yang benar-benar dapat diandalkan.
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat.
Sawangan, Maret 2010
Kepala Pusdiklat Pegawai Kemendiknas
MANAJEMEN SEKOLAH vi
PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENGANTAR i
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1
Pengantar 2
Tuntutan Terhadap Manajer Sekolah 4
Standar Kepala Sekolah 16
Identifikasi Kebutuhan 26
Membuat Sekolah Anda Lebih Baik 36
BAGIAN 2 PENGEMBANGAN DIRI 43
MANAJER PENDIDIKAN
Pengantar 44
Analisis Pekerjaan 46
Kepemimpinan Kepala Sekolah 53
Pengembangan Profesional 68
Berfungsi Secara Efektif Dalam Kelompok 77
Manajemen Waktu 92
BAGIAN 3 PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN SEKOLAH 105
Pengantar 106
Visi. Misi, Nilai-nilai, dan Tujuan Sekolah 109
Manajemen Sekolah 117
Hubungan Manusia dan Masyarakat 130
Pendelegasian di Sekolah 138
Komunikasi dan Negosiasi 143
Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah 153
Manajemen Perubahan 158
BAGIAN 4 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA 165
Pengantar 166
Seleksi Pegawai 169
Pengembangan Pegawai 176
Pemotivasian Pegawai 184
Penilaian Kinerja Pegawai 191
MANAJEMEN SEKOLAH ix
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pengantar 2
Tuntutan Terhadap Manajer Sekolah 4
Standar Kepala Sekolah 16
Identifikasi Kebutuhan 26
Membuat Sekolah Anda Lebih Baik 36
Pengantar
Perbedaan antara yang mungkin dan yang tidak mungkin, terletak pada tekad Anda
Tommy Lasorda
Bagian pendahuluan ini terdiri atas empat unit bahasan, yaitu tuntutan
terhadap manajer sekolah, standar kepala sekolah, identifikasi kebutuhan,
dan menjadikan sekolah Anda lebih baik.
Tujuan unit ini adalah agar Anda merefleksikan tuntutan terhadap kepala
sekolah sebagai manajer--sebuah organisasi yang disebut sekolah--dari
berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk kurangnya persiapan bagi
mereka yang ditugaskan mengelola sekolah.
Tujuan unit ini adalah menyajikan standar kepala sekolah yang mencakup
kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah yang diolah berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Identifikasi kebutuhan
Unit ini memuat tema semua bagian buku ini dan merupakan tantangan bagi
Anda sebagai manajer sekolah. Jika Anda ingin membuat sekolah Anda
menjadi lebih baik daripada sebelumnya, maka Anda perlu merencanakan
pengembangannya. Unit ini diharapkan dapat membantu Anda mengelola
perencanaan pengembangan sekolah.
Tuntutan
Terhadap Manajer Sekolah
Jangan menyerah karena Anda tidak gagal sebelum Anda menyerah
PENGANTAR
Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik, kepala sekolah harus dapat
mendayagunakan semua sumber daya yang tersedia dengan cara yang paling
produktif (efektif dan efisien) dalam situasi yang dinamis yang dipengaruhi
berbagai faktor internal dan eksternal. Situasi ini sering terkendala oleh
makin menyusutnya sumber dana dari pemerintah dan pada saat yang sama
oleh semakin tingginya tuntutan untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu.
Kepala sekolah di banyak negara berada dalam posisi yang sulit, karena
mereka diharapkan mengelola proses pendidikan dengan kualitas lebih baik
dalam masa semakin menyusutnya sumber daya. Sekalipun sebagian besar
kepala sekolah menghadapi masalah yang sedemikian rumit, hanya sedikit
negara yang secara sungguh-sungguh memikirkan isu yang berkaitan dengan
penyeleksian, pengangkatan, pelatihan, dan pendukungan bagi kepala
sekolah.
dipandang baik dan cakap sebagai guru kelas/bidang studi yang kemudian
diangkat menjadi kepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak di antaranya
yang tadinya berkinerja sangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul setelah
menjadi kepala sekolah. Umumnya mereka tidak cocok untuk mengemban
tanggung jawab manajerial. Orang-orang seperti ini telah mencapai puncak
inkompetensinya dan akan tetap di situ sampai pensiun. Bayangkan nasib
sekolah jika dipimpin oleh seseorang yang sama sekali tidak kompeten.
Para kepala sekolah (negeri dan swasta) perlu disiapkan benar agar dapat
mengelola sekolahnya dengan baik. Kebutuhan untuk lebih menyiapkan dan
meningkatkan kemampuan kepala sekolah ini barangkali lebih mendesak di
negara-negara sedang berkembang umumnya dan di Indonesia khususnya.
HAKIKAT KEKEPALASEKOLAHAN
Secara sederhana, kepala sekolah adalah orang yang diangkat oleh pihak
yang berwenang untuk mengelola suatu sekolah. Pihak yang berwenang ini
boleh jadi pemerintah (daerah) untuk kepala sekolah negeri atau yayasan
bagi kepala sekolah swasta. Siapapun yang mengangkat Anda, ketika Anda
diangkat Anda terikat dalam suatu kontrak. Dengan kontrak itu, tertulis atau
tidak, Anda bertanggung gugat untuk mengelola sekolah dengan sebaik-
baiknya.
Daftar di atas tentunya tidak memuat semua hal. Namun, penting diingat
bahwa beberapa kendala mungkin hanya bersifat sementara jika Anda
berusaha untuk:
Tanggung jawab utama seorang kepala sekolah antara lain adalah mencapai
hasil sebaik mungkin dengan mengoordinasikan sistem kerja satuan
pendidikannya secara produktif. Suatu sistem kerja secara sederhana dapat
digambarkan dalam hubungan kondisi proses hasil sebagai berikut.
BALIKAN FORMATIF
BALIKAN MOTIVATIF
Hasil: Hasil adalah keluaran, yaitu segala sesuatu yang dihasilkan dari proses
kerja. Misalnya: barang tertentu, jasa tertentu, atau laporan mengenai
pelaksanaan pekerjaan, dan sebagainya. Hasil sekolah sebagai sistem adalah
lulusan sekolah, yaitu peserta didik (jumlah dan kualitas) yang telah
menyelesaikan proses pembelajaran formal dalam jenjang tertentu.
Rekan Kerja. Rekan kerja sering memberikan balikan dengan berbagai cara,
baik hal itu dilakukan secara formal maupun secara tidak formal. Balikan
formal misalnya anggota gugus sekolah Anda mengusulkan Anda kepada
dinas pendidikan untuk memperoleh penghargaan. Balikan tidak formal
misalnya menyarankan Anda sebagai teman untuk tidak lagi merokok.
Pekerjaan. Para guru dan staf mendapat balikan dari pekerjaan itu sendiri
jika mereka dapat mengetahui hasil pekerjaan yang mereka lakukan; apakah
hasil itu baik atau jelek. Kalau guru dan staf mengetahui standar kinerja,
mereka akan berusaha melakukan pekerjaan sesuai standar atau bahkan
mungkin melebihinya.
Peserta didik. Tidak jarang guru sering mendapat pujian atau penghargaan
dari peserta didik atau dari orang tua mereka atas dedikasi mereka
membimbing dengan sikap asah, asih, dan asuh sehingga pengaruhnya
sangat membekas dalam diri peserta didik.
Sebagai kepala sekolah, Anda merupakan sumber balikan yang yang paling
penting bagi warga sekolah. Anda mewakili birokrasi pendidikan dan
memiliki wawasan lebih luas dibandingkan dengan para guru dan staf lain.
Anda berhubungan langsung dengan pekerjaan, para guru, dan staf sehingga
dapat memberikan balikan yang segera dan berarti bagi mereka.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat dua jenis balikan, yaitu
balikan motivasi dan balikan formatif. Pemberian kedua jenis balikan ini
sangat penting Anda kuasai. Penting diperhatikan bahwa kedua balikan ini
berbeda dampak dan saat memberikannya.
Para guru juga turut menyumbang terhadap situasi yang tercipta dalam
sekolah. Jika Anda ingin menciptakan tim kerja yang efektif, Anda perlu
menunjukkan pemahaman dan penghargaan Anda atas situasi kerja guru,
serta persepsi mereka terhadap Anda sebagai kepala sekolah. Jika Anda
meminta guru untuk menyusun daftar fungsi dan tugas yang menurut
mereka harus dilaksanakan kepala sekolah dalam situasi sekolah yang
normal, guru kemungkinan ingin agar Anda:
PENTINGNYA PENDELEGASIAN
Para kepala sekolah umumnya mengeluh karena mereka sangat sibuk dengan
tetek-bengek administratif sehingga tidak banyak waktu dan energi yang
• Pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota.
• Lembaga lainnya, seperti yayasan sosial, keagamaan, atau perusahaan
swasta.
• Masyarakat lokal.
• Orang tua dan peserta didik.
Anda perlu paham benar tentang hal-hal yang diharapkan dari Anda dan
struktur pelaporan dalam birokrasi pendidikan Anda. Anda perlu memahami
benar prosedur “akunting” yang harus diikuti. Anda mungkin diharuskan
menyampaikan laporan keuangan dalam bentuk-bentuk tertentu secara
berkala.
Selain itu sebagai kepala sekolah Anda juga wajib mengusahakan agar hak
peserta didik terpenuhi. Hak tersebut, seperti yang ditetapkan dalam Pasal
12 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, antara lain sebagai berikut.
Tentu saja para peserta didik tidak akan menyuarakan hal-hal seperti itu.
Akan tetapi jika Anda terus-menerus tidak peka terhadap pengharapan
mereka, Anda sedang duduk di atas bom waktu yang sewaktu-waktu dapat
meledak dan merusak semuanya.
RINGKASAN
PENGANTAR
Kepribadian
Manajerial
Manajemen pada dasarnya adalah proses mencapai tujuan atau hasil tertentu
melalui dan dengan orang lain dengan mendayagunakan semua sumber daya
yang tersedia secara produktif. Proses manajemen mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan penilaian.
Kewirausahaan
Supervisi
Sosial
Kompetensi utama dalam dimensi ini adalah bekerja sama dengan orang tua
peserta didik, anggota masyarakat, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya
bagi kepentingan sekolah. Ukuran pokok yang dapat digunakan untuk
mengukur dimensi kompetensi ini antara lain adalah sebagai berikut.
PENINGKATAN KOMPETENSI
• Pengembangan staf
• Pengembangan profesional
• Pelatihan dalam pekerjaan (on-the-job training)
• Pengembangan diri
• Keinginan/pilihan pribadi.
• Kuatnya dorongan kebutuhan itu sekarang.
• Relevansi kebutuhan.
• Tekanan publik.
RINGKASAN
Identifikasi Kebutuhan
Bahaya terbesar pada masa yang penuh dengan guncangan bukanlah guncangan itu sendiri,
tetapi bertindak dengan logika usang
Peter F. Drucker
PENGANTAR
Unit ini akan membantu Anda dalam melakukan tugas yang rumit untuk
mengidentifikasi kebutuhan sekolah. Agar Anda dapat melakukannya,
pertama-tama Anda harus dapat mengidentifikasi kebutuhan berbagai
komponen yang bersama-sama merupakan kebutuhan sekolah secara
menyeluruh.
PERISTILAHAN
MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN
Kebutuhan Nasional
Anda perlu mendasarkan misi dan tujuan sekolah atas pemahaman yang baik
tentang kebijakan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yang
memengaruhi pelaksanaan pendidikan di tingkat sekolah. Selain Undang-
undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-
undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan peraturan
pemerintah tentang pendidikan pada level sekolah Anda, Anda juga perlu
mengkaji sejumlah bahan yang antara lain berkenaan dengan:
Kebutuhan Staf
Bayangkan diri Anda sebagai seorang guru yang masih baru dan kurang
berpengalaman. Apa yang Anda pandang sebagai kebutuhan utama Anda?
Anda hanya dapat melaksanakan misi dan mencapai tujuan sekolah dengan
bekerja dengan dan melalui orang lain, khususnya staf Anda. Jadi, Anda
banyak peserta didik. Mereka juga ingin agar sekolah mereka menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan bertanggung jawab, yang berprestasi dalam
bidang pilihannya dan di masyarakat. Pada gilirannya lulusan seperti ini akan
membuat sekolah menjadi lebih terpandang dan menguntungkan
pengurusnya.
Masing-masing otoritas mungkin memiliki kebutuhan yang lebih spesifik.
Misalnya, sebuah sekolah swasta berusaha meningkatkan kesejahteraan staf
dan guru agar mereka makin termotivasi. Yayasan agama kemungkinan akan
lebih peduli dengan kualitas moral dan spiritual para peserta didiknya dan
dampaknya bagi masyarakat secara keseluruhan.
Kebutuhan Masyarakat dan Orang Tua
Jika Anda mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik, atau
mengadakan pertemuan dengan pemuka masyarakat, minta mereka
mengidentifikasi hal-hal yang menurut mereka harus dipenuhi sekolah Anda.
Jangan minta mereka untuk menuliskan hal itu; biarkan mereka bicara, Anda
menyimak, dan menuliskannya pada saat itu atau setelah pertemuan itu.
Pertemuan informal seperti ini sering menghasilkan informasi penting yang
dapat Anda gunakan untuk mengembangkan sekolah.
Kemungkinan Anda akan memperoleh respon yang berbeda dari orang tua
dan masyarakat yang bergantung pada tingkat pendidikan mereka. Sebagian
dari mereka mungkin akan merasa heran dimintai pendapat dan sebagian
lain kemungkinan akan merasa dihargai karena pendapat mereka didengar.
Sebagian lain yang lebih berpendidikan mungkin akan tampak lebih seperti
penceramah yang menggurui. Ada juga yang lebih menekankan tuntutan atas
hak-hak mereka, terlepas apakah mereka memenuhi kewajiban pendidikan
dalam artian luas terhadap anak-anak mereka atau tidak. Sebagian yang lain
kemungkinan tidak berpendapat apa-apa dan lebih menyerahkan segala
sesuatunya kepada Anda.
Apapun status sosial ekonomi orang tua, Anda seyogianya berbicara dengan
mereka. Dengan melibatkan lebih banyak orang tua dan anggota masyarakat,
staf dan peserta didik akan lebih sadar bahwa mereka bertanggung gugat atas
isi dan proses pembelajarannya.
RINGKASAN
PENGANTAR
Sebagai kepala sekolah Anda perlu memahami bahwa perubahan tidak dapat
dilakukan dalam waktu semalam. Perlu Anda pertimbangkan benar bahwa
ketika Anda memperoleh tanggung jawab menjadi kepala sekolah, Anda
akhirnya akan harus menjawab pertanyaan: Apa manfaat yang dapat
diharapkan dari keberadaan Anda sebagai kepala sekolah? Dengan kata lain,
apa yang akan Anda lakukan untuk sekolah Anda?
Jawaban Anda tentulah sudah jelas bahwa Anda akan berusaha keras
membuat sekolah Anda menjadi lebih baik, menjadi sekolah yang dapat
dibanggakan. Anda ingin sekolah Anda menjadi tempat yang kondusif bagi
peserta didik untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
Selain kontribusi masukan seperti gedung sekolah, buku, furnitur, guru yang
berkualitas baik, dan banyak hal lainnya, sekolah yang efektif sangat
dipengaruhi oleh proses penjaminan mutu. Proses penjaminan mutu adalah
prosedur yang memfasilitasi pencapaian tujuan sekolah yang ditetapkan
tinggi. Proses ini boleh jadi dilakukan oleh lembaga di luar sekolah atau oleh
sekolah itu sendiri.
Proses ini dimulai dengan perumusan misi dan tujuan sekolah. Misi dan
tujuan ini dijabarkan dari tujuan nasional dan dikaitkan dengan kebutuhan
masyarakat dan peserta didik. Selanjutnya dilakukan analisis tingkat
pencapaian tujuan sekolah dalam kaitannya dengan keseluruhan aktivitas,
fasilitas, dan pegawai sekolah. Analisis ini disebut evaluasi audit.
Bidang utama audit sekolah yang dapat Anda identifikasi mencakup yang
berikut.
• Penyusunan tujuan
• Audit/evaluasi
• Pelaksanaan/pengembangan
• Audit/evaluasi
Hambatan Perubahan
Pemahaman perlunya
perubahan
(analisis kebutuhan dan
identifikasi masalah)
Membangun hubungan
Evaluasi perubahan
(Apa yang telah dipelajari— (menciptakan kesadaran
setelah ini ke mana?) perlunya perubahan dan
suasana yang kondusif untuk
perubahan)
Generalisasi &
stabilisasi Upaya ke arah perubahan
(memastikan penerapan (menentukan pekerjaan yang
inovasi dan tidak
akan dilaksanakan dan
mengalami perubahan
melaksanakannya)
lebih lanjut)
RINGKASAN
1. Anda akan berusaha keras membuat sekolah Anda menjadi lebih baik,
menjadi sekolah yang dapat dibanggakan. Anda ingin sekolah Anda
menjadi tempat yang kondusif bagi peserta didik untuk mengembangkan
potensinya seoptimal mungkin.
2. Proses penjaminan mutu adalah prosedur yang memfasilitasi pencapaian
tujuan sekolah yang tinggi. Proses ini boleh jadi dilakukan oleh lembaga
di luar sekolah atau oleh sekolah itu sendiri. Proses penjaminan mutu
eksternal memiliki dua manfaat penting sebagai cara mencapai tujuan
sekolah, yaitu menilai kinerja sekolah yang dilakukan secara independen
dan memfasilitasi upaya memperkaya gagasan secara silang.
Kelemahannya antara lain adalah penilaian kinerja memerlukan biaya
besar dan evaluasi mungkin tidak dilakukan secara reguler.
3. Perencanaan pengembangan atau peningkatan (kinerja) sekolah adalah
sebuah proses penjaminan mutu yang dilakukan dari dalam sekolah. Ini
merupakan program evaluasi sendiri sekolah yang terus-menerus yang
PENGEMBANGAN DIRI
MANAJER SEKOLAH
Pengantar 44
Analisis Pekerjaan 46
Pengembangan Profesional 68
Manajemen Waktu 92
Pengantar
Anda dapat saja menunggu datangnya hal-hal yang Anda inginkan,
tetapi yang Anda peroleh telah kedaluarsa
Sekolah dewasa ini adalah organisasi yang semakin rumit dikelola. Hal ini
karena kita sekarang menyadari sulitnya menyediakan program pembelajaran
yang dapat memenuhi beragamnya kemampuan dan minat peserta didik,
serta tantangan untuk memberikan mereka keterampilan yang relevan dan
terpakai untuk dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Sekalipun
kompetensi dan keberhasilan mengajar di kelas merupakan kriteria penting
untuk dapat dipromosi di masa lalu, dewasa ini lebih banyak lagi
keterampilan yang diperlukan. Kepala sekolah diharapkan memiliki
kemampuan manajerial yang baik agar dapat memimpin sekolahnya secara
produktif.
Bagian ini terdiri atas lima unit, yaitu analisis pekerjaan, kepemimpinan
kepala sekolah; pengembangan profesional, berfungsi secara efektif dalam
kelompok, dan manajemen waktu.
Analisis pekerjaan
Pengembangan profesional
Sebagai manajer sekolah, Anda harus bekerja dengan dan dalam kelompok.
Unit ini menyajikan beberapa metode, teknik, dan prosedur bagi Anda untuk
lebih mengefektifkan kelompok bagi peningkatan kinerja sekolah.
Manajemen waktu
Waktu adalah salah satu sumber yang jumlahnya sama bagi semua orang,
tetapi sebagian kita menggunakannya jauh lebih baik. Melalui unit ini Anda
akan mempelajari cara penggunaan waktu dengan lebih baik sebagai kepala
sekolah.
Analisis Pekerjaan
Kandungan motivasi intrinsik dalam profesi guru sangatlah tinggi, profesi yang mulia ini
dicederai oleh kurangnya kompetensi, rendahnya keinginan untuk berkembang, dan
konteks pekerjaan yang tidak kondusif
PENGANTAR
Analisis pekerjaan terdiri atas dua unsur: uraian pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan. Uraian pekerjaan mencakup tugas-tugas yang dilaksanakan dan
spesifikasi pekerjaan memberitahu kita tentang kualifikasi orang yang paling
mungkin dapat melaksanakan pekerjaan itu dengan baik.
Uraian Pekerjaan
Daftar tugas yang Anda buat kemungkinan telah mencakup yang berikut.
Salah satu masalah dengan daftar yang Anda buat barangkali terlalu panjang,
yang mungkin memuat dua puluh tugas atau lebih. Pertanyaan yang timbul
dari analisis seperti ini antara lain: Apakah saya melakukan hal-hal yang
seharusnya saya lakukan? Apakah saya melakukan terlalu banyak hal?
Mungkinkah beberapa dari pekerjaan dapat dilakukan dengan sama baiknya
oleh guru lain? Adakah keseimbangan tugas yang saya lakukan, misalnya,
dalam kaitannya dengan yang berikut?
• Jangka pendek, yang sifatnya krisis, misalnya guru absen; hal-hal yang
bersifat jangka menengah; misalnya jawal pelajaran untuk semester
berikutnya; dan jangka panjang, misalnya evaluasi praktik pembelajaran
dan penyusunan target?
• Isu sumber daya seperti perbaikan dan buku atau tentang orang seperti
berkomunikasi dengan staf?
• Urusan pribadi seperti pembayaran staf, atau masalah profesional seperti
pengorganisasian ujian?
• Peserta didik, guru, dan orang tua?
Spesifikasi Pekerjaan
Dapat bekerja sama dengan orang tua peserta didik dan anggota
masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang
beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat.
KEPALA SEKOLAH:
EKSEKUTIF KEPALA ATAU KEPALA PROFESI?
Ketiga hal itu berfokus pada sekolah sebagai lembaga sosial–lembaga yang
diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan generasi muda. Oleh
sebab itu, sekolah merupakan sarana mencapai tujuan dan bukan tujuan itu
sendiri. Ini tercermin dalam berbagai peran yang dilakukan kepala sekolah.
Ada yang membedakan antara kepala sekolah sebagai eksekutif kepala dan
kepala sekolah sebagai kepala profesi atau guru kepala.
Beberapa kegiatan yang Anda lakukan sebagai kepala sekolah dalam peran
Anda sebagai kepala profesi (guru kepala).
Kompetensi Profesional
Memiliki wawasan luas serta pengetahuan dan keterampilan mutakhir,
termasuk kemampuan memulai, mengarahkan, berkomunikasi, dan
mendelegasikan.
Kepemimpinan
• Menunjukkan contoh perilaku yang dapat diteladani.
• Memotivasi dan mengilhami orang lain.
• Membangun rasa percaya diri (memberdayakan).
• Mengevaluasi kualitas dan kontribusi staf secara obyektif.
• Dapat mengambil keputusan sulit.
• Memiliki hubungan baik dengan peserta didik, staf, dan orang tua peserta
didik.
• Mengembangkan sekolah melalui kerja tim.
• Berkomunikasi dengan jelas dan tepat waktu.
Kita tidak hanya perlu membahas efektivitas, tetapi juga apa yang bukan
efektivitas. Seperti halnya memberi angka atas hasil kerja peserta didik, kita
juga perlu dapat menentukan apakah hasil kerja kepala sekolah istimewa,
baik, cukup, atau di bawah harapan dengan menentukan kriterianya.
Sebelum mengakhiri unit ini ada baiknya jika Anda merenungkan pesan
bijak berikut sebagai “kaidah emas manajemen” ketika bekerja sama dengan
orang-orang di sekeliling Anda.
RINGKASAN
1. Analisis pekerjaan terdiri atas dua unsur: uraian pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan. Uraian pekerjaan mencakup tugas-tugas yang dilaksanakan dan
spesifikasi pekerjaan memberitahu kita tentang kualifikasi orang yang
paling mungkin dapat melaksanakan pekerjaan itu dengan baik.
2. Unsur utama uraian pekerjaan hendaknya antara lain mencakup rumusan
tugas-tugas utama, indikasi orang-orang atau kelompok kepada siapa
pelaksana pekerjaan bertanggung gugat, indikasi wewenang yang dimiliki
atas staf lainnya, sifat hubungan yang harus dilakukan, dan tugas-tugas
yang akan dilaksanakan.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Fungsi kepemimpinan adalah melahirkan lebih banyak pemimpin,
bukan lebih banyak pengikut
Ralph Nader
PENGANTAR
HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Anda harus menyadari pentingnya peran Anda sebagai kepala sekolah dalam
proses pengembangan sumber daya manusia. Kepala sekolah dengan peran
kepemimpinannya tidak menunggangi kebutuhan para pengikutnya untuk
mencapai tujuannya sendiri. Kepala sekolah seperti ini tidak menggunakan
kekuatan pengaruhnya untuk membuat para anggota sekolahnya semakin
bergantung, tetapi berusaha membuat mereka mandiri.
Wewenang
Keahlian
Imbalan
Kepribadian
Pengaruh ini didasarkan pada ciri-ciri seseorang. Kepala sekolah yang tinggi
pengaruh kepribadiannya, pada umumnya disukai dan dikagumi karena
kepribadiannya yang menarik. Rasa suka dan kagum ini pada gilirannya
memengaruhi orang lain.
Informasi
Pengaruh ini didasarkan pada informasi yang dimiliki seseorang dan orang
lain memandangnya bernilai. Hal ini memengaruhi orang lain karena mereka
memerlukannya.
Koneksi
Umumnya setiap orang hampir memiliki semua jenis pengaruh itu dengan
kadar yang berbeda-beda. Yang pasti adalah bahwa kepala sekolah memiliki
pengaruh kedudukan karena jabatannya. Namun, tidak semua kepala sekolah
memiliki pengaruh pribadi yang mendalam di kalangan bawahannya. Perlu
diingat pula bahwa apakah pengaruh yang dimiliki itu menimbulkan akibat
atau tidak, bergantung pada kebutuhan orang yang akan dipengaruhi.
Misalnya, imbalan tidak akan banyak artinya jika orang yang berusaha
dipengaruhi tidak membutuhkan imbalan itu.
Para kepala sekolah harus menyadari bahwa tanggung jawab utama kepala
sekolah dalam mengelola unit kerjanya adalah mencapai hasil dengan dan
melalui orang-orang yang dikelolanya. Keberhasilan kepala sekolah diukur
dari keluaran atau produtivitas unit kerjanya melalui dan dengan orang-orang
yang dikelolanya. Gaya kepemimpinan kepala sekolah sangat memengaruhi
keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola orang-orangnya.
Sekarang apa yang kita maksudkan sebagai situasi? Banyak faktor yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan gaya tertentu yang antara lain meliputi
waktu, jenis pekerjaan yang harus dilakukan, dan tingkat perkembangan
TP 4 TP 3 TP 2 TP 1
Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu
dan Tetapi Tetapi dan
Mau Tidak Mau Mau Tidan Mau
Gaya Kepemimpinan
Telah dikemukakan bahwa keempat gaya itu sama efektifnya jika diterapkan
dalam situasi yang tepat. Persoalannya sekarang adalah jika Anda
menggunakan gaya instruksi atau G1 terhadap staf yang tidak
berpengalaman dengan sangat berhasil, apakah Anda ingin (1) berada dalam
situasi itu, (2) menerima kondisi itu sebagaimana adanya daripada berusaha
mengubahnya agar gaya lain menjadi lebih sesuai, (3) berfokus pada hasil
jangka pendek daripada mengembangkan bawahan dalam jangka panjang,
atau (4) hidup dengan konsekuensi bahwa orang-orang yang sekarang
mungkin bekerja dengan sangat baik dengan gaya otoriter Anda terus
dibiarkan bergantung, pasif, dan pasrah?
Jawaban atas pertanyaan itu tentu tidak karena Anda ingin hidup lebih lama
tanpa mengalami stress berat. Sebagai kepala sekolah dengan peran
kepemimpinannya yang mendidik, Anda memiliki niat baik untuk berusaha
agar bawahan Anda dapat berkembang sehingga suatu saat mampu dan mau
mandiri. Oleh karena itu, Anda perlu mengembangkan kemampuan
menerapkan gaya yang tidak menyita banyak waktu dan energi Anda (G3
dan G4), tetapi dengan tingkat efektivitas dan mutu hasil yang tetap tinggi.
Untuk menghindarkan akibat negatif dari gaya kepemimpinan seperti itu dan
untuk menjamin produktivitas dan kepuasan bawahan, kepala sekolah perlu
mempelajari cara peningkatan kemampuan pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya. Berikut ini dikemukakan langkah-langkah yang dapat diikuti
untuk mengembangkan bawahan.
Pada tingkatan ini, orang-orang secara positif telah diperkuat oleh hasil yang
dicapainya dan oleh peningkatan tanggung jawab serta oleh kesempatan
lebih luas untuk mengendalikan sendiri pekerjaannya. Ini tidak berarti
kurangnya rasa percaya atau hormat secara timbal balik. Justru sebaliknya
karena bagi orang yang telah benar-benar berkembang, tidak diperlukan
upaya berlebihan dari atasan untuk menunjukkan rasa percaya dan hormat
itu.
Pesan tersembunyi seperti ini jelas akan menciptakan suasana yang tidak
baik untuk mencapai hasil prima. Dengan demikian, segi pengembangan
dalam pendekatan ini adalah perlunya pengalihan pengendalian dari
pengendalian eksternal menjadi pengendalian dari dalam diri sendiri
(internal). Hal ini terbukti sangat penting bagi pengembangan dan
peningkatan kinerja karyawan.
RINGKASAN
Pengembangan Profesional
Ketika semuanya tampak tidak berpihak kepada Anda,
ingatlah bahwa pesawat terbang lepas landas melawan arah angin, bukan sebaliknya.
Henry Ford
PENGANTAR
Dalam unit ini akan dibahas secara rinci konsep, pendekatan, dan praktik
yang biasa ditemukan dalam program-program pelatihan dan pengembangan
profesional. Pada dasarnya semua kegiatan untuk meningkatkan kompetensi
Anda sehingga berfungsi lebih produktif dalam pekerjaan merupakan bagian
dari pengembangan profesional. Intinya adalah penting bagi Anda untuk
terus mencari sumber pencerahan guna meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah Anda.
Pelatihan
Pengembangan Profesional
• berorientasi pertumbuhan
• berasumsi bahwa orang ingin berkembang dalam pekerjaannya
• memperbanyak alternatif yang tersedia
• bersifat informal dan individual.
Berikut ini akan dibahas karakteristik berbagai strategi dalam pendekatan ini.
Anda dapat membandingkannya dengan strategi yang mencirikan
pembelajaran swa-arah (mandiri). Dengan cara ini, Anda dapat
mengidentifikasi pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda.
Model pelatihan dari atas ke bawah dapat diacu sebagai pendekatan yang
dirancang dan dikendalikan dari atas. Dalam model ini peserta tidak banyak
turut campur tentang apa yang akan dipelajari atau cara mempelajarinya.
Pelatihan seperti ini berasumsi bahwa semua peserta memiliki kebutuhan
serupa sehingga memiliki tujuan hasil belajar yang sama. Ini umumnya
dilakukan karena sumber daya yang tersedia sangat terbatas, sehingga tidak
banyak memberi tempat pada kebutuhan individu yang sangat beragam.
Dalam bagian ini kita akan membahas beberapa contoh metode pelatihan
yang menerapkan pendekatan dari atas ke bawah. Anda perlu mengkajinya
dengan seksama untuk mempertimbangkan kecocokannya dengan situasi
Anda dan meningkatkan efektivitasnya. Pendekatan atas-bawah mencakup
pelatihan lokakarya, ceramah, dan pelatihan bertingkat yang diuraikan
berikut ini.
Pelatihan Lokakarya
Kebutuhan pelatihan umumnya ditentukan dari atas, oleh para ahli di tingkat
Kementerian. Pelaksanaan pelatihan bersifat di luar pekerjaan (off the job
training); para peserta dihimpun di suatu tempat yang lain dari kondisi tempat
mereka bekerja. Transfer hasil belajar perlu sangat diperhatikan karena
perbedaan kondisi ini; jika tidak efektivitasnya akan meragukan.
Pelatihan Bertingkat
Dalam model ini, misalnya 4 orang ahli dari pusat melatih 20 orang
fasilitator tingkat provinsi. Kedua puluh fasilitator itu selanjutnya melatih
melatih 120 orang pelatih tingkat kabupaten yang selanjutnya melatih
seluruh kepala sekolah (1500) di provinsi itu. Proses ini menggunakan
konsep “gugus sekolah” yang dibentuk para kepala sekolah untuk keperluan
pengembangan diri dan dukungan sejawat. gugus (kelompok) ini mampu
menentukan sendiri program pelatihan mereka dengan menggunakan bahan
yang dapat diperoleh dari berbagai sumber atau yang disediakan oleh dinas
pendidikan provinsi/ kabupaten/kota setempat dan lembaga mitranya.
PEMBELAJARAN SWA-ARAH
Cara yang dapat Anda lakukan untuk mendorong staf agar terus belajar
mencakup yang berikut.
• Mengadakan perpustakaan sekolah dan membangun budaya membaca di
kalangan peserta didik dan guru.
• Mengundang pembicara tamu ke sekolah untuk mendiskusikan topik-
topik tertentu.
• Mengadakan kegiatan pengembangan staf secara regular di mana setiap
staf mendapat giliran untuk memandu diskusi.
PENDEKATAN PARTISIPATIF
DALAM PENGEMBANGAN PROFESIONAL
Gugus Sekolah
Dorongan untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan seharusnya
merupakan urusan semua orang yang berkepentingan. Agaknya kerisauan
terhadap kualitas pendidikan di tanah air telah mencapai titik tertentu
sehingga perlu dilakukan langkah-langkah drastis untuk memperbaikinya.
Pada tataran individu, kualitas manusia Indonesia menunjukkan hasil yang
membanggakan pada tingkat antarbangsa. Masalahnya terletak pada kinerja
sistem. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
kinerja sistem pendidikan adalah dengan membentuk gugus-gugus lembaga
pendidikan pada tataran operasional, yaitu sekolah.
Gugus sekolah adalah sekelompok sekolah di daerah tertentu yang
berhimpun bersama untuk bekerja sama meningkatkan kinerja sekolah. Ini
dilakukan melalui program-program yang diarahkan untuk mencapai tujuan
itu. Setiap gugus menentukan sendiri programnya secara mandiri. Tentu saja
keberhasilan gugus sekolah dalam mencapai tujuannya akan sangat
bergantung pada kontribusi setiap anggotanya. Semakin baik kerja tim
semakin besar pula manfaat yang bakal diperoleh.
Asosiasi Profesi
Para tenaga profesional ingin berhimpun dengan kalangannya sendiri.
Misalnya para dokter, pengacara, perawat, guru, kepala sekolah, dan
Pembelajaran Interaktif
RINGKASAN
PENGANTAR
Mungkin tidak salah jika dikatakan bahwa sekolah adalah pantulan citra dari
kepala sekolahnya. Jadi, sekolah Anda mencerminkan siapa diri Anda.
Sebagai individu Anda membawa semua kekuatan (kelebihan) dan
kelemahan (kekurangan) Anda ke sekolah dan pada gilirannya Anda
menghadapi peluang dan tantangan. Oleh sebab itu, upaya Anda membuat
sekolah Anda menjadi lebih baik bergantung pada kemampuan Anda
mendayagunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan untuk menghadapi
tantangan dengan memanfaatkan peluang yang tersedia. Upaya Anda
bergantung pada dukungan yang Anda peroleh dari rekan kerja, bawahan,
atasan, dan masyarakat. Karena Anda berfungsi di semua kelompok itu,
maka penting bagi Anda untuk belajar dan memahami keberfungsian Anda
secara bermakna dan produktif.
PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah sejumlah (dua atau lebih) orang yang berinteraksi satu
sama lain dan terikat bersama oleh kesamaan tujuan atau kepentingan serta
kesepakatan atas norma atau pola perilaku tertentu. Sebagai kepala sekolah
Anda mungkin menjadi anggota dari suatu kelompok profesional atau
kelompok tertentu lainnya seperti panitia penganggaran di sekolah Anda,
komisi kurikulum tingkat kabupaten, atau anggota asosiasi sekolah cabang
lokal, anggota gerakan anti narkoba, anggota penggiat penanggulangan
kenakalan remaja, atau berbagai kelompok lainnya. Banyak kelompok seperti
ini yang tidak membuahkan hasil apapun karena tidak memiliki rencana yang
jelas, yang disepakati bersama, dan dilaksanakan dengan baik.
Kelompok yang berbeda yang ada di sekolah Anda meliputi yang berikut.
Dewan pendidik
Kelompok guru subyek pelajaran
Panitia keuangan atau pendisiplinan
Asosiasi guru dan orang tua peserta didik
Komite sekolah
PEMBINAAN TIM
Tim adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama, seperti tim olah raga dan sebagainya. Para pemain dalam tim
berbagi nilai-nilai dan memiliki tujuan bersama. Para pemain dapat
mengandalkan dukungan satu sama lain. Pembinaan tim mengacu pada
teknik dan prosedur yang digunakan kepala sekolah sebagai manajer yang
memungkinkan orang-orang di sekolahnya menjadi sebuah tim yang
kompak. Misalnya, komite pemeliharaan gedung, keuangan, dan olah raga
adalah contoh tim yang mungkin perlu dibina kepala sekolah.
Pembinaan tim adalah salah satu tanggung jawab utama Anda sebagai kepala
sekolah. Pembinaan tim kemungkinan besar akan berhasil jika ada hal-hal
berikut.
Berikut adalah daftar beberapa cara yang dapat Anda pertimbangkan untuk
membina tim yang efektif.
MEMIMPIN TIM
Sebagai kepala sekolah, Anda bekerja dengan dan melalui kelompok dan tim
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Keberhasilan Anda mencapai tujuan
itu bergantung pada kepemimpinan Anda. Gaya-gaya kepemimpinan yang
Anda terapkan serupa dengan gaya manajemen yang akan Anda pelajari
dalam bagian berikutnya.
Sebagai pemimpin kelompok atau tim, kolega Anda akan meminta Anda
menerapkan gaya kepemimpinan dengan bauran komponen
emosional/hubungan dan tugas yang sesuai. Oleh sebab itu, Anda perlu
mengembangkan keterampilan teknis dan administratif untuk
mengorganisasi kelompok dan tim agar dapat berfungsi secara efektif. Anda
juga sangat memerlukan keterampilan hubungan antarpribadi untuk dapat
membina interaksi yang produktif dengan anggota kelompok.
METODE
HASIL BELAJAR
PEMBELAJARAN
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Gurah gagasan
Debat
Studi kasus
Analisis insiden kritis
Permainan peran
Demonstrasi
Akuarium
Permainan
Kelompok
(terstruktur/tidak
terstruktur)
Ceramah
Bola salju
Pemecahan masalah
Sebagai kepala sekolah, Anda perlu yakin benar bahwa metode yang Anda
pilih akan memenuhi kebutuhan belajar yang diinginkan.
Berikut ini akan dibahas beberapa dari teknik itu. Anda diharapkan dapat
memanfaatkannya di sekolah dan di gugus sekolah Anda. Hal ini akan
membantu upaya Anda mengembangkan kompetensi untuk
mengembangkan sekolah Anda menjadi lebih baik.
Curah Gagasan
Debat
Studi Kasus
Anda barangkali telah mengetahui bahwa, seperti curah gagasan, teknik ini
dapat dipakai untuk mengenalkan topik yang akan dibahas atau dikaji lebih
lanjut. Kasus juga dapat dipakai sebagai tahap pertama dari sesi
Metode studi kasus menyediakan dasar untuk menggali sikap serta untuk
mempraktikkan keterampilan dan memperoleh balikan. Metode ini juga
dapat digunakan sebagai dasar untuk menguji tingkat pemahaman teori.
Analisis insiden kritis adalah metode yang sangat terkait dengan studi kasus.
Peristiwa atau kejadian tertentu yang yang bagus atau sangat jelek di tempat
kerja dapat disebut insiden kritis. Kajian seksama atas niat atau motivasi,
perilaku, dan tindakan seseorang dapat dianalisis dalam kasus seperti ini.
Anda akan mengetahui bahwa analisis ini berguna dalam meninjau kejadian
dan dalam mendorong peserta didik dan guru untuk mengajukan alasan dan
sumber masalah atau peristiwa.
Seperti halnya studi kasus, analisis insiden kritis dapat digunakan untuk
berbagai tujuan. Tujuan ini termasuk perolehan pengetahuan dan informasi,
pengembangan keterampilan, dan pengubahan sikap.
Permainan Peran
Metode Proyek
Metode proyek atau tugas digunakan oleh kebanyakan guru karena membuat
peserta didik melakukan kegiatan tertentu. Kelompok Anda mungkin ingin
mencoba suatu proyek kelompok.
• menyita waktu
• dapat membosankan anggota
• dapat menimbulkan konflik dalam kelompok.
Bola Salju
Bola salju adalah metode partisipatif dalam situasi kelompok yang dapat
Anda coba. Metode ini mendorong keterlibatan setiap peserta dalam tugas
tertentu untuk berkontribusi dalam pencapaian hasil. Metode ini dimulai
dengan anggota-anggota kelompok menyampaikan pikiran atas suatu
masalah. Mereka kemudian berkelompok dalam pasangan dua, tiga, empat
orang, dan seterusnya sampai akhirnya seluruh kelompok mendiskusikan
masalah.
Akuarium
Metode akuarium adalah metode yang digunakan dalam sesi diskusi dan
pemecahan masalah. Metode ini bergantung pada respon sukarela yang
segera dari peserta. Prosesnya adalah sebagai berikut.
Tahap 1 Minta anggota untuk untuk duduk dalam dua lingkaran (dalam dan
luar). Mereka yang duduk di lingkaran dalam adalah anggota yang
akan berdiskusi, yang berada di lingkaran luar adalah pengamat.
Tahap 2 Dua kursi di lingkaran dalam dibiarkan kosong. Selama
berlangsungnya diskusi, kursi itu nantinya akan diduduki oleh
pengamat dari lingkaran luar.
Tahap 3 Anggota lingkaran dalam mulai berdiskusi.
Tahap 4 Dua anggota dari lingkaran luar (pengamat) akan menduduki kursi
kosong yang tersedia di lingkaran dalam jika mereka ingin
berkontribusi. Jika sudah menyampaikan pendapatnya, mereka
harus kembali ke lingkaran luar untuk memberikan kesempatan
bagi anggota lingkaran luar lainnya yang mungkin ingin
mengatakan sesuatu.
Tahap 5 Beri kesempatan bagi pengamat dari lingkaran luar untuk
menyampaikan komentar analitis atas hal-hal yang mereka amati
dalam diskusi atau debat di lingkaran dalam.
RINGKASAN
1. Kelompok adalah sejumlah (dua atau lebih) orang yang berinteraksi satu
sama lain dan terikat bersama oleh kesamaan tujuan atau kepentingan
serta kesepakatan atas norma atau pola perilaku tertentu. Kelompok yang
berbeda yang ada di sekolah Anda meliputi kelompok guru, kelompok
subyek pelajaran, panitia keuangan atau pendisiplinan, asosiasi guru dan
orang tua peserta didik, atau komite sekolah.
4. Jelaskan hal-hal yang harus ada agar pembinaan tim di sekolah Anda
dapat berhasil.
5. Jelaskan beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membina tim
secara efektif di sekolah Anda.
6. Jelaskan hal-hal yang dapat Anda lakukan untuk mengembangkan
kepemimpinan Anda di sekolah.
7. Bersama mitra kerja susunlah rencana pembinaan tim di sekolah Anda.
Manajemen Waktu
Kita tidak hanya harus bekerja lebih keras, tetapi juga lebih pintar
PENGANTAR
Sebagai kepala sekolah kemungkinan besar Anda akan merasa bahwa waktu
yang Anda miliki setiap hari sangat singkat, sekalipun yang Anda miliki
sebenarnya sama persis dengan yang dimiliki orang lain. Sebagai kepala
sekolah, Anda akan merasakan betapa pentingnya mengelola waktu Anda
dengan baik agar dapat mencapai tujuan Anda. Itulah sebabnya mengapa
Anda dan staf secara teratur perlu mengevaluasi cara Anda menggunakan
waktu untuk memastikan bahwa Anda menggunakannya dengan sebaik-
baiknya.
Kepala sekolah paling tidak memiliki empat jenis tugas utama yang
diharapkan dilakukan sebagai kepala sekolah. Tugas itu adalah berikut ini.
Anda harus mengetahui banyak pihak yang tidak hanya menjadi pemakai
waktu Anda, tetapi juga kemungkinan dapat menjadi pemboros waktu.
Tidak akan begitu kejadiannya jika Anda merencanakan waktu Anda dan
menentukan kriteria untuk memutuskan pihak mana saja yang benar-benar
harus Anda layani sebagai kepala sekolah. Selain itu, penting bagi Anda
untuk menyediakan waktu bagi diri Anda sendiri.
Pemboros waktu yang berpotensi menyita waktu Anda disajikan berikut ini.
Kurangnya perencanaan
Kurangnya prioritas
Terlalu banyak komitmen
Manajemen berdasar krisis
Tugas administrasi dan membaca
Rapat
Tidak mengambil keputusan
Tujuan tidak jelas
Penundaan keputusan
Menunda-nunda waktu
Kurang pendelegasian
Kurang disiplin diri
Rapat yang tidak perlu
Kurang kemampuan manajerial
Bawahan tidak kompeten
Tindakan yang tidak konsisten
Sosialisasi berlebihan
Tidak dapat mengatakan TIDAK
Anda perlu menyadari bahwa beberapa dari pemboros waktu itu boleh jadi
bersumber dari diri Anda sendiri. Jika Anda sudah dapat mengidentifikasi
pemboros waktu ini, Anda perlu meniadakannya. Proses peniadaan
pemboros waktu ini tidaklah mudah. Anda harus merencanakan penggunaan
waktu Anda dan membiasakan bekerja efisien. Manajemen waktu yang
efisien adalah proses yang juga memerlukan waktu, dan seperti semua hal
lain yang dikerjakan manajer, harus ditinjau dan disempurnakan secara
berkelanjutan.
Berikut akan dibahas lebih rinci beberapa cara untuk menghemat waktu
guna meningkatkan cara mengelola waktu secara efektif.
Pendelegasian
Sebagai kepala sekolah, Anda akan mengetahui bahwa salah satu cara
menghemat waktu Anda adalah mendelegasikan sebagian tugas Anda kepada
Jika Anda mendelegasikan tugas dengan efektif, maka Anda hanya akan
melakukan semua tugas yang benar-benar harus Anda lakukan sendiri,
apakah karena kompetensi, kewenangan, atau pertimbangan tertentu.
Pendelegasian akan memberi peluang bagi Anda untuk memperoleh waktu
berpikir kreatif dan membaca. Jadi, pendelegasian berarti mengelola waktu
dan ini berarti bekerja lebih baik, bukan sekadar lebih keras atau lebih cepat.
Kegigihan dan tekad dapat menghasilkan hasil dramatis yang setara dengan
upaya yang Anda lakukan.
Orang yang kecanduan kerja adalah orang yang berusaha melakukan terlalu
banyak, tetapi akhirnya hanya mencapai sedikit. Ini biasanya disebabkan oleh
kurangnya perencanaan dan tidak mampu mengalokasi waktu, sehingga
orang yang kecanduan kerja merasa memiliki pekerjaan terlalu banyak.
Jika profil itu sedikit banyaknya menggambarkan diri Anda, Anda perlu
berencana lebih baik dan menentukan tugas mana saja yang harus
diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan. Anda hanya akan dapat
mengendalikan situasi jika Anda mampu mengelola waktu Anda secara
seksama.
Banyak orang percaya bahwa bekerja keras niscaya akan membuahkan hasil
yang diinginkan. Namun, sebagai kepala sekolah, Anda akan mengetahui
bahwa kerja keras saja tidak cukup. Anda akan semakin kurang efisien jika
terlalu banyak menggunakan waktu pada satu tugas. Nyatanya pekerjaan
cenderung makin banyak untuk mengisi waktu yang tersedia. Pastilah Anda
pernah mengalami hal ini di tempat kerja, di mana delapan jam kerja dengan
mudah menjadi dua belas jam atau bahkan lebih.
Sebenarnya jika Anda menetapkan waktu lebih sedikit pada sebuah tugas,
semakin banyak pekerjaan yang dapat Anda lakukan. Nyatanya tidak ada
hubungan langsung antara kerja keras dan hasil positif. Yang benar adalah
bahwa waktu yang diluangkan untuk perencanaan dapat menghemat
beberapa jam kerja. Lebih lanjut, sebagian orang percaya bahwa orang yang
paling aktif akan memperoleh hasil terbaik. Namun, kalau kita cuma aktif
tanpa rencana maka hasilnya akan nihil. Untuk menjadi manajer waktu yang
efektif hindari mitos atau kekeliruan berpikir ini.
Catatan waktu pada dasarnya merupakan alat berupa lembaran kertas yang
Anda gunakan untuk mencatat hal-hal yang Anda kerjakan dari waktu ke
waktu dalam satu hari. Perlu Anda ingat kembali bahwa catatan waktu
digunakan untuk mengumpulkan informasi penggunaan waktu Anda setiap
hari.
Catatan kegiatan selama satu minggu (lima atau enam hari kerja) telah cukup
menghimpun data dasar yang Anda perlukan. Data itu selanjutnya dapat
Anda gunakan untuk memeriksa ketepatan analisis kegiatan dan perkiraan
waktu yang Anda alokasikan. Selain itu, melalui catatan waktu yang Anda
lakukan Anda juga dapat mengidentifikasi hal-hal yang menghambat
penggunaan waktu Anda secara efisien.
tulisan sepanjang 50.000 kata tidak berguna untuk Anda dan Anda
memutuskan untuk tidak membacanya.
Memo. Hindari penggunaan memo untuk mengadakan dialog, perundingan,
atau konsensus. Memo hanya digunakan untuk mengumumkan,
menegaskan, menjelaskan, mengingatkan. Itu saja.
Nilai waktu. Mereka yang dibayar jam-jaman biasanya lebih sadar akan nilai
waktu ketimbang mereka yang digaji bulanan. Jika Anda memiliki
memiliki ukuran tertentu tentang nilai uang waktu Anda, akan lebih
mudah bagi Anda untuk mengendalikannya.
Olah raga. Dalam hierarki sistem nilai Anda, mungkin tidak ada yang
memiliki prioritas lebih penting dari kesehatan, Jika Anda memiliki
waktu untuk nonton televisi tetapi tidak untuk berolah raga, Anda
melanggar aturan paling pokok dalam mengelola waktu, yaitu
mengerjakan hal-hal yang terpenting terlebih dahulu.
Pecandu kerja. Kecanduan kerja biasanya disebabkan dua hal. Pertama
karena penggunaan waktu yang tidak efektif. Kedua karena adanya
dorongan untuk melepaskan diri dari keadaan yang tidak
menyenangkan, suatu komplek kejiwaan untuk terlihat sangat
dibutuhkan, atau suatu dorongan untuk merasa senang menyiksa diri.
Orang seperti ini sering hanya menekankan kegiatan, bukan kinerja.
Pekerjaan yang belum selesai. Setelah memulai sesuatu pekerjaan,
selesaikanlah. Jangan menimbun diri dengan berbagai kegiatan setengah
jadi.
Penjadwalan waktu. Alokasikan waktu dalam skala besar. Alokasikan
waktu untuk satu dua hal yang benar-benar penting yang harus Anda
selesaikan pada hari tertentu. Jangan membohongi diri Anda sendiri
untuk melakukan banyak hal dalam sehari.
Penundaan. Jika Anda menyadari bahwa Anda menunda-nunda suatu tugas
besar, pilahlah tugas itu menjadi beberapa tugas kecil yang sifatnya
segera dan dapat diatur. Lakukan langkah demi langkah secara bertahap.
Penundaan hanya akan memperumit keadaan yang akan Anda hadapi
kemudian hari.
Perencanaan. Rencanakan hari Anda. Jangan biarkan prioritas orang lain
mengendalikan waktu Anda.
Perfeksionis. Ada perbedaan antara orang yang berusaha mencapai yang
terbaik dan orang yang menginginkan kesempurnaan. Yang pertama
dapat dicapai, memuaskan, dan sehat. Yang kedua tidak dapat dicapai,
menimbulkan keputusasaan, dan menimbulkan gangguan emosi.
Mengejar kesempurnaan merupakan pemborosan waktu yang luar
biasa.
Petuah. Jauh lebih penting melakukan hal yang benar daripada melakukan
segala sesuatu dengan benar. Jangan menghayalkan kesempurnaan.
Ragu-ragu. Keragu-raguan hampir selalu merupakan kesalahan terbesar
yang dapat Anda lakukan.
Rapat. Tidak ada pemboros waktu yang lebih besar daripada rapat yang
tidak dikelola dengan baik. Kalau Anda memutuskan untuk
mengadakan rapat, jawab pertanyaan berikut: apakah rapat ini
merupakan pengganti tindakan? Dapatkah saya mengambil keputusan
sendiri tanpa melibatkan orang lain? Jangan sampai Anda mengundang
rapat hanya untuk memboroskan waktu bawahan untuk mendengarkan
pengarahan kosong Anda.
Rasa takut. Penundaan memakai kedok macam-macam: rasa malas, sikap
masa bodoh, kebanyakan pekerjaan. Namun, di balik semua itu
biasanya terdapat perasaan takut: takut gagal, takut ditolak, takut
dipermalukan. Rasa takut itu perlu dan manusiawi, tetapi jangan sampai
ia membuat Anda mengelak dari tanggung jawab.
Tatanan kantor. Tatanan kantor dapat memengaruhi penggunaan waktu
dan layak dianalisis dengan cermat. Rencanakan suatu kebebasan
pribadi tertentu dan usahakan untuk mengatur lingkungan fisik
sedemikian rupa agar Anda dapat melakukan pekerjaan tanpa gangguan
berarti yang menyebabkan timbulnya keletihan.
Tergesa-gesa. Camkan petuah berikut: "Makin tergesa-gesa saya, makin
ketinggalan saya." Berhentilah sejenak dan pastikan apa sasaran Anda,
periksa sumber daya Anda, delegasikan yang dapat didelegasikan,
tetapkan prioritas, hindari gangguan, dan mulailah mengerjakan sesuatu
yang paling Anda prioritaskan.
Tidak. Anda tidak dapat melindungi prioritas Anda kecuali jika Anda belajar
untuk menolak secara sopan tetapi tegas setiap permintaan yang tidak
dapat membantu Anda mencapai tujuan.
Tidur. Tidur secukupnya. Anda tidur untuk istirahat, bukan istirahat untuk
tidur. Istirahat perlu untuk tetap menjaga kewaspadaan Anda. Kalau
tidur sebentar di siang atau sore hari memang Anda perlukan, kenapa
tidak?
Tindak lanjut. Setiap tindakan memerlukan tindak lanjut. Pekerjaan yang
Anda delegasikan perlu diperiksa. Namun, jika Anda menghabiskan
waktu untuk memeriksa setiap orang berarti ada yang tidak beres ......
pada diri Anda.
Tujuan. Untuk mengatur waktu secara lebih baik, jawab pertanyaan berikut:
apa sebenarnya tujuan saya?
RINGKASAN
PRINSIP-PRINSIP
MANAJEMEN SEKOLAH
Pengantar 106
Pengantar
Anda akan takjub dengan apa yang dapat Anda capai jika Anda tidak peduli siapa yang
akan memperoleh penghargaan dari apa yang Anda lakukan
Harry S. Truman
PENGANTAR
dan pentingnya komunikasi yang efektif dalam pertemuan staf dan dalam
negosiasi.
Dalam unit ini Anda akan berfokus dua fungsi utama manajemen dan
mengkaji beberapa faktor utama yang berkontribusi bagi pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah.
Manajemen perubahan
Dalam unit ini Anda akan mempelajari hakikat perubahan di sekolah dan
berfokus pada peran Anda dalam mengelola perubahan itu. Agar dapat
menjadi agen perubahan yang efektif Anda perlu menerapkan strategi yang
diperoleh dari banyak prinsip dan praktik manajemen yang sudah dibahas
dalam unit-unit sebelumnya.
PENGANTAR
Dalam unit ini akan dibahas mengenai visi, misi, nilai-nilai, dan tujuan
sekolah. Sekolah Anda perlu memiliki visi dan misi yang jelas, dipahami, dan
disepakati oleh semua anggota sekolah. Pada saat yang sama sekolah Anda
juga harus mampu mengidentifikasi nilai-nilai yang dijunjung tinggi sekolah
dan mencakupkannya dalam setiap kegiatan sekolah. Akhirnya Anda
diharapkan dapat merumuskan tujuan sekolah yang memperhitungkan
kebutuhan peserta didik, staf, masyarakat, dan negara.
PERISTILAHAN
Pertama kita perlu memperjelas istilah yang digunakan dalam unit ini, yaitu
visi, misi, tujuan, sasaran, dan target. Visi adalah impian yang menerangi arah
mencapai tujuan. Tanpa visi yang jelas, orang-orang dalam suatu organisasi
berjalan meraba dalam kegelapan. Visi menimbulkan perasaan mengetahui
arah yang akan ditempuh. Oleh sebab itu, visi yang baik harus dapat
menimbulkan motivasi anggota organisasi; mendorong keinginan untuk
mencapai tujuan. Namun, visi saja tidak cukup karena juga diperlukan misi.
Perhatikan pribahasa berikut.
VISI SEKOLAH
Mungkin saja visi itu tadinya Anda susun sendiri, yang Anda diskusikan
terbatas di kalangan sejumlah pihak, seperti komite sekolah dengan
memperhatikan visi pendidikan nasional. Namun, visi itu harus Anda
sebarkan ke semua pihak yang berkepentingan untuk dibicarakan,
disempurnakan, dan akhirnya diputuskan oleh dewan pendidik yang Anda
pimpin. Dengan cara ini mereka akan merasa ikut membuatnya, merasa
memiliki, dan bertanggung jawab untuk mewujudkannya.
Sekolah Anda mungkin telah memiliki visi, atau jika belum, Anda mungkin
telah mulai memikirkannya. Jika sekolah Anda belum memiliki visi, contoh
berikut dapat Anda pertimbangkan.
• Menjadi sekolah yang dikenal berkualitas baik di Indonesia
• Menjadi sekolah yang dikenal bermutu tinggi di daerah kami.
• Menjadi tempat belajar yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya
bangsa.
• Menjadi tempat menyemaikan benih bagi tumbuh dan berkembangnya
anggota masyarakat yang cerdas (intelektual, emosional, spiritual, dan
kinestetik) dan kompetitif.
Sebagai manajer sekolah yang baik, Anda harus menyadari benar bahwa visi
sekolah Anda itu haruslah menantang dan mendorong semua yang terlibat
untuk berusaha keras menggapainya. Ia memotivasi semua yang terlibat
untuk berupaya sebaik mungkin melaksanakan pekerjaan mereka. Lebih
penting lagi Anda harus memastikan bahwa semua orang yang
berkepentingan merasa terlibat dalam merumuskannya dan paham dengan
impian yang akan diwujudkan.
MISI SEKOLAH
Setelah Anda dapat merumuskan visi sekolah, sekarang tugas Anda adalah
menyusun misi sekolah Anda. Anda perlu memahami bahwa misi adalah
hal-hal yang dilakukan sekolah untuk mencapai visinya. Anda perlu
memahami benar bahwa misi sekolah seyogyanya, kurang lebih, mencakup
hal-hal yang berikut.
• Membangun suasana belajar yang kondusif bagi peserta didik dan staf
untuk dapat menggali pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat.
• Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk memahami dan
menghargai perbedaan.
• Mendorong peserta didik dan staf agar memiliki kemauan untuk melayani
sekolah dan masyarakatnya.
Penting diingat bahwa misi sekolah Anda antara lain harus dapat:
Seperti halnya visi sekolah, misi sekolah juga perlu Anda diskusikan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan. Jika mungkin bahaslah dengan guru dan
orang tua peserta didik, atau pihak lain yang berkepentingan dengan sekolah
Anda. Dengan cara ini, Anda menjadikan misi sekolah Anda menjadi milik
semua orang. Hal ini akan makin penting ketika Anda menyusun program
pelaksanaan misi yang memerlukan dukungan dan komitmen pihak-pihak
yang berkepentingan dengan sekolah Anda.
NILAI-NILAI SEKOLAH
Anda perlu memikirkan nilai-nilai, sesuatu yang penting, yang Anda junjung
tinggi dan Anda yakini harus juga dijunjung tinggi di sekolah Anda. Periksa
apakah gagasan Anda sebelumnya tentang misi sekolah telah dapat
mengungkapkan nilai-nilai yang pantas dijunjung tinggi dan diteruskan.
TUJUAN SEKOLAH
Rumusan visi dan misi sekolah mungkin masih terlalu umum sehingga perlu
dijabarkan ke dalam tujuan. Tujuan sekolah seharusnya memperhitungkan
kebutuhan peserta didik, staf, masyarakat, dan negara. Kebutuhan peserta
didik termasuk keinginan untuk menyelesaikan pendidikan yang menyiapkan
mereka untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan berikutnya; menyelesaikan program pendidikan sesuai kecepatan
belajarnya, menyemaikan dan menumbuhkan kreativitas untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan, meningkatkan kemampuan mereka
untuk dapat belajar sendiri, mengadakan berbagai kegiatan ko-kurikulum
dan kesempatan untuk berkreasi dan belajar tentang warisan budaya mereka.
Selain itu, peserta didik membutuhkan peluang untuk mengembangkan diri
sebagai individu dalam lingkungan sekolah yang mendorong mereka
mengembangkan kualitas kepemimpinan, kualitas kemampuan hubungan
antarpribadi, kepedulian terhadap orang lain, dan toleransi.
Seperti halnya visi dan misi sekolah, tujuan sekolah juga harus
disosialisasikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah
Anda. Selanjutnya tujuan ini diputuskan oleh dewan pendidik yang Anda
pimpin. Selain itu, sebagai kepala sekolah, Anda perlu mengevaluasi
kesesuaian dan kemutakhiran tujuan sekolah Anda. Anda akan perlu
melakukan hal ini untuk memastikan bahwa misi dan tujuan sekolah:
• realistik, dapat dicapai, dan dipahami dengan baik oleh semua yang
terlibat
• memberikan arahan bagi sekolah dan staf
RINGKASAN
1. Visi adalah impian yang menerangi arah mencapai tujuan. Tanpa visi yang
jelas, orang-orang dalam suatu organisasi berjalan meraba dalam
kegelapan. Visi menimbulkan perasaan mengetahui arah yang akan
ditempuh. Oleh sebab itu, visi yang baik harus dapat menimbulkan
motivasi anggota organisasi; mendorong keingin-an untuk mencapai
tujuan. Anda harus memastikan bahwa semua orang yang berkepentingan
merasa terlibat dalam merumuskan dan paham dengan impian yang akan
diwujudkan
2. Misi adalah hal-hal yang dilakukan sekolah untuk mencapai visinya. Anda
perlu memahami benar bahwa misi sekolah seyogyanya, kurang lebih,
mencakup upaya membangun dan memelihara suasana belajar yang
kondusif bagi peserta didik dan staf, memberi kesempatan bagi peserta
didik untuk memahami dan menghargai perbedaan, serta mendorong
peserta didik dan staf agar memiliki kemauan untuk melayani sekolah dan
masyarakatnya.
3. Anda perlu memikirkan nilai-nilai, sesuatu yang penting, yang Anda
junjung tinggi dan Anda yakini harus juga dijunjung tinggi di sekolah
Anda. Nilai-nilai itu antara lain dapat diandalkan, tanggung jawab,
kejujuran, kepedulian, efisiensi, disiplin, tepat waktu, kejujuran,
ketekunan, kegigihan, kesabaran, keberanian, kesopansantunan,
kehormatan, keadilan, disiplin diri, toleransi, kerja keras, menghargai
orang lain dan hak-hak mereka, sportif, kebersihan, dan sebagainya.
4. Nilai-nilai dapat dikembangbiakkan antara lain melalui keteladanan kepala
sekolah, guru, dan staf, proses pembelajaran di kelas, program
pembimbingan dan penyuluhan, kesempatan bagi peserta didik untuk
menerapkan nilai-nilai itu, serta upaya memastikan bahwa sekolah
memiliki fokus intelektualitas dan kejujuran.
5. Tujuan sekolah seharusnya memperhitungkan kebutuhan peserta didik,
staf, masyarakat, dan negara. Kebutuhan peserta didik antara termasuk
keinginan untuk menyelesaikan pendidikan yang menyiapkan mereka
untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
berikutnya; menumbuhan kreativitas untuk memecahkan masalah dan
mengambil keputusan, meningkatkan kemampuan mereka untuk dapat
belajar sendiri, toleran, dan peduli terhadap orang lain.
Manajemen Sekolah
Seperti payung, pikiran hanya akan berfungsi jika terbuka
PENGANTAR
Dalam unit ini akan dibahas beberapa teori manajemen dan dikaji sejumlah
konsep dan prinsip manajemen yang utama. Dengan pemahaman yang lebih
dalam tentang hakikat manajemen dan penerapannya dalam pendidikan di
sekolah, Anda akan dapat meningkatkan peran Anda sebagai manajer
sekolah.
KONSEP MANAJEMEN
Manajemen sebagai seni (kiat). Sebagai seni atau kiat, manajemen adalah
mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas-tugas organisasi melalui dengan
sejumlah orang. Di sini tercakup penerapan teknik-teknik:
FUNGSI MANAJEMEN
Bagian akhir daur manajemen adalah menilai hasil yang dicapai dan
membandingkannya dengan standar dan tujuan. Kinerja semua staf
termasuk manajer perlu dinilai. Semua ini akan menghasilkan balikan atau
informasi yang diperlukan untuk penyesuaian rencana di waktu yang akan
datang.
Prinsip adalah kebenaran yang secara umum diterima yang didasarkan atas
pengalaman dan informasi yang tersedia. Prinsip-prinsip manajemen yang
sudah dikenal luas adalah pembagian pekerjaan, kewenangan, tanggung
jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arahan, sentralisasi dan
desentralisasi, rantai komando, remunerasi pegawai, kepentingan organisasi
di atas kepentingan pribadi, persamaan/keadilan, stabilitas status
kepegawaian, inisiatif, semangat kelompok, dan rentang manajemen (rentang
kendali).
Rentang Manajemen
Ini berarti jumlah optimum bawahan yang melapor kepada seorang atasan
yang dapat didayagunakan dan dikembangkan potensinya oleh atasan itu.
Jadi konsep ini lebih bercitra baik ketimbang istilah rentang kendali (span of
control) yang selama ini digunakan. Sering dikemukakan bahwa jumlah ini
berkisar antara lima sampai delapan orang. Satu orang tidak dapat efektif
menyelia di atas jumlah itu dan diperlukan pendelegasian tugas. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini memungkinkan kita
memperbesar rentang manajemen.
Koordinasi
Prinsip ini menyatakan bahwa kinerja organisasi yang efektif tercapai ketika
semua orang dan sumber daya disinkronisasikan dan semua kegiatan
dilaksanakan secara terpadu dengan arahan yang jelas. Ini menyiratkan
perlunya tindakan terencana ke arah pencapaian tujuan tertentu.
Pembagian Kerja
Istilah organisasi berasal dari kata organ yang berarti sesuatu yang hidup.
Mata Anda adalah organ, demikian juga telinga, mata mulut, hati, ginjal, dan
sebagainya. Semua organ ini melakukan sesuatu. Tubuh yang sehat memiliki
organ-organ yang berfungsi dengan baik. Masyarakat yang sehat memiliki
sejumlah lembaga atau organisasi yang berfungsi dan berhubungan dengan
baik satu sama lain. Masyarakat membuat organisasi untuk melakukan
pekerjaan tertentu. Dengan demikian, organisasi adalah wujud dari
pengelompokan pekerjaan dan pembagian tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepala sekolah yang efektif dapat mewujudkan hasil yang diharapkan dari
sekolahnya. Faktor-faktor yang digunakan untuk menilai efektivitas sekolah
termasuk yang berikut.
Kita akan membahas berbagai fungsi yang berkaitan dengan peran-peran itu
dalam unit lain dalam bagian ini. Di sini kita akan mengklarifikasi peranan
administratif dan kepemimpinan untuk menyimpulkan unit pertama dalam
bagian ini.
Sekolah ini didirikan sejak dua dasawarsa yang lalu. Komite sekolah ini
yang telah terbentuk dua tahun yang lalu, tetapi tidak pernah berfungsi.
Jumlah dan kualitas guru tidak memadai; tingkat kemangkiran guru
dan staf memprihatinkan. Tingkat peserta didik yang putus sekolah
(drop-out) lumayan tinggi dan hasil ujian nasional terintegrasi ujian
sekolah sangat jelek. Keadaaan bangunan, peralatan, dan bahan
pembelajaran tidak memadai dan yang adapun tidak dirawat dengan
baik. Lingkungan sekolah kotor dan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan sekolah ini tampaknya tidak peduli.
Pelajaran utama dari kasus sederhana ini adalah jika Anda sebagai kepala
sekolah yang minta bantuan untuk mencegah atau mengatasi demam salah
urus Anda, Anda sebenarnya berada jauh di depan para kepala sekolah yang
barangkali tidak sadar atau sama sekali tidak peduli bahwa sekolahnya salah
urus. Jelaslah bahwa Anda menghargai peran Anda sebagai manajer suatu
organisasi yang diadakan untuk memberi kesempatan bagi peserta didik
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar dapat
berfungsi dengan baik di masyarakat.
Jika skor “Ya” Anda melebihi 15/20, maka demam salah urus sekolah Anda
tidak akut. Namun, jika skor “Tidak” Anda melebihi 10/20, maka demam
salah urus memerlukan perhatian serius.
Daftar itu menunjukkan lima fungsi utama utama kepala sekolah dalam
manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, supervisi, dan
evaluasi. Meskipun berurutan, setiap fungsi berlangsung terus. Seperti yang
terlihat dalam daftar itu setiap fungsi dapat dijabarkan ke dalam beberapa
tugas. Jadi, pekerjaan kepala sekolah tidak hanya rumit tetapi juga tidak
pernah selesai.
Semua fungsi dan tugas yang diidentifikasi dalam daftar periksa itu dapat
dimuat dalam bagan arus berikut. Penting agar Anda berpikir analitis
terhadap pekerjaan Anda. Dengan cara ini, Anda dapat yakin bahwa Anda
melakukan hal-hal yang tepat, pada waktu yang tepat, karena alasan yang
benar, dan dengan cara yang benar pula.
Dalam mengkaji bagan arus itu, Anda mungkin bertanya “Bagaimana saya
sebagai kepala sekolah merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,
menyupervisi, dan mengevaluasi program, proyek, dan kegiatan di sekolah
saya?” Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada penerapan prinsip-prinsip:
• perencanaan fisik, program, proyek, dan keuangan
• hubungan manusia dan masyarakat
Semua aspek ini akan dibahas dalam unit-unit berikutnya dan dalam bagian
lain.
RINGKASAN
1. Manajemen adalah proses mencapai hasil melalui dan dengan orang lain
dengan mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara produktif.
2. Manajemen sebagai seni (kiat) berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan
tugas-tugas organisasi melalui sejumlah orang. Manajemen sebagai ilmu
berkenaan dengan upaya membangun falsafah, kaidah, teori, prinsip-
prinsip, proses, prosedur, dan praktik yang dapat diterapkan dalam
berbagai situasi. Manajemen sebagai organisasi adalah tentang pembuatan
struktur formal suatu lembaga berdasarkan misi, tujuan, target, tugas, dan
fungsi tertentu. Manajemen sebagai orang sering diacu sebagai pimpinan
atau dalam istilah sehari-hari disebut pengurus. Manajemen sebagai
disiplin adalah suatu bidang studi dengan berbagai subyek dan topik.
Manajemen sebagai proses mencakup fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, penyeliaan, dan penilaian (evaluasi).
3. Prinsip rentang manajemen berarti jumlah optimum bawahan yang
melapor kepada seorang atasan yang dapat didayagunakan dan
dikembangkan potensinya oleh atasan itu.
4. Prinsip koordinasi menyatakan bahwa kinerja organisasi yang efektif
tercapai ketika semua orang dan sumber daya disinkronisasikan dan
semua kegiatan dilaksanakan secara terpadu dengan arahan yang jelas.
5. Prinsip pembagian kerja mengacu pada upaya membagi habis pekerjaan
organisasi dengan tanggung jawab dan wewenang masing-masing.
6. Sekolah sebagai organisasi memiliki aspek-aspek yang dinyatakan dengan
jelas dan dipahami oleh semua anggotanya dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan organisasi itu. Ini berkenaan dengan nama, logo,
simbol, emblim, tanda, moto, lokasi, dan alamat; rumusan visi, misi, dan
tujuan organisasi; fungsi-fungsi organisasi; serta hasil yang diharapkan.
7. Kepala sekolah memainkan sejumlah peranan yang penting. Anda perlu
memahami bahwa Anda menyelesaikan pekerjaan dengan dan melalui
orang lain. Ini adalah peranan manajemen, dan fokus utama unit ini
Hubungan Manusia
dan Masyarakat
Setiap orang bisa mengkritik, mengecam, atau mengeluh,
tetapi diperlukan karakter dan pengendalian diri untuk dapat memahami dan memaafkan
Dale Carnegie
PENGANTAR
Sebagai orang yang bertanggung jawab atas sejumlah besar orang, Anda
akan yakin benar mengenai pentingnya bagi Anda untuk memahami perilaku
orang-orang dalam organisasi sekolah Anda. Faktor manusia dalam sekolah
dapat menimbulkan masalah dan kegagalan, atau dapat juga mewujudkan
keberhasilan; bergantung pada perilaku guru, peserta didik, orang tua peserta
didik, dan anggota masyarakat lainnya.
apakah itu keluarga, tetangga, teman, rekan kerja, dan sebagainya. Siapapun
mereka, kita menyadari kehadiran mereka dan berhubungan dengan mereka
melalui berbagai cara komunikasi. Dengan demikian, kita dapat mengatakan
bahwa hubungan manusia adalah bersama dengan orang lain dan
berinteraksi dengan mereka.
Kita perlu menyadari bahwa orang lain memengaruhi pekerjaan kita dan
pekerjaan kita berdampak pada hal-hal yang dilakukan orang lain. Ini karena
semua tugas yang berbeda-beda dalam suatu organisasi saling berkaitan.
Memastikan bahwa setiap orang bekerja secara terkordinasi merupakan hal
yang penting bagi kinerja sekolah.
Tahap penjajakan. Ini adalah langkah mencari isyarat dan informasi untuk
membentuk pendapat dan kesan tentang satu sama lain. Di sekolah, tahapan
ini perlu direncanakan dan dilakukan secara ekstensif. Simak diri Anda dan
orang-orang yang bekerja sama dengan Anda.
Tahap konsolidasi. Kesan pertama boleh jadi keliru karena informasi yang
menyesatkan. Pola perilaku berulang dapat membantu upaya mengukur
tingkat keterusterangan, keterbukaan, kejujuran, keandalan, kredibilitas, dan
Memotivasi Staf
Akan menarik untuk mengetahui apakah semua faktor itu adalah hal-hal
yang memotivasi para guru di sekolah Anda untuk berkinerja di atas standar
atau sekadar bertahan pada upaya memenuhi standar. Penting Anda ingat
bahwa banyak hal yang dapat memotivasi orang, sekalipun motivasi
seseorang sangat individual dan situasional. Artinya setiap orang memiliki
kebutuhan yang tidak sama pada saat yang berbeda. Apa yang
memotivasinya hari ini, mungkin tidak demikian keesokan harinya. Namun,
pada umumnya setiap orang tidak suka diremehkan, mereka haus dengan
pujian dan penghargaan (ingat bahwa orang-orang umumnya haus dengan
penghargaan). Hal-hal kecil seperti mengucapkan salam kepada staf dan
peserta didik dengan cara yang lazim dilakukan dan syenyum tulus,
kemungkinan besar dapat mencerahkan hari mereka.
Seperti guru mereka, peserta didik juga perlu dimotivasi. Para peserta didik
tidak mungkin termotivasi, kecuali:
Kita dapat menambahkan hal-hal lain dalam daftar itu. Namun, yang penting
diingat adalah banyak cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi peserta
didik. Pemahaman tentang hakikat motivasi menunjukkan bahwa agar
peserta didik belajar, harus dipenuhi kebutuhan dasar peserta didik yang
berhubungan kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, dan merasa
memiliki, serta harga diri dan perasaan mencapai sesuatu. Kepala sekolah
dan guru dapat berusaha memastikan bahwa faktor-faktor eksternal dan
situasional, baik di dalam maupun di luar sekolah, akan mendorong peserta
didik mereka untuk belajar lebih giat.
Dalam kaitan ini, penting diperhatikan bahwa banyak hal yang dapat
mengganggu komunikasi di antara orang-orang di tempat kerja. Salah satu di
antaranya adalah sikap bermusuhan di kalangan pegawai. Jika kita tahu ada
rekan kerja yang bersikap negatif kepada kita, maka kita tidak akan leluasa
berkomunikasi dengannya. Mereka bahkan mungkin akan menahan
informasi tertentu yang sangat penting untuk melaksanakan tugas, yang
mungkin dilakukan agar kita gagal melakukan tugas.
Itu sebabnya penting bagi kepala sekolah untuk tidak bersikap negatif
terhadap staf. Andaipun begitu, sebaiknya tidak menunjukkan hal itu.
Sebaliknya, kepala sekolah harus dapat menciptakan lingkungan kerja di
mana semua staf dapat dengan bebas berbicara satu sama lain. Komunikasi
yang baik dan hubungan manusia yang baik berjalan berdampingan. Ini juga
harus terjadi dalam hal hubungan antara sekolah dan lingkungan
eksternalnya.
KEPALA SEKOLAH
SEBAGAI PEJABAT HUBUNGAN MASYARAKAT
RINGKASAN
Pendelegasian di Sekolah
Jika Anda tidak percaya kepada orang lain, pendelegasian adalah mimpi buruk Anda
PENGANTAR
Anda perlu menggunakan bakat para guru dengan memercayai dan yakin
atas kemampuan mereka. Anda tidak mendelegasikan hanya karena Anda
tidak suka melakukannya sendiri. Lebih lanjut, memanfaatkan kemampuan
anggota yang paling kritis dan tidak koperatif dapat membuat mereka
memercayai Anda serta merasa lebih termotivasi dan dibutuhkan. Dengan
melakukan hal-hal itu, Anda mendelegasikan tanggung jawab dan tugas
kepada para guru. Unit ini akan membahas proses pendelegasian lebih lanjut,
dengan mempertimbangkan kadar pentingnya dan hambatan efektivitasnya.
HAKIKAT PENDELEGASIAN
PENTINGNYA PENDELEGASIAN
Tentu saja banyak tugas yang dapat didelegasikan kepala sekolah dan ada
juga yang tidak sama sekali. Sebagian besar hal itu bergantung pada
peraturan dan praktik di sekolah Anda. Namun, umumnya kepala sekolah
dapat mendelegasikan hampir semua tugas kecuali yang berikut.
RINGKASAN
PENGANTAR
Dalam unit ini akan dibahas konsep komunikasi dan jenis-jenis komunikasi.
Kita juga akan membahas pentingnya komunikasi yang efektif bagi rapat staf
dan negosiasi.
KOMUNIKASI DI SEKOLAH
PENGERTIAN KOMUNIKASI
PROSES KOMUNIKASI
JENIS-JENIS KOMUNIKASI
Komunikasi dapat berlangsung secara lisan, tulisan dan peraga visual lain,
serta bahasa tubuh; misalnya ekspresi wajah, gerak tubuh, nada suara, dan
sebagainya. Keseluruhan cara itu dapat berlangsung dalam konteks yang
berbeda, misalnya yang berikut.
Rapat staf merupakan sarana komunikasi antara kepala sekolah dan guru
tentang berbagai urusan penyelenggaraan sekolah. Rapat yang efektif
bergantung antara lain pada adanya komunikasi yang baik. Kepala sekolah
yang berkomunikasi secara efektif dapat menciptakan suasana saling
memercayai. Ini sangat penting agar anggota masyarakat sekolah merasa
nyaman dan cukup percaya diri untuk berkomunikasi secara terbuka dalam
rapat staf dan dalam berbagai bentuk komunikasi lainnya.
Undangan Rapat
Notulen Rapat
HAMBATAN KOMUNIKASI
Distorsi
Hambatan ini terjadi jika hanya sebagian isi pesan yang sampai kepada
penerima. Hambatan ini terjadi apakah karena pengirim pesan dengan
sengaja atau tidak sengaja telah menyaring isi pesannya, atau karena pengirim
pesan tidak dapat menangkap seluruh pesan dan menyampaikan sebagian
saja.
Penentuan Waktu
Penerimaan Pesan
Jika guru atau staf menolak menerima suatu pesan, apakah karena merasa
tidak benar atau disampaikan oleh orang yang tidak berwenang, sukar
mengharapkan bahwa pesan itu akan diterima atau dilaksanakan dengan
baik.
Hambatan Fisik
1 Sering bertemu dan berbicara dengan peserta didik, guru, dan orang tua
peserta didik. Buat mereka melihat sikap positif Anda dan usahakan agar
mereka mengenal Anda dengan baik.
2 Usahakan menciptakan komunikasi dua arah untuk meningkatkan
pemahaman dan penjelasan atas tindakan yang dilakukan.
3 Usahakan agar masyarakat sekolah berbicara dengan Anda dan dengarkan
mereka dengan sabar dan penuh perhatian. Usahakan mengenal mereka
secara individual dan sebagai kelompok serta upayakan untuk memuji
mereka jika memang perlu dan sampaikan pujian dengan tulus.
RINGKASAN
Pengambilan Keputusan
dan Pemecahan Masalah
Dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yang terbaik Anda lakukan adalah melakukan
yang benar, yang mendekati baik adalah melakukan yang salah,
dan yang terburuk adalah tidak melakukan apapun.
Theodore Rosevelt
PENGANTAR
Unit ini berfokus pada dua fungsi pokok manajemen dengan mengenalkan
konsep pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Setiap kepala
sekolah menghadapi berbagai situasi di sekolah yang mengharuskannya
mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Adakalanya dalam situasi
seperti itu, keputusan harus segera diambil atau ada masalah sangat
mendesak untuk ditanggulangi. Kepala sekolah yang tidak kompeten dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah akan tampak ragu-ragu dan
kebingungan. Keraguan atau kebingungan ini dapat berakibat fatal ketika
masalah yang dihadapi atau keputusan yang harus diambil sangat mendesak.
Kepala sekolah, misalnya, harus mengambil keputusan ketika mereka
mendelegasikan pekerjaan atau tanggung jawab kepada staf dan ketika
mereka berkomunikasi dengan atasan atau rekan kerja di tempat kerja.
Kepala sekolah juga harus dapat memecahkan masalah ketika, misalnya,
menghadapi situasi kekerasan yang dilakukan guru kepada murid atau rekan
kerjanya. Persoalan-persoalan seperti itu dan banyak masalah lainnya
merupakan situasi yang tidak asing dalam pekerjaan kepala sekolah.
Keputusan diambil di semua tingkat untuk memecahkan masalah dan
berdampak pada pencapaian tujuan dan sasaran sekolah. Krisis dapat timbul
jika tidak diambil keputusan. Pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah berjalan seiring dan keduanya sangat penting dalam semua aspek
manajemen sekolah. Itu sebabnya kompetensi di bidang ini sangat penting
bagi kepala sekolah. Kepala sekolah yang mumpuni dalam mengambil
keputusan dan memecahkan masalah adalah aset penting bagi sekolahnya
dan mungkin juga bagi gugus sekolahnya.
Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah upaya mencari solusi atas masalah yang timbul
dalam organisasi. Proses pemecahan masalah menghasilkan rumusan
keputusan yang bertujuan menanggulangi masalah yang ada. Proses
pemecahan masalah mencakup enam unsur utama yang berikut.
Keputusan Rutin
Keputusan Inovatif
Ini adalah keputusan yang diambil yang berkenaan dengan hal-hal yang
sifatnya inovatif atau unik (tidak rutin). Keputusan seperti ini jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan keputusan rutin yang harus diambil kepala
Keputusan Kebijakan
Keputusan ini diambil pada tingkat manajemen yang lebih tinggi seperti
keputusan dari Kementerian Pendidikan Nasional. Ini adalah keputusan
yang mengatur hal-hal seperti pembaruan pendidikan yang berlaku di
seluruh negara, seperti kurikulum tingkat satuan pendidikan, pelatihan calon
kepala sekolah, sertifikasi guru/kepala sekolah, penilaian kinerja kepala
sekolah, pengangkatan dan penempatan guru bantu, penerapan manajemen
berbasis sekolah, penetapan buku pelajaran, bantuan operasional sekolah,
ujian nasional terintegrasi ujian sekolah, dan sebagainya.
Keputusan operasional
Keputusan ini diambil di tingkat sekolah oleh kepala sekolah, peserta didik,
dan orang tua peserta didik. Anda melaksanakan keputusan kebijakan dalam
kerangka kondisi sekolah Anda.
Ciri keputusan yang efektif antara lain adalah bahwa keputusan itu
diperlukan dan tepat waktu, serta sesuai dengan tugas dan situasi yang
dihadapi. Keputusan itu juga seyogianya dapat dilaksanakan, dapat diterima,
dan dikomunikasikan dengan jelas kepada pihak yang harus melaksanakan.
Soal penerimaan keputusan dapat menjadi masalah dan kepala sekolah
mungkin perlu melakukan upaya yang cukup untuk memengaruhi staf
mengenai diperlukannya keputusan itu.
RINGKASAN
Manajemen Perubahan
Jika Anda yakin pada sesuatu hal baik yang akan Anda lakukan, lakukanlah hal itu dengan
tekad. Keajaiban akan menyertai kebulatan tekad
Anthony D. Souza
PENGANTAR
HAKIKAT PERUBAHAN
Dalam pengantar unit ini telah dikemukakan sejumlah sumber atau tekanan
perubahan dan jenis perubahan yang terjadi. Ini mencakup perubahan dalam
penerimaan peserta didik, kurikulum, serta pembaruan struktur dan
teknologi pendidikan. Perubahan dapat berasal dari luar atau merupakan
inisiatif sekolah sendiri. Sekalipun kita semua tahu segalanya berubah dan
yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri, tanggapan terhadap
perubahan mungkin berbeda-beda. Misalnya:
Pengumpulan Data
Pikirkan hal-hal yang Anda ketahui dari semua sumber di sekitar Anda, tata
ulang, dan analisis.
Dengan menganalisis data dan informasi yang Anda peroleh, sekarang Anda
telah memperoleh gambaran menyeluruh tentang arah baru yang diinginkan.
Susunlah tujuan dan sasaran yang ingin Anda capai ketika perubahan telah
dilakukan. Selanjutnya tetapkan strategi yang akan Anda terapkan untuk
mencapai tujuan dan sasaran itu.
Implementasi
Tindakan tanpa gagasan yang rasional memang bisa menjadi mimpi buruk,
tetapi gagasan tanpa tindakan juga hanyalah mimpi di siang bolong.
Implementasi adalah upaya mewujudkan gagasan menjadi tindakan. Pantau
(monitor) tindakan dan minta laporan hasilnya. Persoalannya adalah
seberapa baik kita dapat melakukan perubahan? Apa strategi yang paling
berguna?
Anda tentunya masih ingat bahwa manajemen juga dapat diartikan proses
mencapai hasil melalui dan dengan orang lain. Untuk dapat melakukan
perubahan, kepala sekolah perlu benar-benar memperhatikan upaya
menggalang komitmen terhadap perubahan di kalangan staf agar
implementasinya berhasil. Kepala sekolah memiliki akses berbagai sumber
pengaruh yang dapat digunakan untuk memengaruhi arah perubahan di
sekolah. Namun, Anda juga perlu menyadari bahwa tidak semua sumber
pengaruh memiliki dampak serupa dan berjangka panjang.
Jika Anda mempelajari daftar itu dengan seksama, Anda akan menyadari
bahwa penolakan untuk berubah boleh jadi terlalu menyederhanakan alasan
mengapa perubahan tidak selamanya berhasil. Meskipun ada saja guru yang
selalu menentang perubahan, kepala sekolah dapat berusaha memastikan
agar penolakan tidak berkembang sejak awal, atau andaipun demikian,
penolakan itu minimal. Ini dapat dilakukan dengan menetapkan strategi yang
tepat dan memastikan adanya komunikasi yang baik dan dukungan
pelaksanaan perubahan itu.
RINGKASAN
1. Semua tahu segalanya berubah dan yang tidak berubah adalah perubahan
itu sendiri. Tanggapan terhadap perubahan mungkin berbeda-beda karena
kebiasaan lama sukar berubah, sudah tradisi, waktu sulit tidak langgeng,
orang-orang yang bebal bertahan lama, ketika guncangan makin hebat,
mereka yang bebal makin beraksi.
2. Perubahan dapat digambarkan antara lain dengan pernyataan bahwa
peralihan dari posisi lama ke posisi baru, transformasi bentuk lama ke
bentuk baru, perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, atau
penggantian suatu hal dengan sesuatu yang lain. Perubahan boleh jadi
bersifat sementara yang nantinya akan mungkin kembali ke asal semula.
MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA
Pengantar 166
Pengantar
Hampir semua orang dapat memikul beban kesulitan,
tetapi untuk menguji karakternya beri ia kekuasaan
Manusia adalah sumber daya terpenting dari semua sumber daya organisasi.
Itu sebabnya manajemen sumber daya manusia (SDM) di sekolah
merupakan tugas kepala sekolah yang paling penting. Di negara kita, cukup
besar anggaran pendidikan dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan
pegawai. Jadi, keberhasilan program sekolah bergantung pada kemampuan
kepala sekolah dalam mendayagunakan sumber daya terpenting ini secara
produktif di sekolahnya.
Bagian ini terdiri atas delapan unit, yaitu seleksi pegawai, pengembangan
SDM, pemotivasian pegawai, penilaian kinerja pegawai, supervisi dan
pendisiplinan pegawai, memelihara dokumen kepegawaian, manajemen
rapat, dan manajemen konflik.
Seleksi pegawai
Unit ini membantu Anda menyeleksi anggota staf yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan sekolah.
Pengembangan pegawai
Melalui unit ini Anda akan dapat mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi
pegawai Anda dan merencanakan program pelatihan untuk memenuhi
kebutuhan itu.
Pemotivasian pegawai
Unit ini membahas pentingnya upaya memotivasi guru dan staf lainnya
untuk berkinerja sebaik mungkin. Upaya ini sering harus dilakukan kepala
sekolah dalam lingkungan dan situasi yang sering sangat rumit.
Penilaian kinerja bertujuan membantu guru dan staf lainnya agar lebih
produktif dalam proses pembelajaran. Dalam unit ini Anda akan
mempelajari cara yang efektif menilai kinerja staf.
Manajemen rapat
Waktu adalah sumber daya penting bagi kepala sekolah, sehingga tidak boleh
disia-siakan. Dalam unit ini Anda akan mempelajari teknik-teknik untuk
mengadakan rapat secara lebih produktif sehingga tidak memboroskan
waktu Anda sangat sangat berharga.
Manajemen konflik
Seleksi Pegawai
Kejujuran adalah bab pertama dalam buku kebijaksanaan
Thomas Jefferson
PENGANTAR
JENIS LOWONGAN
Suatu lowongan kerja boleh jadi bersifat permanen atau temporer. Jika yang
dibutuhkan adalah pegawai tetap, maka penting dipilih orang yang paling
tepat untuk melaksanakan pekerjaan yang lowong. Untuk pegawai tidak
tetap, bergantung pada lama waktu pelaksanaan pekerjaan itu. Meskipun
sangat penting artinya mengangkat orang yang memiliki kompetensi yang
tepat, lebih penting lagi untuk mengangkat guru yang bertanggung jawab
ketimbang membiarkan pekerjaan itu tidak terisi hanya karena tidak ada
orang memenuhi kombinasi kompetensi yang diinginkan.
PENILAIAN KEBUTUHAN
Republika, atau yang lain yang berskala nasional. Jika lowongan itu hanya
bagi karyawan honorer/tidak tetap, hal itu tentunya tidak perlu dilakukan.
Cara yang lebih sederhana dan mungkin jauh lebih murah adalah
mengirimkan informasi lowongan itu ke dinas tenaga kerja dan dinas
pendidikan yang selanjutnya akan membantu Anda mengumumkannya di
kantor masing-masing. Apapun cara yang Anda lakukan, Anda perlu benar-
benar memperhatikan informasi yang perlu disampaikan kepada pelamar.
Informasi itu haruslah jelas, benar, lengkap, dan disebarkan sesegera
mungkin.
Ada baiknya jika kepala sekolah menetapkan kebijakan yang meminta staf
untuk memberitahu keinginan untuk berhenti jauh hari sebelumnya. Dengan
cara ini sekolah memiliki waktu yang cukup untuk mencari pegawai yang
berhenti itu, utamanya untuk lowongan kerja yang calon penggantinya agak
langka. Dengan cara ini, kepala sekolah berusaha menjamin kelancaran
aktivitas sekolah.
SELEKSI
Setelah itu, Anda perlu melakukan kegiatan tindak lanjut. Anda perlu hati-
hati dengan kemungkinan adanya pelamar yang memalsukan informasi yang
disampaikan.
Dalam proses seleksi awal ini, pelamar yang tidak cocok akan tersisih dan
perlu mendapat informasi tentang hal itu. Mereka yang tersisa selanjutnya
mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Para pelamar perlu diwawancarai
untuk menggali informasi lebih dalam sebelum mengisi lowongan kerja itu.
WAWANCARA
Wawancara sebaiknya dilakukan oleh suatu tim yang terdiri atas sedikitnya
dua orang atau sebanyak-banyaknya empat orang. Jika wawancara itu
dilakukan oleh sebuah tim, maka anggotanya adalah kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru, dan wakil dari komite sekolah. Para anggota tim
pewawancara harus memutuskan siapa yang akan menjadi ketua tim.
Biasanya ketua tim adalah kepala sekolah. Jika Anda menjadi ketua tim,
maka Anda akan memandu proses wawancara itu dan memberi kesempatan
bagi anggota tim untuk mengajukan pertanyaan.
PENGANGKATAN
RINGKASAN
Pengembangan Pegawai
Sebaiknya Anda merisaukan karakter Anda ketimbang reputasi Anda. Karakter Anda
menunjukkan siapa diri Anda sebenarnya, sedangkan reputasi menunjukkan
siapa diri Anda menurut orang lain
Dale Carnegie
PENGANTAR
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
Para guru seharusnya tahu persis apa saja bidang yang menurutnya
memerlukan pelatihan. Demikian juga halnya, kepala sekolah dan tenaga
administrasi lainnya akan mengetahui bidang-bidang manajemen yang
dipandang memerlukan peningkatan. Ini adalah pengetahuan intuitif yang
dimiliki seseorang ketika telah sekian lama menggeluti pekerjaannya.
Isi Pengajaran
Isi mata pelajaran yang diajarkan telah ditetapkan dalam standar isi
pendidikan secara nasional. Kebanyakan guru sangat bergantung pada buku
pelajaran sehingga lupa bahwa mereka juga perlu memperhatikan standar itu.
Dokumen standar isi menentukan apa yang harus tercakup dan kadar
perhatian yang harus diberikan dalam setiap aspeknya. Ketika standar
berubah, para guru mungkin membutuhkan pedoman untuk menafsirkan
dokumen yang baru. Mereka mungkin menemukan ada hal-hal yang tidak
pas dalam standar atau tidak mereka pahami karena belum mendapat
pelatihan mengenai hal itu.
Ujian/Ulangan
MENCARI BANTUAN
MEMPEROLEH BANTUAN
FORMAT PELATIHAN
Ada banyak cara untuk melakukan pelatihan. Bergantung pada jenis masalah
yang akan ditanggulangi, beberapa cara boleh jadi lebih tepat dibandingkan
yang lain. Penting juga untuk menggunakan beragam format, sehingga tidak
terpaku pada format yang sama setiap saat. Berikut ini disajikan beberapa
EVALUASI PELATIHAN
RINGKASAN
4. Kepala sekolah harus jeli dan rajin mencari informasi yang dibutuhkannya
dari berbagai sumber. Kepala sekolah dapat mencoba untuk mencari
bantuan ke instansi pemerintah, lembaga-lembaga non pemerintah, atau
perusahaan swasta.
5. Bergantung pada jenis masalah yang akan ditanggulangi, beberapa cara
atau media pengembangan pegawai boleh jadi lebih tepat dibandingkan
yang lain. Penting juga untuk menggunakan beragam format, sehingga
tidak terpaku pada format yang sama setiap saat. Misalnya dengan
melakukan lokakarya sekolah, curah gagasan, mengundang tenaga ahli
dari luar, atau mengirimkan guru atau staf ke lembaga diklat.
6. Umumnya, penting sekali agar tujuan pelatihan ditetapkan sebelumnya.
Hanya dengan cara ini kita dapat mengevaluasi apakah suatu kegiatan
pelatihan telah tercapai atau tidak. Dalam kaitan ini kita perlu menahan
diri untuk tidak menyusun tujuan pelatihan yang sukar dicapai dalam
kaitannya dengan sumber daya yang tersedia.
Pemotivasian Pegawai
Amati pegawai ketika mereka melakukan suatu pekerjaan, kemudian sergaplah mereka
ketika melakukannya dengan baik, dan hargai kinerjanya
Kenneth Blanchard
PENGANTAR
HAKIKAT MOTIVASI
Ini paling mungkin dapat dicapai jika kepala sekolah membantu staf
memperoleh kepuasan kerja. Ini dikenal sebagai motivasi intrinsik, dorongan
yang berasal dari dalam diri seseorang, dan bukan motivasi ekstrinsik,
dorongan yang berasal dari luar.
PRINSIP-PRINSIP PEMOTIVASIAN
Partisipasi
Komunikasi
Jika pegawai diberitahu tentang hasil yang akan dicapai, mereka akan
cenderung lebih bekerja sama dan merasa bahwa mereka adalah bagian dari
kelompok. Sebaliknya juga dapat terjadi, jika pegawai tidak tahu apa yang
harus dicapai, mereka akan terlihat kurang berminat dan tidak termotivasi.
Pegawai seharusnya tidak hanya diberitahu tentang hasilnya, tetapi juga
tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai.
Pengakuan
Pendelegasian Wewenang
MOTIVASI PEGAWAI
Kebutuhan Pribadi
Jika kinerja bagus tidak memperoleh pengakuan sewajarnya, hal itu akan
menimbulkan dampak tidak baik terhadap motivasi guru. Dalam situasi
sempitnya peluang kerja, guru yang tidak termotivasi akan terpaksa bertahan
dalam pekerjaannya. Namun, kinerjanya sukar diharapkan optimal. Dampak
keadaan itu terhadap penyelenggaraan sekolah tentulah tidak baik. Kepala
sekolah harus dapat mendorong guru untuk bertanggung jawab dan
memiliki kebanggaan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan.
Situasi Kerja
Faktor Manajemen
Faktor Masyarakat
Kita perlu ingat bahwa motivator adalah hal-hal yang memotivasi pegawai
untuk berkinerja lebih baik di atas kinerja rata-rata atau standar. Motivator
ini adalah keinginan berprestasi, pengakuan, tanggung jawab, kepuasan kerja,
serta adanya peluang untuk pertumbuhan dan peningkatan pribadi. Kita
cenderung kurang memperhitungkan kebutuhan pegawai atas hal-hal itu,
padahal sangat penting artinya dalam memotivasi pegawai. Melibatkan
pegawai dalam pengambilan keputusan yang akan memengaruhi mereka
adalah salah satu cara untuk memenuhi semua atau setidaknya hampir semua
kebutuhan itu.
Tinggi rendahnya kebutuhan psikologis itu berbeda pada setiap orang dan
waktu. Ada orang yang kebutuhannya tidak berkaitan dengan pekerjaan. Jika
istri/atau suami seorang guru kehilangan pekerjaan, maka pada saat itu rasa
aman kemungkinan akan paling penting. Jika terjadi perceraian, kebutuhan
rasa aman dan sosial akan menonjol, sekalipun hal ini kemudian diikuti
dengan kebutuhan menemukan minat baru dan prestasi dalam pekerjaan.
Perbedaaan individual ini harus Anda perhatikan agar upaya Anda
memotivasi pegawai tepat sasaran.
Semua itu adalah gejala perilaku yang dapat diperkirakan dan sering dapat
dikenali. Namun, ketika gejala dan penyebabnya tidak begitu jelas, risikonya
adalah salah menduga kebutuhan pegawai. Sebagian kita memiliki
kecenderungan berasumsi bahwa kebutuhan orang lain sama dengan
kebutuhan kita; sebagian yang lain cenderung berasumsi sebaliknya.
Sekalipun kita sudah berusaha keras, kemungkinan tetap saja ada orang yang
tidak ingin dimotivasi dan memandang dengan penuh kecurigaan setiap
upaya untuk memperbesar tanggung jawab atau keterlibatan kerja. Sikap
seperti ini sering ditemukan pada guru-guru yang berkecenderungan
psimistis. Namun, kita tidak boleh gampang menyerah untuk berusaha.
Pendekatan yang tepat akan dapat menghasilkan tanggapan yang baik.
Lebih dari itu semua, kepala sekolah perlu jujur pada dirinya sendiri tentang
sikapnya terhadap bawahan. Penting agar introspeksi ini dilakukan secara
jujur dan terbuka, karena pengalaman menunjukkan bahwa hal itu akan
menentukan cara kepala sekolah memimpin dan memotivasi pegawainya.
Tidak diragukan lagi bahwa cara kepala sekolah memperlakukan pegawainya
sangat dipengaruhi oleh pandangannya tentang kehidupan, sikapnya
terhadap motivasi sebagai dasar perilaku manusia, dan pertimbangan yang
dibuatnya atas perilaku orang-orang dalam situasi kerja tertentu.
Terima kasih. Jangan lupa menyatakan terima kasih dengan sikap tulus.
Perhatian. Ketika orang lain bicara, simak dengan baik. Jika kata-katanya
mengenai diri Anda, tatap matanya. Sampaikan pernyataan duka, selamat,
dan sebagainya dengan tulus.
Inspirasi. Tumbuh kembangkan semangat pantang menyerah dalam diri
orang lain.
RINGKASAN
PENGANTAR
Dalam sekolah kecil, kemungkinan besar Anda sebagai kepala sekolah yang
menilai pegawai. Di sekolah yang lebih besar hal ini kemungkinan
didelegasikan kepada wakil kepala sekolah atau kepala bagian/departemen
sesuai dengan struktur organisasi yang dipakai sekolah.
Penilaian kinerja merupakan proses di mana seorang guru dan rekan kerja
yang lebih senior bekerja sama menilai kinerja guru sebagai tenaga
profesional. Ini berarti menilai semua aspek pengorganisasian kelas, cara
mengelola kegiatan belajar di kelas; termasuk penggunaan waktu dan bahan,
cara mereka berhubungan dengan peserta didik, guru lain, kepala sekolah,
orang tua, dan anggota masyarakat lainnya.
Dalam unit ini, Anda akan mempelajari alasan perlunya dilakukan penilaian
kinerja pegawai dan bagaimana cara melakukannya. Penilaian kinerja juga
berjalan seiring dengan pengembangan pegawai. Artinya hasil penilaian
kinerja seharusnya dipakai untuk menemukan cara perbaikan dengan
melakukan upaya peningkatan kompetensi, utamanya jika kinerja yang
kurang atau tidak bagus berkaitan dengan kemampuan.
Proses penilaian kinerja yang baik, di mana guru benar-benar jujur tentang
kelebihan dan kelemahan mereka, tentang bantuan dan dorongan yang
mereka perlukan; bergantung pada suasana saling memercayai antara kepala
sekolah, atau guru senior lainnya, dan guru yang sedang dinilai. Ini berarti
bahwa Anda, sebagai guru senior, harus dapat bertindak profesional yang
dihormati karena kompetensi Anda dan hubungan yang baik dengan staf;
bukan hanya karena Anda adalah orang yang memiliki kewenangan jabatan
sebagai kepala sekolah.
Anda harus dapat menegur guru yang yang terlambat atau kurang siap
memfasilitasi pembelajaran. Anda melakukan hal itu karena Anda tahu
bahwa guru memerlukan bimbingan. Jadi, komentar Anda tidak Anda
sampaikan secara sinis atau merendahkan, tetapi dengan niat tulus untuk
memperbaiki. Ini juga harus dapat Anda lakukan sekalipun guru
menunjukkan sikap menolak atau tidak dapat mengubah perilaku yang tidak
dapat diterima itu. Dalam hal seperti ini Anda perlu melakukan
pendisiplinan bagi kepentingan sekolah Anda dan yang bersangkutan sendiri.
Jika Anda dipandang sebagai orang yang benar-benar mengetahui guru,
realitas peserta didik dan ruang kelas, dan Anda dikenal sebagai orang yang
menghormati perasaan guru dan peserta didik, penilaian Anda kemungkinan
besar akan berlangsung dalam suasana yang saling memercayai.
Pada tahap awal diskusi dengan staf berkenaan dengan penilaian kinerjanya,
Anda perlu menjelaskan tujuan penilaian itu dan cara mencapainya. Prosedur
yang akan dilalui harus dibahas, dan gagasan staf akan diperhitungkan. Perlu
dibuat jadwal waktu agar guru memiliki waktu untuk menyiapkan pikirannya,
Anda dan anggota staf senior, perlu menyiapkan seluruh proses dengan
menganalisis sikap Anda mengenai kepemimpinan. Sikap Anda tentang
apakah, misalnya, Anda mencari inkompetensi guru, atau berusaha
mengidentifikasi kompetensi mereka, merupakan hal yang penting untuk
menentukan apakah penilaian kinerja pegawai kemungkinan akan menjadi
proses pengembangan staf yang positif atau tidak.
”Hari ini saya mulai merasa bahwa mengajar matematika semua peserta didik
di satu kelas membuat sebagian peserta didik merasa bosan. Peserta didik yang
lebih pintar menyelesaikan pekerjaan mereka sangat cepat, dilakukan dengan
benar, dan kemudian mereka membuat gaduh, sedangkan yang lain begitu
lamban dan tampaknya tidak mengerti. Saya akan menata ulang peserta didik
ini menjadi beberapa kelompok, tapi saya tidak tahu cara melakukannya.
Bagaimana saya bisa memastikan bahwa semua kelas akan berkonsentrasi pada
pekerjaan mereka jika saya tidak menyuruh mereka semua menghadap papan
tulis?”
Pengamatan Kelas/Tugas
kepercayaan dan harkat diri guru karena, melalui hal ini, guru itu lebih
mungkin mendiskusikan pekerjaannya. Dalam contoh catatan harian guru
sebelumnya, Anda dan guru kemudian dapat mendiskusikan cara pengelom-
pokan peserta didik yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan mereka.
Dari diskusi yang berlangsung dalam wawancara itu, selanjutnya dapat
disusun target yang akan dicapai. Anda dapat mengatur apakah bantuan bagi
guru itu dapat disediakan di sekolah atau dari sumber lain. Anda dapat
mendorong yang bersangkutan untuk mencobakan metode lain, dengan
menjamin bahwa akan ada dukungan penuh selama penerapannya.
Mengelola perubahan cara kerja ini boleh jadi akan kurang menyenangkan
bagi guru, karena khawatir gagal dan kebanyakan orang tidak suka
menanggung risikonya.
Perilaku menghindar tertentu, seperti telat atau absen dapat muncul dari
perasaan kurang kompeten. Guru yang tidak menyiapkan pelajaran dengan
baik, dapat ditanya apakah ia merasa pelajarannya akan lebih baik jika ia
tidak sering terlambat atau berperilaku kurang baik lainnya di luar sekolah,
seperti suka minum minuman keras, berjudi, atau bergadang hingga larut
malam. Hal ini akan membuka tirai lebih lebar, tetapi dalam suasana positif
yang lebih mungkin mengarah pada diskusi terus terang tentang tanggung
jawab profesional guru. Sselanjutnya dapat disusun target yang realistik.
Perlu diingat agar kepala sekolah mengomentari juga setiap upaya perbaikan
yang dilakukan. Misalnya, “Anda hanya terlambat satu hari dalam minggu
ini. Teruslah berusaha untuk lebih membuat pelajaran Anda menjadi lebih
baik.” Dengan cara ini, moral guru dapat ditingkatkan dan bagi orang-orang
tertentu itu saja telah cukup untuk mendorong upaya perbaikan.
Diskusi/Rapat Tindak Lanjut
Proses penilaian kinerja seyogianya berlangsung secara berkelanjutan. Jika
diperlukan peningkatan kemampuan, dapat direncanakan kegiatan pelatihan
dalam jabatan, atau diskusi peningkatan proses belajar-mengajar di kelas.
Ada baiknya jika guru didorong untuk melakukan kegiatan peningkatan diri
melalui upayanya sendiri. Semua kegiatan itu adalah bagian dari tanggung
jawab Anda sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Di sekolah-sekolah
besar, bagian dari tanggung jawab ini dibagi bersama staf senior lainnya.
Keputusan tentang seberapa sering penilaian bagi setiap guru atau staf
lainnya dilakukan hendaknya diambil melalui konsensus di sekolah.
Keputusan ini bergantung pada ukuran sekolah dan seberapa banyak guru
atau staf senior yang tersedia. Namun, penilaian kinerja secara formal
umumnya dilakukan sekali dalam setahun.
Penting diingat bahwa jika selang waktu penilaian itu terlalu lama, ada
kemungkinan masing-masing pihak telah lupa dengan sejumlah kejadian
yang justru penting dinilai. Pengamatan kinerja seharusnya dilakukan
sesering mungkin agar setiap kekurangan dapat segera diperbaiki, tanpa
harus menunggu penilaian yang lebih formal.
RINGKASAN
1. Penilaian kinerja merupakan proses di mana seorang guru dan rekan kerja
yang lebih senior bekerja sama menilai kinerja guru sebagai tenaga
profesional. Penilaian kinerja mencakup semua aspek pekerjaan
profesional guru, termasuk pengorganisasian kelas, cara mengelola
kegiatan belajar di kelas; penggunaan waktu dan bahan, cara mereka
berhubungan dengan peserta didik, guru lain, kepala sekolah, orang tua,
dan anggota masyarakat lainnya. Fokus penilaian kinerja adalah proses
mengidentifikasi potensi yang perlu dikembangkan.
2. Penilaian dimaksudkan untuk membantu guru agar lebih produktif dalam
proses belajar-mengajar dan untuk memenuhi kebutuhan guru akan
pengembangan profesional; misalnya melalui pelatihan dalam jabatan dan
pengembangan karier.
3. Maslahat penilaian kinerja antara lain meningkatnya keterampilan melalui
pelatihan dalam jabatan atau eksperimentasi gaya mengajar, meningkatnya
karier melalui pelatihan dalam jabatan, meningkatnya hubungan di mana
masing-masing pihak lebih memahami satu sama lain, terciptanya
hubungan produktif antara penilaian kinerja dan perencanaan dan
pengembangan staf dan sekolah, serta meningkatnya motivasi dan
produktivitas di sekolah.
4. Proses penilaian kinerja yang baik, di mana guru benar-benar jujur
tentang kelebihan dan kelemahan mereka, tentang bantuan dan dorongan
yang mereka perlukan; bergantung pada suasana saling memercayai antara
kepala sekolah, atau guru senior lainnya, dan guru yang sedang dinilai.
5. Penilaian kinerja dimulai dengan membangun suasana saling memercayai
sehingga besikap terbuka lebih mudah dilakukan. Pada tahap awal diskusi
dengan staf berkenaan dengan penilaian kinerjanya, Anda perlu
menjelaskan tujuan penilaian itu dan cara mencapainya.
6. Guru atau staf dapat melakukan penilaian sendiri. Proses ini dimulai di
mana guru melakukan sendiri peninjauan keberhasilan, kegagalan, serta
kebutuhan profesional dan pribadi. Hasilnya kemudian didiskusikan
bersama. Kepala sekolah dapat membandingkan hal ini dengan
pengamatannya sendiri atas kinerja guru dan staf dan berbagai masukan
lainnya.
Supervisi
dan Pendisiplinan Pegawai
Mendisiplinkan orang lain harus didahului dengan mendisiplinkan diri sendiri
PENGANTAR
Karena semua kegiatan di sekolah adalah tanggung jawab Anda, Anda perlu
memastikan bahwa tugas yang Anda delegasikan dilaksanakan pada waktu
dan cara yang tepat. Oleh karena itu, Anda perlu melakukan supervisi, yaitu
menyelia pekerjaan orang lain di sekolah. Dengan menemui staf senior
Anda, apakah secara perseorangan atau kelompok, Anda akan memperoleh
balikan tentang keberfungsian penyelenggaraan sekolah, termasuk
pelaksanaan dan pengembangan kurikulum. Dengan aktif di sekolah, dengan
mengunjungi kelas, berbicara dengan guru, peserta didik, dan orang tua,
Anda mengikuti perkembangan masyarakat sekolah, orang-orang, dan
peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, masalah sering dapat dicegah,
hanya karena kepala sekolah tahu persis hal-hal yang terjadi di sekolah. Pada
saat yang sama, Anda menunjukkan contoh disiplin diri yang baik bagi orang
lain.
Dalam hal aturan bagi tenaga pengajar, aturan itu sedapat mungkin harus
disusun dengan melibatkan dan disepakati oleh tenaga pengajar melalui
dewan pendidik yang diketuai kepala sekolah. Untuk melakukan ini, Anda
perlu mengikutsertakan organisasi guru setempat. Rapat staf dapat
Dalam dunia yang ideal, Anda akan dapat memercayai semua staf untuk
melaksanakan tanggung jawabnya dalam pengajaran, administrasi, atau
penanganan peserta didik tanpa supervisi. Bagi guru yang yang termotivasi
secara positif, kepercayaan Anda itu kemungkinan besar akan dilaksanakan
dengan baik. Guru seperti itu tiba di sekolah sebelum pelajaran dimulai,
mereka hanya absen karena alasan yang masuk akal, proses pembelajaran
direncanakan dengan baik, mereka memperlakukan peserta didik dengan
penuh kasih sayang, tetapi mereka juga tegas dan jelas dalam memberikan
arahan atau informasi.
Namun, tidak semua guru seperti itu. Beberapa guru Anda mungkin malas,
sebagian lain memiliki masalah pribadi, masih sebagian lain adalah guru yang
lemah, dan mungkin ada beberapa yang tidak bermoral. Di antara mereka
yang kurang atau tidak baik ini, mereka akan dapat memperbaiki diri dengan
dorongan dan dukungan, yang lain dengan simpati dan pemahaman.
Sebaliknya, Anda mungkin akan harus melakukan tindakan pendisiplinan
yang cukup keras terhadap mereka yang malas, tidak kompeten, atau yang
berkarakter tidak baik. Reaksi Anda akan bergantung pada persepsi Anda
terhadap guru dan masalah yang terjadi.
Bentuk supervisi yang paling efektif terjadi jika staf, peserta didik, dan orang
tua memandang kepala sekolah sebagai orang yang tahu persis tentang hal-
hal yang terjadi di sekolahnya. Meskipun Anda memerlukan waktu bagi
Anda sendiri di kantor Anda, atau menutup pintu kantor Anda karena alasan
kerahasiaan proses wawancara, Anda perlu terus berusaha agar Anda terlihat
pada saat peserta didik dan guru tiba di sekolah dan ketika mereka bergerak
dari satu tempat ke tempat lain. Anda mungkin juga perlu mengunjungi
semua kelas pada awal pelajaran pagi hari untuk mengucapkan salam kepada
guru dan peserta didik.
Konsep supervisi yang diuraikan dalam unit ini terkesan positif dan sangat
terkait dengan penilaian kinerja dan pengembangan staf. Dalam semangat
ini, Anda akan ingin mendukung guru yang lemah yang merasa sulit
mendisiplinkan atau menyiapkan pelajaran. Anda akan mengetahui
kebutuhan seperti itu jika Anda mengetahui benar sekolah Anda. Kepala
sekolah yang dirasakan kehadirannya tidak hanya membantu membangun
perasaan memiliki tujuan profesional, tetapi juga dapat mencegah guru dan
peserta didik berkelakuan tidak baik. Namun, adakalanya diperlukan
tindakan lebih keras ketika guru tidak menanggapi kepemimpinan Anda atau
tidak melaksanakan tugas sebagaimana seharusnya. Jika demikian halnya,
Anda perlu memulai prosedur pendisiplinan.
PROSEDUR PENDISIPLINAN
Sangat ideal apabila sekolah memiliki sarana deteksi dini untuk mencegah
munculnya masalah disiplin sejak awal. Kewaspadaan kepala sekolah, guru,
dan staf mungkin dapat membantu. Namun, sering pula terjadi ketika
masalah disiplin berkembang perlahan-lahan sebelum benar-benar tampak
sebagai masalah. Jika disiplin menjadi masalah, diperlukan prosedur untuk
menanganinya. Prosedur tiga langkah berikut dapat dipedomani kepala
sekolah untuk menangani masalah-masalah pendisiplinan. Prosedur ini harus
diberitahukan kepada semua staf sebagai prosedur pendisiplinan yang
disepakati bersama. Jika tidak, pendisiplinan yang Anda lakukan akan
menuai protes yang dapat mengganggu stabilitas sekolah.
berupa tulisan, harus dicatat sebagai dokumen penting jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan kemudian hari.
• Semua staf, guru, dan tenaga administrasi tahu persis adanya "aturan
main" dan memahaminya dengan baik.
• Kepala sekolah menerapkan pendekatan pemecahan masalah dalam
pendisiplinan, bukan pendekatan yang menghukum.
• Tindakan pendisiplinan dilakukan sesegera mungkin.
• Tindakan pendisiplinan tidak memihak, adil, dan konsisten.
• Adanya tindak lanjut.
jernih) meskipun hati panas. Kecerdasan emosi Anda, antara lain, diukur
dari reaksi Anda terhadap peristiwa dengan muatan emosi yang tinggi.
Tidak Memihak, Konsisten, dan Fair
Cara paling cepat untuk merusak efektivitas pendisiplinan adalah melakukan
tindakan disiplin kepada sebagian staf dan tidak kepada yang lain. Ada
kecenderungan bahwa kepala sekolah bermurah hati terhadap guru tertentu,
terutama yang baik, penurut, dan dapat diandalkan. Namun, staf dapat
dengan cepat merasakan adanya ketidakadilan dalam hal pendisiplinan.
Mereka akan segera merasa adanya dua aturan pendisiplinan. Satu bagi staf
yang disukai dan satu lagi bagi staf lainnya. Jika persahabatan antara atasan
dan bawahan tertentu dipandang memengaruhi tindakan pendisiplinan, staf
lainnya akan memperlihatkan ketidaksukaan mereka dengan cara-cara
tertentu, baik secara terang-terangan maupun tidak.
Selain itu, tindakan pendisiplinan juga harus fair. Sederhana saja,
konsekuensi harus setimpal dengan perbuatan. Suatu pelanggaran kecil tidak
membenarkan adanya sanksi pendisiplinan yang berat, kecuali jika staf
bersangkutan telah melakukan pelanggaran yang sama berulang-ulang. Oleh
sebab itu, kepala sekolah harus mendokumentasikan secara tertib semua
kejadian pelanggaran peraturan yang dilakukan staf, termasuk sanksi yang
pernah dijatuhkan atas pelanggaran itu.
Tindak Lanjut
Jika pelanggaran kecil diikuti dengan peringatan lisan, tidak selalu diperlukan
tindak lanjut. Namun, jika hal itu terjadi berulang-ulang--misalnya sering
absen atau terlambat--Anda perlu memberitahu staf atau guru yang
bersangkutan bahwa selanjutnya akan diadakan pembicaraan dengannya
untuk mencegah berulangnya pelanggaran. Hal ini dapat mendorong staf
untuk tidak lagi melakukan pelanggaran. Jika staf masih melakukan
pelanggaran, Anda harus berbicara dengan yang bersangkutan secara formal
untuk mengkaji masalahnya dan Anda dapat mempertimbangkan untuk
melakukan tindakan pendisiplinan yang lebih keras.
RINGKASAN
Memelihara
Dokumen Kepegawaian
Pendidikan membuat orang dapat memimpin, tetapi sulit mengendalikan; mudah
mengatur, tetapi tidak mungkin memperbudak
Peter Brougham
PENGANTAR
Dokumen sekolah adalah bagian dari sejarah sekolah dan digunakan untuk
merencanakan tindakan dan kebijakan masa depan. Dokumen di sekolah
memuat informasi penting tentang administrasi sekolah; misalnya
penyimpanan dana sekolah, bagaimana cara mengumpulkan dan
menggunakannya.
Meskipun Anda orang yang pintar dan pekerja keras, Anda tidak dapat
mengingat semua informasi tentang semua guru; tidak juga semua informasi
mengenai administrasi sekolah. Informasi tentang staf dan administrasi
sekolah juga disediakan bagi orang lain; misalnya pengawas dan komite
sekolah. Unit ini bukan mengenai dokumen keuangan atau informasi lainnya
mengenai buku harta milik sekolah. Subyek unit ini adalah pemeliharaan
dokumen pegawai: guru dan tenaga administrasi lainnya.
Beban kerja perlu dibagi di antara anggota staf agar terdapat pembagian
waktu mengajar, administrasi, dan kegiatan bukan pengajaran lainnya.
Sebagai kepala sekolah, Anda perlu mengetahui di mana guru Anda, di kelas
mana mereka, apa saja mata pelajaran yang difasilitasi pada hari-hari tertentu.
Hal ini tidak dapat, dan seharusnya tidak boleh, hanya disimpan dalam
ingatan kepala sekolah. Semua itu perlu dicatat.
Profesional
Pengembangan Pegawai
pelatihan yang pernah diikuti guru, pelajaran privat yang diberikan bagi
peserta didik, atau tanggung jawab pelaksanaan kegiatan ekstra kurikulum
yang dilaksanakan guru.
MEMUTAKHIRKAN DOKUMEN
Cara yang Anda pilih untuk memutakhirkan dan menata dokumen akan
bergantung pada apakah ada bentuk spesifik yang harus dipedomani sekolah
Anda, atau apakah Anda harus merancangnya sendiri. Jika rancangan format
dokumen itu diserahkan kepada masing-masing sekolah, maka Anda perlu
membuatnya sesederhana mungkin agar pekerjaan Anda tidak terlalu berat.
Format standar yang Anda buat, gandakan, dan isi merupakan cara yang
dapat Anda lakukan untuk meringankan beban kerja Anda.
PENGGUNAAN DOKUMEN
Dokumen Anda akan paling bermanfaat bagi Anda jika tertata dengan baik
sehingga informasi yang Anda inginkan segera dapat Anda peroleh. Jika
dokumen Anda selalu dimutakhirkan, maka keputusan yang Anda ambil
tentunya akan berdasarkan informasi yang juga mutakhir.
Sekolah sama halnya dengan mahluk hidup lainnya. Ia tidak statis tetapi
terus-menerus berkembang. Dokumen Anda juga perlu mengikuti
perkembangan itu dengan memutakhirkannya setiap kali ada informasi baru
yang perlu ditambahkan. Selain itu, pemutakhiran dokumen Anda dapat
menjadi kegiatan rutin di setiap awal semester.
RINGKASAN
Manajemen Rapat
Masa depan bergantung pada apa yang kita kerjakan hari ini
Mahatma Gandhi
PENGANTAR
Keberhasilan setiap rapat bergantung pada kerja sama dan dukungan yang
diperoleh ketua rapat dari peserta rapat. Jadi, ketua rapat perlu mengetahui
bagaimana sikap orang-orang terhadap rapat.
Di antara banyak alasan orang tidak menyukai rapat, yang berikut dipandang
paling umum dikemukakan.
diinginkan. Ketua rapat juga tidak dapat berfokus pada aspek-aspek diskusi
yang memotivasi anggota. Kemungkinan juga ketua rapat terlalu
mendominasi proses rapat.
Tujuan tidak jelas: Para peserta tidak tahu persis apa yang akan dicapai
melalui rapat.
Kurangnya komitmen. Tugas tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
oleh anggota panitia.
Tidak ada fokus yang jelas: Misalnya, “Apa yang seharusnya kita lakukan
hari ini?”
Rekomendasi dinafikan: Pimpinan tidak tanggap terhadap rekomendasi
panitia.
Tidak ada kesimpulan: Masalah memang didiskusikan, tetapi tidak ada
kesimpulan yang dicapai atau keputusan diambil.
Tidak ada tindak lanjut: Anggota tidak mendapat penugasan.
Dominasi: Seringkali satu orang mendominasi rapat, mendorong orang lain
untuk menyetujui pendapatnya, sementara yang lain berpikir apa gunanya
mereka mengikuti rapat.
Kurangnya persiapan: Agenda rapat tidak disiapkan dan bahan rapat yang
diperlukan tidak tersedia.
Agenda tersembunyi: Sebagian peserta barangkali memiliki tujuan sendiri
yang lain dari agenda rapat, sehingga mereka hanya mengarahkan diskusi
yang dipandang penting bagi tujuannya.
Tujuan yang jelas: Apa saja yang ingin dicapai melalui rapat dan bagaimana
partisipasi yang diharapkan dari peserta untuk mencapai tujuan itu.
Pengendalian waktu yang seksama: Rapat dimulai dan diakhiri sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan.
Notulen rapat: Ada notulen rapat yang mendokumentasi proses dan hasil
rapat. Ini diperlukan untuk rapat yang akan diadakan berikutnya.
Evaluasi kemajuan: Rapat berhenti secara berkala untuk meninjau
kemajuan yang dicapai.
Tampaknya hampir pasti dapat dikatakan bahwa rapat diadakan karena ada
kebutuhan yang sahih. Perlu diingat bahwa rancangan rapat bergantung pada
tujuannya dan pada harapan pencapaian hasil. Beberapa alasan yang sahih
untuk mengadakan rapat mencakup yang berikut.
• Berbagi informasi.
• Merencanakan program yang akan datang.
• Mengoordinasikan kegiatan.
• Memecahkan masalah, mengambil keputusan
• Mengumpulkan informasi, memperoleh balikan, meninjau ulang kegiatan
yang telah dilaksanakan.
• Membuat kebijakan.
• Memotivasi, mengilhami.
• Melatih, mengarahkan.
• Memberikan dukungan, membangun kepaduan.
Banyak kepala sekolah mengadakan rapat karena rapat itu memang harus
dilakukan. Adakalanya mereka juga mengadakan rapat untuk rapat itu
sendiri. Rapat seperti ini sering memboroskan waktu dan tidak berkontribusi
apapun bagi peningkatan manajemen sekolah.
Di antara alasan yang Anda ajukan kemungkinan adalah bahwa tujuan rapat
tidak absah. Hal-hal berikut menyajikan tujuan rapat yang perlu
dipersoalkan.
Dengan asumsi ada alasan yang absah untuk mengadakan rapat, pertanyaan
berikutnya adalah: apakah rapat merupakan cara terbaik untuk mencapai
tujuan? Misalnya, jika ada informasi yang perlu disampaikan, perlukah
seseorang mengadakan rapat untuk menyampaikan informasi itu atau
bukankah lebih efisien dan efektif menyampaikan informasi itu secara
tertulis? Syarat utama yang menentukan perlu tidaknya rapat adalah jawaban
atas pertanyaan berikut: apakah orang-orang harus bertemu langsung untuk
mencapai tujuan yang diinginkan? Jika jawabannya ya, maka rapat memang
mungkin diperlukan.
JENIS RAPAT
Rapat dapat berlangsung dalam beberapa bentuk yang berbeda, dari yang
berupa curah gagasan kreatif sampai dengan rapat komite sekolah yang
formal. Berikut ini disajikan beberapa bentuk rapat yang mungkin dapat
Anda gunakan sebagai kepala sekolah.
PERANAN PESERTA
Dalam rapat apapun ada sejumlah peran yang dilaksanakan. Hal ini cukup
umum di hampir semua rapat.
Ketua
Tugas ketua adalah:
• mengoordinasi pekerjaaan panitia
• memastikan bahwa aturan dan prosedur ditaati
• mengadakan rapat agar semua anggota mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapat
• bertindak sebagai ‘wasit’ dalam ketidaksepakatan, mengarahkan rapat
untuk mengambil keputusan
• memastikan bahwa dokumen disimpan secara efisien
• mendorong adanya hubungan kerja yang baik di kalangan anggota
sekolah
• bertindak selaku pemimpin rapat.
Sekretaris
Tugas sekretaris adalah:
• melakukan urusan administrasi rapat
• mengorganisasi rapat dan merekam proses dan hasil rapat
• berhubungan erat dengan ketua dalam penyelenggaraan rapat
• berusaha agar anggotan rapat dan pihak berkepentingan dengan rapat
tetap memperoleh informasi
• bertindak sebagai ‘tangan kanan’ ketua.
Bendahara
Tugas bendahara adalah:
• memantau aktivitas keuangan rapat
Anggota Panitia
RINGKASAN
Manajemen Konflik
Angin kemarahan memadamkan lampu kecerdasan
PENGANTAR
HAKIKAT KONFLIK
SUMBER KONFLIK
Konflik dapat timbul dari sejumlah sumber, seperti sumber daya, prinsip,
wilayah, komunikasi, kebijakan, proses, dan/atau kepribadian. Kita dapat
Sifat khusus situasi konflik bukanlah sesuatu yang tidak dikenal kepala
sekolah. Pada waktu-waktu awal, situasi konflik sering dipandang sebagai
kejadian tunggal, yang sebenarnya jarang sekali seperti itu. Konflik tidak
muncul begitu saja, tetapi ia berkembang melalui beberapa tahap, dan
disetiap tahap terdapat sejumlah faktor yang berkontribusi bagi
kemungkinan timbulnya konflik.
Tahapan konflik dibahas berikut ini.
Resolusi konflik: Pada titik tertentu dalam proses itu konflik kemungkinan
dapat ditanggulangi dan kemungkinan juga ditekan.
RESOLUSI KONFLIK
Manajemen konflik adalah salah satu aktivitas yang harus dilakukan kepala
sekolah sehari-hari. Jenis-jenis konflik yang dihadapi kepala sekolah tidak
terbatas di lingkungan sekolah, karena dalam banyak kasus dapat melibatkan
anggota masyarakat dan pihak berkepentingan lainnya.
Di masa lalu, kepala sekolah telah bergantung pada hierarki otoritas yang
mapan. Orang yang berada di posisi atas dapat mengambil keputusan
dengan cepat dan bertindak otokratis jika diperlukan. Hal ini sering
digunakan untuk menanggulangi situasi konflik. Namun, apakah solusinya
akan efektif dalam jangka panjang?
Umumnya terdapat tiga gaya reaksi terhadap konflik yaitu agresif, asertif,
dan pasif. Keterampilan untuk mengosiasikan situasi konflik adalah sebagai
berikut.
• Menemukan penyebabnya.
• Memahaminya.
• Mengupayakan solusi menang-menang (semua pihak merasa mereka
memperoleh sesuatu).
• Bertindak pada waktu yang tepat.
• Memeriksa hasilnya.
NEGOSIASI
Salah satu manajemen konflik yang positif adalah negosiasi. Negosiasi adalah
suatu transaksi di mana pihak-pihak yang terlibat memiliki hak veto dalam
hasil akhir. Dengan kata lain, masing-masing pihak dalam suatu negosiasi
harus menyepakati hasilnya agar dapat dilaksanakan dan pihak-pihak yang
berkepentingan menyepakati hasil itu. Jadi, melalui negosiasi kita mengambil
keputusan bersama.
Sesuai dengan definisi itu, negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap
hari dalam kapasitas pribadi dan profesional kita. Misalnya, orang-orang
NEGOSIASI BERPRINSIP
Manusia
Pisahkan orang dari masalah. Hal ini penting karena negosiator adalah juga
manusia yang memiliki emosi, keyakinan, serta rasa suka dan tidak suka
Kepentingan
Berfokus pada kepentingan dan bukan pada posisi. Hal kedua yang penting
ini menekankan pentingnya mengidentifikasi dan berfokus pada kepentingan
nyata pihak-pihak yang bernegosiasi. Pertanyaan dasar di sini adalah
“mengapa?” untuk menemukan kepentingan nyata semua pihak yang
bernegosiasi. Lebih lanjut, kepentingan yang paling menonjol, tetapi yang
juga merupakan kepentingan yang paling dinafikan adalah kebutuhan dasar
manusia, kesejahteraan ekonomi, rasa aman, penerimaan sosial, rasa
memiliki, dan perasaan mengendalikan kehidupan sendiri. Lebih penting lagi
adalah dengarkan benar-benar apa yang dikemukakan pihak lain.
Pilihan
Kriteria
Usahakan betul agar hasil didasarkan atas tujuan dan kriteria standar sebagai
pengukur. Hal ini akan menjamin solusi yang adil.
STRATEGI LAIN
Menang - Kalah
Hasil strategi ini adalah satu pihak kalah dan pihak lain menang. Dalam
banyak kasus, strategi ini tidak memuaskan, dan konflik kemungkinan besar
akan timbul lagi.
Kalah - Kalah
Kedua belah pihak mengalami kekalahan. Dalam situasi ini biasanya ada
pihak ketiga yang terlibat yang berusaha mencapai kompromi yang jarang
dapat diterima kedua belah pihak.
Menang - Menang
Kedua belah pihak marasa puas dengan hasil yang dicapai. Fokus strategi ini
adalah pada pemecahan masalah dan bukan untuk saling mengalahkan.
RINGKASAN
4. Konflik dapat timbul dari sejumlah sumber, seperti sumber daya, prinsip,
wilayah, komunikasi, kebijakan, proses, dan/atau kepribadian. Kita dapat
mengategorikannya sebagai konflik instrumental, konflik kepentingan,
dan konflik pribadi/relasional.
5. Tahapan konflik dimulai dengan persepsi tentang adanya konflik dan
tahapan selanjutnya konflik mulai dirasakan. Berdasarkan kedua tahap
sebelumnya, selanjutnya muncul konfrontasi, yang dapat bersifat konflik
atau pemecahan masalah. Pada tahap berikutnya konflik kemungkinan
dapat ditanggulangi atau boleh jadi ditekan. Bergantung pada hasil
resolusi pada tahap sebelumnya, situasi berikutnya kemungkinan dapat
memperuncing konflik atau sebaliknya menimbulkan kerja sama.
6. Resolusi konflik terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat memahami posisi
masing-masing dan posisi pihak lain secara akurat.
7. Gaya reaksi terhadap konflik adalah agresif, asertif, dan pasif. Lima
keterampilan untuk mengosiasikan situasi konflik adalah menemukan
penyebabnya, memahaminya, mengupayakan solusi menang-menang
(semua pihak merasa memperoleh sesuatu), bertindak pada waktu yang
tepat, dan periksa hasilnya.
8. Negosiasi adalah suatu transaksi di mana pihak-pihak yang terlibat
memiliki hak veto dalam hasil akhir. Dengan kata lain, masing-masing
pihak dalam suatu negosiasi harus menyepakati hasilnya agar dapat
dilaksanakan dan pihak-pihak yang berkepentingan menyepakati hasil itu.
9. Dalam negosiasi berprinsip masing-masing pihak mengambil posisi,
mempertahankan posisi itu, dan melakukan serangkaian konsesi sampai
dicapai kesepakatan atau sampai ketika negosiasi berhenti karena masing-
masing pihak tidak lagi dapat membuat tambahan konsesi dalam posisi
mereka. Metode ini terdiri atas empat hal yang berkaitan dengan dasar-
dasar negosiasi. Keempat hal itu adalah manusia, kepentingan, pilihan,
dan kriteria.
10. Strategi lain resolusi konflik adalah resolusi menang-kalah, kalah-kalah,
dan menang-kalah.
MANAJEMEN KURIKULUM
DAN SUMBER DAYA
SEKOLAH
Pengantar 232
Pengembangan Kurikulum 235
Penjadwalan 241
Manajemen Sumber Daya Untuk Mendukung Kurikulum 254
Pemilihan dan Pengelolaan Buku Pelajaran 259
Perpustakaan dan Alat Bantu Pembelajaran Biaya Murah 265
Ujian, Tes Ulangan, dan Pemeliharaan Dokumen 276
Pemeliharaan Sumber Daya 283
Penggalian Sumber Dana 287
Pengantar
Pendidikan tidak seperti mengisi keranjang kosong, tetapi upaya menyalakan api
Wiliam Butler Yeats
Pengembangan kurikulum
Penjadwalan
Dalam unit ini akan diidentifikasi beberapa isu dalam merancang dan
melaksanakan jadwal sekolah Anda. Termasuk di sini perlunya melakukan
persiapan seksama dan menemukan cara-cara mengorganisasi jadwal
kegiatan untuk mendayagunakan guru secara optimal sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, tetapi disesuaikan dengan kondisi khusus
sekolah Anda, dan menyediakan pilihan bagi peserta didik.
Dalam unit ini akan diidentifikasi berbagai sumber daya yang diperlukan
sekolah Anda dan kesulitan mendapatkannya. Anda akan mempelajari cara
memproduksi dan mendapatkan sumber daya itu, serta cara mengelolanya
dengan baik.
Banyak cara untuk meningkatkan sumber daya sekolah Anda. Dalam unit ini
Anda akan mengidentifikasi cara-cara pengembangan tiga sumber daya
utama dan cara mengelolanya.
Pengembangan Kurikulum
Kita tidak mungkin memegang obor untuk menerangi jalan orang lain
tanpa menerangi jalan kita sendiri
Ben Sweetland
PENGANTAR
Dalam unit ini akan dibahas pengertian kurikulum dan beberapa hal dasar
yang perlu Anda ketahui. Termasuk di sini adalah pentingnya mengadaptasi
standar isi pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan secara
nasional dengan konteks lokal serta kebutuhan dan kemampuan peserta
didik. Sesuai dengan ketentuan, standar isi dan standar kompetensi lulusan
yang kemudian dioperasionalkan ke dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) dapat dilaksanakan mulai tahun pelajaran 2006/2007
dan selambat-lambatnya pada tahun pelajaran 2009/2010. Sekolah yang
belum melaksanakan KTSP sampai dengan batas akhir tahun pelajaran
2009/2010 harus ada alasan yang jelas dan mendapat izin dari Mendiknas.
Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus mengetahui cara mengelola
kurikulum dengan berpedoman pada kurikulum nasional. Sebagai guru
kepala, kepala sekolah juga harus mampu memfasilitasi upaya guru untuk
mengembangkan KTSP, mengorganisasi kurikulum, dan mengorganisasi
kehidupan sekolah dengan cara yang memungkinkan pemanfaatan
kurikulum tersembunyi secara positif. Pemahaman yang baik mengenai hal-
hal itu akan memperlancar pengelolaan sekolah.
Pengertian
kokurikulum yang harus diikuti peserta didik, yang juga harus mencakup
upaya mengembangkan keberfungsian peserta didik dengan baik. Kurikulum
mencakup aspek intelektual, spiritual, emosional, dan kinestetik yang
memperhitungkan kurikulum tersembunyi yang mencakup pola perilaku dan
sikap peserta didik serta staf dan etos sekolah. Kurikulum membantu guru
menyediakan informasi terbaik dalam mata pelajarannya, dengan
memperhitungkan minat peserta didik dan kebutuhan sosial kontemporer.
Muatan Kurikulum
Kendala
• Seni dan budaya: desain lokal dalam pakaian, tari-tarian, dan arsitektur.
• Keterampilan/kejuruan: menerapkan pelajaran dari petani atau perajin
lokal dalam kebun sekolah dan pelajaran keterampilan, dan sebagainya.
• Sains (ilmu alam dan sosial): telaah lapangan aspek-aspek lingkungan alam
dan manusia di sekitar sekolah.
• Pendidikan jasmani/olahraga: sekolah memanfaatkan prasarana publik
setempat untuk kegiatan olah raga. Anda perlu memperhitungkan jarak
sekolah dengan fasilitas publik itu.
KURIKULUM TERSEMBUNYI
MEMPELAJARI KURIKULUM
Seorang kepala sekolah yang baru akan harus belajar banyak tentang
kurikulum yang ada di sekolahnya dan tentang kerja pengembangan yang
akan diperlukan. Ia akan perlu mempelajari kurikulum yang ‘resmi,’ tetapi
juga sifat dan kualitas pekerjaan yang sekarang dilakukan di sekolah
barunya, tentang peserta didik, guru dan masyarakat, serta tentang seluruh
lingkungan di mana sekolah berlokasi. Dengan demikian, ia perlu
berkonsultasi dengan banyak orang dengan beragam latar belakang untuk
mempelajari setiap aspek kehidupan sekolah.
RINGKASAN
Penjadwalan
Pendidikan adalah penjaga demokrasi, satu-satunya diktator yang dikenal orang-orang
bebas, dan satu-satunya penguasa yang dibutuhkan orang-orang merdeka
Mirabeau Buonaparte Lamar
PENGANTAR
Di negara yang masih belum sembuh benar dari krisis ekonomi, penekanan
pada efektivitas-biaya bukanlah berlebihan. Semakin efisien penggunaan
sumber daya semakin baik pula pendidikan yang tersedia bagi sebanyak
mungkin peserta didik. Semua keputusan yang dinyatakan dalam bentuk
jadwal waktu memengaruhi seluruh populasi sekolah dan mencerminkan
program dan pilosofi pendidikan sekolah.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat membatasi keleluasaan Anda
dalam menyusun jadwal sekolah.
Kurangnya utilitas publik. Hal ini dapat membatasi jadwal. Misalnya tidak
adanya listrik dapat berarti tidak ada kegiatan di sore dan malam hari serta
tidak dimungkinkannya pekerjaan bengkel; ketiadaan air dapat memengaruhi
pelajaran seni, praktik laboratorium, dan ekonomi rumah tangga.
Penentuan waktu belajar. Hal ini berkaitan dengan jarak ke sekolah.
Semakin jauh jarak yang harus ditempuh peserta didik ke sekolah semakin
pendek pula waktu di sekolah.
Penaatan jadwal. Jika para guru tidak menaati jadwal, maka hal itu akan
mengurangi efektivitas jadwal sebagai kerangka perencanaan waktu
pembelajaran.
Dalam unit ini, penjadwalan hanya dibahas dalam kaitannya dengan
pembelajaran formal di sekolah dasar dan menengah. Karena tingkat
kerumitan penjadwalan kegiatan belajar berbeda di setiap jenjang itu, ada
baiknya untuk membicarakannya secara terpisah.
Dalam kondisi normal, seharusnya ada satu kelas untuk setiap mata pelajaran
dan satu guru untuk setiap kelas. Sekolah dasar di negara kita umumnya
menyelenggarakan sekolah berdasarkan waktu wajib yang ditentukan oleh
pemerintah untuk semua mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan.
Kepala sekolah dasar dapat melakukan hal berikut dalam menyusun jadwal.
Pengaturan dua sesi (pagi-sore) terjadi jika jumlah peserta didik yang berada
dalam daerah jangkauan melebihi daya tampung sekolah yang ada. Sesi
pertama biasanya dimulai pada pukul 7 pagi dan berakhir pukul 12, sesi
kedua dimulai pukul 12.30 dan berakhir pukul 17.30. Dua sesi tidak selalu
berarti dua sekolah; satu kepala sekolah bertanggung jawab atas kedua sesi
itu. Dalam hal ini, peluang untuk melakukan kegiatan kokurikulum memang
sangat berkurang, tetapi dapat ditingkatkan dengan penjadwalan yang ketat
dalam penggunaan fasilitas rekreasi dan permainan, kebun, dan
perpustakaan sekolah.
Jadwal sekolah menengah atas terdiri atas tiga komponen utama yang
masing-masing dapat menjadi dasar penyusunan jadwal tersendiri: guru,
kelas (kelompok belajar), dan ruang kelas.
Langkah 1
Buatlah daftar ruang yang tersedia untuk pengajaran di sekolah.
JUMLAH BATASAN
Ruang kelas
Laboratorium
Bengkel
Tempat belajar di luar kelas
Lapangan olah raga
Perpustakaan (jika
pelajaran diadakan di
sini)
Kebun sekolah
Gedung pertemuan
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Buatlah daftar guru berdasarkan nama dan mata pelajaran (subyek) yang
diajarkan. Termasuk di sini kelas yang diajar dan beban pengajaran yang
diharapkan. Catat kalau ada kekurangan atau kelebihan guru. Perhatikan
contoh format berikut.
MATA PELAJARAN
NAMA GURU KELAS BEBAN
MP1 MP2
Langkah 6
Kumpulkan data mengenai pilihan peserta didik atas subyek pilihan, dan
lakukan modifikasi dalam kaitannya dengan Langkah 5.
(Bhs = bahasa, D & T = desain dan teknologi, ERT= ekonomi rumah tangga, KOMP =
komputer, OR = olah raga, PERT = pertukangan, AGR = agrikultur, MK = menulis
kreatif)
Jika komputer adalah mata pelajaran pilihan yang paling populer, cukupkah
jumlah guru untuk memfasilitasi pelajaran ini? Jika tidak, sebagian peserta
didik yang memilih komputer harus diminta untuk memilih mata pelajaran
pilihan lainnya. Mata pelajaran pilihan seyogianya ditinjau ulang secara
Langkah 7
Langkah 8
Langkah 9
Seperti halnya di SMA, perbedaan utama di antara SMP di negara kita adalah
jumlah dan kualifikasi guru. Sebagian guru berkualifikasi untuk mengajar dua
mata pelajaran sedangkan yang lain tidak. Variasi mata pelajaran pilihan yang
ditawarkan seringkali sangat berbeda dan inilah yang membedakan suatu
SMP dengan SMP lainnya dan ini bergantung pada sumber daya yang
dimiliki.
Langkah 1
Langkah 2
SENIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1A 1A
Marjin pada pada bagian kiri untuk mencantumkan nama kelas. Pada setiap
lajur, setiap kolom memiliki ruang untuk tiga entri, yaitu subyek (mata
pelajaran), ruang kelas, dan nama guru. Semua informasi ini sangat penting.
Jadwal guru dan jadwal ruangan harus dikompilasi secara serentak.
Langkah 3
Langkah 4
Jika sekolah itu adalah sekolah yang baru didirikan, atau jika karena alasan
tertentu tidak didayagunakan sepenuhnya, maka ada baiknya untuk terlebih
dahulu menjadwalkan guru yang mengajar dua mata pelajaran, atau suatu
mata pelajaran yang memiliki waktu pengajaran paling banyak.
Langkah 5
Lakukan penjadwalan dengan mencantumkan informasi tentang mata
pelajaran, guru yang mengajar, dan ruang kelas.
Langkah 6
Setelah memasukkan mata pelajaran, periksa jadwal gutu dan ruangan untuk
memastikan agar semua informasi sesuai.
Langkah 7
Dalam memasukkan data, periksa semua lajur dan kolom agar entri akhir
tidak menimbulkan banyak masalah.
Mata pelajaran SMA di negara kita disusun sebagai program tiga tahun.
Tahun pertama adalah tahun eksplorasi di mana peserta didik dikenalkan
dengan banyak mata pelajaran untuk mengidentifikasi minat, bakat, dan
kemampuan yang selanjutnya dapat diterjemahkan ke dalam mata pelajaran
yang akan dipelajari selama dua tahun berikutnya.
Lama jam pelajaran. Empat puluh menit jam pelajaran cocok dengan hasil
studi bahwa rentang perhatian rata-rata peserta didik sekolah menengah
mulai menurun setelah 30 sampai 40 menit. Periode ganda selama 80 menit
mengurangi kerumitan penjadwalan, tetapi perlu dipertimbangkan
kebutuhannya dengan memperhitungkan jumlah proyek dan tugas praktik
dalam mata pelajaran bersangkutan.
Lama waktu belajar sehari/jumlah periode per hari. Biasanya pagi hari
dijadwalkan untuk kegiatan belajar-mengajar, sedangkan siang hari
dijadwalkan untuk studi individual dan kegiatan kokurikulum. Kondisi iklim
merupakan faktor utama dalam pengaturan ini. Delapan periode (masing-
masing 40 menit) akan sesuai dengan pelajaran di pagi hari yang dimulai
pada pukul 7 dan berakhir sekitar pukul 1, bergantung pada jumlah hari
belajar per minggu. Namun, jadwal pelajaran yang didasarkan pada 35 menit
jam pelajaran akan lebih meluweskan pekerjaan penyusunan jadwal.
RINGKASAN
1. Penjadwalan adalah metode yang digunakan untuk menyajikan kurikulum
kepada peserta didik. Jadwal adalah sarana pengoordinasian semua
PENGANTAR
Sifat dan kualitas kurikulum yang ditawarkan di suatu sekolah terkait erat
dengan sumber daya yang tersedia dan, paling penting, seberapa baik
penggunaannya. Jika kepala sekolah dapat mendayagunakan sumber daya
sekolah secara produktif dapat diharapkan bahwa penyelenggaraan
kurikulum didukung oleh sumber daya yang memadai. Dalam unit ini akan
dibahas isu-isu tersebut dan beberapa masalah yang harus dihadapi kepala
sekolah dalam mengelola sumber daya. Penting diingat bahwa sekalipun
dana tersedia, masih penting artinya untuk berimprovisasi dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan setempat.
Kita semua pemakai banyak sumber daya; sebagian di antaranya milik kita
sendiri, tetapi sebagian besar lainnya kita pakai bersama dengan orang lain.
Dengan demikian, kita memiliki tanggung jawab mengelola sumber daya,
baik yang kita miliki sendiri maupun yang kita pakai bersama orang lain. Bagi
para guru dan staf lainnya yang bekerja sebagai pegawai pemerintah atau
yayasan, penting agar tanggung jawab mereka dicantumkan dalam uraian
pekerjaan. Penilaian kinerja setiap orang di sekolah perlu memperhitungkan
seberapa baik mereka mengelola sumber daya.
Kualitas kepemimpinan yang kita cari pada peserta didik dan guru (dan
kepala sekolah umumnya) sebagian juga bergantung pada kemampuan
mengelola sumber daya. Setiap orang perlu dibantu mengembangkan
kemampuan dalam bidang ini, baik melalui pelatihan prajabatan guru
maupun melalui pelatihan dan supervisi harian. Kepala sekolah bertanggung
jawab meningkatkan kemampuan orang-orangnya untuk mengelola sumber
daya dan melibatkan semua orang dalam proses itu.
Sumber daya harus dipelihara dengan baik. Sumber daya yang dibeli melalui
anggaran sekolah memerlukan perhatian khusus. Karena alasan ini kepala
Kekurangan itu dapat juga terjadi karena faktor-faktor eksternal yang berada
di luar kendali manajemen sekolah, termasuk, misalnya:
Setidaknya ada beberapa cara yang dapat Anda dan staf Anda lakukan untuk
mengelola sumber daya sekolah secara lebih efektif. Cara pengelolaan
sumber daya yang lebih efektif adalah yang berikut ini.
RINGKASAN
PENGANTAR
Dalam konteks unit ini, buku pelajaran adalah buku yang digunakan peserta
didik yang disediakan oleh sekolah. Di Indonesia, umumnya buku pelajaran
diusahakan sendiri oleh para peserta didik dengan membeli buku yang
dipilih sekolah mereka, berdasarkan jenis buku yang telah dinilai pemerintah.
Jika memungkinkan, karena sekolah Anda memiliki dana misalnya, sekolah
Anda dapat menyediakan buku yang akan dipakai peserta didik. Para peserta
didik selanjutnya bertanggung jawab atas penggunaan dan pemeliharaannya.
Buku pelajaran adalah bagian tak terpisahkan dari kurikulun yang memuat
pengetahuan, penjelasan, dan latihan yang penting untuk memahami subyek
tertentu. Perlu diingat benar bahwa buku pelajaran hanyalah salah satu
sumber belajar dari sejumlah sumber belajar yang lain. Masih banyak sumber
belajar lainnya yang dapat dimanfaatkan sekolah dari lingkungannya. Dalam
unit ini, akan dibahas beberapa aspek yang berbeda dari manajemen buku
pelajaran, termasuk pemilihan, pendistribusian, dan pemeliharaannya.
Sebuah buku pelajaran biasanya memuat daftar isi, uraian, diagram, ilustrasi,
latihan, dan indeks. Meskipun sifat dan tingkat isi dalam suatu buku
pelajaran merupakan hal yang penting, demikian juga dengan desainnya. Hal
ini harus disesuaikan dengan tingkat/kelas peserta didik, mata pelajaran, dan
gaya belajar-mengajar yang perlu didorong. Ketidaktepatan dalam memilih
buku pelajaran akan berdampak buruk bagi proses pembelajaran peserta
didik.
Berikut adalah sepuluh kriteria yang dapat Anda gunakan dalam pemilihan
buku pelajaran.
Klasifikasi Buku
Buku peserta didik. Ini adalah buku yang diberikan untuk setiap peserta
didik dan mereka bertanggung jawab dan bertanggung gugat memeliharanya.
Buku ini tidak boleh rusak atau kotor dan harus dijaga baik-baik.
Buku kelas. Ini adalah buku yang diberikan kepada guru yang akan
membagikannya kepada peserta didik di kelasnya jika guru memandang ada
bagian tertentu dari buku itu yang merupakan bagian dari pelajaran. Buku ini
kemudian dikumpulkan setelah pelajaran itu selesai. Oleh sebab itu, gurulah
yang bertanggung jawab untuk memelihara buku ini.
Pengadaan Buku
Menggunakan buku kelas dapat lebih murah karena satu set buku dapat
digunakan beberapa kali oleh kelas yang berbeda. Jadi, rasio peserta didik
dan buku kemungkinan adalah 3:1, ketimbang 1:1. Jika sistem buku kelas
yang digunakan, maka guru harus dilatih cara menggunakannya dengan
memperhitungkan waktu membagikan dan mengumpulkan kembali. Setiap
set buku harus disimpan di kelas untuk digunakan jika diperlukan. Jika satu
buku dibagi bersama oleh dua peserta didik, maka hanya setengah set yang
perlu dibeli. Namun, jika ada beberapa kelas dan jadwalnya bersamaan, maka
harus dibeli beberapa set.
Daya tahan buku pelajaran sangat bervariasi. Salah satu faktor utama adalah
orang yang memelihara buku itu. Buku yang disampul dengan baik dan
digunakan oleh peserta didik yang serius akan cenderung bertahan lebih
lama dibandingkan dengan buku yang sama yang dipegang oleh peserta didik
yang ceroboh yang tidak merasa bertanggung jawab atasnya. Faktor lain
adalah adanya perubahan kurikulum, atau adanya guru baru yang merasa
lebih baik menggunakan buku pelajaran pilihannya sendiri. Faktor lain lagi
adalah kualitas bahan yang digunakan untuk memproduksi buku pelajaran
RINGKASAN
PENGANTAR
Perpustakaan, media, dan alat bantu berbiaya murah adalah sarana yang
Anda gunakan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran di sekolah.
Tentu saja, tidak ada pengganti dari guru yang baik. Namun, guru yang baik
sekalipun akan sangat terkendala tanpa adanya sumber belajar dan alat bantu
yang mendukung upaya mereka memfasilitasi pembelajaran peserta didik.
Dalam unit ini akan dibahas beberapa prioritas yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik di sekolah Anda dalam
kaitannya dengan pendayagunaan alat bantu pembelajaran.
Akan lebih baik jika perpustakaan sekolah berada pada bangunan yang
dibuat khusus untuk itu. Namun, perpustakaan sekolah tidak harus dibuat
Media Massa
Ini adalah istilah populer bagi sarana komunikasi yang mencakup surat
kabar, radio, dan televisi. Unit ini tidak membahas penggunaan terstruktur
dan terencana dari radio, program televisi, atau jurnal profesional, tetapi
membahas penggunaan sarana itu sebagai sumber sekolah atau inisiatif
individual.
Perlu diingat bahwa alat bantu pengajaran adalah penggunaan apa saja yang
tersedia, apakah dibuat oleh perusahaan, dibuat sendiri, atau alami, yang
digunakan untuk membantu pengajaran yang baik. Intinya, Anda dan para
guru perlu menemukan dan mendayagunakan hal-hal yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Kepala sekolah dan guru hendaknya kreatif dan jangan bergantung pada
sumber daya dari luar.
Melalui penggunaan sumber daya, dapat dikembangkan sikap positif,
keterampilan dan tanggung jawab dalam kaitannya dengan kreativitas,
inovasi, dan swadaya dalam diri peserta didik
Pembelajaran dapat menjadi lebih positif, menarik, bervariasi, sehingga
lebih efektif, melalui penggunaan sumber daya yang selektif dan variatif.
Biaya selamanya merupakan faktor penting dalam pendidikan, tetapi tidak
selalu harus menentukan kualitas pengajaran.
Kendala
Keterbatasan sumber dana untuk membeli buku dan alat bantu yang
memadai.
Para guru kemungkinan kurang terlatih dan kurang kreatif sehingga tidak
dapat menggali, bereksperimen, mengembangkan, dan menggunakan alat
bantu murah biaya.
Alat bantu, dalam bentuk yang dapat dipakai, adakalanya tidak mencapai
daerah tempat beroperasinya sekolah.
Kemungkinan tidak tersedia fasilitas untuk menyimpan.
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Berikut ini dikemukakan tiga pernyataan yang tidak kontroversial dan dapat
diterima setiap orang.
Daftar periksa berikut akan menguji praktik yang Anda lakukan berkenaan
dengan keyakinan Anda di atas (ketiga pernyataan tersebut).
1. Mana dari pernyataan berikut yang menunjukkan cara Anda menjadwalkan
penggunaan perpustakaan setiap hari di sekolah?
Pengaturan sukarela dengan para guru yang memesan penggunaannya sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Berdasarkan jadwal waktu yang ditetapkan secara permanen.
Mengalokasikan waktu penggunaan berdasarkan kelas/mata pelajaran.
Pengaturan lainnya.
2. Jika Anda setuju bahwa perpustakaan sekolah harus dibuka bagi peserta didik
setelah jam sekolah, siapa yang akan bertugas melayaninya?
Guru yang bertanggung jawab atas perpustakaan.
Petugas perpustakaan.
Salah seorang staf administrasi.
Orang lain (sebutkan)
3. Apakah Anda membatasi penggunaan dan waktu penggunaan bagi peserta
didik? Jika ya, apa kriteria yang Anda gunakan? Misalnya, apakah Anda
membatasinya dengan menggilir penggunaan perpustakaan kepada satu kelas
atau kelompok belajar sesuai dengan jadwal penggunaan?
4. Harga buku mahal dan keamanannya harus diperhatikan benar. Apa yang Anda
lakukan dalam hal:
Melindungi sediaan buku?
Memperkenankan peserta didik membawa buku pelajaran ke dalam
perpustakaan?
Mengamankan sistem peminjaman – apa sistem peminjaman yang Anda
gunakan?
5. Jika peserta didik menghilangkan buku, apa yang Anda lakukan?
6. Jika peserta didik merusak buku, apa yang Anda lakukan?
7. Perpustakaan mendukung kurikulum. Ingat bahwa jika guru mengetahui apa
saja bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan dan terlibat dalam pemesanan
buku baru, maka dalam pengajaran dengan kelompok-kelompok peserta didik
yang akan menyiapkan bahan presentasi tentang suatu topik akan mendorong
penggunaan perpustakaan. Namun, perpustakaan harus dapat menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan dan peserta didik memiliki akses penggunaannya
pada saat diperlukan.
Bagaimana Anda memutuskan apa saja buku yang akan dipesan?
Memberi kebebasan bagi pustakawan untuk memutuskannya sendiri.
Membentuk panitia pemesanan buku.
Membagi dana yang tersedia sesuai dengan kebutuhan.
Menargetkan pembelian buku yang berbeda setiap tahun.
Berdasarkan cara lain (sebutkan).
8. Apakah Anda berlangganan surat kabar atau majalah tertentu yang berskala
nasional atau internasional?
9. Untuk memiliki perpustakaan yang dikelola dengan baik, Anda perlu
melibatkan guru secara langsung. Bagaimana cara Anda melibatkan guru? Apa
saja pelatihan yang Anda berikan?
10. Setiap perpustakaan perlu memiliki bagian buku acuan, tetapi buku seperti ini
seringkali sangat mahal. Apa saja buku acuan yang seharusnya dimiliki
perpustakaan?
11. Apakah perpustakaan di sekolah Anda menyediakan tempat belajar atau
membaca bagi peserta didik atau guru?
12. Tampilan perpustakaan hendaknya membantu upaya menciptakan lingkungan
kerja dan belajar yang kondusif, termasuk pajangan dan penataan furnitur.
Menurut Anda bagaimana tingkat kualitas lingkungan perpustakaan sekolah
Anda?
13. Di daerah pedesaan, sekolah kemungkinan menjadi pusat kehidupan budaya.
Dalam situasi ini, bagaimana agar perpustakaan sekolah juga dapat menjadi
perpustakaan masyarakat? Misalnya, apa penyesuaian yang harus dilakukan
dalam hal penyelenggaraan prosedur penyimpanan, penyediaan, dan
peminjaman bahan?
guru. Biasanya 40 sampai 60 buku sudah cukup banyak yang bahasa dan
isinya dipilih dengan seksama sesuai dengan tingkat kelas. Jadi, setiap kelas
memiliki perpustakaan sendiri di kelas masing-masing.
Peserta didik yang rajin membaca akan merasa pilihan buku yang dapat
mereka baca di kelasnya tidak banyak. Guru dapat membantunya memilih
buku yang dimilikinya untuk dibaca peserta didik atau dapat juga meminta
guru di kelas lebih tinggi untuk memperkenankan peserta didik itu untuk
membacanya. Atau jika ia di tingkat akhir sekolah dasar, guru dapat
membantunya mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan di tempat
tinggalnya, jika ada fasilitas itu.
Jika semua sekolah meminta bantuan dari lembaga tertentu, mereka tentulah
akan kewalahan. Namun, tidak ada salahnya mengajukan permohonan.
Namun, sumber dana Anda yang paling dapat diandalkan adalah dari mereka
yang dekat dengan sekolah Anda.
KETERLIBATAN MASYARAKAT
Telah dikemukakan bahwa peserta didik yang berhasil lebih sering berasal
dari rumah tangga di mana buku dibaca dan orang tua mereka menunjukkan
minat membaca. Semakin banyak orang dewasa, termasuk orang tua, guru,
dan kepala sekolah dapat menunjukkan contoh yang baik dalam dunia
tulisan ini akan makin banyak pula peserta didik yang termotivasi untuk
membaca.
Jumlah pengeluaran dana per peserta didik per tahun merupakan indikator
lain seberapa baik perpustakaan dipelihara dan dikembangkan. Jumlah buku
per peserta didik adalah indikator yang baik lainnya, meskipun buku lama
dan tidak mutakhir lagi mungkin dapat menggelembungkan jumlah itu.
Tingkat perolehan buku baru dan penyingkiran buku lama juga merupakan
indikator cara pemeliharaan koleksi perpustakaan. Buku lama seharusnya
dihibahkan dan bukan dimusnahkan. Keamanan seringkali menjadi
persoalan di sekolah, sehingga tingkat kehilangan buku dapat juga menjadi
indikator kualitas, sekalipun hal ini hanya dapat dilakukan jika pemeriksaan
sediaan dilakukan secara reguler. Dua indikator lainnya adalah lama waktu
kerja perpustakaan setiap minggu dan kapasitas tempat duduk yang tersedia
untuk belajar di perpustakaan.
Melalui surat kabar atau majalah peserta didik mengikuti berita mutakhir
tentang peristiwa nasional dan internasional. Perpustakaan perlu
menyediakan publikasi yang terbit harian, mingguan, atau bulanan. Tentu
saja kendala utama di sini adalah biaya berlangganan publikasi itu. Bagi
kebanyakan sekolah, berlangganan surat kabar atau majalah masih merupa-
kan hal yang agak mewah. Namun, dengan penghematan di beberapa
tempat, Anda kemungkinan dapat mengadakan setidaknya satu media cetak.
Di negara kita cukup banyak media cetak (surat kabar atau majalah) yang
sifatnya nasional atau lokal yang bebas dijualbelikan. Anda perlu memilih
terbitan yang perlu disediakan di perpustakaan. Pertimbangannya antara lain
biaya, reguleritas ketersediaannya, dan kesesuaian isinya dengan kebutuhan
belajar peserta didik. Bahan-bahan jenis ini sering mempromosikan
kepentingan politik tertentu sehingga Anda perlu memilih terbitan yang
netral. Dalam mata pelajaran ilmu sosial, bahasa, atau sejarah, Anda perlu
mengajarkan peserta didik agar mereka dapat membedakan antara fakta dan
opini dan untuk memilih apa saja yang perlu dibaca.
Guru seni dapat menggunakan ilustrasi dari majalah atau surat kabar untuk
melakukan tugas praktik seni tertentu bagi peserta didiknya. Guru bahasa
Inggris dapat menggunakan artikel serius dan teka-teki silang untuk
menambah perbendaharaan kata peserta didik. Atau guru keterampilan
dapat menggunakan surat kabar bekas sebagai bahan membuat karya seni
tertentu, seperti patung.
Alat bantu biaya murah pastilah akan menarik bagi semua kepala sekolah
yang tidak memiliki cukup dana untuk menyelenggarakan sekolahnya. Dalam
kenyataan, sebenarnya banyak alat bantu pengajaran yang tidak memerlukan
biaya sama sekali. Misalnya, alat bantu pengajaran dapat dibuat dari barang
bekas seperti kotak korek api, kaleng minuman ringan, bekas tempat tisu
kamar mandi, karet gelang, potongan kawat, potongan kayu, dan berbagai
barang bekas lainnya. Intinya adalah diperlukan kreativitas dan inovasi dari
kepala sekolah dan guru untuk membuat sendiri alat bantu pembelajaran
yang inovatif dan berbiaya murah.
Sejauhmana penggunaan alat bantu pengajaran biaya murah atau tanpa biaya
merupakan indikator komitmen dan kualitas guru. Jika hanya mengandalkan
alat bantu yang harus dibeli dan disediakan sekolah, semua guru bisa. Guru
yang baik adalah mereka yang meluangkan waktu untuk berpikir dan
berusaha keras menyiapkan pelajaran mereka bagi kepentingan peserta
didiknya. Mereka tidak hanya mengandalkan alat bantu yang tersedia, tetapi
juga berusaha membuatnya sendiri dari bahan-bahan tanpa biaya atau
dengan biaya terjangkau yang diusahakannya dari lingkungan sekolah. Guru
dengan komitmen seperti ini, jelas sekali sangat bernilai keberadaannya di
sekolah Anda.
RINGKASAN
PENGANTAR
Para peserta didik tidak akan mendapatkan banyak manfaat dari sistem
pendidikan jika tidak ada bentuk evaluasi tertentu yang bertujuan
menginformasikan tingkat prestasi peserta didik pada tahapan yang berbeda
dalam karier sekolah mereka. Jika evaluasi seperti itu tidak ada, maka salah
satu tujuan keberadaan sekolah akan sirna.
Tanpa adanya sistem pemeliharaan dokumen ujian dan tes ulangan peserta
didik yang dipelihara dengan baik, tidak akan ada yang dapat dilakukan, dan
upaya pembelajaran peserta didik akan kehilangan arah. Dokumen itu
menyediakan profil kinerja setiap peserta didik dalam karier pendidikan di
satuan pendidikan tertentu. Hal ini penting karena dapat dirujuk dalam
jangka panjang.
Dalam unit ini akan dibahas berbagai aspek evaluasi tingkat kinerja peserta
didik melalui ujian dan pemeliharaan dokumen.
Prinsip-prinsip Penilaian
Kendala Penilaian
Perbedaan
Tes ulangan merupakan sarana bagi peserta didik dan guru untuk mengukur
sejauhmana pemahaman dan keterampilan yang dicapai dan sarana untuk
Ujian nasional yang dilakukan secara terpusat antara lain juga dimaksudkan
untuk memetakan mutu pendidikan pada tingkat nasional dan daerah.
Dengan menyediakan semacam tolok ukur tertentu, kita dapat menguraikan
kualitas setiap peserta didik. Kita perlu membedakan antara ujian sekolah
yang sifatnya internal dan ujian publik yang sifatnya eksternal.
• Menguji peserta didik di kelas berbeda dengan kertas ujian yang berbeda.
• Memberikan petunjuk pengerjaan ujian yang berbeda.
• Memberikan tes yang berbeda dalam topik dan mata pelajaran yang sama.
Urutan kegiatan di atas perlu dicocokkan dengan pedoman yang telah Anda
miliki di sekolah Anda. Jika pedoman itu tidak ada, maka daftar di atas dapat
dipakai sebagai dasar untuk berdiskusi dengan staf Anda di sekolah.
Penting artinya memelihara dokumen yang mutakhir bagi semua skor ujian
dan tes peserta didik. Sekolah harus memiliki dokumen yang memuat
perkembangan kemajuan yang dicapai setiap peserta didik. Untuk tujuan ini,
catatan penilaian berkelanjutan, penugasan kegiatan non-akademik, laporan
semester, catatan kejadian khusus, dan semua data yang biasa terdapat dalam
arsip peserta didik sangatlah penting dipelihara.
Data Arsip Penilaian Peserta Didik
Data yang termuat dalam dokumen penilaian peserta didik seyogianya
mencakup yang berikut.
Skor penilaian setiap peserta didik selama berlangsungnya suatu mata
pelajaran.
Laporan (rapor) semester bagi orang tua peserta didik yang menunjukkan
nilai setiap mata pelajaran, prestasi non-akademik, perilaku di sekolah,
dan bidang-bidang lain yang Anda anggap perlu dilaporkan.
Statistik skor tes peserta didik per kelas.
Penilaian karakter dan perilaku setiap peserta didik yang dimutakhirkan
setiap saat di sepanjang karier sekolahnya.
RINGKASAN
PENGANTAR
Barang habis pakai adalah barang yang biasanya berbiaya rendah dan waktu
pakainya terbatas dan bentuknya akan berubah setelah dipakai secara normal
berkali-kali. Sebaiknya ada pedoman yang digunakan untuk menentukan
mana barang yang habis pakai dan mana yang tidak.
PEMELIHARAAN SEDIAAN
Barang sediaan harus diklasifikasikan apakah itu barang habis pakai atau
tidak. Selanjutnya dicatat dengan akurat dalam buku yang disediakan untuk
itu oleh orang yang ditugaskan (siapa saja yang ditugaskan kepala sekolah
untuk menyimpan catatan itu) dan secara teratur diperiksa oleh kepala
sekolah. Perlu ada aturan yang jelas tentang bagaimana menerima dan
mengeluarkan barang.
Pemeliharaan Preventif
Sumber daya sekolah perlu dirawat (diservis) secara reguler untuk mencegah
terjadinya kerusakan. Ketika sekolah Anda berkembang, begitu juga jumlah
sumber daya yang harus dirawat secara preventif dengan biaya yang makin
besar pula. Pembelian sumber daya apapun, apakah pengadaan bangunan
atau buku, harus memperhitungkan daya tahannya dan jumlah dana yang
diperlukan untuk memeliharanya setiap tahun. Estimasi biaya rutin perlu
dilakukan dalam setiap proposal pengeluaran barang modal.
Pemeriksaan Sediaan
RINGKASAN
2. Kendala mengelola sumber daya antara lain tidak memadainya dana yang
tersedia, kurang terlatihnya pegawai untuk menangani pemeliharaan
sumber daya, kurang efektifnya supervisi staf yang bertanggung jawab
memelihara sumber daya dan pasok sekolah, ketiadaan tempat
penyimpanan, dan tidak amannya fasilitas penyimpanan.
3. Pemeliharaan sediaan, yang sangat penting dalam pemeliharaan sumber
daya, adalah proses memelihara data inventaris mengenai kuantitas dan
kondisi sediaan dan perlengkapan untuk mengetahui apa saja yang
tersedia untuk didistribusikan. Ini juga digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan penambahan persediaan.
4. Barang sediaan harus diklasifikasikan apakah itu barang habis pakai atau
tidak. Selanjutnya dicatat dengan akurat dalam buku yang disediakan
untuk itu oleh orang yang ditugaskan (siapa saja yang ditugaskan kepala
sekolah untuk menyimpan catatan itu) dan secara teratur diperiksa oleh
kepala sekolah.
5. Sumber daya sekolah perlu dirawat secara reguler untuk mencegah
terjadinya kerusakan. Frekuensi pemeriksaan sediaan (stok) dan jangka
waktu intervalnya merupakan hal yang penting.
PENGANTAR
Sekolah tidak mampu bertahan tanpa sumber daya keuangan. Tanpa adanya
jumlah dana pala level tertentu, maka pengoperasian sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang berkualitas tidak akan membuahkan hasil
yang baik. Oleh sebab itu, judul unit ini telah menunjukkan pada kita bahwa
tidak ada sekolah yang dapat bertahan dengan baik tanpa ada kegiatan untuk
mencari sumber pendanaan. Sekolah-sekolah negeri dewasa ini tidak dapat
hanya mengandalkan sumber dana yang disediakan pemerintah, tetapi harus
pandai-pandai menggali sumber pendanaan alternatif, tanpa terlalu
memberatkan orang tua peserta didik.
Dana diperlukan antara lain untuk:
• memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan program sekolah
• memungkinkan terlaksananya aktivitas seperti tur pendidikan
• melibatkan peserta didik dalam kegiatan kokurikulum seperti musik dan
olah raga
• mengembangkan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang
bermutu.
Dalam unit ini akan dibahas cara penggalian sumber dana. Anda diharapkan
juga mempelajari uraian tentang Mobilisasi Sumber Dana dalam Bagian 6.
Anda perlu juga mempelajari peraturan tentang pencarian dan manajemen
sumber dana tambahan, sehingga tidak melakukan kegiatan yang tidak sah.
Semua dana dari pemerintah dan sumber lain harus dicatat dan
dikendalikan dengan baik.
Semua dana yang diperoleh ditujukan bagi kemaslahatan peserta didik.
Kepala sekolah bertanggung jawab dan akhirnya bertanggung gugat atas
semua aspek manajemen keuangan sekolah.
Banyak kendala yang harus dihadapi kepala sekolah untuk menemukan dan
mengelola sumber dana tambahan. Kendala ini mencakup yang berikut.
Dalam banyak kasus, kepala sekolah yang tidak kreatif akhirnya terpaku pada
sumber dana dari orang tua peserta didik. Persoalannya akan lain jika
kebanyakan orang tua peserta didik sekolahnya memang secara ekonomi
berkecukupan, utamanya di sekolah-sekolah yang dipandang populer. Di
banyak lingkungan masyarakat, kepala sekolah berhadapan dengan orang tua
peserta didik yang kondisi ekonominya masih memilukan. Biasanya orang
tua yang kondisi ekonominya sangat mengenaskan, anak-anak mereka tidak
belajar di sekolah, tetapi di jalanan.
MENGELOLA DANA
Tetapkan pilihan dalam daftar berikut yang menurut Anda paling sesuai
dengan keadaan sekolah Anda. Untuk setiap situasi dalam bagian A sampai
E, lingkari satu atau lebih jawaban.
A Alokasi dana ke setiap jurusan di sekolah Anda
Rencana penggunaan dana nondikresioner (rutin/operasional)
dialokasikan untuk pengadaan sumber daya pengajaran secara
E Dana tersisa
Pemerintah menyediakan kepala sekolah dengan sejumlah dana dengan
asumsi bahwa itulah yang diperlukan untuk menyelenggarakan sekolah
dengan baik. Diharapkan agar dana yang tersedia tidak bersisa.
Pengeluaran kurang dari yang ditetapkan menyebabkan dugaan bahwa
dana yang disediakan sebelumnya lebih dari yang seharusnya, sehingga
anggaran tahun berikutnya akan dipotong. Untuk mencegah hal ini, apa
yang perlu dilakukan?
1. Secara reguler memeriksa bahwa semua dana digunakan secara
efektif.
2. Tunggu sampai akhir tahun anggaran dan kemudian sisa anggaran
segera dihabiskan.
3. Gunakan dana pada awal tahun untuk mencegah inflasi yang
menyusutkan nilai uang yang tersedia.
RINGKASAN
MANAJEMEN KEUANGAN
Pengantar 298
Pengantar
Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik
(Pasal 48 ayat 1, UU No 20/2003)
Bagian ini terdiri atas empat unit bahasan yang meliputi sumber dana
sekolah, penganggaran dana sekolah, mobilisasi sumber dana, serta kerangka
dasar dan mekanisme manajemen keuangan.
Sumber dana sekolah
Unit ini bertujuan membantu Anda mengidentifikasi sumber dana yang
mungkin digali, serta pengetahuan dan keterampilan memobilisasi dana
tambahan.
Penganggaran sekolah
Melalui unit ini Anda akan mempelajari cara menyusun dan mengelola
anggaran secara efektif.
Dalam unit ini Anda akan mempelajari kerangka dasar dan mekanisme
manajemen keuangan dan mendapatkan pengalaman untuk
mengaplikasikannya.
PENGANTAR
Agar sekolah dapat beroperasi secara efektif, sekolah harus memiliki dana.
Sekolah negeri didanai oleh pemerintah dan sumber lainnya, sedangkan
sekolah swasta harus menggali dana sendiri dari berbagai sumber. Dalam
unit ini akan dibahas berbagai sumber dana yang tersedia bagi manajer
sekolah. Jika kepala sekolah dapat mendayagunakannya dengan baik,
kegiatan sekolah dapat diharapkan akan berlangsung dengan baik pula.
SUMBER DANA
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Kita perlu berasumsi bahwa semua orang tua dapat memberikan kontribusi
yang sama, apakah itu sifatnya finansial atau dalam bentuk-bentuk kontribusi
lainnya. Tingkat penghasilan orang tua di daerah perkotaan dan daerah
pedesaan tampaknya cukup berbeda, seperti halnya juga ukuran keluarga.
Diperlukan pendekatan yang sensitif oleh kepala sekolah. Kepala sekolah
harus mampu mengetahui perbedaan keadaan orang tua peserta didik dan
kemudian memberi kelonggaran bagi peserta didik yang orang tuanya kurang
beruntung secara ekonomi. Jika di satu pihak kepala sekolah harus
menetapkan target yang cukup ambisius untuk menggalang dana bagi
sekolah, di lain pihak kepala sekolah juga perlu menerima keadaan bahwa
tidak semua orang dapat berkontribusi dalam kadar yang sama.
Kelompok Masyarakat
Peserta didik
Yayasan
Ada sekolah yang didirikan oleh lembaga keagamaan atau lembaga lain yang
bukan berdasarkan ideologi tertentu yang merupakan organisasi non
pemerintah. Masing-masing memiliki tujuan spesifik dalam mendirikan dan
mengoperasikan sekolahnya yang juga bertujuan untuk menghasilkan lulusan
yang cerdas dan beradab. Yayasan ini memberikan dukungan finansial
kepada sekolah dalam berbagai bentuk, seperti bangunan, peralatan, dan
sumber daya manusia. Kemungkinan yayasan ini menyimpan dana di bank,
yang kemudian diinvestasikan dalam bentuk saham, dan lain-lain. Hasil yang
diperoleh digunakan untuk menyediakan dana pengoperasian sekolah.
PENGGALANGAN DANA
Berikut disajikan beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menggalang
dana bagi sekolah Anda.
Melalui utusan untuk menggalang dana. Melalui cara ini seseorang yang
berpengaruh dan berpengetahuan ditetapkan untuk mengunjungi orang-
orang atau organisasi/lembaga tertentu yang terpilih oleh panitia
pengumpulan dana untuk mencari bantuan keuangan. Wakil ini haruslah
memahami tujuan penggunaan dana yang terkumpul itu nantinya.
RINGKASAN
Penganggaran Sekolah
Tujuan pendidikan adalah menggantikan pikiran yang kosong tertutup
dengan pikiran yang terbuka
Malcolm Forbes
PENGANTAR
Fungsi Utama
Tujuan Penganggaran
Anggaran ini menetapkan program utama sekolah dan apa yang akan
dicapai.
Anggaran ini dapat digunakan sebagai mekanisme kontrol yang baik
untuk menunjukkan manfaat bagi dana yang dikeluarkan.
Pendapatan
Hibah mengikat. Ini adalah bentuk hibah yang terutama berasal dari
pemerintah yang dengan jelas dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
spesifik. Misalnya, untuk pemeliharaan dan pembangunan gedung. Hibah ini
tidak dapat direalokasi untuk keperluan lain.
Hibah tidak mengikat. Ini adalah bentuk hibah untuk mengadakan hal-hal
yang dipandang sebagai prioritas di sekolah. Ini mencakup sumbangan dari
pemerintah daerah dan kelompok-kelompok masyarakat, dari komite
sekolah, atau dari anggota masyarakat lainnya.
Pengeluaran
Atau dapat juga karena realokasi keuangan oleh pemerintah dari sektor lain,
misalnya dari pertahanan ke sektor pendidikan.
Jika Anda menerima penyerahan barang atau pelayanan yang diminta, Anda
harus selalu menyelesaikannya dengan segera. Anda harus segera membayar
tagihan sesuai dengan tagihan yang disampaikan. Ada gunanya untuk
memastikan bahwa dana sekolah ditangani sesuai dengan peraturan.
Wewenang kepala sekolah, yang merupakan manajer keuangan dipisahkan
dari wewenang bendaharawan, yang bertanggung jawab mengumpulkan
dana dan membayar tagihan. Dengan adanya dua orang yang bekerja secara
mandiri dalam proses pengeluaran dana akan menjamin bahwa dana yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan nyata. Kecuali, tentu saja, jika kepala
sekolah dan bendahara berkolusi berbuat curang.
Bendahara memverifikasi pembayaran pesanan yang ditandatangani kepala
sekolah. Setelah memeriksa anggaran memang tersedia untuk membayar
tagihan sesuai dengan yang direncanakan, bendahara membayar pihak
penagih dan mencatat transaksi itu dalam pembukuannya yang harus
disimpan sesuai dengan lejer sekolah. Di sekolah dasar kecil, kepala sekolah
biasanya merangkap sebagai manajer keuangan dan bendahara.
Supervisi anggaran sekolah boleh jadi lebih atau kurang ekstensif. Supervisi
mengharuskan Anda memeriksa apakah anggaran sekolah benar-benar
seimbang dan bahwa pengeluaran wajib yang diharuskan hukum tercakup
dan terpenuhi. Ini Anda lakukan dengan penuh tanggung jawab untuk
menegakkan akuntabilitas Anda sebagai kepala sekolah.
RINGKASAN
dalam satu tahun anggaran dan sumber daya mungkin diterima dari
berbagai kelompok masyarakat, yang tidak tetap dan seringkali tidak pasti.
2. Tugas utama kepala sekolah sebagai perencana anggaran adalah benar-
benar memahami situasi keuangan sekolahnya dan sumber daya yang
direncanakan tersedia dan didayagunakan secara efektif untuk mencapai
tujuan sekolah.
3. Penganggaran pada dasarnya adalah proses penyiapan suatu ikhtisar
program sekolah yang mencerminkan rencana kegiatan dan anggaran
sekolah (RKAS) yang digunakan sebagai pedoman berbagai kegiatan
untuk mencapai tujuan sekolah. Tahapannya mencakup identifikasi
program, identifikasi sumber daya, pembiayaan sumber daya, penyajian
anggaran, dan persetujuan anggaran.
4. Penganggaran memiliki fungsi sebagai kerangka biaya-waktu operasional
sekolah, instrumen pendelegasian wewenang, menunjukkan orang-orang
tertentu yang bertanggung jawab atas program tertentu, dan instrumen
untuk mengendalikan dan mengevaluasi kinerja. Tujuan penganggaran
adalah menunjukkan apa kemungkinan hasilnya jika rencana keuangan
sekolah yang sekarang dilaksanakan dan mengevaluasi kinerja keuangan
sekolah.
5. Umumnya periode anggaran sekolah seyogianya cukup panjang untuk
menunjukkan dampak kebijakan manajemen keuangan Anda dan cukup
pendek agar estimasi sekolah dapat dibuat dengan tingkat akurasi
maksimum. Anggaran sekolah yang paling umum digunakan adalah
anggaran induk sekolah, anggaran investasi sekolah, dan anggaran bagian
sekolah.
6. Anggaran dapat didesain dengan berbagai cara. Dalam kaitannya dengan
sekolah, terdapat dua bentuk desain yang terbukti lebih efektif, yaitu
desain anggaran kinerja atau anggaran program sekolah dan desain
tradisional.
7. Pendapatan sekolah terutama dikelompokkan dalam dua kategori hibah
mengikat dan hibah tidak mengikat. Pengeluaran sekolah pada dasarnya
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu pengeluaran atau
anggaran nondiskresioner (operasional rutin) dan pengeluaran atau
anggaran diskresioner (anggaran investasi).
8. Anggaran sekolah dilaksanakan sesuai dengan mata anggaran masing-
masing. Apapun pengeluaran dilakukan sekolah hendaknya dicantumkan
dalam buku pengeluaran sebagai keharusan dalam sistem perakunan
(akunting). Apapun transaksi keuangan yang dilakukan haruslah
dibuktikan dengan kuitansi.
PENGANTAR
Umumnya, sumber daya keuangan adalah langka dan kelangkaan ini dapat
semakin memburuk jika pendistribusiannya dilakukan serampangan dan
terjadi penyalahgunaan. Oleh sebab itu, penting artinya untuk merasionalkan
semua pengeluaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kriteria yang
tepat dalam mendistribusikan dana dan mengurangi ketidakseimbangan yang
ada.
Kita tahu bahwa sumber dana pendidikan terbatas sehingga harus ada upaya
untuk memastikan penggunaan sumber dana secara memuaskan. Ada
sejumlah sektor yang berbagi pendapatan nasional dan pendidikan
memperoleh bagian dari pendapatan itu. Meskipun belakangan ini dana yang
dialokasikan bagi sektor pendidikan relatif makin besar, tetapi jumlah itu
masih jauh dari memadai.
Kebanyakan sumber dana pendidikan untuk semua jenis, jenjang, dan jalur
pendidikan disediakan oleh sektor publik. Di negara kita, dana yang
disediakan untu pendidikan cukup besar sekalipun belum memadai. Itu
sebabnya, pada tingkat paling operasional, sekolah harus kreatif menggali
sumber dana tambahan. Dalam urusan ini, orang tua peserta didik telah
memainkan peran yang sangat penting.
Untuk memobilisasi sumber dana yang sifatnya ekstra anggaran, diperlukan
strategi yang mencakup aspek-aspek berikut.
Sumber dana bukan anggaran perlu digali untuk menambah dana yang
berasal dari pemerintah, dari uang sekolah, dengan memperhatikan
kondisi sekolah masing-masing.
Partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik perlu digalakkan untuk
memecahkan masalah-masalah masyarakat.
Sumber dana di luar anggaran perlu digali untuk membiayai pendidikan
dan meningkatkan pelaksanaan rencana atau proyek dengan
memperhitungkan beban yang ditimbulkannya.
Sudah barang tentu bukan gampang menggali suber dana tambahan jika
sebagian besar sumber itu telah dieksploitasi. Untuk sebagian besar
persoalannya tinggal menggunakan sumber itu dengan cara berbeda.
Misalnya, dalam pengumpulan dana, orang tua seperti halnya juga
pemerintah, yang kemungkinan besar akan lebih banyak mengontribusikan
dana ke sekolah.
RINGKASAN
Kerangka Dasar
dan Mekanisme
Manajemen Keuangan
Perubahan tidak harus menjamin kemajuan, tetapi kemajuan niscaya memerlukan
perubahan. Pendidikan sangat penting bagi perubahan karena pendidikan menciptakan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan perubahan
Henry Steele Commager
PENGANTAR
Dalam tiga unit pertama, telah dibahas cara mengidentifikasi sumber dana
sekolah, pengganggaran, dan pengamanannya. Di antara hal-hal lain, dalam
manajemen keuangan perlu diperhatikan peraturan dan praktik berkenaan
dengan penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan dana. Selain itu, juga
telah dibahas cara-cara inovatif yang dapat Anda lakukan untuk melakukan
mobilisasi dana bagi kepentingan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
di sekolah. Anda diharapkan dapat mendorong semua pihak yang terlibat
dalam pengelolaan dana sekolah untuk bijaksana menggunakan dana. Dalam
unit ini akan dibahas tentang kerangka dasar dan mekanisme manajemen
keuangan untuk mengetahui dan menerapkan praktik dan keterampilan
manajemen keuangan.
Anda akan mengetahui bahwa dana yang mengalir ke sekolah Anda tidak
selamanya lancar dan seringkali pula tidak memadai. Untuk mengatasi
keterbatasan dana ini, kepala sekolah sebagai pegawai (negeri/swasta) dan
pejabat akunting, harus berpedoman pada kerangka dasar dan mekanisme
manajemen keuangan. Berikut ini diuraikan kerangka pengelolaan dana
sekolah yang meliputi penyimpanan informasi keuangan yang akurat,
fleksibilitas dan kebebasan yang bertanggung jawab, pengalihan pengeluaran,
kebebasan melakukan pembelian, kebijakan keuangan, dan pengalokasian
dana yang baik.
Informasi itu perlu ditata sesuai dengan jenis masing-masing (judul), seperti
transportasi yang di bawahnya memuat semua informasi rincian seperti
bahan bakar dan servis kendaraan. Sebaiknya Anda menyajikan informasi itu
dengan judul-judul yang tepat dan dapat dipahami dengan jelas dalam
format yang didasarkan pada format penyelenggaraan pendidikan secara
aktual. Hal ini akan memungkinkan Anda membanding-bandingkan biaya
pelayanan pendidikan yang diberikan sekolah.
Pengalihan Pengeluaran
Sekolah yang memiliki sistem manajemen keuangan yang tertata dengan baik
dapat melakukan berbagai cara pengalihan pengeluaran. Dengan sistem ini,
sebagai kepala sekolah Anda selalu dapat melakukan pengalihan pengeluaran
dari satu mata anggaran ke mata anggaran lain selama hal itu memang perlu
dilakukan. Ini tentu saja setelah mendapatkan persetujuan dari pihak yang
berwenang.
Kebijakan Keuangan
ANGGARAN PENDIDIKAN
Dana Lainnya
Semua dana yang diperoleh dari sumber lain dikendalikan oleh sekolah
bersama-sama dengan komite sekolah. Tujuan penggunaan dana tersebut
haruslah ditetapkan bersama komite sekolah. Kepala sekolah sebagai
manajer sekolah pada ahirnya harus mempertanggungjawabkan efektivitas
penggunaan dana tersebut.
Jelaslah bahwa dana yang yang diperoleh sekolah harus sesuai dengan
prosedur dan dijaga kemanannya. Dana yang diperoleh haruslah tercatat
dengan rapi dalam pembukuan. Di kebanyakan sekolah, dana yang diperoleh
sekolah dapat berupa tunai atau dapat juga berupa cek. Apapun bentuknya,
dana yang Anda terima itu haruslah dicatat dan disimpan dengan rapi.
Kuitansi tanda terima yang Anda gunakan boleh jadi berupa buku kuitansi
biasa atau dapat Anda rancang sendiri dengan logo sekolah Anda pada
kuitansi itu. Yang penting adalah bahwa Anda harus segera membuat tanda
terima itu setiap kali Anda menerima dana bagi sekolah Anda.
keperluan. Ada baiknya juga untuk menyimpan dana dalam bentuk tertentu
yang memungkinkan tambahan dana dari bunga yang diperoleh.
RINGKASAN
PEMANTAUAN
EFEKTIVITAS SEKOLAH
Pengantar 328
Alasan Melakukan Evaluasi 330
Indikator dan Karakteristik Efektivitas Sekolah 337
Teknik Evaluasi 348
Perencanaan Program Evaluasi 357
Penggunaan Hasil Evaluasi 367
Pengantar
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan No 4, UU No 20/2003
Jika Anda ingin agar sekolah Anda efektif, maka Anda perlu benar
memahami arti istilah efektif, cara menentukan tingkat efektivitas, dan
selanjutnya mengidentifikasi bidang-bidang yang memerlukan peningkatan.
Suatu sekolah mungkin saja beroperasi secara efektif dalam bidang tertentu,
tetapi kurang berhasil di bidang lainnya. Bagaimana cara kita menentukan
hal itu dan bagaimana pula cara kita merencanakan peningkatan kinerja
sekolah? Jawabannya sederhana, kita menentukan tingkat efektivitas sekolah
dengan melakukan evaluasi dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
meningkatkan kinerja sekolah. Dalam praktik, pelaksanaannya tidak
sesederhana yang kita bayangkan. Para kepala sekolah perlu memahami
seluk beluk evaluasi dan melakukan peningkatan kinerja sekolah berbasis
evaluasi.
Para pengawas sebagai auditor pendidikan merupakan pihak yang juga turut
memainkan peran penting dalam menentukan kualitas sekolah. Dewasa ini
di setiap provinsi kita memiliki lembaga yang tugas utamanya adalah
penjaminan mutu pendidikan. Dalam kenyataan, sebenarnya sekolah yang
harus dapat mengevaluasi kinerjanya sendiri tanpa harus menunggu pihak
luar untuk memberikan saran peningkatan. Tujuan bagian ini adalah
menjelaskan cara melakukan peningkatan kinerja sekolah berbasis evaluasi.
Bagian ini terdiri atas lima unit, yaitu indikator dan karakteristik efektivitas
sekolah, alasan melakukan evaluasi, teknik-teknik evaluasi, merencanakan
program evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.
Dalam unit ini akan dibahas alasan untuk mengevaluasi efektivitas sekolah
sebagai bagian dari proses akuntabilitas kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam unit ini akan dibahas sejumlah konsep yang berkaitan dengan
efektivitas sekolah dan beberapa karakteristik untuk mengetahui kadar
efektivitas sekolah Anda.
Teknik evaluasi
Dalam unit ini akan dijelaskan teknik-teknik evaluasi yang dapat Anda
gunakan dengan staf untuk memantau dan menganalisis kinerja berbagai
aspek yang berbeda dari kehidupan sekolah, yang juga dapat digunakan oleh
pihak luar, seperti pengawas.
PENGANTAR
Dalam unit ini akan dibahas pentingnya evaluasi sebagai sarana dalam
memantau efektivitas sekolah. Banyak kepala sekolah tidak menggunakan
evaluasi sebagaimana yang seharusnya mereka lakukan. Mereka hanya
menguji peserta didik demi tujuan ujian tetapi menafikan, misalnya, laporan
pengawas sekolah. Mereka memandang ujian sebagai evaluasi dan
mempertimbangkan hasil ujian sebagai akhir dari suatu proses.
AKUNTABILITAS
Organisasi Sekolah
Kurikulum Sekolah
Komite Sekolah
Rapat Staf
Rapat staf (semua guru dan pegawai bukan guru, jurusan, atau panitia
khusus) perlu diadakan secara reguler untuk meninjau kembali
penyelenggaraan sekolah. Kepala sekolah perlu menerapkan pendekatan
partisipatif dengan menyimak para guru dan staf dan berusaha keras
memahami kerisauan pribadi dan profesional mereka. Oleh sebab itu, rapat
harus direncanakan dengan sebaik-baiknya agar mencapai hasil yang optimal.
Dokumen Sekolah
Kepala sekolah perlu memastikan bahwa dokumen yang lengkap dan akurat,
yang mencakup dokumen peserta didik dan pegawai, buku inventaris
sekolah, dokumen keuangan, dan dokumen lainnya yang memberikan
gambaran menyeluruh tentang kehidupan sekolah dipelihara dengan baik.
Kepala sekolah juga perlu memiliki dokumen yang merinci waktu dan
pergerakan agar kemangkiran dan pergerakan staf dan sumber daya sekolah
yang tidak reguler dapat diperiksa.
Akun Sekolah
Dokumen Pemeriksaan
FUNGSI-FUNGSI EVALUASI
Diagnosis
Prediksi
Seleksi
Pemeringkatan
Evaluasi yang dilakukan untuk memeringkat peserta didik atas dasar prestasi
belajarnya merupakan hal yang biasa dilakukan di sekolah. Pemeringkatan
antarsekolah atas dasar hasil ujian dan kriteria prestasi lainnya menyediakan
ukuran yang dapat digunakan orang tua peserta didik ketika akan memilih
sekolah bagi anak mereka. Ini juga dapat digunakan oleh pihak yang
berwenang untuk memetakan “mutu” pendidikan sebagai masukan bagi
perumusan kebijakan.
Dalam penyusunan target, Anda perlu memiliki sasaran spesifik yang ingin
Anda capai. Selain itu, Anda juga perlu memiliki rencana untuk mencapai
sasaran itu dan prosedur evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaiannya.
RINGKASAN
PENGANTAR
TERMINOLOGI
EFEKTIVITAS
Faktor yang penting sangatlah banyak dan rumit. Dengan demikian, kepala
sekolah misalnya mungkin memersepsikan efektivitas sekolahnya dalam
kaitannya dengan prestasi akademik peserta didik dalam ujian nasional.
Orang tua peserta didik memersepsikan efektivitas sekolah dalam kaitannya
dengan perilaku peserta didik yang santun di rumah dan hasil ujian nasional
Indikator operasional
Ukuran kelas
Rasio guru : peserta didik
Beban studi peserta didik
Pemakaian sumber daya
Penggunaan ruang
Aset dan perlengkapan
Berikut ini disajikan sejumlah indikator yang dapat menunjukkan pada Anda
bahwa sekolah Anda efektif.
• Kepemimpinan kepala sekolah yang bermakna bagi staf
• Keterlibatan ketua jurusan
• Keterlibatan para guru
• Pelajaran yang terstruktur
• Pengajaran yang secara intelektual menantang
• Lingkungan berorientasi kerja
• Komunikasi maksimum antara guru dan peserta didik
• termotivasi
• memahami tujuan dan relevansi pelajaran mereka
• melakukan tugas-tugas dengan tertib
• dapat menggunakan sumber daya yang tersedia serta tahu di mana dan
kapan meminta bantuan
• menunjukkan kepedulian terhadap satu sama lain dan kepada guru
• menunjukkan komitmen untuk belajar lebih keras
• mengalami langsung dan dapat mengamati, mengestimasi, mencatat,
mengukur, mengumpulkan, mengklasifikasi, dan menafsirkan
• merumuskan dan menguji hipotesis
• mendapatkan informasi penting dan dapat mengingatnya dalam konteks
baru
• merencanakan, memilih, dan memikul tanggung jawab pembelajaran
mereka
• memperoleh keterampilan belajar dan menggunakan sumber daya dengan
baik
• memperbaiki dan mempraktikkan untuk meningkatkan prestasi
• menerima balikan atas kemajuan belajar mereka dari guru dan dari peserta
didik lainnya
• menyajikan pekerjaan yang baik agar dapat dilihat dan didengar orang lain
• melaksanakan tugas secara mandiri di rumah dan di sekolah
• bekerja sama dalam kelompok
• membaca, menulis, mendengarkan, dan berdiskusi dalam berbagai hal
• mengalami aspek-aspek kreatif dari subjek individual.
Salah satu aspek dari efektivitas sekolah adalah sejauhmana kepala sekolah
mengenalkan dan mengelola program pembimbingan dan penyuluhan
peserta didik. Ini mencakup upaya memastikan adanya hubungan yang baik
antara guru dan peserta didik, memenuhi kebutuhan peserta didik secara
individual, dan bekerja sama dengan semua guru untuk menciptakan suasana
yang mengedepankan sikap saling asah, asih, dan asuh.
Komunikasi yang efektif merupakan sarana yang penting bagi kepala sekolah
dalam mengelola sekolah dan untuk memastikan bahwa staf mengetahui
kebutuhan peserta didik pada saat yang tepat. Dalam kaitan ini, berikut ini
disarankan pedoman yang dapat digunakan untuk menjamin
terselenggaranya pembimbingan dan penyuluhan yang efektif.
Selain itu, perlu dilakukan tinjauan secara teratur atas kemajuan peserta didik
yang bermasalah, wawancara formal, dan diskusi umum tentang isu-isu
penting yang memengaruhi peserta didik. Di beberapa sekolah, para
penyuluh ini mendapat ruang khusus. Akhirnya, penting dipertimbangkan
komunikasi yang efektif dengan orang tua peserta didik. Hal ini dapat
dilakukan melalui rapat komite sekolah atau selama hari kunjungan orang
tua ke sekolah.
Sebagai kepala sekolah, Anda tentu tidak akan menyebabkan bawahan Anda
tersiksa karena perilaku Anda yang tidak kondusif. Berikut ini dikemukakan
beberapa karakteristik yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan
efektivitas kepemimpinan Anda.
ETOS SEKOLAH
memiliki etos yang tercermin dalam sikap guru terhadap peserta didik,
keterampilan guru mengembangkan hubungan dengan peserta didik, dan
bukti umum yang menunjukkan adanya suasana yang kondusif di sekolah
itu.
Berikut ini disajikan faktor-faktor yang berkaitan dengan etos sekolah yang
baik.
menjamin bahwa kebijakan itu dilaksanakan adalah hal lain. Di sinilah sangat
penting artinya peranan kepala sekolah.
Pemantauan dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting bagi sistem
sekolah yang efektif. Cara yang Anda lakukan untuk memantau pelaksanaan
kebijakan sekolah tentu saja akan berbeda-beda, yang bergantung pada sifat
kebijakan itu. Dalam hal ini banyak pihak dan unsur yang terlibat, utamanya
semua staf pada tingkat yang berbeda. Singkatnya dapat disimpulkan bahwa:
setiap sekolah memiliki kebijakan dan praktik yang perlu dipantau dan
dievaluasi dalam semua aspek kehidupan sekolah
setiap orang perlu memantau dan mengevaluasi praktik masing-masing,
yang sedapat mungkin dilakukan dengan memperhitungkan peserta didik
mereka.
Setiap orang harus dapat berkomunikasi dengan baik agar balikan dapat
menjadi masukan perbaikan kinerja.
RINGKASAN
Teknik Evaluasi
Mereka yang buta aksara di abad 21 bukanlah orang-orang yang tidak bisa
membaca atau menulis, tetapi mereka yang tidak dapat belajar,
menanggalkan pelajaran usang, dan belajar kembali
Alvin Toffler
PENGANTAR
TEKNIK-TEKNIK EVALUASI
Kelompok Diskusi
Semua teknik itu akan dibahas lebih lanjut berikut ini. Penting diingat bahwa
apapun teknik yang Anda pakai, Anda harus memastikan bahwa informasi
yang Anda peroleh dicatat secara akurat dalam bentuk yang akan
memungkinkan Anda menganalisisnya dengan cepat. Hal ini kemungkinan
besar berupa data tertulis dan juga dapat berupa informasi audio-visual. Itu
sebabnya rencana pengumpulan data/informasi dan teknik analisisnya harus
benar-benar disiapkan.
KUESIONER
Kelas
Usia peserta didik yang mengisi kuesioer
Ketepatan waktu guru
Tingkat absensi guru
Komitmen guru atas pekerjaannya
Kemampuan guru berkomunikasi
Kemampuan guru menggunakan berbagai metode pengajaran
Upaya guru memperbaiki pekerjaan peserta didik
Hubungan guru dengan peserta didik
OBSERVASI KELAS
Barangkali Anda sepakat bahwa ada gunanya memiliki bentuk kebijakan dan
program tertentu untuk melaksanakan observasi kelas secara teratur. Ini
perlu rutin dilakukan sehingga guru dan peserta didik terbiasa dengan
kegiatan observasi di ruang kelas. Pemantauan seperti itu seharusnya dapat
memperbaiki setiap defisiensi fasilitas fisik dan standar pembelajaran yang
difasilitasi guru.
WAWANCARA
ASESMEN BERKELANJUTAN
PELAPORAN SISTEMATIK
Ada gunanya jika kepala sekolah membuat daftar periksa yang memuat
semua dokumen sekolah yang harus disimpan dengan baik di sekolah yang
jika diperlukan dapat dengan mudah ditemukan. Selanjutnya Anda
mengevaluasi tujuan keberadaan setiap dokumen itu bagi sekolah dan
kualitasnya. Melalui cara ini, kepala sekolah tidak hanya akan memiliki daftar
dokumen yang berguna, tetapi juga memiliki daftar staf yang bertanggung
jawab memeliharanya.
Berikut ini adalah contoh daftar inventaris yang memuat dokumen dan
peralatan yang harus tersedia di laboratorium biologi di sekolah Anda, yang
serupa dengan yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel ini menunjukkan
contoh daftar inventaris peralatan, dokumen, dan fasilitas yang harus
terpelihara baik, orang yang bertanggung jawab memastikan ketersediaannya,
dan kolom keterangan untuk memberi catatan.
PETUGAS/GURU
YANG
NO PERALATAN/DOKUMEN KETERANGAN
BERTANGGUNG
JAWAB
KELOMPOK DISKUSI
RINGKASAN
Perencanaan
Program Evaluasi
Sekolah adalah bangunan yang memiliki empat dinding dengan masa depan di dalamnya
Lon Watters
PENGANTAR
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang yang perlu kita bangun.
Dalam menilai iklim sekolah Anda, perlu diingat tidak ada sekolah yang
sempurna. Tidak mungkin semua orang setuju dengan Anda dalam semua
hal. Para guru Anda mungkin cenderung membantu atau sebaliknya
menghambat. Tugas Anda adalah membuat semua orang terlibat untuk
mengetahui apa yang dapat mereka kontribusikan dalam proses evaluasi dan
perubahan dengan cara mereka sendiri.
Identifikasi Isu
Menyusun Pertanyaan
Setelah memilih masalah atau isi yang akan ditelaah, sekarang Anda
memutuskan pertanyaan yang akan diajukan, dan kepada siapa ditujukan.
MELAKSANAKAN EVALUASI
Mengumpulkan Informasi
Segera setelah tahap awal selesai, tim investigasi dapat mulai bekerja.
Informasi dasar atas masalah yang akan dikaji dapat diperoleh dengan
menggunakan satu atau lebih teknik berikut.
Menabulasi Informasi
Informasi perlu dihimpun dan ditata secara sistematik. Hal ini akan
membantu Anda dan tim untuk menganalisis dan menafsirkannya. Jika tidak,
Menafsirkan Data
Penting diingat bahwa kegiatan evaluasi seperti yang diajukan di sini tidak
dimaksudkan seperti penelitian untuk memperoleh gelar magister apalagi
doktor. Kegiatan ini lebih merupakan latihan praktik pemecahan masalah
untuk menghasilkan solusi. Dengan demikian, analisis dan penafsiran data
terbatas pada upaya menguraikan masalah dan mengidentifikasi cara
pemecahan yang mungkin.
MENULIS LAPORAN
CONTOH
Perhatikan contoh kasus berikut sebagai sarana bagi Anda untuk lebih
memahami cara melakukan evaluasi.
• kurangnya peralatan
• kenaikan uang ujian
• kenaikan uang sekolah bulanan
• rendahnya prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran sains
• guru tidak hadir di kelas
Faktor M C T
1. Waktu yang dialokasikan bagi pekerjaan Anda ....... ....... .......
2. Fasilitas laboratorium ....... ....... .......
3. Ketersediaan peralatan sekarang ....... ....... .......
4. Ketersediaan peralatan tambahan ....... ....... .......
dan penggantian tahunan
5. Dana untuk peralatan ....... ....... .......
6. Asisten laboratorium ....... ....... .......
7. Kerja sama dari kepala sekolah ....... ....... .......
8. Ruang yang disediakan di laboratorium untuk ....... ....... .......
kerja praktik
9. Supervisi dari atasan ....... ....... .......
10. Sikap peserta didik untuk belajar sains ....... ....... .......
Metode Mengajar
Apa bentuk teknik mengajar yang Anda gunakan? Peringkatlah metode
mengajar berikut menurut frekuensi metode itu Anda gunakan.
Petunjuk lisan................. Demonstrasi..............Menulis di papan tulis................
Kerja kelompok………Tugas mandiri…….. Lain-lain (sebutkan)………….
Asesmen guru oleh peserta didik. Peserta didik dapat diminta untuk
menguraikan hubungan mereka dengan guru melalui wawancara informal.
Di sini para peserta didik memeringkat guru mereka dengan menggunakan
indikator berikut: penguasaan materi pelajaran, minat dan keterlibatan dalam
pengajaran, hubungan dengan peserta didik, kepribadian, dan keterlibatan
dalam kegiatan kokurikulum.
Mencatat, menganalisis, dan menafsirkan informasi. Informasi yang
dihimpun sekarang perlu ditabulasi dan dianalisis. Panitia perlu menulis
laporan untuk disajikan kepada kepala sekolah dan pegawai lainnya. Kepala
sekolah selanjutnya perlu mengadakan rapat untuk mendiskusikan laporan
itu dan hasilnya. Dalam diskusi itu, berbagai faktor yang berkontribusi
terhadap timbulnya masalah selanjutnya diidentifikasi. Saran-saran tentang
cara pemecahannya dipertimbangkan, didiskusikan, sampai akhirnya dapat
diidentifikasi solusi yang akan dilaksanakan.
Menyepakati laporan dan menyebarkan hasilnya. Rekomendasi
mengadakan perbaikan dan strategi pelaksanaannya perlu disepakati dan
disusun berupa laporan singkat. Selanjutnya perlu diadakan rapat dengan
orang tua peserta didik dan mereka mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapat tentang temuan evaluasi dan rekomendasinya.
Langkah terakhir ini penting karena dapat membantu membangun
kepercayaan orang tua terhadap kemampuan dan kemauan sekolah
melakukan swa-evaluasi guna memperbaiki kinerja sekolah dan melibatkan
mereka dalam pelaksanaannya.
RINGKASAN
PENGANTAR
Seperti yang telah Anda pelajari dalam unit-unit sebelumnya, evaluasi adalah
proses terencana secara sistematis yang memungkinkan pengambil
keputusan untuk mengataputuskan nilai suatu kebijakan pendidikan, proyek,
atau program untuk mencapai tujuan tertentu. Evaluasi kemungkinan besar
akan mahal dan memboroskan waktu. Namun, jika dilakukan dengan efisien
dan sungguh-sungguh untuk meningkatkan upaya penyediaan pendidikan
yang bermutu, ia akan berharga karena pengetahuan baru yang diperoleh
dapat dijadikan sebagai masukan ke dalam sistem untuk meningkatkan
kinerja sekolah.
Banyak masalah yang melanda proses pendidikan di sekolah kita dewasa ini,
seperti putus sekolah dan prestasi belajar yang rendah, yang semuanya
menunjukkan perlunya memperbaiki sistem dan program pendidikan kita.
Namun, sebelum dapat melakukan itu, kita memerlukan data yang obyektif
dan dapat diandalkan tentang status kita sekarang. Melalui pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan reguler kita akan mengetahui lebih baik tentang
posisi kita sekarang. Dengan demikian, selanjutnya kita dapat memutuskan
apa saja perubahan yang diperlukan untuk melakukan perbaikan.
LAPORAN EVALUASI
Efektivitas Kepemimpinan
Peraga berikut mencantumkan lima kriteria yang dapat dipakai untuk menilai
kepemimpinan. Anda mungkin ingin menambahkan kriteria evaluasi lainnya
dalam peraga itu.
Kinerja Staf
Kepala sekolah kemungkinan besar akan terlibat dalam menilai kinerja staf
dan menggunakan temuan evaluasi sebagai masukan untuk memperbaiki
efektivitas sekolah. Anda dapat mengunakan alat asesmen dalam contoh
berikut untuk menilai kinerja staf di sekolah Anda. Anda mungkin ingin
menambahkan kriteria yang digunakan untuk keperluan itu. Jika Anda telah
memiliki format asesmen yang selama ini telah Anda gunakan, Anda dapat
membandingkannya dengan yang disajikan dalam contoh berikut ini.
KRITERIA KINERJA I B C J
1. Hubungan dengan guru lainnya
2. Hubungan dengan staf administratif
3. Hubungan dengan peserta didik
4. Hubungan dengan atasan
5. Komitmen terhadap tujuan sekolah
6. Penerimaan tanggung jawab
7. Pengalokasian waktu
8. Kemampuan berkomunikasi
9. Kemampuan memotivasi orang lain
10. Partisipasi dalam kegiatan ko-kurikulum
Catatan : I = Istimewa, B = Baik, C = Cukup, J = Jelek
Studi yang Anda lakukan dalam unit ini, dan unit-unit lainnya dalam bagian
ini, diharapkan telah meyakinkan Anda tentang pentingnya pemantauan dan
evaluasi serta penggunaan temuan evaluasi untuk meningkatkan kinerja
sekolah. Dalam bagian ini hanya dikemukakan beberapa contoh. Tentu saja
banyak bidang lain di mana kegiatan evaluasi kemungkinan besar akan
menghasilkan temuan yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam proses
pengambilan keputusan dan berkontribusi bagi efektivitas sekolah, seperti
manajemen sumber daya sekolah, pembelajaran di kelas, dan hubungan
sekolah dan masyarakat.
RINGKASAN
LAMPIRAN 1
Menimbang :
a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;
b. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang;
c. bahwa sistem pendidikan nasionai harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembahanian pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;
d. bahwa Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikian Nasional
tidak memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai
dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
e. bahwa berdasarkan pertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d
perlu membentuk Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Mengingat :
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Dengan persetujuan bersama
Memutuskan
Menetapkan:
11. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
12. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
13 .Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan hngkungan.
14. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
15. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
16. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat
sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
17. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
18. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh
warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
19. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
20. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
21. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan
mutu terhadap berbagai komponen pendidikan pada sertiapialur, jenjang, dan
jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan.
22. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
23. Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat,
dana, sarana, dan prasarana.
24. Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur
masyarakat yang peduli pendidikan.
25. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan.
26. Warga negara adalah Warga Negara Indonesia baik yang tinggal di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
BAB II
DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Pasal 4
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA, ORANG TUA,
MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pasal 5
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sarnpai dengan lima belas tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Orang Tua
Pasal 7
(1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan
dasar kepada anaknya.
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Masyarakat
Pasal 8
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pasal 10
Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 11
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun.
BAB V
PESERTA DIDIK
Pasal 12
(1) Setiap peserta pada setiap satuan pendidikan berhak:
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengn agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama;
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya;
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidlikan lain yang
setara;
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang
ditetapkan.
(2) Setiap peserta didik berkewajiban:
a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan
proses dan keberhasilan pendidikan;
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta
didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB VI
JALUR, JENJANG, DAN JENIS PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasa1 13
(1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan
sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
Bagian Kedua
Pendidikan Dasar
Pasal 17
(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah.
(2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah lbtidaiyah (Ml)
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (Mis), atau bentuk lain yang sederajat.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Ketiga
Pendidikan Menengah
Pasai 18
(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Bagian Keempat
Pendidikan Tinggi
Pasal 19
Pasa1 20
(1) Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,
atau universitas.
(2) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
(3) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi,
dan/atau vokasi.
(4) Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 21
(1) Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak
menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat memberikan gelar
akademik, profesi, atau vokasi sesuai dengan program pendidikan yang
diselenggarakannya.
(2) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan
perguruan tinggi dilarang memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
(3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari
perguruan tinggi yng dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi,
atau vokasi.
(4) Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi
hanya dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan
tinggi yang bersangkutan.
(5) Penyelenggara pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan pendirian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau penyelenggara pendidikan bukan
perguruan tinggi yang melakukan tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor berhak
memberikan gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) kepada setiap individu
yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan,
kebudayaan, atau seni.
Pasal 23
(1) Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau
profesor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Sebutan guru besar atau profesor hanya dipergunakan selama yang
bersangkutan masih aktif bekerja sebagai pendidik di perguruan tinggi.
Pasal 24
Pasal 25
Bagian Kelima
Pendidikan Nonformal
Pasal 26
Bagian Keenam
Pendidikan Informal
Pasal 27
(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
(2) Hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus uj ian
sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Bagian Ketujuh
Pendidikan Anak Usia Dini
Pasal 28
(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal.
(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk
kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang
sederajat.
(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
(6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kedelapan
Pendidikan Kedinasan
Pasa1 29
(1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggara-kan
oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
(2) Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri
suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
(3) Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
nonformal
(4) Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaiamana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kesembilan
Pendidikan Keagamaan
Pasal 30
(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/ atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang rnemahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
BAB VII
BAHASA PENGANTAR
Pasal 33
(1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam
pendidikan nasional.
(2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal
pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan danlatau
keterampilan tertentu.
(3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan
pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta
didik.
BAB VIII
WAJIB BELAJAR
Pasal 34
(1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib
belajar.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
(3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Pasal 35
(1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala.
(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
(3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pernerintah.
BAB X
KURIKULUM
Pasa1 36
(1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikn dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
(3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan :
a. peningkatan iman dan tagwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahun, teknologi. dan seni; h agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
(4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 37
(1) Kerangka dasar dan struktur pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
Pemerintah.
(2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan
Provinsi untuk pendidikan menengah.
BAB XI
PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pasal 39
Pasal 40
BAB XII
SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Pasal 45
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.
(2) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua
satuan pendidikan sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB XIII
PENDANAAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab Pendanaan
Pasal 46
(1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan
anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(3) Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur tebth lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kedua
Sumber Pendanaan Pendidikan
Pasal 47
(1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.
(2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya
yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Dana Pendidikan
Pasal 48
(1) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pengalokasian Dana Pendidikan
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
(2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diberikan dalam
bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB XIV
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 50
(1) Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab menteri.
(2) Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
(4) Pemerintah Daerah Provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan
pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas
penyelenggaraan pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
(5) Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
(6) Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam
mengelola pendidikan di lembaganya.
(7) Ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 51
(1) Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.
(2) Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip
otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.
(3) Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 52
(1) Pengelolaan satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 54
(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelengga-raan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan.
(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna
hasil pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur tebih lanj ut dengan Peraturan Pemenntah.
Bagian Kedua
Pendidikan Berbasis Masyarakat
Pasal 55
(1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada
pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan
sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
(2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan
pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari
penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sumber
lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian Ketiga
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah
Pasal 56
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui
dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
(2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pendidikan pada tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang tidak
mempunyai hubungan hirarkis.
(3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XVI
EVALUASI, AKREDITASI, DAN SERTIFIKASI
Bagian Kesatu
Evaluasi
Pasal 57
(2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan
oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistcmik
untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
Pasal 59
Bagian Kedua
Akreditasi
Pasal 60
Bagian Ketiga
Sertifikasi
Pasal 61
BAB XVII
PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 62
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang didirikan wajib
memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
(2) Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan, jumlah dan
kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana
pendidikan, pembiayaan pendidikan, sistern evaluasi dan sertifikasi, serta
manajemen dan proses pendidikan.
(3) Pemerintah atau pemerintah daerah memberi atau mencabut izin pendirian
satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Ketentuan mengenai pendirian satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 63
Satuan pendidikan yang didirikan dan diselenggarakan oleh Perwakilan Republik
Indonesia di negara lain menggunakan ketentuan Undang-undang ini.
BAB XVIII
ENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA NEGARA
LAIN
Pasal 64
Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, bagi peserta didik warga negara asing, dapat
menggunakan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan atas
persetujuan Pemenntah Republik Indonesia.
Pasal 65
(1) Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya
dapat menyelenggarakan pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Lembaga pendidikan asing pada tingkat pendidikan dasar dan menengah wajib
memberikan pendidikan agama dan kewarganegaraan bagi peserta didik warga
negara Indonesia.
(3) Penyelenggaraan pendidikan asing wajib bekerja sama dengan lembaga
pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
mengikutsertakan tenaga pendidik dan pengelota warga negara Indonesia.
(4) Kegiatan pendidikan yang menggunakan sistem pendidikan negara lain yang
diselenggarakan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XIX
PENGAWASAN
Pasal 66
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 67
Pasa1 68
(1) Setiap orang yang membantu memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar
akademik, profesi, dan/atau vokasi dari satuan pendidikan yang tidak
memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
(2) Setiap orang yang menggunakan ijzah, sertifikat kompetensi, gelar akademik,
profesi, dan/atau vokasi yang diperoleh dari satuan pendidikan yang tidak
memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling lima lima tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
(3) Setiap orang yang menggunakan gelar lulusan yang tidak sesuai dengan bentuk
dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(4) Setiap orang yang memperoleh dan/atau menggunakan sebutan guru besar
yang tidak sesuai dengan pasal 23 ayat (1) dan/ atau ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juts rupiah).
Pasal 69
(1) Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik,
profesi, dan/atau vokasi yang terbukti palsu dipidana dengan pidana penjara
paling lama lima tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
(2) Setiap orang yang dengan sengaja tanpa hak menggunakan ijasah dan/atau
sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) dan ayat
(3)yang terbukti palsu dipidana dengan pidana penjara paling lima lima tahun
dan/ atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Pasal 70
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik,
profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti
merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 71
Pasal 72
Penyelenggara dan atau satuan pendidikan formal yang pada saat Undang-undang ini
diundangkan belum berbentuk badan hukum pendidikan sebagaina dimaksud dalam
Pasal 53 tetap berlaku sampai dengan terbentuknya Undang-undang yang mengatur
badan hukum pendidikan.
Pasal 73
Pemerintah atau Pemenntah Daerah wajib memberikan izin paling lambat dua tahun
kepada satuan pendidikan formal yang telah berjalan pada saat Undang-undang ini
diundangkan belum memiliki izin.
Pasal 74
Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan
Undang.;-undang Nomo2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3390) yang ada pada saat diundangkannya Undang-undang ini masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75
Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan
Undang-undang ini harus diselesaikan paling lambat dua tahun terhitung sejak
beriakunya Undang-undang ini.
Pasal 76
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 8 Juli 2003
Presiden Republik Indonesia
t.t.d.
Megawati Soekarnoputri
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 8 Juli 2003
Sekretaris Negara Republik Indonesia
ttd
Bambang Kesowo
I. Umum
Dengan strategi tersebut diharapkan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional
dapat terwujud secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Huruf a
Pendidik dan/atau guru agama yang seagama dengm peserta didik difasilitasi
dan/atau disediakan olei Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kebu satuan
pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 41 ayat (3).
Huruf b
Pendidik dan/atau guru yang mampu mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik difasiliuti dan/atau disediakan oleh Pemerintah atau
Pemerintai Daerah sesuai dengan kebutuhan satuan pendidi sebagaimana diatur
dalam Pasal 41 ayat (3).
Huruf c Cukup Jelas
Huruf d Cukup Jelas
Huruf e Cukup Jelas
Huruf f Cukup Jelas
Ayat (2) Cukup Jelas
Ayat (3) Cukup Jelas
Ayat (4) Cukup Jelas
Pasal 13 Cukup Jelas
Pasal 14 Cukup Jelas
Pasal 15
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan
pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu.
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan
tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
Ayat(1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan penghasilan yang pantas dan memadai adalah penghasilan
yang mencerminkan martabat guru sebagai pendidik yang profesional di atas
kebutuhan hidup minimum (KHM).
Yang dimaksud dengan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai,
antara lain, jaminan kesehatan dan jaminan hari tua.
Huruf b Cukup jelas
Huruf c Cukup jelas
Huruf d Cukup jelas
Huruf e Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 42 Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Program sertifikasi bertujuan untuk memenuhi kualifikasi minimum pendidik yang
merupakan bagian dari program pengembangan karier oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 44 Cukup jelas
Pasal 45 Cukup jelas
Pasal 46
Ayat(1)
Sumber pendanaan pendidikan dari Pemerintah meliputi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
sumber pendanaan pendidikan dari masyarakat mend antara lain sumbangan
pendidikan, hibah, wakaf, za pembayaran nadzar, pinjaman, sumbangan perusah,
keringanan dan penghapusan pajak untuk pendidikan, lain-lain penerimaan yang
sah.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasa147 Cukup jelas
Pasal 48 Cukup jelas
Pasa149
Ayat (1)
Pemenuhan dana pendidikan dapat dilakukan sec bertahap.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas .
Pasal 50
Ayat(1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (4)
Sistem pendidikan negara lain mencakup kurikulum, sistem - penilaian, dan
penjenjangan pendiclikan.
Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 66
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3)
Peraturan pemerintah yang dimaksud dalam ayat ini, antara lain, mengatur tata cara
pengawasan dan sanksi administratif.
Pasal 67 Cukup jelas
Pasal 68 Cukup jelas
Pasal 69 Cukup jelas
Pasal 70 Cukup jelas
Pasal 71 Cukup jelas
Pasal 72 Cukup jelas
Pasal 73 Cukup jelas
Pasal 74 Cukup jelas
Pasal 75 Cukup jelas
Pasal 76 Cukup jelas
Pasal 77 Cukup jelas
Menimbang:
a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan
relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang
mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu
guru dan dosen secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;
c. bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat
strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan sebagaimana
dimaksud pada huruf a sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,
dan huruf c perlu dibentuk Undang-Undang tentang Guru dan Dosen.
Mengingat:
1. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,
dan huruf c perlu dibentuk Undang-Undang tentang Guru dan Dosen.
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG GURU DAN DOSEN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
15. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen atas pekerjaannya dari
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara
berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
16. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen dalam bentuk
finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat
guru atau dosen sebagai pendidik profesional.
17. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan
kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain;
daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada
dalam keadaan darurat lain.
18. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
19. Pemerintah adalah pemerintah pusat.
20. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau
pemerintah kota.
21. Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan dalam bidang
pendidikan nasional.
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
(1) Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Pasal 4
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pasal 5
Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen
BAB III
PRINSIP PROFESIONALITAS
Pasal 7
(1) Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas;
d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
(2) Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan
melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan,
tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik
profesi.
BAB IV
GURU
Bagian Kesatu
Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi
Pasal 8
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang
sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.
Pasal 13
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban
Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
Pasal 15
(3) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
(1) Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) merupakan
tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan,
asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan
untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan
kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.
(2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya
maslahattambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 20
Bagian Ketiga
Wajib Kerja dan Ikatan Dinas
Pasal 21
Pasal 22
(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas
bagi calon guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan
nasional atau kepentingan pembangunan daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas bagi calon guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 23
Bagian Keempat
Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pasal 24
(1) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi
akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal
serta untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah.
(2) Pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah,
kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk
menjamin keberlangsungan pendidikan menengah dan pendidikan khusus
sesuai dengan kewenangan.
(3) Pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam
jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk
menjamin keberlangsungan pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal sesuai dengan kewenangan.
(4) Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang
diselenggarakan oleh masyarakat wajib memenuhi kebutuhan guru-tetap, baik
dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun kompetensinya untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan.
Pasal 25
(1) Pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara objektif dan transparan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan dan penempatan guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan Pemerintah atau pemerintah daerah diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
(3) Pengangkatan dan penempatan guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat dilakukan oleh penyelenggara pendidikan atau
satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.
Pasal 26
(1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dapat
ditempatkan pada jabatan struktural.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan guru yang diangkat oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah pada jabatan struktural sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 27
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi kode etik guru dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 28
(1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dapat
dipindahtugaskan antarprovinsi, antarkabupaten/antarkota, antarkecamatan
maupun antarsatuan pendidikan karena alasan kebutuhan satuan pendidikan
dan/atau promosi.
(2) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dapat
mengajukan permohonan pindah tugas, baik antarprovinsi,
antarkabupaten/antarkota, antarkecamatan maupun antarsatuan pendidikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal permohonan kepindahan dikabulkan, Pemerintah atau pemerintah
daerah memfasilitasi kepindahan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sesuai dengan kewenangan.
(4) Pemindahan guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diatur oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang
bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 29
(1) Guru yang bertugas di daerah khusus memperoleh hak yang meliputi kenaikan
pangkat rutin secara otomatis, kenaikan pangkat istimewa sebanyak 1 (satu)
kali, dan perlindungan dalam pelaksanaan tugas.
(2) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah wajib
menandatangani pernyataan kesanggupan untuk ditugaskan di daerah khusus
paling sedikit selama 2 (dua) tahun.
(3) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah yang telah
bertugas selama 2 (dua) tahun atau lebih di daerah khusus berhak pindah tugas
setelah tersedia guru pengganti.
(4) Dalam hal terjadi kekosongan guru, Pemerintah atau pemerintah daerah wajib
menyediakan guru pengganti untuk menjamin keberlanjutan proses
pembelajaran pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai guru yang bertugas di daerah khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 30
(1) Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai guru karena:
a. meninggal dunia;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. atas permintaan sendiri;
d. sakit jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugas
secara terus-menerus selama 12 (dua belas) bulan; atau
(1) Pemberhentian guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dapat
dilakukan setelah guru yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela
diri.
(2) Guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri memperoleh
kompensasi finansial sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
Bagian Kelima
Pembinaan dan Pengembangan
Pasal 32
Pasal 33
Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau
masyarakat ditetapkan dengan peraturan Menteri.
Pasal 34
Pasal 35
Bagian Keenam
Penghargaan
Pasal 36
(1) Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah
khusus berhak memperoleh penghargaan.
(2) Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus memperoleh
penghargaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pasal 37
Pasal 38
Pemerintah dapat menetapkan hari guru nasional sebagai penghargaan kepada guru
yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Perlindungan
Pasal 39
Bagian Kedelapan
Cuti
Pasal 40
Bagian Kesembilan
Organisasi Profesi dan Kode Etik
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
(1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode
etik.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang
mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Pasal 44
BAB V
DOSEN
Bagian Kesatu
Kualifikasi, Kompetensi, Sertifikasi, dan Jabatan Akademik
Pasal 45
Pasal 48
(1) Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen tidak tetap.
(2) Jenjang jabatan akademik dosen-tetap terdiri atas asisten ahli, lektor, lektor
kepala, dan profesor.
(3) Persyaratan untuk menduduki jabatan akademik profesor harus memiliki
kualifikasi akademik doktor.
(4) Pengaturan kewenangan jenjang jabatan akademik dan dosen-tidak tetap
ditetapkan oleh setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 49
(1) Profesor merupakan jabatan akademik tertinggi pada satuan pendidikan tinggi
yang mempunyai kewenangan membimbing calon doktor.
(2) Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta
menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.
(3) Profesor yang memiliki karya ilmiah atau karya monumental lainnya yang
sangat istimewa dalam bidangnya dan mendapat pengakuan internasional
dapat diangkat menjadi profesor paripurna.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai profesor paripurna sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 50
(1) Setiap orang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
dosen.
(2) Setiap orang, yang akan diangkat menjadi dosen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), wajib mengikuti proses seleksi.
(3) Setiap orang dapat diangkat secara langsung menduduki jenjang jabatan
akademik tertentu berdasarkan hasil penilaian terhadap kualifikasi akademik,
kompetensi, dan pengalaman yang dimiliki.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan pengangkatan serta penetapan jenjang jabatan akademik tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan oleh setiap satuan pendidikan
tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
(1) Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) merupakan
tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan,
asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi dosen, serta kemudahan
untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri dosen, pelayanan
kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.
(2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 58
Dosen yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh masyarakat berhak memperoleh jaminan sosial tenaga
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 59
(1) Dosen yang mendalami dan mengembangkan bidang ilmu langka berhak
memperoleh dana dan fasilitas khusus dari Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.
(2) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah di daerah khusus, berhak atas rumah
dinas yang disediakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangan.
Pasal 60
Bagian Ketiga
Wajib Kerja dan Ikatan Dinas
Pasal 61
Pasal 62
(1) Pemerintah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi calon dosen untuk
memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan nasional, atau untuk
memenuhi kepentingan pembangunan daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas bagi calon dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pasal 63
(1) Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan pendidikan tinggi dilakukan
secara objektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan oleh penyelenggara pendidikan
atau satuan pendidikan tinggi yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja bersama.
(4) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan
tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu.
Pasal 64
(1) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah dapat ditempatkan pada jabatan
struktural sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan dosen yang diangkat oleh
Pemerintah pada jabatan struktural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 65
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai dosen pada satuan pendidikan tinggi
di Indonesia wajib mematuhi peraturan perundang-undangan.
Pasal 66
Pasal 67
(2) Dosen dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya karena:
a. melanggar sumpah dan janji jabatan;
b. melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama; atau
c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu) bulan atau
lebih secara terus-menerus.
(3) Pemberhentian dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang
bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(4) Pemberhentian dosen karena batas usia pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan pada usia 65 (enam puluh lima) tahun.
(5) Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang batas usia pensiunnya sampai 70
(tujuh puluh) tahun.
(6) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah yang diberhentikan dari jabatannya,
kecuali sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan huruf b, tidak dengan
sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil.
Pasal 68
(1) Pemberhentian dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) dapat
dilakukan setelah dosen yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk
membela diri.
(2) Dosen pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat
yang diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri memperoleh
kompensasi finansial sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
Bagian Kelima
Pembinaan dan Pengembangan
Pasal 69
Pasal 70
Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier dosen pada
satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat
ditetapkan dengan peraturan Menteri.
Pasal 71
Pasal 72
Bagian Ketujuh
Perlindungan
Pasal 75
Bagian Kedelapan
Cuti
Pasal 76
BAB VI
SANKSI
Pasal 77
(1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah yang tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikenai sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian hak guru;
d. penurunan pangkat;
e. pemberhentian dengan hormat; atau
f. pemberhentian tidak dengan hormat.
(3) Guru yang berstatus ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 yang
tidak melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama diberi sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.
(4) Guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat, yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikenai sanksi sesuai dengan perjanjian
kerja atau kesepakatan kerja bersama.
(5) Guru yang melakukan pelanggaran kode etik dikenai sanksi oleh organisasi
profesi.
(6) Guru yang dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5) mempunyai hak membela diri.
Pasal 78
(1) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian hak dosen;
d. penurunan pangkat dan jabatan akademik;
e. pemberhentian dengan hormat; atau
f. pemberhentian tidak dengan hormat.
(3) Dosen yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan
tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak menjalankan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan
perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
(4) Dosen yang berstatus ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 yang
tidak melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama diberi sanksi sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.
(5) Dosen yang dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) mempunyai hak membela diri.
Pasal 79
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 80
(1) Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini:
a. guru yang belum memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) dan
memperoleh maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) paling lama 10 (sepuluh) tahun, atau guru yang bersangkutan telah
memenuhi kewajiban memiliki sertifikat pendidik.
b. dosen yang belum memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dan ayat (2) dan
memperoleh maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
ayat (2) paling lama 10 (sepuluh) tahun, atau dosen yang bersangkutan telah
memenuhi kewajiban memiliki sertifikat pendidik.
(2) Tunjangan fungsional dan maslahat tambahan bagi guru dan dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran pendapatan
dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 81
Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan guru dan dosen
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan
baru berdasarkan Undang-Undang ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
(1) Pemerintah mulai melaksanakan program sertifikasi pendidik paling lama
dalam waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak berlakunya Undang-Undang
ini.
(2) Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik
sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang ini wajib memenuhi kualifikasi
akademik dan sertifikat pendidik paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak
berlakunya Undang-Undang ini.
Pasal 83
Pasal 84
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Desember 2005
I. UMUM
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk
mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor yang sangat
menentukan. Selanjutnya, Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa (1) setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan; (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional yang diatur dalam undang-undang; (3) Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (4)
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; (5) Negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh
persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
Salah satu amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memiliki visi terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan
datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan
bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru dan dosen
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Pasal 39 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan
dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan
pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak
yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan uraian di atas, pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional mempunyai misi untuk melaksanakan tujuan Undang-Undang ini
sebagai berikut:
1. mengangkat martabat guru dan dosen;
2. menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen;
3. meningkatkan kompetensi guru dan dosen;
4. memajukan profesi serta karier guru dan dosen;
5. meningkatkan mutu pembelajaran;
6. meningkatkan mutu pendidikan nasional;
7. mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antardaerah dari segi
jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi;
8. mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antardaerah; dan
9. meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan visi dan misi tersebut, kedudukan guru sebagai tenaga profesional
berfungsi untuk meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, sedangkan
kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan
martabat dosen serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sejalan dengan fungsi tersebut, kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk meningkatkan penghargaan terhadap tugas guru dan dosen, kedudukan
guru dan dosen pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi perlu dikukuhkan dengan pemberian sertifikat pendidik.
Sertifikat tersebut merupakan pengakuan atas kedudukan guru dan dosen sebagai
tenaga profesional. Dalam melaksanakan tugasnya, guru dan dosen harus
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sehingga memiliki
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Selain itu, perlu juga diperhatikan upaya-upaya memaksimalkan fungsi dan peran
strategis guru dan dosen yang meliputi penegakan hak dan kewajiban guru dan
dosen sebagai tenaga profesional, pembinaan dan pengembangan profesi guru dan
dosen; perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja.
Berdasarkan visi, misi, dan pertimbangan-pertimbangan di atas diperlukan strategi
yang meliputi:
1. penyelenggaraan sertifikasi pendidik berdasarkan kualifikasi akademik dan
kompetensi profesional;
2. pemenuhan hak dan kewajiban guru dan dosen sebagai tenaga profesional yang
sesuai dengan prinsip profesionalitas;
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik
dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang
cacat.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik.
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik.
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
huruf a
Yang dimaksud dengan penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum adalah
pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup guru dan keluarganya
secara wajar, baik sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan
jaminan hari tua.
huruf b
Cukup jelas.
huruf c
Cukup jelas
huruf d
Cukup jelas.
huruf e
Cukup jelas.
huruf f
Cukup jelas.
huruf g
Cukup jelas.
huruf h
Cukup jelas.
huruf i
Cukup jelas.
huruf j
Cukup jelas.
huruf k
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan gaji pokok adalah satuan penghasilan yang ditetapkan
berdasarkan pangkat, golongan, dan masa kerja.
Yang dimaksud dengan tunjangan yang melekat pada gaji adalah tambahan
penghasilan sebagai komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan jumlah
tanggungan keluarga.
Yang dimaksud dengan tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada
guru yang memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas profesionalitasnya.
Yang dimaksud dengan tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada
guru sebagai kompensasi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan
tugas di daerah khusus.
Yang dimaksud dengan maslahat tambahan adalah tambahan kesejahteraan yang
diperoleh dalam bentuk asuransi, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan
lain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Tunjangan profesi dapat diperhitungkan sebagai bagian dari anggaran pendidikan
selain gaji pendidik dan anggaran pendidikan kedinasan untuk memenuhi
ketentuan dalam Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Tunjangan fungsional dapat diperhitungkan sebagai bagian dari anggaran
pendidikan selain gaji pendidik dan anggaran pendidikan kedinasan untuk
memenuhi ketentuan dalam Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 18
Ayat (1)
Tunjangan khusus dapat diperhitungkan sebagai bagian dari anggaran pendidikan
selain gaji pendidik dan anggaran pendidikan kedinasan untuk memenuhi
ketentuan dalam Pasal 49 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra-
putri guru adalah berupa kesempatan dan keringanan biaya pendidikan bagi putra-
putri guru yang telah memenuhi syarat-syarat akademik untuk menempuh
pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik
dan mental yang memungkinkan dosen dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang
cacat.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dosen tetap adalah dosen yang bekerja penuh waktu yang
berstatus sebagai tenaga pendidik tetap pada satuan pendidikan tinggi tertentu.
Yang dimaksud dengan dosen tidak tetap adalah dosen yang bekerja paruh waktu
yang berstatus sebagai tenaga pendidik tidak tetap pada satuan pendidikan tinggi
tertentu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan secara langsung adalah tanpa berjenjang.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
huruf a
Yang dimaksud dengan penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum adalah
pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dosen dan keluarganya
secara wajar, baik sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan
jaminan hari tua.
huruf b
Cukup jelas.
huruf c
Cukup jelas.
huruf d
Cukup jelas.
huruf e
Cukup jelas.
huruf f
Cukup jelas.
huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan gaji pokok adalah satuan penghasilan yang ditetapkan
berdasarkan pangkat, golongan, dan masa kerja.
Yang dimaksud dengan tunjangan yang melekat pada gaji adalah tambahan
penghasilan sebagai komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan jumlah
tanggungan keluarga.
Yang dimaksud dengan tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada
dosen yang memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas
profesionalitasnya.
Yang dimaksud dengan tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada
dosen sebagai kompensasi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan
tugas di daerah khusus.
Yang dimaksud dengan maslahat tambahan adalah tambahan kesejahteraan yang
diperoleh dalam bentuk asuransi, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan
lain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Lihat penjelasan Pasal 18 ayat (3)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan bidang ilmu yang langka adalah ilmu yang sangat khas,
memiliki tingkat kesulitan tinggi, dan/atau mempunyai nilai-nilai strategis serta
tidak banyak diminati.
Yang dimaksud dengan dana dan fasilitas khusus adalah alokasi anggaran dan
kemudahan yang diperuntukkan dosen yang mendalami ilmu langka tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
3. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
4. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
5. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
6. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan.
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
STANDAR ISI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka dasar dan
struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan
kalender pendidikan/akademik.
Bagian Kedua
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Pasal 6
(1) Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika;
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
(2) Kurikulum untuk jenis pendidikan keagamaan formal terdiri atas kelompok
mata pelajaran yang ditentukan berdasarkan tujuan pendidikan keagamaan.
(3) Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan
kecakapan hidup dan keterampilan.
(4) Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga
pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran mempengaruhi
pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik.
(5) Semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah.
Pasal 7
Pasal 8
(1) Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
(3) Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 9
(1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan untuk setiap program studi.
(2) Kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan
Bahasa Inggris.
(3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kurikulum tingkat
satuan pendidikan tinggi program Sarjana dan Diploma wajib memuat mata
kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta mata kuliah Statistika,
dan/atau Matematika.
(4) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman muatan kurikulum
pendidikan tinggi diatur oleh perguruan tinggi masing-masing.
Bagian Ketiga
Beban Belajar
Pasal 10
Pasal 11
(1) Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat
dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS).
(2) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat pada jalur pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan
dalam satuan kredit semester.
(3) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam
satuan kredit semester.
(4) Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang
menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan
usul dari BSNP.
Pasal 12
(1) Beban belajar pada pendidikan kesetaraan disampaikan dalam bentuk tatap
muka, praktek keterampilan, dan kegiatan mandiri yang terstruktur sesuai
dengan kebutuhan.
(2) Beban belajar efektif per tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
Pasal 13
Pasal 14
(1) Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan
kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal.
(2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.
(3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
Pasal 15
(1) Beban SKS minimal dan maksimal program pendidikan pada pendidikan tinggi
dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(2) Beban SKS efektif program pendidikan pada pendidikan tinggi diatur oleh
masing-masing perguruan tinggi.
Bagian Keempat
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pasal 16
Pasal 17
pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK.
(3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A,
B, dan C ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai dengan
peraturan pemerintah ini dan standar kompetensi lulusan.
(4) Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di
perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan.
Bagian Kelima
Kalender Pendidikan/Akademik
Pasal 18
BAB IV
STANDAR PROSES
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 27
(1) Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan
nonformal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
(2) Standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi.
BAB VI
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Pendidik
Pasal 28
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
b. Kompetensi kepribadian;
c. Kompetensi profesional; dan
d. Kompetensi sosial.
(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan
dan kesetaraan.
(2) Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan guru
mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan
pendidikan sesuai dengan keperluan.
(3) Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan
kesehatan.
(4) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau
bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya
ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(5) Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru
mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya ditetapkan
oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(6) Pendidik pada SDLB, SMPLB, dan SMALB terdiri atas guru mata pelajaran
dan pembimbing yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan
pendidikan sesuai dengan keperluan.
(7) Pendidik pada satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C terdiri atas
tutor penanggungjawab kelas, tutor penanggungjawab mata pelajaran, dan
nara sumber teknis yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan
pendidikan sesuai dengan keperluan.
(8) Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas
pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur, dan penguji.
Pasal 31
Pasal 33
Pasal 34
Bagian Kedua
Tenaga Kependidikan
Pasal 35
Pasal 36
(2) Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 37
Pasal 38
(5) Kriteria kepala satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 39
BAB VII
STANDAR SARANA DAN PRASARANA
Pasal 42
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Pasal 43
Pasal 44
(1) Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) untuk bangunan satuan
pendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan
pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang
secara ekologis nyaman dan sehat.
(2) Standar lahan satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio luas lahan per peserta
didik.
(3) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan letak lahan satuan
pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan sejenis dan sejenjang, serta
letak lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan yang
menjadi pengumpan masukan peserta didik.
(4) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan jarak tempuh
maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik untuk menjangkau satuan
pendidikan tersebut.
(5) Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan keamanan,
kenyamanan, dan kesehatan lingkungan.
Pasal 45
(1) Standar rasio luas ruang kelas per peserta didik dirumuskan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(2) Standar rasio luas bangunan per peserta didik dirumuskan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(3) Standar kualitas bangunan minimal pada satuan pendidikan dasar dan
menengah adalah kelas B.
(4) Standar kualitas bangunan minimal pada satuan pendidikan tinggi adalah kelas
A.
(5) Pada daerah rawan gempa bumi atau tanahnya labil, bangunan satuan
pendidikan harus memenuhi ketentuan standar bangunan tahan gempa.
(6) Standar kualitas bangunan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), (4), dan (5) mengacu pada ketetapan menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Pasal 46
(1) Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik, pendidik, dan/atau tenaga
kependidikan yang memerlukan layanan khusus wajib menyediakan akses ke
sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
(2) Kriteria penyediaan akses sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 47
(1) Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 sampai dengan Pasal 46 menjadi tanggung jawab satuan pendidikan
yang bersangkutan.
(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala
dan berkesinambungan dengan memperhatikan masa pakai.
(3) Pengaturan tentang masa pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 48
Standar sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai 47
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
BAB VIII
STANDAR PENGELOLAAN
Bagian Kesatu
Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan
Pasal 49
(1) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas
Pasal 50
(1) Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan sebagai
penanggung jawab pengelolaan pendidikan.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan SMP/MTs/
SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dibantu minimal oleh satu orang
wakil kepala satuan pendidikan.
(3) Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain
yang sederajat kepala satuan pendidikan dalam melaksanakan tugasnya
dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing
secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana, serta
kesiswaan.
Pasal 51
Pasal 52
(1) Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang mengatur tentang:
a. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus;
b. Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori
aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan, dan mingguan;
c. Struktur organisasi satuan pendidikan;
d. Pembagian tugas di antara pendidik;
e. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
f. Peraturan akademik;
g. Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik,
tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana;
(1) Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun.
(2) Rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran,
ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur;
b. jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun
ajaran berikutnya;
c. mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester gasal,
semester genap, dan semester pendek bila ada;
d. penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan
lainnya;
e. buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran;
f. jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran;
g. pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai;
h. program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang
meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara
program;
i. jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan
orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite
sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah;
j. jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi;
k. rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa
kerja satu tahun;
l. jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan
untuk satu tahun terakhir.
(3) Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, rencana kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disetujui rapat dewan pendidik setelah
memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah.
(4) Untuk jenjang pendidikan tinggi, rencana kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) harus disetujui oleh lembaga berwenang sebagaimana diatur
oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala
satuan pendidikan.
Pasal 58
Bagian Kedua
Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah
Pasal 59
Bagian Ketiga
Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah
Pasal 60
Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan
memprioritaskan program:
a. wajib belajar;
b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah
dan tinggi;
c. penuntasan pemberantasan buta aksara;
d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah maupun masyarakat;
e. peningkatan status guru sebagai profesi;
f. peningkatan mutu dosen;
g. standarisasi pendidikan;
h. akreditasi pendidikan;
i. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan
global;
j. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan; dan
k. Penjaminan mutu pendidikan nasional.
Pasal 61
(1) Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional.
(2) Menteri menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional.
BAB IX
STANDAR PEMBIAYAAN
Pasal 62
(1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
(2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap.
(3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
(4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji,
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
(5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP.
BAB X
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 63
(1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
(2) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; dan
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.
(3) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Pasal 64
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat 1 butir a dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk:
a. menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
b. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
c. memperbaiki proses pembelajaran.
(3) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan
melalui:
a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik; serta
b. ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
(4) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai
(5) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
(6) Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan dilakukan melalui:
a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan
b. ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.
(7) Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah BSNP menerbitkan panduan
penilaian untuk:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika; dan
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Bagian Ketiga
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
Pasal 65
(1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63 ayat (1) butir b bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi
lulusan untuk semua mata pelajaran.
(2) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata
pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan.
(3) Penilaian akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan hasil
penilaian peserta didik oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64.
(4) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata
pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui
ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan.
Bagian Keempat
Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Pasal 66
(1) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir c
bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
(2) Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel.
(3) Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-
banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.
Pasal 67
(1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional yang
diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan
dasar dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan.
(2) Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja sama dengan instansi
terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/ Kota, dan satuan pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 68
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan;
d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pasal 69
(1) Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan
pendidikan jalur nonformal kesetaraan berhak mengikuti ujian nasional dan
berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan.
(2) Setiap peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti satu
kali ujian nasional tanpa dipungut biaya.
(3) Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional setelah
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP.
(4) Peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian nasional yang
diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional.
Pasal 70
(1) Pada jenjang SD/MI/SDLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional
mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
(2) Pada program paket A, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan.
(3) Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian
Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
(4) Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan Kewarganegaraan.
(5) Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional
mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan
mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan.
(6) Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri
khas program pendidikan.
(7) Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional
mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata
pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan.
Pasal 71
Kriteria kelulusan ujian nasional dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Kelulusan
Pasal 72
(1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
BAB XI
BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
(BSNP)
Pasal 73
(1) Keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11 (sebelas) orang dan
paling banyak 15 (lima belas) orang.
(2) Anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi pendidikan,
kurikulum, dan manajemen pendidikan yang memiliki wawasan, pengalaman,
dan komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan.
(3) Keanggotaan BSNP diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa
bakti 4 (empat) tahun.
Pasal 75
(1) BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih oleh
dan dari anggota atas dasar suara terbanyak.
(2) Untuk membantu kelancaran tugasnya BSNP didukung oleh sebuah
sekretariat yang secara ex-officio diketuai oleh pejabat Departemen yang
ditunjuk oleh Menteri.
(3) BSNP menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai kebutuhan.
Pasal 76
(2) Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua
satuan pendidikan secara nasional setelah ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BSNP
berwenang:
a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah
dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Pasal 77
BAB XII
EVALUASI
Pasal 78
Pasal 79
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir a dilakukan oleh satuan
pendidikan pada setiap akhir semester.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:
a. tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan;
b. pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan
ekstrakurikuler;
c. hasil belajar peserta didik;dan
d. realisasi anggaran;
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Pasal 80
Pasal 84
(1) Evaluasi dapat dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk
masyarakat.
(2) Evaluasi sebagai dimaksud pada ayat (1) secara berkala, menyeluruh,
transparan, dan sistemik.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menentukan
pencapaian standar nasional pendidikan oleh peserta didik, program,
dan/atau satuan pendidikan.
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilakukan secara
mandiri, independen, obyektif, dan profesional.
(5) Metode dan hasil evaluasi yang dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada publik dan
dilaporkan ke BSNP.
Pasal 85
(1) Untuk mengukur dan menilai pencapaian standar nasional pendidikan oleh
peserta didik, program dan/atau satuan pendidikan, masyarakat dapat
membentuk lembaga evaluasi mandiri.
(2) Kelompok masyarakat yang dapat membentuk lembaga mandiri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah kelompok masyarakat yang memiliki
kompetensi untuk melakukan evaluasi secara profesional, independen dan
mandiri.
(3) Pembentukan lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan kepada Menteri.
BAB XIII
AKREDITASI
Pasal 86
(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan
untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan.
(2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula
dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah
untuk melakukan akreditasi.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk
akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 87
(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1)
dilaksanakan oleh:
a. BAN-S/M terhadap program dan/atau satuan pendidikan penddikan jalur
formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah;
b. BAN-PT terhadap program dan/atau satuan pendidikan jenjang
pendidikan tinggi; dan
c. BAN-PNF terhadap progam dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal.
(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-
S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.
(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.
(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur labih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 88
(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat
melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri.
(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga
mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:
a. berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba.
b. memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB XIV
SERTIFIKASI
Pasal 89
(1) Pencapaian kompetensi akhir peserta didik dinyatakan dalam dokumen ijazah
dan/atau sertifikat kompetensi.
(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan
pendidikan dasar dan menengah serta satuan pendidikan tinggi, sebagai tanda
bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari satuan pendidikan.
(3) Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, Ijazah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sekurang-kurangnya berisi:
a. Identitas peserta didik;
b. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari
penilaian akhir satuan pendidikan beserta daftar nilai mata pelajaran yang
ditempuhnya;
BAB XV
PENJAMINAN MUTU
Pasal 91
(1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan.
(2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.
(3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan
mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.
Pasal 92
(1) Menteri mensupervisi dan membantu satuan perguruan tinggi melakukan
penjaminan mutu.
(2) Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama mensupervisi
dan membantu satuan pendidikan keagamaan melakukan penjaminan mutu.
(3) Pemerintah Provinsi mensupervisi dan membantu satuan pendidikan yang
berada di bawah kewenangannya untuk meyelenggarakan atau mengatur
penyelenggaraannya dalam melakukan penjaminan mutu.
(4) Pemerintah Kabupaten/Kota mensupervisi dan membantu satuan pendidikan
yang berada di bawah kewenangannya untuk meyelenggarakan atau mengatur
penyelenggaraannya dalam melakukan penjaminan mutu.
(5) BAN-S/M, BAN-PNF, dan BAN-PT memberikan rekomendasi penjaminan
mutu pendidikan kepada program dan/atau satuan pendidikan yang
diakreditasi, dan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(6) LPMP mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dalam melakukan upaya penjaminan mutu
pendidikan.
(7) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (6), LPMP
bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Perguruan tinggi.
(8) Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu satuan pendidikan
pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan.
Pasal 93
(1) Penyelenggaraan satuan pendidikan yang tidak mengacu kepada Standar
Nasional Pendidikan ini dapat memperoleh pengakuan dari Pemerintah atas
dasar rekomendasi dari BSNP.
(2) Rekomendasi dari BSNP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan
pada penilaian khusus.
(3) Pengakuan dari Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 94
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini:
a. Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS), Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT), Panitia Nasional Penilaian Buku Pelajaran
(PNPBP) masih tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai dibentuknya
badan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
b. Satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.
c. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 berlaku
efektif sepenuhnya 15 (lima belas) tahun sejak ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini.
Pasal 95
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 96
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2005
TENTANG
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
I. UMUM
Pada hakIkatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai
fungsi: (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan, dan (3) pengembangan
potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama
bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan
memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal.
Sementara itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan
dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi,
misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan
pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan
dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global.
Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan
nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2)
meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional,
regional, dan internasional; (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4) membantu dan memfasilitasi
pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat
dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapan
masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan
kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas
lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global;
dan (7) mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional tersebut di atas, reformasi
pendidikan meliputi hal-hal berikut:
Pertama; penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,
di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan
dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas
peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Pelaksanaan pendidikan secara holistik dimaksudkan bahwa proses pembelajaran
antar kelompok mata pelajaran bersifat terpadu dalam mencapai standar
kompetensi yang ditetapkan.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Ilmu pengetahuan alam sekurang-kurangnya terdiri atas fisika, kimia, dan biologi.
Ilmu pengetahuan sosial sekurang-kurangnya terdiri atas ketatanegaraan,
ekonomika, sosiologi, antropologi, sejarah, dan geografi.
Ayat (6)
Ilmu pengetahuan alam dipilih dari muatan dan/atau kegiatan fisika, kimia, atau
biologi yang disesuaikan dengan program kejuruan masing-masing.
Ilmu pengetahuan sosial dipilih dari muatan dan/atau kegiatan ketatanegaraan,
ekonomika, sejarah, sosiologi, antropologi, atau geografi yang disesuaikan dengan
program kejuruan masing-masing.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Pasal 8
Cukup Jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Dalam mengembangkan kerangka dasar dan struktur kurikulum, perguruan tinggi
melibatkan asosiasi profesi, instansi pemerintah terkait, dan kelompok ahli yang
relevan, misalnya, di bidang kedokteran melibatkan departemen yang menangani
urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan Konsil Kedokteran Indonesia.
Ayat (2)
Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa hanya diajarkan pada
program sarjana dan diploma.
Ayat (3)
Mata kuliah statistika dan matematika dimaksudkan untuk memberikan dasar-
dasar pemahaman dan penerapan metode kuantitatif yang pelaksanakannya
disesuaikan dengan kebutuhan program studi yang bersangkutan.
Untuk program studi tertentu mata kuliah matematika dapat diganti dengan mata
kuliah logika.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 10
Cukup Jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memfasilitasi satuan pendidikan yang
berupaya menerapkan sistem satuan kredit semester karena sistem ini lebih
mengakomodasikan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Dengan
diberlakukannya sistem ini maka satuan pendidikan tidak perlu mengadakan
program pengayaan karena sudah tercakup (built in) dalam sistem ini.
Ayat (2) dan Ayat (3)
Dengan diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, maka Pemerintah memiliki
kepentingan untuk memetakan sekolah/ madrasah menjadi sekolah/madrasah
yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan
sekolah/madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Terkait
dengan hal tersebut, Pemerintah mengkategorikan sekolah/ madrasah yang telah
memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori
mandiri, dan sekolah/ madrasah yang belum memenuhi Standar Nasional
Pendidikan ke dalam kategori standar. Berbagai upaya ditempuh agar alokasi
sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu
sekolah/madrasah yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan
diri menuju kategori mandiri. Terhadap sekolah/madrasah yang telah masuk
dalam kategori mandiri, Pemerintah mendorongnya untuk secara bertahap
mencapai taraf internasional. Terkait dengan penuntasan wajib belajar, Pemerintah
tetap berkomitmen untuk mendukung penyelenggaraan wajib belajar sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Sisdiknas terlepas dari apakah
sekolah/madrasah termasuk dalam kategori mandiri atau standar.
Pemerintah mendorong dan memfasilitasi diberlakukannya sistem satuan kredit
semester (SKS) karena kelebihan sistem ini sebagaimana dijelaskan dalam
penjelasan ayat (1).
Terkait dengan itu, SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, dan
SMA/MA/SMLB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dapat
menerapkan sistem SKS. Khusus untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK, atau
bentuk lain yang sederajat yang berkategori mandiri harus menerapkan sistem SKS
jika menghendaki tetap berada pada kategori mandiri.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Untuk pendidikan tinggi kalender pendidikan disebut kalender akademik
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 19
Cukup Jelas.
Pasal 20
Cukup Jelas.
Pasal 21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan/atau
afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
Ayat (2)
Ketentuan pada ayat ini tidak menutup kemungkinan penggunaan teknik penilaian
yang lain sesuai dengan karakteristik hasil pembelajaran dan kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik
Ayat (3)
Observasi dimaksudkan untuk mengukur perubahan sikap dan perilaku peserta
didik sebagai indikasi dari keberhasilan pembelajaran dalam aspek afektif dan
psikomotorik.
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Cukup Jelas.
Pasal 25
Cukup Jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Standar kompetensi lulusan pendidikan tinggi dikembangkan oleh masing-masing
perguruan tinggi sesuai dengan karakteristik program studi akademik, vokasi, dan
profesi.
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pendidik pada ketentuan ini adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru, dosen, konselor, pamong,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada
ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Butir a:
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Butir b:
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
Butir c:
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Butir d:
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 29
Standar kualifikasi pendidik sebagaimana diatur dalam pasal ini diterapkan secara
bertahap. BSNP menetapkan pentahapannya untuk masing-masing jenjang
butir h:
Cukup Jelas.
butir i:
Cukup Jelas.
butir j:
Cukup Jelas.
butir k:
RAPBS harus bersifat komprehensif yang meliputi sumber dan alokasi
penggunaan biaya untuk satu tahun yang secara akuntabel dan transparan
diketahui oleh orang tua/wali peserta didik.
butir l:
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 54
Cukup Jelas.
Pasal 55
Cukup Jelas.
Pasal 56
Cukup Jelas.
Pasal 57
Yang dimaksud dengan supervisi manajerial meliputi aspek pengelolaan dan
administrasi satuan pendidikan. Yang dimaksud dengan supervisi akademik
meliputi aspek-aspek pelaksanaan proses pembelajaran.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pihak terkait antara lain perangkat daerah atau instansi
yang menangani urusan pendidikan di kabupaten/kota.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Ayat (7)
Cukup Jelas.
Ayat (8)
Cukup Jelas.
Pasal 59
Cukup Jelas.
Pasal 60
Cukup Jelas.
Pasal 61
Cukup Jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Yang termasuk biaya personal peserta didik antara lain pakaian, transpor, buku
pribadi, konsumsi, akomodasi, dan biaya pribadi lainnya.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 63
Cukup Jelas.
Pasal 64
Cukup Jelas.
Pasal 65
Cukup Jelas.
Pasal 66
Ayat (1)
Ujian nasional mengukur kompetensi peserta didik dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan oleh peserta didik, satuan pendidikan, dan/atau
program pendidikan.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Hasil ujian nasional dapat dibandingkan baik antar satuan pendidikan, antara
daerah, maupun antar waktu untuk pemetaan mutu pendidikan secara nasional.
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
BSNP melakukan evaluasi penyelenggaraan ujian nasional dan dapat mengusulkan
hal-hal yang perlu diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 68
Butir a
Cukup Jelas.
Butir b
Hasil ujian nasional dijadikan sebagai salah satu dasar seleksi untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Satuan pendidikan dapat melakukan seleksi dengan
menggunakan instrumen seleksi yang materinya tidak diujikan dalam Ujian
Nasional, misalnya tes bakat skolastik, tes intelegensi, tes minat, tes bakat, tes
kesehatan, atau tes lainnya sesuai dengan Kriteria pada satuan pendidikan tersebut.
Butir c
Cukup Jelas.
Butir d
Cukup Jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Surat keterangan hasil ujian nasional sekurang-kurangnya berisi:
a. Identitas peserta didik;
b. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah menempuh Ujian
Nasional;
c. Tanggal dan satuan pendidikan di mana Ujian Nasional telah ditempuh oleh
peserta didik;
d. Nilai Ujian Nasional untuk setiap mata pelajaran yang diujikan; dan
e. Status kelulusan Ujian Nasional, untuk jenjang SMP/SMPLB/MTs atau bentuk
lain yang sederajat, SMA/SMALB/MA atau bentuk lain yang sederajat, dan
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat.
Pasal 70
Cukup Jelas.
Pasal 71
Cukup Jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam mengembangkan kriteria kelulusan, BSNP mempertimbangkan keragaman
mutu pendidikan secara nasional dan/atau tolok ukur (benchmark) yang bersifat
regional maupun internasional.
Kriteria kelulusan peserta didik yang dikembangkan oleh BSNP tidak
menghambat penuntasan program wajib belajar.
Pasal 73
Cukup Jelas.
Pasal 74
Cukup Jelas.
Pasal 75
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Menteri menunjuk pejabat yang bertanggung jawab sebagai ketua sekretariat
BSNP yang melaksanakan pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, serta
administrasi dan keuangan untuk dapat mendukung pelaksanaan tugas BSNP
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (3)
Penunjukan tim ahli didasarkan atas keahlian yang relevan dengan bidang yang
dikembangkan yang berasal dari asosiasi profesi, tenaga ahli yang
direkomendasikan oleh instansi pemerintah terkait dan lainnya. Misalnya,
pengembangan kompetensi lulusan SMK di bidang pelayaran melibatkan
departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang perhubungan;
pengembangan kompetensi lulusan SMK di bidang pariwisata melibatkan ahli dari
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan asosiasi jasa travel;
pengembangan kompetensi lulusan SMK di bidang kesehatan melibatkan unsur
profesi bidang kesehatan dan departemen yang menangani urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
Pasal 76
Cukup Jelas.
Pasal 77
Cukup Jelas.
Pasal 78
Cukup Jelas.
Pasal 79
Cukup Jelas.
Pasal 80
Cukup Jelas.
Pasal 81
Cukup Jelas.
Pasal 82
Cukup Jelas.
Pasal 83
Cukup Jelas.
Pasal 84
Cukup Jelas.
Pasal 85
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Contoh dari kelompok masyarakat yang memiliki kompetensi tersebut adalah
organisasi profesi berbadan hukum yang diakui oleh Pemerintah.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 86
Cukup Jelas.
Pasal 87
Cukup Jelas.
Pasal 88
Cukup Jelas.
Pasal 89
Cukup Jelas.
Pasal 90
Cukup Jelas.
Pasal 91
Ayat (1)
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong dan membantu satuan
pendidikan formal dalam melakukan penjaminan mutu (quality assurance) agar
memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam kategori mandiri.
Bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada satuan pendidikan dalam
penjaminan mutu lebih diprioritaskan pada satuan pendidikan formal dan
nonformal yang menyelenggarakan program wajib belajar dan satuan pendidikan
formal yang masih berada pada kategori standar.
Dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah pendidikan yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
memberikan perhatian khusus pada penjaminan mutu satuan pendidikan tertentu
yang berbasis keunggulan lokal.
Dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah pendidikan yang
berdaya saing pada tingkat global, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
memberikan perhatian khusus pada satuan pendidikan tertentu yang berkategori
mandiri dan berorientasi untuk bertaraf internasional.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 92
Cukup Jelas.
Pasal 93
Cukup Jelas.
Pasal 94
Butir a:
Cukup Jelas.
Butir b:
Cukup Jelas
Butir c:
Sebelum standar kualifikasi akademik berlaku efektif, BSNP mengembangkan
standar antara yang secara bertahap menuju pencapaian standar kualifikasi
pendidik sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 Peraturan Pemerintah ini.
Butir d:
Cukup Jelas.
Butir e:
Cukup Jelas.
Pasal 95
Cukup Jelas.
Pasal 96
Cukup Jelas.
Pasal 97
Cukup Jelas.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
JENIS BANTUAN
Pasal 4
Bantuan diberikan dalam bentuk uang satu kali dalam satu tahun anggaran.
BAB IV
PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH BANTUAN
Pasal 5
(1) Persyaratan umum satuan pendidikan formal yang dapat memperoleh bantuan
adalah sebagai berikut:
a. memiliki izin pendirian dari pejabat yang berwenang;
b. memiliki domisili yang jelas;
c. memiliki sekurang-kurangnya 90% peserta didik yang berkewarganegaraan
Indonesia;
d. telah meluluskan siswa/mahasiswa;
e. jumlah penerimaan pendapatan sekolah/perguruan tinggi lebih kecil dari
biaya operasional sekolah/perguruan tinggi;
f. paa tahun yang sama tidak menerima bantuan dari instansi lain; dan
g. sanggung mempertanggungjawabkan bantuan sesuai ketentu-an yang
berlaku.
(2) Persyaratan khusus satuan pendidikan formal yang dapat memperoleh
bantuan adalah sebagai berikut:
a. untuk sekolah mempunyai akreditasi paling tinggi C atau yang belum
diakreditasi paling tinggi status diakui;
b. untuk perguruan tinggi mempunyai akreditasi paling tinggi C;
c. tidak sedang direkomendasikan untuk digabung atau ditutup;
d. mempunyai anggaran dasar/statuta dan anggaran rumah tangga;
e. mempunyai program kerja;
f. mempunyai struktur organisasi dan susunan pengurus;
g. mempunyai sumber biaya dan rencana anggaran belanja.
Pasal 6
Persyaratan satuan pendidikan nonformal yang dapat memperoleh bantuan adalah
sebagai berikut:
a. mempunyai izin pendirian dari pejabat yang berwenang khusus untuk lembaga
pelatihan dan lembaga kursus;
Pasal 7
BAB V
MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
BAB VI
PROSES PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 11
(1) Kepala Biro Keuangan membuat surat permintaan pembayaran (SPP),
kemudaian menerbitkan surat perintah membayar (SPM) kepada kepala satuan
pendidikan formal/pemimpin lembaga kemasyarakatan yang telah melengkapi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 untuk disampaikan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
(2) Kepala KPPN menerbitkan surat perintah pencairan dana (SP2D) terhadap
SPM yang telah disetujui dan mentransfer dana ke rekening bank satuan
pendidikan formal/satuan pendidikan nonformal/organisasi kemasyarakatan
penerima bantuan melalui bank persepsi KPPN.
(3) Setelah uang bantuan masuk ke rekening satuan pendidikan formal/satuan
pendidikan nonformal/lembaga kemasyarakatan, dana tersebut digunakan
untuk membiayai kegiatan sesuai proposal yang dibuat.
(4) Satuan pendidikan formal/satuan pendidikan nonformal/organisasi
kemasyarakatan penerima bantuan, dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah bantuan diterima, wajib melaporkan surat pertanggungjawaban (SPJ)
penggunaan dana bantuan sesuai proposal dengan melengkapi bukti-bukti asli
pengeluaran dan laporan kegiatan.
(5) Satuan pendidikan formal/satuan pendidikan nonformal/organisasi
kemasyarakatan tidak dapat dipertimbangkan lagi untuk mendapatkan bantuan
pada tahun yang akan datang apabila dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan tidak
dapat mempertanggungjawabkan dana bantuan.
BAB III
KEWAJIBAN PENERIMA BANTUAN
Pasal 12
Penerima bantuan wajib:
a. menggunakan bantuan sesuai dengan rencana penggunaan yang tercantum
dalam proposal;
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANTUAN
Pasal 13
BAB IX
PERUBAHAN DAN PENGHENTIAN BANTUAN
Pasal 14
Menteri Pendidikan Nasional dapat melakukan perubahan atau pemberhentian
bantuan kepada satuan pendidikan formal, satuan pendidikan nonformal atau
lembaga kemasyarakatan yang diketahui telah ditutup, dibubarkan, atau tidak sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Menteri ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:
a. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0320/U/1983 tentang
Pelaksanaan Peberian Bantuan kepada Perguruan Tinggi Swasta;
b. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 059/U/1993 tentang
Pedoman Pemberian Bantuan Kepada Sekolah Swasta; dan
c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 177/U/2001 tentang
Pemberian Bantuan Kepada Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah,
Pemuda, dan Olahraga;
Pasal 16
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 6 November 2006
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
ttd
Bambang Sudibyo
Muslikh, SH
NIP 131479478
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 17 April 2007
Muslikh, SH
NIP 131479478
A. KUALIFIKASI
B. KOMPETENSI
NO DIMENSI KOMPETENSI
KOMPETENSI
1 Kepribadian 1.1 Berakhlak mulia, mengembangkan budaya
dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan
akhlak mulia bagi komunitas di
sekolah/madrasah.
1.2. Memiliki integritas kepribadian sebagai
pemimpin.
1.3. Memiliki keinginan yang kuat dalam
pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah.
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi.
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi
masalah pekerjaan sebagai kepala
sekolah/madrasah.
keputusan.
2.15Memanfaatkan kemajuan tekonologi
informasi bagi peningkatan pembe-lajaran dan
manajemen sekolah/madrasah.
2.16Melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah dengan prosedur yang
tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
Kewirausahaan 3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasah.
3.2 Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif.
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin
sekolah/madrasah.
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi
terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah.
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar
peserta didik.
4 Supervisi 4.1 Merencanakan program supervisi akademik
dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap
guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
4.3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik
terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
5 Sosial 5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk
kepentingan sekolah/madrasah.
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan.
5.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain.
Muslikh, SH
NIP 131479478
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal; 23 Mei 2007
TTD
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Bagian Penyusunan Rancangan
Peraturan Perundang-undangan dan
Bantuan Hukum I,
Muslikh, SH
NIP 131479478
LAMPIRAN
A. PERENCANAAN PROGRAM
1. Visi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/madrasah merumuskan dan menetapkan visi serta
mengembangkannya.
b. Visi sekolah/madrasah:
1) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
2) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
3) dirumuskankan berdasar masukan dari berbagai warga
sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras
dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional.
4) Diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak
yang berkepentingan;
6) Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan masyarakat.
2. Misi Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/madrasah merumuskan dan menetapkan misi serta
mengembangkannya.
b. Misi sekolah/madrasah:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional;
2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang
diharapkan oleh sekolah/ madrasah;
5) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan
program sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan
satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat;
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang
berkepentingan termasuk komite sekolah/ madrasah yang diputuskan
oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah;
5)
keuangan dan pembiayaan
6)
budaya dan lingkungan sekolah
7)
peran serta masyarakat dan kemitraan
8)
rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan
pengembangan mutu.
B. PELAKSANAAN RENCANA KERJA
1. Pedoman Sekolah/Madrasah
a. Sekolah/madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur
berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-
pihak ynag terkait.
b. Perumusan pedoman sekolah/madrasah
1) mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan sekolah/ madrasah
2) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
c. Pedoman pengelolaan sekolah/madrasah:
1) kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
2) kalender pendidikan/akademik
3) struktur organisasi sekolah/madrasah
4) pembagian tugas di antara guru
5) pembagian tugas di antara tenaga kependidikan
6) peraturan akademik
7) tata tertib sekolah/madrasah
8) kode etik sekolah/madrasah
9) biaya operasional sekolah/madrasah
d. pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan
operasional.
e. Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan, dan pembagian tugas
pendidik dan tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan,
sementara lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan.
2. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah
a. Struktur organisasi sekolah/madrasah berisi tentang sistem
penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan
transparan.
b. Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan
penyelenggaraan dan administrasi sekolah/madrasah.
c. Pedoman yang mengatur tentang struktur organisasi sekolah/madrasah:
1) memasukkan unsur staf administrasi dengan wewenang dan tanggung
jawab yang jelas untuk menyelenggarakan administrasi secara optimal
2) dievaluasi secara berkala untuk melihat efektivitas mekanisme kerja
pengelolaan sekolah/madrasah
3) diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dengan mempertimbangkan
pendapat dari komite sekolah/ madrasah.
3. Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah
a. Kegiatan sekolah/madrasah:
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
Menimbang:
Mengingat:
Memperhatikan:
Surat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor I.UM.01.02-253 tanggal 23
Maret 2007 tentang Fatwa Hukum;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
(2) Perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan wajib
melaporkan setiap perubahan berkenaan dengan mahasiswa peserta sertifikasi
kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
(3) Perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan wajib
melaporkan guru dalam jabatan yang sudah mendapat sertifikat pendidik
kepada Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK) untuk memperoleh Nomor Registrasi Guru.
Pasal 4
(1) Menteri Pendidikan Nasional menetapkan jumlah dan kuota peserta sertifikasi
bagi guru dalam jabatan setiap tahun.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
menentukan peserta sertifikasi berdasarkan kuota yang ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional.
(3) Penentuan peserta sertifikasi sebagaimana dimasud pada ayat (2) berpedoman
pada kriteria yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal PMPTK.
Pasal 5
Dalam melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan mengacu pada pedoman
sertifikasi guru dalam jabatan yang ditetapkan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pasal 6
(1) Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang telah
memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen
Pendidikan Nasional, dan melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya
24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas
tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui
Dana Alokasi Umum terhitung mulai bulan Januari pada tahun berikutnya
setelah memperoleh sertifikat pendidik.
(2) Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah yang telah memiliki
sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan
Nasional, dan melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua
puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi
pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui APBN terhitung
mulai bulan Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat
pendidik.
(3) Guru Non Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh badan hukum
penyelenggara pendidikan yang telah memiliki sertifikat pendidik, nomor
registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional, dan melaksanakan
beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik setara dengan satu
kali gaji pokok guru Pegawai Negeri Sipil yang dibayarkan melalui Dana
Dekonsentrasi terhitung mulai bulan Januari pada tahun berikutnya setelah
memperoleh sertifikat pendidik.
(4) Guru yang melaksanakan beban kerja di luar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) memperoleh tunjangan profesi setelah
Guru yang terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi guru pada tahun 2006 dan
telah memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru dari Departemen
Pendidikan Nasional sebelum Oktober 2007 memperoleh tunjangan profesi
pendidik terhitung mulai 1 Oktober 2007.
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Mei 2007
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG
BUKU
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
buku dalam volume besar dengan cara membeli buku dari penerbit dan
menjualnya kembali kepada distributor eceran buku.
10. Distributor eceran buku yang selanjutnya disebut pengecer adalah
orangperseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang
memperdagangkan buku dengan cara membeli dari penerbit atau distributor
dan menjualnya kembali secara eceran kepada konsumen akhir.
BAB II
PENULISAN BUKU
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
PENILAIAN BUKU TEKS
Pasal 4
(1) Buku teks pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai
kelayakanpakainya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau peserta didik sebagai sumber
belajar di satuan pendidikan.
(2) Kelayakan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Buku teks muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai
kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh dinas pendidikan provinsi berdasarkan
standar nasional pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau
peserta didik sebagai sumber belajar di satuan pendidikan.
(4) Kelayakan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
Gubernur.
BAB IV
PEMILIHAN BUKU TEKS DI SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 5
Buku teks untuk setiap mata pelajaran yang digunakan pada satuan pendidikan
dasar dan menengah dipilih oleh rapat pendidik pada satuan pendidikan dari buku-
buku teks pelajaran yang telah ditetapkan kelayakan pakainya oleh Menteri.
(1) Dalam hal Menteri belum menetapkan kelayakan pakai buku teks mata
pelajaran tertentu pada satuan pendidikan dasar dan menengah, maka rapat
pendidik pada satuan pendidikan dapat memilih buku teks yang tersedia di
pasar buku dengan mempertimbangkan mutu buku teks dan kesesuaiannya
dengan standar nasional pendidikan.
(2) Buku teks untuk mata pelajaran muatan lokal yang digunakan pada satuan
pendidikan dasar dan menengah dipilih oleh rapat pendidik pada satuan
pendidikan dari buku teks yang ditetapkan kelayakan-pakainya oleh Gubernur.
(3) Dalam hal Gubernur belum menetapkan kelayakan pakai buku teks muatan
lokal, maka rapat pendidik pada satuan pendidikan dapat memilih buku teks
muatan lokal yang tersedia di pasar buku dengan mempertimbangkan mutu
buku teks muatan lokal dan kesesuaiannya dengan standar nasional pendidikan.
BAB V
PENGGUNAAN BUKU DI SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 6
(1) Buku teks digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
(2) Selain buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendidik dapat
menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi
dalam proses pembelajaran.
(3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat
menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku
referensi.
(4) Buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) yang
digunakan dalam satu satuan pendidikan berasal dari lebih dari dua penerbit.
Pasal 7
(1) Pendidik dapat menganjurkan kepada peserta didik yang mampu untuk
memiliki buku.
(2) Anjuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tidak memaksa atau tidak
mewajibkan.
(3) Untuk memiliki buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), peserta
didik atau orangtua/walinya membelinya langsung kepada pengecer.
(4) Satuan pendidikan wajib menyediakan buku teks di perpustakaan dan pendidik
menganjurkan kepada semua peserta didik untuk meminjam buku teks
pelajaran diperpustakaan satuan pendidikan atau memilikinya.
BAB VI
PENGGANDAAN, PENERBITAN, DAN DISTRIBUSI BUKU
Pasal 8
Pasal 9
(1) Pada kulit sisi luar buku yang diperdagangkan wajib dicantumkan harga eceran.
(2) Pada kulit sisi luar buku yang digandakan, dicetak, difotokopi, dialih-mediakan
dari sumber sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) dan kemudian
diperdagangkan kepada konsumen akhir, pengecer wajib mencantumkan label
harga eceran secara tercetak.
(3) Pada kulit sisi luar buku yang digandakan, dicetak, difotokopi, dialih-mediakan
dari sumber sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) dan kemudian
dibagikan secara cuma-cuma kepada konsumen akhir, label harga tidak wajib
dicantumkan.
BAB VII
MASA PAKAI BUKU TEKS PELAJARAN
Pasal 10
(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah menetapkan masa pakai buku teks
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sesingkat-singkatnya 5 tahun.
(2) Penggunaan buku teks sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan oleh
satuan pendidikan dasar dan menengah sebelum berakhirnya masa pakai
apabila:
a. Ada perubahan substantif dalam standar isi dan/atau standar kompetensi
lulusan;
b. Buku teks yang bersangkutan dinyatakan tidak layak-pakai oleh Menteri;
c. Buku teks yang bersangkutan dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung;
dan;
d. Buku teks yang bersangkutan tidak termasuk yang dinyatakan layak-pakai
oleh Menteri dan Menteri telah menetapkan kelayakan-pakai buku teks lain
dari mata pelajaran yang sama.
Pasal 11
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 12
berdasarkan masukan dari satuan pendidikan dan setelah mendapat izin dari
Menteri.
(5) Untuk mendorong keberadaan pengecer pada daerah tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Departemen, departemen yang menangani urusan
agama, dan/atau pemerintah daerah dapat memberikan insentif pendirian
pengecer berupa hibah modal kerja kepada orang-perseorangan, kelompok
orang, dan/atau badan hukum sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Pengawas fungsional, komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga
perwakilan pemangku kepentingan satuan pendidikan, dewan audit pada satuan
pendidikan berbadan hukum pendidikan, dan/atau masyarakat melaporkan
kepada pejabat yang berwenang apabila menemukan penyimpangan dalam
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(2) Pengawasan dalam bentuk pemeriksaan hanya dapat dilakukan oleh lembaga
yang memiliki kompetensi dan kewenangan memeriksa.
BAB X
SANKSI
Pasal 14
(1) Penerbit, distributor, dan/atau pengecer yang melanggar ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Menteri ini, dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangan;
(2) Penerbit, distributor, dan/atau pengecer yang melanggar ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Menteri ini, dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangan.
Pasal 15
Penulis yang bukunya diterbitkan oleh penerbit yang dikenai sanksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dapat mengalihkan hak ciptanya kepada penerbit
lain sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 16
Pasal 17
MEMUTUSKAN
BAB I
TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 1
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat,
minat, dan kreativitas;
b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai
lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan
bertentangan dengan tujuan pendidikan;
c. Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai
bakat dan minat;
d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia,
demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan
masyarakat madani (civil society).
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 5
(4) Pembinaan kesiswaan di propinsi menjadi tanggung jawab unit kerja yang
menangani pendidikan di propinsi.
(5) Pembinaan kesiswaan secara nasional menjadi tanggung jawab Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.
BAB V
PENDANAAN
Pasal 6
BAB VI
PENUTUP
Pasal 7
Pasal 8
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Juli 2008
TTD.
BAMBANG SUDIBDYO
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
TTD
Muslikh, S.H
NIP. 131479478
KEPUTUSAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 044/U/2002
TENTANG
DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
t.t.d.
A. Malik Fadjar
III. TUJUAN
V. ORGANISASI
VIII. PENUTUP
DEWAN PENDIDIKAN
SATUAN
INSTITUSI LAIN
PENDIDIKAN
KOMITE SEKOLAH
KETUA
WAKIL KETUA NARA SUMBER
BENDAHARA SEKRETARIS
ANGGOTA
KETUA
WAKIL KETUA NARA SUMBER
BENDAHARA SEKRETARIS
ANGGOTA
KEPUTUSAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 087/U/2002
TENTANG
AKREDITASI SEKOLAH
Menimbang:
a. bahwa dalam peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan akreditasi sekolah
untuk memperoleh gambaran kinerja sekolah dalam menyelenggarakan
pelayanan pendidikan;
b. bahwa sehubungan dengan huruf a, dipandang perlu menetapkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Tentang Akreditasi Sekolah.
Mengingat:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1989 ,Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3390);
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000 - 2004 (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 206);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Pra Sekolah
(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3411);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3412) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3763);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3413) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
56 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3764);
7. Peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa
(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3460);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
TENTANG AKREDITASI SEKOLAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 2
BAB II
TUJUAN
Pasal 3
BAB III
RUANG LINGKUP AKREDITASI SEKOLAH
Pasal 4
Sekolah yang diakreditasi meliputi taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD),
sekolah luar biasa (SLB), sekolah lanjutan tingkat pertama (SUP), sekolah
menengah umum (SMU) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 8
Menteri Pendidikan Nasional membentuk BAS nasional yang berkedudukan di
Jakarta.
BAB V
SUSUNAN ORGANISASI BADAN AKREDITASI SEKOLAH
Pasal 9
Pasal 10
(1) Anggota BAS nasional, BAS provinsi, dan BAS kabupaten/kota terdiri dari
unsur pemerintah dan/atau pemerintah daerah dan masyarakat.
(2) Masa jabatan keanggotaan BAS dalam satu periode selama 4 (empat) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk satu kali periode berikutnya.
BAB VI
TUGAS DAN FUNGSI BADAN AKREDITASI SEKOLAH
Pasal 11
(1) BAS nasional mempunyai tugas merumuskan kebijakan dan melaksanakan
sosialisi kebijakan tentang akreditasi sekolah.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAS nasionai
mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan dan penetapan perangkat akreditasi sekolah,
b. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan perangkat akreditasi sekolah,
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan akreditasi sekolah,
d. Pemberian rekomendasi tentang tindak lanjut akreditasi,
e. Pelaporan hasil akreditasi sekolah secara nasional,
f. Pelaksanaan ketatausahaan BAS nasional.
Pasal 12
(1) BAS provinsi mempunyai tugas melakukan sosialisasi dan koordinasi
pelaksanaan akreditasi SLB, SMU, dan SMK.
(2) Untuk melaksanakarn tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAS
provinsi mempunyai fungsi:
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
BAB VI
PENENTUAN PERINGKAT AKREDITASI SEKOLAH
Pasal 16
(1) Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah;
(2) Peringkat akreditasi sekolah terdin atas tiga klasifikasi sebagai berikut:
a. A (Amat baik)
b. B (Balk)
c. C (Cukup)
(3) Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C dinyatakan tidak
terakreditasi.
Pasal 17
(1) Peringkat akreditasi sekolah berlaku selama 4 (empat) tahun terhitung sejak
ditetapkan peringkat akreditasinya.
(2) Sekolah diwajibkan mengajukan permohonan akreditasi ulang, sebelum 6
(enam) bulan masa berlakunya peringkat akreditasi berakhir.
(3) Sekolah yang menghendaki untuk diakreditasi ulang dapat mengajukan
permohonan sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak
ditetapkannya peringkat akreditasi.
(4) Sekolah yang peringkat akreditasinya berakhir masa berlakunya dan telah
mengajukan akreditasi ulang tetapi belum dilakukan akreditasi oleh BAS
provinsi/ kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, maka sekolah yang
bersangkutan masih tetap menggunakan peringkat akreditasi terdahulu.
(5) Sekolah yang peringkat akreditasinya telah berakhir masa berlakunya dan
menolak untuk diakreditasinya ulang oleh BAS provinsi/ kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya, maka peringkat akreditasi sekolah yang
bersangkutan dinyatakan tidak berlaku.
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 18
Pasal 19
BAB VIII
PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT
Pasal 20
(1) BAS nasional melaporkan kegiatan akreditasi sekolah kepada Menteri
Pendidikan Nasionai.
(2) BAS provinsi melaporkan kegiatan akreditasi sekolah kepada gubernur dengan
tembusan kepada BAS nasional, dinas pendidikan provinsi, dan dinas
pendidikan kabupaten/kota.
Pasal 21
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Dengan berlakunya keputusan ini, status jenjang akreditasi aekolah swasta yang
telah ditetapkan masih tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pasal 24
t.t.d
A. MALIK FAJAR
LAMPIRAN 2
Agus Dharma *
Pengantar
Pada tingkat operasional, kepala sekolah adalah orang yang berada di garis
terdepan yang mengoordinasikan upaya memfasilitasi pembelajaran yang bermutu.
Kepala sekolah diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung gugat
mengoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan pada level sekolah
masing-masing. Kepala sekolah adalah jabatan yang istimewa karena
kepemimpinan pendidikannya akan sangat mewarnai citra sekolahnya dan yang
lebih penting lagi memengaruhi upaya sekolah membangun masa depan peserta
didik.
Dalam praktik, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki
kualifikasi dan kompetensi menduduki jabatan itu. Umumnya hampir tidak pernah
terjadi ada orang yang bukan guru diangkat menjadi kepala sekolah. Jadi, seorang
guru dapat berharap bahwa jika "beruntung" suatu saat kariernya akan berujung
pada jabatan kepala sekolah. Biasanya guru yang dipandang baik dan cakap sebagai
guru yang kemudian diangkat menjadi kepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak di
antaranya yang tadinya berkinerja sangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul
setelah menjadi kepala sekolah. Umumnya mereka tidak cocok untuk mengemban
tanggung jawab manajerial. Ingat salah satu prinsip Peter tentang inkompetensi?
Orang-orang seperti ini telah terjerembab di puncak inkompetensinya dan akan
tetap di situ hingga pensiun (Peter & Hull, 1970). Bayangkan nasib sekolah jika
dipimpin oleh seseorang yang sebenarnya tidak kompeten sebagai figur utama
dalam manajemen sekolah.
Setidaknya untuk saat ini, secara finansial jabatan sebagai kepala sekolah
sebenarnya belum memberi janji resmi bagi kehidupan yang lebih layak
dibandingkan para guru lainnya. Sedikit sekali fasilitas yang disediakan bagi
pengemban tanggung jawab sebesar itu. Jangan bandingkan gaji kepala sekolah di
negeri ini dengan gaji rata-rata kepala sekolah di negara yang sudah maju. Namun,
sekalipun dengan fasilitas yang sangat minim itu dalam kenyataan para guru di
*
Kapusdiklat Pegawai Depdiknas. Artikel ini adalah revisi dari artikel serupa yang telah dimuat dalam www.pendidikan.net, 30 April
2003
Agaknya, dalam praktik, jabatan kepala sekolah telah memiliki nilai ekonomi yang
lebih mengungguli nilai-nilai lainnya, bahkan nilai moral sekalipun. Akibatnya,
banyak mereka yang menjabat sebagai kepala sekolah melakukan tindakan
memalukan yang sangat merugikan kepentingan peserta didik. Sayangnya, contoh
yang tidak terpuji dari kepala sekolah ini kemudian menular ke para guru dan staf
pendukung lainnya. Ini tentu saja sangat mengecewakan karena para pengelola
sekolah seyogianya lebih mengutamakan kepentingan pembelajaran peserta didik
ketimbang kepentingannya sendiri atau berbagai kepentingan lainnya.
Kepala sekolah seharusnya merupakan jabatan yang istimewa. Untuk satu hal saja,
jabatan kepala sekolah bukan sekadar jabatan manajer dengan segala macam
sebutannya itu. Memang dalam artian sebagai pimpinan sebuah unit kerja, jabatan
kepala sekolah hampir tidak berbeda dari jabatan kemanajerialan lainnya.
Setidaknya fungsinya sama, yaitu memaksimumkan pendayagunaan sumber daya
yang tersedia secara produktif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bagi unit
kerjanya. Itu sebabnya dalam kadar tertentu, kepala sekolah sebagai pimpinan
sebuah unit kerja, memainkan peran yang sama halnya seperti `manajer unit kerja
lainnya. Ia memainkan peran informasional, relasional, dan desisional. Dengan
memainkan peran itu sebaik-baiknya, ia berusaha memastikan bahwa sistem
kerjanya berjalan lancar dan semua sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
hasil harus tersedia secukupnya dengan kualitas yang memadai.
Sekalipun demikian, kepala sekolah bukan manajer unit kerja yang biasa. Kepala
sekolah mengelola sebuah lembaga yang sangat istimewa, yaitu sekolah, sebuah
bangunan yang bentuknya bisa macam-macam, tetapi isinya sama, yaitu masa
depan. Lembaga formal pendidikan yang kita sebut sekolah itu adalah satu dari
sekian banyak instisi yang takan sangat mewarnai masa depan anggota utamanya,
peserta didik. Dalam lembaga yang sangat istimewa seperti ini, seorang kepala
sekolah haruslah manajer yang memiliki kualitas sebagai pemimpin pendidikan.
Sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah adalah eksekutif kepala dan sekaligus
guru kepala.
Tentu saja kepala sekolah bukan satu-satunya determinan bagi efektif tidaknya
suatu sekolah karena masih banyak faktor lain yang perlu diperhitungkan. Ada
guru yang dipandang sebagai faktor kunci yang berhadapan langsung dengan para
peserta didik dan masih ada lagi sejumlah masukan instrumental dan masukan
lingkungan yang memengaruhi proses pembelajaran. Namun, kepala sekolah
memainkan peran yang termasuk sangat menentukan. Misalnya, studi dengan
Kepala sekolah bukan manajer sebuah unit produksi yang hanya menghasilkan
barang mati, seperti manajer pabrik yang menghasilkan sepatu, misalnya. Lebih
dari para manajer lainnya, ia adalah pemimpin pendidikan yang bertanggung jawab
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan anggotanya
mendayagunakan dan mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Dalam
lingkungan seperti itu, para guru dan peserta didik termotivasi untuk saling belajar,
saling memotivasi, dan saling memberdayakan. Suasana seperti itu memberi ruang
untuk saling belajar melalui keteladanan, belajar bertanggung jawab, serta belajar
mengembangkan kompetensi secara holistik, bukan sekadar kompetensi kognitif.
Kepala sekolah seharusnya berada di garda terdepan dalam hal peneladanan,
pemotivasian, dan pemberdayaan itu. Apakah ini barang baru? Sama sekali tidak,
karena jauh sebelumnya Ki Hadjar Dewantara telah berujar dengan pernyataannya
yang terkenal itu: ing ngarsa sung tulodha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Uraian singkat di atas telah menunjukkan betapa tidak ringannya tanggung jawab
seseorang sebagai kepala sekolah. Sesungguhnya pekerjaan kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan di sekolahnya tidak pernah ringan. Sudah sekian lama
birokrasi pemerintahan negara kita tidak banyak membantu kepala sekolah
mengatasi kerumitan itu. Sudah sejak lama pula para kepala sekolah berhadapan
dengan situasi di mana mereka lebih banyak tergantung pada konteks dan periferal
pekerjaannya. Mereka sering berada pada posisi nirdaya dalam situasi ketika
kepemimpinan mereka benar-benar diperlukan. Oleh sebab itu, diperlukan
paradigma baru untuk menanggalkan ketergantungan yang selama ini telah
memerangkap para kepala sekolah yang sebagian sebenarnya mungkin telah
bekerja dengan sangat serius.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) dipandang banyak pihak dapat memberi ruang
gerak lebih longgar bagi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu sekolahnya.
Konsepnya bagus karena MBS adalah strategi untuk meningkatkan kemandirian
para pengelola pendidikan dengan memindahkan wewenang pengambilan
keputusan penting dari pemerintah pusat dan daerah ke level paling operasional,
yaitu sekolah. Hasilnya masih belum jelas karena penerapannya ternyata juga masih
harus menunggu kerelaan birokrasi pendidikan (daerah dan pusat) untuk
mendelegasikan powernya.
Setiap jabatan menggambarkan status yang diemban pemegangnya. Status itu, pada
gilirannya, menunjukkan peran yang harus dilakukan pemangku jabatan. Peran
utama yang harus diemban oleh kepala sekolah yang membedakannya dari jabatan-
Visi dan misi. Visi adalah impian yang menerangi arah mencapai tujuan. Tanpa
visi yang jelas, orang-orang dalam suatu organisasi berjalan meraba dalam
kegelapan. Visi menimbulkan perasaan mengetahui arah yang akan ditempuh. Oleh
sebab itu, visi yang baik harus dapat menimbulkan motivasi anggota organisasi;
mendorong keinginan untuk mencapai tujuan.
Barangkali tidak banyak kepala sekolah yang tahu persis apa visi sekolah mereka
dan bagaimana caranya mewujudkan visi itu. Bahkan barangkali pula tidak banyak
yang memahami benar arti visi dan misi. Hal yang sama kemungkinan besar
berlaku bagi para pejabat dalam jabatan-jabatan pimpinan lainnya. Kepala sekolah
yang bertanggung jawab berusaha mengetahui visi sekolahnya. Jika belum ada,
mereka akan berusaha merumuskannya dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan. Visi itu kemudian disosialisasikan dan ditransformasikan sehingga
menjadi cita-cita bersama. Selanjutnya ia akan berusaha secara konsisten untuk
terus berupaya menggalang komitmen untuk mewujudkan visi itu. Ia tidak akan
berdiam diri membiarkan visi itu menjadi rumusan indah yang hanya menghiasi
dinding-dinding sekolahnya.
Agar berhasil, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk
dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Apa saja
kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah?
1. Dapat dipercaya. Seorang kepala sekolah haruslah orang yang amanah, yang tidak
akan menelikung kepercayaan orang kepadanya. Kepercayaan itu diperolehnya
secara sukarela, tidak dengan meminta apalagi memaksa orang lain. Kepala
sekolah tidak perlu berpidato di depan para guru, murid, atau orang tua murid
bahwa ia adalah orang yang dapat dipercaya. Perilakunya sehari-hari telah
menyampaikan informasi yang akurat tentang keamanahan itu. Kepala sekolah
yang dapat dipercaya memiliki kejujuran yang tidak diragukan.
2. Konsisten. Kepala sekolah yang konsisten dapat diandalkan. Kepala sekolah
seperti ini tidak mencla-mencle, perbuatannya taat asas dengan perkataannya.
Kepala sekolah seperti ini tidak bermuka banyak. Ia mengoperasionalkan
kebijakan pendidikan secara tegas dan bijaksana, dan tidak perlu menjadi
anggota bunglon sosial untuk mengamankan kebijakan itu.
3. Komit. Kepala sekolah yang komit, terikat secara emosional dan intelektual
untuk mengabdikan diri sepenuhnya bagi kepentingan anak didiknya. Kepala
sekolah seperti ini tahu persis bahwa tanggung jawabnya tidak mungkin dapat
dipikulnya setengah-setengah. Pekerjaan sebagai kepala sekolah baginya bukan
pekerjaan paruh waktu. Ia tidak boleh merangkap-rangkap pekerjaannya dengan
pekerjaan lain, atau menjadi kepala sekolah di lebih dari satu tempat.
4. Bertanggung jawab. Kepala sekolah memiliki kewajiban sosial, hukum, dan moral
dalam menjalankan perannya. Kepala sekolah yang berintegritas tidak akan
menghindar apalagi lari dari tanggung jawabnya. Kepala sekolah yang
mengutamakan kepentingan anak didiknya sadar betul bahwa secara sosial,
hukum, dan moral ia harus berperilaku yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Secara emosional terkendali. Kepala sekolah yang berkecerdasan emosi tinggi
sangat menyadari pengaruh emosinya dan emosi orang lain terhadap proses
pemikiran dan interaksinya terhadap orang lain. Kepala sekolah seperti ini
mampu mengaitkan emosi dengan penalaran, menggunakan emosi untuk
memfasilitasi penalaran dan secara cerdas menalarkan emosi. Dengan kata lain,
ia menyadari bahwa kemampuan kognitif seseorang diperkaya dengan emosi
dan perlunya emosi dikelola secara kognitif.
telah diupayakan.
Sumber daya yang ada
untuk mendukung visi dan
tujuan telah digunakan
dengan efektif dan efisien.
Visi, misi, dan rencana telah
dipantau, dievaluasi, dan
direvisi secara teratur.
berkala.
Hasil riset, pendapat guru,
dan rekomendasi dari
anggota masyarakat
terpelajar digunakan sebagai
dasar pengambilan
keputusan penting.
Budaya sekolah dievaluasi
secara teratur.
Hasil belajar peserta didik
dinilai dengan
menggunakan berbagai
teknik.
Staf dan peserta didik diberi
peluang menggunakan
berbagai sumber informasi
tentang prestasi.
Berbagai cara supervisi dan
evaluasi dimanfaatkan.
Tersusunnya program-
program untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik.
4. Mengelola Pengetahuan tentang Prinsip-prinsip
organisasi dan pembelajaran, pengajaran, pengembangan
sumber daya dan perkembangan peserta organisasi.
sekolah untuk didik digunakan dalam Prinsip-prinsip dan isu
menciptakan keputusan manajemen tentang keamanan dan
lingkungan sekolah. kesehatan lingkungan
belajar yang Prosedur operasional sekolah.
aman, sehat, digunakan dan dikelola Manajemen sumber
efisien, dan untuk memaksimumkan daya manusia.
efektif. peluang keberhasilan Prinsip-prinsip
belajar. penggunaan keuangan
Diterapkannya teknik baru manajemen sekolah.
yang menguntungkan. Prinsip-prinsip
Tersusunnya dengan baik penggunaan fasilitas
rencana dan prosedur sekolah.
operasional untuk mencapai Aspek hukum
visi dan tujuan sekolah. pengoperasian sekolah.
Kesepakatan kontrak Teknologi mutakhir
sekolah dikelola secara yang mendukung
efektif. fungsi-fungsi
Bangunan dan semua manajemen.
fasilitas sekolah
dioperasikan secara aman,
efisien, dan efektif.
Waktu dikelola untuk
memaksimumkan
pencapaian tujuan
organisasi.
Teridentifikasinya masalah
dan peluang potensial.
Setiap masalah
ditanggulangi secara tepat
waktu.
Sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya
dikelola untuk mencapai
tujuan sekolah.
Sistem organisasi dipantau
dan dimodifikasi secara
teratur sesuai dengan
kebutuhan.
Pihak-pihak berkepentingan
dilibatkan dalam keputusan
yang memengaruhi sekolah.
Tanggung jawab dibagi-bagi
untuk memasimumkan
akuntabilitas.
Diterapkannya perangkaan
masalah yang efektif dan
keterampilan pemecahan
masalah.
Diterapkannya keterampilan
solusi konflik secara efektif.
Diterapkannya proses
kelompok yang efektif dan
keterampilan pencapaian
konsensus.
Terpeliharanya lingkungan
sekolah yang aman, bersih,
rapi, dan indah.
Fungsi-fungsi sumber daya
manusia dilaksanakan untuk
mendukung pencapaian
tujuan sekolah.
Terpeliharanya kerahasiaan
dokumen sekolah.
keterampilan berkolaborasi.
6. Memahami, Adanya upaya sungguh- Prinsip-prinsip
menanggapi, dan sungguh untuk birokrasi pendidikan
memengaruhi memengaruhi lingkungan yang mendasari sistem
lingkungan operasi sekolah bagi sekolah Indonesia.
politik, sosial, kepentingan peserta didik Peranan pendidikan
ekonomi, dan dan keluarganya. umum dalam
budaya yang lebih Terjadinya komunikasi di mengembangkan dan
besar. kalangan komunitas sekolah memperbarui
tentang kecenderungan, isu, masyarakat demokratis.
dan kemungkinan Hukum yang berkaitan
perubahan dalam dengan pendidikan dan
lingkungan operasi sekolah. persekolahan.
Diadakannya dialog terus- Sistem dan proses
menerus dengan wakil-wakil politik, sosial, budaya,
kelompok masyarakat. dan ekonomi yang
Difungsikannya komunitas memengaruhi sekolah.
sekolah sesuai dengan Model dan strategi
kebijakan, hukum, dan perubahan dan resolusi
peraturan yang ditetapkan konflik seperti yang
oleh pemerintah daerah dan diterapkan dalam
pusat. konteks politik, sosial,
Ada upaya memengaruhi budaya, dan ekonomi
pembentukan kebijakan sekolah.
publik untuk menyediakan Isu-isu dan faktor
pendidikan yang bermutu. global yang
Dikembangkannya jalur memengaruhi proses
komunikasi dengan para pembelajaran.
pengambil keputusan di Dinamika
luar komunitas sekolah. pengembangan dan
pendukungan kebijakan
dalam sistem politik
yang demokratis.
Pentingnya keragaman
dan persamaan dalam
masyarakat demokratis.
Kepala sekolah harus memiliki sejumlah keyakinan atau pendirian untuk dapat
berkinerja sebagaimana yang dituntut baginya. Misalnya, ia harus yakin bahwa
KKN adalah perbuatan tercela yang tidak bertanggung jawab dan merusak.
Keyakinan ini yang bersumber dari nilai-nilai moral yang dianutnya ikut mewarnai
perilakunya dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Dengan keyakinan itu,
misalnya, ia tidak akan memberi kesempatan terjadinya praktik-praktik KKN yang
tidak terpuji itu di sekolahnya. Ia tahu persis bahwa perilakunya adalah contoh
yang kemungkinan besar akan menular di kalangan bawahannya dan bahkan para
murid. Berikut adalah keyakinan/pendirian yang harus dimiliki kepala sekolah
untuk dapat berkinerja sebagaimana yang diharapkan.
Kepala sekolah yakin bahwa bekerja adalah ibadah. Ia dengan rela menerima
tanggung jawabnya secara mantap. Oleh sebab itu, ia tidak akan melebih-
lebihkan arti penting pekerjaannya. Ia tidak menonjolkan kelebihan dan
keberhasilannya. Semua yang perlu dilakukan semata-mata untuk memberikan
peluang agar setiap peserta didik memperoleh pendidikan yang berkualitas. Pada
saat yang sama ia secara ikhlas menerima konsekuensi penegakan prinsip dan
tindakan yang dilakukannya.
Semua pengaruh yang dimilikinya digunakan semata-mata demi kepentingan peserta didik,
bukan untuk kepentingan lain. Tujuan utama sekolah adalah membelajarkan
peserta didik. Ia akan berusaha mengendalikan diri sendiri dan bawahannya agar
tidak merugikan kepentingan masa depan anak didiknya. Ia berpendirian bahwa
semua peserta didik perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan karakter
yang diperlukan untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi
lingkungannya.
Semua orang dapat dididik dan semua peserta didik dapat belajar. Ada beragam cara
yang dapat digunakan agar peserta didik dapat memiliki cara belajar seumur
hidup. Oleh sebab itu, kepala sekolah perlu menekankan bahwa sumber belajar
tidak cuma guru, tetapi masih banyak yang lain seperti teman, buku, orang tua,
dan sebagainya. Ia perlu menekankan bahwa dalam masyarakat modern,
pendidikan adalah peluang untuk hidup lebih bermakna dan memberi
kesempatan berperan dalam mobilitas sosial.
Kepala sekolah harus yakin bahwa anggota sekolahnya memerlukan standar, harapan, dan
kinerja bermutu tinggi. Oleh sebab itu, ia harus yakin bahwa visi sekolah harus
menekankan standar pembelajaran yang tinggi. Ia juga harus yakin perlunya
menempuh risiko yang nalar untuk meningkatkan mutu sekolahnya.
Menggunakan pengaruh jabatan secara produktif untuk melayani peserta didik
dan keluarganya.
Kepala sekolah harus yakin tentang pentingnya pengikutsertaan seluruh anggota komunitas
sekolah. Keputusan manajemen sekolah adalah untuk meningkatkan mutu
pembelajaran sehingga ia memercayai para guru dan staf pendukung dan
pertimbangan mereka dalam keputusan manajerialnya. Ia juga melibatkan
keluarga dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dalam proses pengambilan
keputusan sekolah. Ia yakin tentang perlunya membangun dan memelihara
semangat komunitas sekolah yang peduli. Dengan cara ini ia akan dapat
memfasilitasi penggalian sumber daya keluarga dan masyarakat untuk
mendukung pendidikan peserta didik.
Kepala sekolah harus yakin bahwa belajar berlangsung sepanjang hayat (life-long learning).
Ia harus dapat memberi contoh yang pas mengenai hal ini, sehingga menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari praktik sehari-hari dalam manajemen
Implikasi Kebijakan
Standar kompetensi dan kinerja yang dikemukakan di sini akan berimplikasi pada
penetapan kebijakan baru tentang persiapan, seleksi, penempatan, dan
pengembangan kepala sekolah. Dengan standar kompetensi seperti itu, seleksi
kepala sekolah harus dilakukan secara transparan, akuntabel (bertanggung gugat),
dan demokratis. Setiap orang, terutama guru, dapat menjadi kepala sekolah jika
memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan. Perguruan tinggi perlu
menyusun program studi manajemen pendidikan yang benar-benar dapat
menyiapkan calon-calon kepala sekolah yang memiliki standar kompetensi
sebagaimana yang diharapkan. Pusat Penilaian Depdiknas, misalnya, perlu
menyusun alat (tes) yang dapat digunakan untuk menguji kompetensi calon kepala
sekolah. Selain itu, kepala sekolah dipilih secara demokratis dari sekumpulan calon
yang memiliki catatan perilaku berintegritas tinggi. Para pemilih adalah semua
Tanpa adanya standar kompetensi yang cukup tinggi bagi para kepala sekolah,
sukar berharap bahwa pendidikan di Indonesia secara sistem akan dikenal
berkualitas baik di dunia. Apakah standar itu terlalu tinggi? Bagi mereka yang tidak
peduli dengan masa depan anak didik, standar seperti itu jelas merupakan siksaan.
Namun, masih banyak calon atau kepala sekolah yang memang benar-benar serius
melaksanakan pekerjaannya. Bagi mereka yang sungguh-sungguh berkemauan
menjadi kepala sekolah yang bervisi, kompeten, dan berintegritas tinggi; standar
kompetensi sebagaimana yang diuraikan adalah masuk akal. Bagi mereka ini
standar seperti itu adalah tantangan pekerjaan. Bagi mereka kinerja yang bagus
dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anggota sekolahnya
telah merupakan penghargaan tersendiri. Orang-orang seperti ini layak mendapat
penghargaan sepantasnya dalam posisinya sebagai kepala sekolah.
Sumber Acuan
A Muzi Marpaung*
Seorang anak kelas VI sekolah dasar memasang botol plastik yang telah dibelah dua di atas
mobil-mobilan Tamiya tanpa bodi. Di dalam botol is masukkan balon berisi air, sambil
tangannya terus menjepit leher balon agar air tidak tumpah sebelum waktunya. Kemudian jepitan
is lepaskan. Air mengucur deras ke belakang, dan mobil-mobdan meluncur ke depan. Anak itu
gembira. Betul-betul gembira. Beberapa temannya yang menyaksikan bertepuk tangan.
Eksperimennya itu kemudian diikutkan pada suatu lomba. Sang juri bertanya,
"Percobaanmu itu apa gunanya?" Sedikit tergagap si anak menjawab, "Ini bukti air
sebagai sumber energi." Juri mengangguk-angguk. Tak ada pertanyaan lagi sesudah
itu. Habis. Tak ada tawa. Beda sungguh dengan ketika pertama kali hasil eksperimen
itu diperagakan di hadapan teman-temannya.
Entah karena jawaban tersebut, entah karena hasil eksperimen itu kalah menarik di-
bandingkan dengan eksperimen karya peserta lainnya, walhasil anak itu tidak
menang. Akan tetapi bukan itu yang penting. Saya bayangkan kalau saya juri, tak.
akan saya tanya manfaatnya. Saya akan bertanya bagaimana ceritanya is mendapat ide
seperti itu? Bagaimana perasaannya menemukan mainan sederhana itu? Bukan
kebetulan, saya tahu kisah bagaimana eksperimen itu dimulai. Anak itu terinspirasi
oleh eksperimen temannya yang gagal meluncurkan mobil dengan udara. Digabung
dengan hasil main-mainnya dengan balon berisi air, jadilah mobil bertenaga air.
Boleh jadi yang seperti itu pernah dilakukan di belahan bumi yang lain. Bukan
sesuatu yang baru. Akan tetapi, bagi si anak, tetap saja baru.
Menurut hemat saya, jauh lebih berharga apabila juri mengeksplorasi kegembiraan
anak-anak saat menceritakan kembali perjalanan eksperimennya ketimbang mengha-
dangnya dengan pertanyaan "apa manfaatnya?" Biarlah binar-binar memancar dari
mata mereka karena itu akan bermetamorfosis menjadi antusiasme. Antusiasme itu
akan menjadi energi untuk kembah mengerjakan eksperimen sains yang asyik.
Pertanyaan "apa manfaatnya" hanya akan menjadi pagar khayalan yang menghadang
kreativitas mereka di sana-sini.
Saya jadi teringat kisah Richard P Feynman (1918-1988) dari Amerika Serikat yang
merupakan salah seorang fisikawan paling berpengaruh di abad ke-20. Ia peraih
Nobel Fisika tahun 1965. Suatu ketika Feynman merasa mulai sebal dengan fisika. Ia
tahu sebabnya. Tidak lain karena is mulai serius. Akhirnya is putuskan untuk kembali
* Dimuat pada Harian Kompas 2004
seperti dulu: bermain dengan fisika. Ia menuhs di bukunya, "aku melakukan apa saja
yang kusukai; apa yang kukerjakan tak mesti penting untuk perkembangan fisika
nukhr, tapi asal menarik dan menyenangkan untuk mainanku".
Suatu ketika Feynman bermain lempar piring di kafetaria kampusnya. Waktu piring
itu melayang di udara, is melihat bandul merah di atas piring itu berputar-putai, lebih
cepat daripada perputaran piring. Dengan penuh semangat is mulai menghitung
gerakan rotasi piring itu. Hasilnya is ceritakan kepada koleganya, fisikawan terkenal
Hans Bethe (peraih Nobel Fisika tahun 1967).
Bethe bilang, "Feymnan, itu memang menarik, tetapi apa pentingnya? Mengapa kau
kerjakan?"
Rupanya tidak mudah melepaskan sains dari kata "serius". Di dalam lomba
percobaan sains yang lain, seorang anak SD memeragakan kincir air buatannya.
Kincir air itu bagus dan sederhana. Ia kemudian bercerita mengenai manfaat dari
kincirnya itu, yang dikatakannya dapat memperbaiki kesejahteraan petani. Di sinilah
soalnya. Paparan itu tampak membanggakan, tetapi saya malah jatuh iba. Anak
sekecil itu sudah memikirkan soal yang serupa itu. Mungkin ini dramatisasi, tetapi
sempat terpikir: berat benar jadi anak Indonesia! Ingin saya bilang, "Ayo kita keluar
bermain-main dengan kincir airmu itu. Biar orang dewasa saja yang memikirkan ke-
sejahteraan petam."
Saya tidak tahu adakah soal kesejahteraan petani itu idenya sendiri atau "pesanan"
orang tua atau gurunya. Apa pun, menurut pendapat saya, hal ini menjerembabkan
sains menjadi serius. Eksperimen sains anak-anak kembali "menghamba" untuk
menjadi jawaban atas pertanyaan "apa manfaatnya".
Penyakit serius ini sempat menjangkit pula di klub sains yang saya asuh. Beberapa
anak minta saran bagaimana cara menjawab pertanyaan, "apa manfaat
percobaanmu?" Saya balik tanya, "Menurutmu apa?"
"Enggak tahu."
"Ya sudah. Jawab saja belum tahu. Atau bilang saja, percobaan ini membuat saya
lebih memahami sains. Memang kenyataannya begitu kan?"
"Kalau ditanya manfaat sehari-hari?"
"Kalau tidak tahu, bilang saja
Serius - Pembuatan kincir air dengan menggunakan bambu dan bahan-bahan lainnya, seperti
di Lembah Kreo (Jawa Tengah) ini, bukan sesuatu yang sulit bagi para pelajar. Demikian juga
Anak-anak, bahkan juga kita orang dewasa, patut diberitahukan bahwa kemenangan
yang sesungguhnya ialah apabila kita semakin memahami alam. Jadi, entah di rumah
entah di sekolah atau di mana saja, biarlah anak-anak bergembira dengan sains.
Biarlah mereka menemukan dunia yang asyik melalui kegiatan-kegiatan yang tampak
tak berguna semacam mengamati semut, mencampur soda kue dan cuka di dapur
rumah Anda, atau meniup gelembung sabun dari sisa sabun mandinya. Dampingi
saja mereka bermain dan bergembiralah bersama. Atau jangan-jangan Anda sendiri
masih memandang sains kelewat serius?
Agus Listiyono *
Dalam sebuah rapat para menteri Kabinet Indonesia Bersatu bidang kesejahteraan rakyat,
dihasilkan salah sate keputusan untuk memberlakukan masa berlakunya buku pelajaran pada
tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA selama lima tahun (Kompas, 24 Oktober 2004).
Artinya, orangtua siswa tidak akan lagi dibebankan untuk membeli buku pelajaran bagi putra-
putrinya setiap tahun. Adik atau tetangga masih dapat menggunakan buku sang kakak yang
telah naik kelas atau lulus sekolah.
Ini adalah kebijakan yang sangat melegakan sekaligus penghematan anggaran belanja
keluarga yang tidak dapat dipandang kecil. Kita patut mensyukuri dan menyambut
gembira atas lahirnya keputusan ini. Dan kita berharap agar benar-benar terwujud
dalam kehidupan nyata mulai tahun pelajaran depan. Meskipun demikian, ada be-
berapa potret kelam dari apa yang sering kita sebut sebagai buku pelajaran yang selama
ini menjadi buku pegangan dalam melakukan pembelajaran. Beberapa hal yang dapat
menjadi bagian dari kekelaman tersebut adalah sebagai berikut.
Kedua, paradigma terhadap buku pelajaran dalam proses belajar Harus diakui secara
jujur bahwa selama ini buku pelajaran menjadi "satu-satunya" dan bukan "salah satu"
sumber belajar. Paradigma yang menjadikan buku pelajaran sebagai satu satunya
sumber belajar akan menjerumuskan generasi penerus kita sebagai generasi yang
kurang biasa melihat informasi secara utuh. Masalah ini timbul dari kurang kompetensi
guru dalam melakukan pembelajaran dan atau kurangnya sumber informasi yang ter-
sedia.
Hal yang berkaitan dengan kompetensi guru dalam membelajarkan siswa, berikut ini
sekadar contoh. Dalam pelajaran mengenai air, selain melihat atau mengkaji informasi
yang terdapat dalam buku pelajaran, guru pun dapat membuat aktivitas penelitian
*
Bekerja di Yayasan Tugasku, Jakarta. Artikel ini dimuat pada harian Kompas 2004
langsung tentang air yang terdapat di lingkungan sekitar sekolah atau tempat tinggal
siswa, atau bahkan bisa berkunjung ke dalam penampungan air atau perusahaan air
minum setempat, atau mengundang salah satu orangtua siswa yang kebetulan bekerja
di bagian pengairan. Dengan demikian, sumber informasi mengenai air yang didapat
oleh siswa menjadi beragam dan kaya. Melihat perkembangan informasi dan
keterbukaan, pembelajaran dengan model seperti ini seharusnya dapat dilakukan di
sebagian besar wilayah di Pulau Jawa.
Bila kita menghendaki lahirnya generasi yang lebih kritis, kreatif, dan lebih egaliter, pa-
radigma pembelajaran yang mendudukkan buku pelajaran sebagai "satu-satunya"
sumber belajar harus dihancurkan. Salah satu cara yang pernah penulis lakukan di
sekolah adalah meniadakan buku pelajaran sebagai buku pegangan siswa!
Buku pelajaran tetap tersedia dalam jumlah terbatas--tetapi dengan jenis yang lebih
beragam--dan menjadi milik perpustakaan sekolah. Suatu waktu, guru dan siswa tetap
dapat mengakses informasi dari buku-buku yang ada atau dari sumber informasi yang
lain. Guru pun masih dimungkinkan membuat pemetaan materi pelajaran yang
kopinya dapat siswa miliki. Dan, jangan dilupakan bahwa sekolah harus
mengomunikasikan hal ini kepada orang tua siswa di awal tahun pelajaran untuk
mensinergikan.
Cara seperti ini kadang harus dilakukan secara bertahap melihat situasi dan kondisi
setiap sekolah tidak sama. Akan tetapi, selama sekolah (baca: kepala sekolah dan guru)
memiliki visi tentang pembelajaran yang jelas dan yakin terhadap jalan ini yang akan
ditempuh, maka kebijakan ini justru akan melahirkan sikap dan akibat positif dari
berbagai pihak. Yaitu sikap kreativitas guru, hemat bagi orangtua siswa, dan belajar
kritis serta egaliter bagi siswa.
Ketiga, beratnya materi yang termuat dalam buku-buku pelajaran, terutama jika kita
berbicara pada tingkat pendidikan di sekolah dasar, sesungguhnya telah merusak sendi
pendekatan belajar konstruktivisme. Sebab, materi pelajaran terlalu padat.
Sebagai contoh salah satu buku mata pelajaran sains untuk kelas I SD. Pada topik
"Makanan Sehat", diuraikan tentang nutrisi. Nutrisi adalah makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Masing-masing
kandungan dari nutrisi tersebut masih dijelaskan fungsinya masing-masing dengan
contoh-contoh makanannya.. Walau disajikan dengan gambar yang penuh warna,
esensi materi pelajaran tersebut sangat detail bagi siswa kelas I SD. Topik dan materi
tersebut merupakan pengembangan indikator dari kompetensi dasar yang diinginkan
oleh kurikulum, yaitu "memberi nama berbagai makanan sehat untuk pertumbuhan".
Dengan dernikian, pengembangan materi yang dilakukan si penulis buku sangat
berlebihan.
Keempat, dengan melihat uraian diatas, maka pembelajaran kita lebih mementingkan
c o n t e n t pelajaran atau skill belajar. Materi pelajaran yang begitu "gila" dalam buku
pelajaran yang menjadi patokan utama dalam proses belajar, masih mungkinkah guru
(sekolah) mengembangkan keterampilan belajar?
Guru pun terus berusaha, berpikir, dan bekerja lebih kreatif dengan tidak
menjadikan buku pelajaran sebagai "satu-satunya" sumber belajar, tetapi sebagai
"salah satu" sumber saja.
Salah satu program kerrja 100 hari Menteri Pendidikan Nasional Bambang
Sudibvo adalah mencanangkan "Guru sebagai Profesi" pada 2 Desember 2004,
bersamaan dengan peringatan Hari Guru Nasional. Sebagai suatu profesi, guru
memerlukan kode etik. Naskah kode etik itu sekarang tengah digodok. Namun,
dari draf yang diajukan Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah masih terdapat beberapa hal yang perlu disikapi
secara kritis.
Draf kode etik guru tersebut selain diambil dari kode etik yang sudah dimiliki
PGR1 dan memperoleh masukan dari para profesor doktor bidang pendidikan,
juga dengan membandingkan kode etik.yang dimiliki oleh profesi lain. Artiriya,
secara prosedural penyusunan draf kode etik guru itu sudah sesuai mekanisme
kerja yang benar. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa draf itu dapat dikatakan
final dan layak untuk disahkan menjadi kode etik guru. Sebaliknya, ma§ih banyak
hal yang perlu didiskusikan agar sebagai kode etik memiliki kejelasan operasional.
Kejelasan operasional dari kode etik itu penting mengingat pelanggaran kode etik
menjadi dasar bagi pemberian sanksi atau bahkan pemecatan guru sebagaimana
diatur dalam draf RUU Guru yang sudah diajukan ke DPR. Banyak pasal dalam
RUi3 Guru yang pelaksanaannya di lapangan mengaeu pada kode etik guru. Jika
rurnusan kode etiknya tidak jelas, dikhawatirkan kelak akan menyulitkan
pelaksanaan UndangUndang Guru.
Bagi penulis, yang awam dalam bidang filsafat dan hukum, sebetulnya memahami
kode etik itu sederhana saja, yaitu mengatur hal-hal yang boleh dan tidak boleh
serta yang pantas dan tidak pantas dilakukan terkait dengan profesi tertentu. Agar
kode etik itu dapat menjadi pedoman bertindak bagi seseorang yang mengemban
* Anggota Dewan Penasihat Center for the Betterment of Education (CBE) di Jakarta. Dimuat dalam Harian Kompas, Senin, 13
Desember 2004, hal. 44
suatu profesi, maka bahasanya harus tegas dan jelas jangan sampai menimbulkan
multiinterpretasi.
Apabila kode etik itu adalah kode etik guru, maka yang perlu diatur adalah apa
yang boleh dan tidak boleh atau pantas dan tidak pantas dilakukan oleh seorang
guru. Indikator "boleh dan tidak boleh atau pantas dan tidak pantas" suatu
tindakan itu harus jelas agar memberikan arahan yang jelas pula untuk bertindak
atau menilai apakah seorang guru melanggar kode etik atau tidak. Apabila indikator
"boleh dan tidak boleh atau pantas dan tidak pantas" itu tidak jelas, baik bagi guru
yang bersangkutan maupun orang lain kesulitan untuk menilai apakah guru ter-
sebut melanggar kode etik atau tidak.
Persoalan yang terdapat pada draf kode etik guru sekarang ini adalah rumusan
mengenai apa yang boleh dan tidak boleh atau yang pantas dan tidak pantas
dilakukan oleh guru itu tidak jelas. Pasal 8 yang mengatur Hubungan Guru dengan
Peserta Didik, misalnya, mengatakan: a) Guru berperilaku sebagai pelaksana tugas
membinibing, mengajar, clan melatih secara profesional dengan menghargai perbedaan individual
peserta didik dalam melaksanakan profesi pendidikan; b) Guru mampu menghimpun berbagai
informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses pendidikan; e)
Guru mampu membimbing peserta untuk memahami, menghayati, clan mengamalkan hak dan
kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, masyarakat clan negara; d) Guru secara
perorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif
clan efisien; e) Guru berperan sebagai pembimbing, pengajar, clan pelatih yang terus-menerus ber-
usaha mencegah setiap gangguan yang memengaruhi peserta didik.
Pengaturan mengenai hubungan guru dan peserta didik (murid) dalam kode etik
guru adalah hal yang seharusnya dominan dan sekaligus utama karena
sesungguhnya kode etik itu dibuat untuk memperjelas relasi guru dengan murid
sehingga tidak sampai terjadi pelanggaran etik profesi guru. Tapi jika kita
mencermati bunyi Pasal 8 draf kode etik di atas, rasanya masih belum begitu jelas
aturan mengenai relasi guru dengan murid dalam draf kode etik guru.
Ketidakjelasan itu juga terdapat dalam pengaturan hubungan antara guru dengan:
orangtua/wali murid (Pasal 9), masyarakat (Pasal 10), sekolah dan rekan sejawat
(Pasal 11), profesi (Pasal 12), organisasi profesi (Pasal 13), dan pemerintah (Pasal
14). Ketidakjelasan relasi guru dengan murid dan stakeholder lain itu akan
menyulitkan pelaksanaari UU Guru nantinya. Sebab, di beberapa pasal RUU Guru
terdapat sebutan kode etik guru, termasuk sebagai dasar pemberian sanksi
administratif kepada guru (Pasal 33).
Apabila rumusan kode etiknya tidak begitu jelas, bagaimana Dewan Kehormatan
Guru (Pasa130-32 RUU Guru) akan dapat bekerja dengan baik, padahal salah satu
tugas Dewan Kehormatan Guru memberikan saran dan pertimbangan dalam
rangka pelaksanaan tugas profesional dan Kode Etik Guru Indonesia.
Berbeda misalnya kode etik yang menyangkut hubungan guru dengan murid itu
berbunyi: a) Guru tak boleh memberikan les privat kepada muridnya; b) Guru tak
boleh menjual buku pelajar atau benda-benda lain kepada murid; c) Guru tak boleh
berpacaran dengan murid; d) Guru tak boleh merokok di depan kelas/murid; e)
Guru tak boleh melakukan intimidasi, teror, dan tindak kekerasan kepada murid, f)
Guru tak boleh melakukan penistaan terhadap murid; g) Guru tak boleh ber-HP
ria di dalam kelas, dan sebagainya.
Tawaran rumusan relasi guru dengan murid ini mungkin jauh lebih sederhana,
tetapi mudah dimengerti oleh guru dan guru pun memiliki kejelasan dalam
bertindak dan berperilaku. Sebaliknya, Dewan Kehormatan Guru pun akan mudah
menentukan apakah seorang guru melanggar kode etik atau tidak.
Campur aduk
Salah satu masalah mendasar dari draf kode etik guru yhng diajukan oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan-yang disusun dengan mendapat masukan para
ahli pendidikan-ini adalah adanya campur aduk antara perumusan konsepsi
filosofis tentang guru dengan pedoman praktis bagi seorang guru untuk bertindak.
Padahal, keduanya jelas sangat berbeda. Dan hal itu tampak jelas pada rumusan
draf secara keseluruhan. Dari 18 pasal yang ada, Pasal 1 sampai 7 lebih
merumuskan konsepsi filosofis seorang guru, sedangkan Pasal 8 sampai 10 baru
rumusan operasional kode etik guru. Akan tetapi, secara keseluruhan dari Pasal 1
sampai 18 itu disebut Kode Etik Guru Indonesia. Kerumitan pasti akan terjadi jika
draf kode etik itu disahkan oleh Menteri Pendidikan Nasional dan RUU Guru
yang mengacu pada kode etik guru pun lolos.
Sangat ideal
Masalah praktik yang akan muncul adalah apakah seorang guru yang di mata
muridnya sangat ideal (punya kemampuan mengajar secara baik, menghargai
murid, dan perilakunya dapat diteladani) dapat dikenai sanksi administratif atau
diajukan ke Dewan Kehonnatan Guru karena guru yang bersangkutan tidak
disiplin beribadah? Sebab, salah satu butir nilai-nilai dasar profesi guru adalah
disiplin beribadah sebagai cermin insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Atau apakah seorang guru di pelosok Maluku sana bisa dikenai sanksi administratif
dan diajukan ke Dewan Kehormatan Guru lantaran guru yang bersangkutan tidak
memiliki kompetensi teknologi dan informatika sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 7 ayat 5 mengenai nilai-nilai dasar kompetensi guru; padahal guru yang
bersangkutan menjalankan fungsi mengajar dan mendidik secara baik. Hanya saja,
karena infrastrukturnya tidak mendukung, sampai sekarang komputer pun
mungkin belum pernah dipegangnya. Akan tetapi, sesungguhnya persoalan guru
tidak berasal dari internal guru saja, yang paling dominan justru faktor eksternal
(ekonomi dan po litik).
Agus Dharma*
Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan "baru" dalam
manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school based
management) atau disingkat MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat,
pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American
Association of School Administrators, National Association of Elementary School
Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkan
dokumen berjudul School Based Management, a Strategy for Better Learning. Munculnya
gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan
pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk
dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya dipandang bahwa para kepala
sekolah merasa nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan
terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin
pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan birokrasi yang
menumpulkan kreativitas berinovasi.
*
Kapusdiklat Pegawai Depdiknas. Dimuat dalam www.pendidikan.net, 30 April 2003
khawatir, jangan-jangan selama ini lebih dari separuh dana pendidikan sebenarnya
dipakai untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau kurang berurusan dengan proses
pembelajaran di level yang paling operasional, sekolah.
MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isu kebijakan
dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan serta
tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil. Oleh
sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS,
manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah
pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.
Manfaat MBS
MBS dipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasian sekolah yang
selama ini memusatkan wewenang di birokrasi pendidikan (pusat dan daerah).
MBS adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan
kewenangan pengambilan keputusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat
sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya merupakan sistem manajemen di
mana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang
penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan kesempatan
pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua atas
proses pendidikan di sekolah mereka.
Para pendukung MBS berpendapat bahwa prestasi belajar murid lebih mungkin
meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di sekolah ketimbang pada
tingkat daerah. Para kepala sekolah cenderung lebih peka dan sangat mengetahui
kebutuhan murid dan sekolahnya ketimbang para birokrat di tingkat pusat atau
daerah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa reformasi pendidikan yang bagus sekalipun
tidak akan berhasil jika para guru yang harus menerapkannya tidak berperanserta
merencanakannya.
Para pendukung MBS menyatakan bahwa pendekatan ini memiliki lebih banyak
maslahatnya ketimbang pengambilan keputusan yang terpusat. Maslahat itu antara
lain menciptakan sumber kepemimpinan baru, lebih demokratis dan terbuka, serta
menciptakan keseimbangan yang pas antara anggaran yang tersedia dan prioritas
program pembelajaran. Pengambilan keputusan yang melibatkan semua pihak yang
berkepentingan meningkatkan motivasi dan komunikasi (dua variabel penting bagi
kinerja guru) dan pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar murid. MBS
bahkan dipandang sebagai salah satu cara untuk menarik dan mempertahankan
guru dan staf yang berkualitas tinggi.
MBS menyebabkan pejabat pusat dan kepala dinas serta seluruh jajarannya lebih
banyak berperan sebagai fasilitator pengambilan keputusan di tingkat sekolah.
Pemerintah pusat, dalam rangka pemeliharaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, tentu saja masih menjalankan politik pendidikan secara nasional.
Pemerintah pusat menetapkan standar nasional pendidikan yang antara lain
mecakup standar kompetensi, standar fasilitas dan peralatan sekolah, standar
kepegawaian, standar kualifikasi guru, dan sebagainya. Penerapan standar
disesuaikan dengan keadaan daerah. Standar ini kemudian dioperasionalkan oleh
pemerintah daerah (dinas pendidikan) dengan melibatkan sekolah-sekolah di
daerahnya. Namun, pemerintah pusat dan daerah harus lebih rela untuk memberi
kesempatan bagi setiap sekolah yang telah siap untuk menerapkannya secara kreatif
dan inovatif. Jika tidak, sekolah akan tetap tidak berdaya dan guru akan terpasung
kreativitasnya untuk berinovasi. Pemerintah harus mampu memberikan bantuan
jika sekolah tertentu mengalami kesulitan menerjemahkan visi pendidikan yang
ditetapkan daerah menjadi program-program pendidikan yang berkualitas tinggi.
Pemerintah daerah juga masih bertanggung jawab untuk menilai sekolah
berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Kita belum memiliki pengalaman dengan komite sekolah. Menurut UU Nomor
20/2003 dibentuk dewan pendidikan pada tingkat nasional, tingkat daerah
(provinsi/kabupaten/kota) yang tidak memiliki hubungan hirarkis, dan komite
sekolah di setiap sekolah. Di Amerika Serikat, dewan sekolah (di tingkat distrik)
berfungsi untuk menyusun visi yang jelas dan menetapkan kebijakan umum
pendidikan bagi distrik yang bersangkutan dan semua sekolah di dalamnya. MBS di
Amerika Serikat tidak mengubah pengaturan sistem sekolah, dan dewan sekolah
masih memiliki kewenangan dengan berbagi kewenangan itu. Namun, peran
dewan sekolah tidak banyak berubah.
Dalam rangka penerapan MBS di Indonesia, kantor dinas pendidikan
kemungkinan besar akan terus berwenang merekrut pegawai potensial, menyeleksi
pelamar pekerjaan, dan memelihara informasi tentang pelamar yang cakap bagi
keperluan pengadaan pegawai di sekolah. Kantor dinas pendidikan juga sedikit
banyaknya masih menetapkan tujuan dan sasaran kurikulum serta hasil yang
diharapkan berdasarkan standar nasional yang ditetapkan pemerintah pusat,
sedangkan sekolah menentukan sendiri cara mencapai tujuan itu. Pemerintah akan
mengakreditasi buku pelajaran yang akan digunakan di sekolah dan memberi
kewenangan bagi sekolah untuk memilih sendiri buku pelajaran.
Pengambilan Keputusan di Tingkat Sekolah
Di Amerika Serikat, kebanyakan sekolah memiliki apa yang disebut dewan
manajemen sekolah (school management council). Dewan ini beranggotakan kepala
sekolah, wakil orang tua, wakil guru, dan di beberapa tempat juga anggota
masyarakat lainnya, staf administrasi, dan wakil murid di tingkat sekolah
menengah. Dewan ini melakukan analisis kebutuhan dan menyusun rencana
tindakan yang memuat tujuan dan sasaran terukur yang sejalan dengan kebijakan
dewan sekolah di tingkat distrik.
Sejak awal, pemerintah (pusat dan daerah) haruslah suportif atas gagasan MBS.
Mereka harus mempercayai kepala sekolah dan dewan sekolah untuk menentukan
cara mencapai sasaran pendidikan di masing-masing sekolah. Penting artinya
memiliki kesepakatan tertulis yang memuat secara rinci peran dan tanggung jawab
dewan pendidikan daerah, dinas pendidikan daerah, kepala sekolah, dan komite
sekolah. Kesepakatan itu harus dengan jelas menyatakan standar yang akan dipakai
sebagai dasar penilaian akuntabilitas sekolah. Setiap sekolah perlu menyusun
laporan kinerja tahunan yang mencakup "seberapa baik kinerja sekolah dalam
upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber
dayanya, dan apa rencana selanjutnya."
Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-
masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat
memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua
unsur penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan
tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang
berkepentingan. Selain itu, semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung
jawab pengambilan keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana
dalam organisasi.
Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang
dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain
menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah
memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan
dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.
Salah satu studi yang dilakukan di Amerika Serikat yang menelaah ratusan
dokumen justru menunjukkan bahwa dalam banyak contoh, MBS tidak mencapai
tujuan yang ditetapkan. Studi itu menunjukkan bahwa peningkatan prestasi murid
tampaknya hanya terjadi di sejumlah sekolah yang dijadikan pilot studi dan dalam
jangka waktu tidak lama pula.
Hasil MBS di daerah perkotaan masih belum jelas benar. Di sekolah di daerah
pingiran kota Maryland menunjukkan adanya peningkatan prestasi murid dalam
skor tes terutama di kalangan orang Amerika keturunan Afrika, setelah
Meskipun peningkatan skor tes mungkin dapat dipakai sebagai indikasi langsung
kemampuan MBS meningkatkan prestasi belajar murid, cukup banyak pula bukti
tidak langsung. Misalnya, sudi kasus yang dilakukan terhadap dua distrik sekolah di
Kanada menunjukkan bahwa pengambilan keputusan yang didesentralisasikan
menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih efektif. Salah seorang guru
memutuskan untuk mengurangi penggunaan mesin fotokopi agar dapat
mempekerjakan staf tambahan. Tinjauan tahunan sekolah menunjukkan bahwa
kepuasan murid sekolah menengah pertama dan lanjutan meningkat terhadap
banyak hal setelah diadakannya pembaruan. Para murid menunjukkan adanya
peningkatan dalam bidang-bidang penting seperti kegunaan dan efektivitas mata
pelajaran dan penekanan sekolah atas sejumlah kecakapan dasar.
MBS tidak boleh dinyatakan gagal sebelum memperoleh kesempatan yang adil
untuk diterapkan. Banyak program yang tidak berkonsentrasi pada prestasi
pendidikan, dan banyak pula yang merupakan variasi dari model hierarkis
tradisional ketimbang penataan ulang wewenang pengambilan keputusan secara
aktual. Pengalaman penerapan di negara lain menunjukkan bahwa daerah yang
benar-benar mendelegasikan wewenang secara substansial kepada sekolah
cenderung memiliki pimpinan yang mendukung eksperimentasi dan yang
memberdayakan pihak lain. Ada indikasi bahwa pembaruan yang berhasil juga
mengharuskan adanya jaringan komunikasi, komitmen finansial terhadap
pertumbuhan profesional, dukungan dari semua komponen komunitas sekolah.
Selain itu, pihak yang terlibat harus benar-benar mau dan siap memikul peran dan
tanggung jawab baru. Para guru harus disiapkan memikul tanggung jawab dan
menerima kewenangan untuk berinisiatif meningkatkan pembelajaran dan
bertanggung gugat atas kinerja mereka.
Penerapan MBS yang efektif seyogianya dapat mendorong kinerja kepala sekolah
dan guru yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi murid. Oleh sebab itu,
harus ada keyakinan bahwa MBS memang benar-benar akan berkontribusi bagi
peningkatan prestasi murid, sekalipun tidak secara langsung. Ukuran prestasi harus
ditetapkan multidimensional, jadi bukan hanya pada dimensi prestasi akademik.
Dengan taruhan seperti itu, daerah-daerah yang hanya menerapkan MBS sebagai
mode akan memiliki peluang yang kecil untuk berhasil.
Sumber Acuan
Memberdayakan Kepala
Sekolah Sebagai Manajer
di Sekolah
Secara sederhana dapat diterjemahkan bahwa keberhasilan sekolah tergantung pada teknik
mengelola manusia-manusia yang ada di sekolah untuk suatu keberhasilan yang tak terukur
nilainya yaitu pemanusiaan manusia dalam diri peserta didik dan penghargaan
bagi rekan-rekan pendidik sebagai insan yang kreatif
dan peduli akan nasib generasi penerus bangsa
Xaviery*
Biasanya di awal tahun ajaran baru para orang tua menjadi pusing memikirkan
kelanjutan pendidikan putera-puteri mereka. Berhadapan dengan biaya sekolah
yang mahal dan beban ekonomis yang berat rasanya tak kuat lagi hidup di dunia
ini. Alhasil, mereka cenderung memilih sekolah negeri. Kalau pun ada sekolah
swasta maka lebih sering putera-puterinya diarahkan kepada sekolah-sekolah
swasta yang gencar promosinya, walaupun belum mengetahui apa yang sebenarnya
yang ada dan akan terjadi. Ada juga orang tua yang sering mengklarifikasi eksistensi
sekolah dan kemajuannya sehingga melihat prospek sekolah sebagai wacana utama
sebelum menjatuhkan pilihan.
Namun sedemikian urgennya wacana mengenai kemajuan sekolah tidaklah lebih
urgen bila orang memberikan atensinya pada kiprah kepala sekolah. Eksplorasi
argumen dapat diberikan pada pernyataan ini.
Pertama, kepala sekolah adalah pelaksana suatu tugas yang sarat dengan harapan
dan pembaharuan. Kemasan cita-cita mulia pendidikan kita secara tidak langsung
diserahkan kepada kepala sekolah. Optimisme orang tua yang terkondisikan pada
kepercayaan menyekolahkan putera-puterinya pada sekolah tertentu tidak lain
berupa fenomen menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah. Peserta didik
dapat belajar dan membelajarkan dirinya hanya karena fasilitasi kepala sekolah.
Seonggokan aturan dan kurikulum yang selanjutnya direalisasiakan oleh para
pendidik sudah pasti atas koordinasi dan otokrasi dari kepala sekolah. Singkatnya,
kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan.
Kedua, sekolah sebagai suatu komunitas pendidikan membutuhkan seorang figur
pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang ada dalam sekolah
untuk suatu visi dan misi sekolah. Pada level ini, kepala sekolah sering dianggap
satu atau identik, bahkan secara begitu saja dikatakan bahwa wajah sekolah ada
pada kepala sekolahnya. Di sini tampak peranan kepala sekolah bukan hanya
seorang akumulator yang mengumpulkan aneka ragam potensi penata usaha, guru,
karyawan dan peserta didik; melainkan konseptor managerial yang
bertanggungjawab pada kontribusi masing-masingnya demi efektivitas dan
efiseiensi kelangsungan pendidikan. Akhirnya, kepala sekolah berperanan sebagai
manager yang mengelola sekolah. Sayang sekali kalau kedua peran itu yakni sebagai
*
Pemerhati pendidikan di Batam, dimuat dalam www.pendidikan. net 3 Februari 2003
Krisis Kepemimpinan
Dualisme kurikulum nasional seakan-akan memberikan pekerjaan rumah tersendiri
bagi kepala sekolah. Demi standarisasi dan uniformitas, kepala sekolah menerima
semua mata pelajaran resmi milik para konseptor pendidikan. Sayangnya, peserta
didik dikorbankan oleh beban pelajaran yang kian menekan. Pengembangan
kurikulum dengan cara menambah mata pelajaran alternatif bukannya menambah
gairah belajar peserta didik malah memposisikan peserta didik sebagai robot
kurikulum. Belum lagi ada pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan. Kapan mereka
bermain? Kapan mereka bersosialisasi dengan lingkungan? Sekolah betul-betul
tidak membebaskan peserta didik.
Kemasan kurikulum yang rapi itu pun masih belum bisa direalisasikan. Peserta
didik dibiarkan mengembara tanpa seorang fasilitator secara berlarut lama.
Kalaupun ada maka kualitasnya pun tak bisa dibanggakan karena selalu menunggu
instruksi dari kepala sekolah. Bukankah peserta didik harus memperoleh ilmu
pengetahuan? Bukankah mereka wajib menuntut hak mereka bila sudah melunasi
kewajibannya?
Krisis itu kian menghantu ketika kepala sekolah tidak lagi melihat rekan-rekannya
sebagai sumber daya yang cukup potensial demi kemajuan sekolah. Hal ini ditandai
oleh berbagai kebijakan dan keputusan yang kurang partisipatif. Ada kesan seolah-
olah mau kerja sendiri. Loyalitas buta dari mitra kerjanya malah dibanggakan.
Kebiasaan buruk dalam memberikan sterotip yang irrasional bercokol akrab pada
insan sentral ini. Orang yang kritis menyiasati keadaan kerapkali dianggap musuh
yang segera disingkirkan. Itu pertanda rendahnya intelektualitas dan gagal
membangun suatu team work yang solid. Roh apa yang merasuki insan-insan ini?
Barangkali nafas politik orde baru yang telah sekian lama menggerogoti dunia
pendidikan sehingga kepala sekolah begitu egois dan sentralistik. Sangat
disayangkan bila masyarakat sebagai owner pendidikan membiarkan seorang tokoh
sentral sekolah bertindak otoriter dan tak mampu mengelola konflik. Lebih konyol
lagi, ketika sang kepala sekolah harus lari dari persoalan yang ditimbulkan akibat
keputusan yang sentralistik dan bingung mencari solusi yang akomodatif.
Krisis itu kian membara apabila kepala sekolah tidak mengetahui tugasnya sebagai
kepala sekolah. Bukankah dia adalah seorang planner, organizer, actuater dan
controller? Tidak ada tanda-tanda bagi sebuah manajemen yang teratur.
Komunikasi yang interpersonal dengan rekan kerja tidak banyak dilakukan.
Manajemen waktu, kurikulum, system informasi dan pembagian tugas yang jelas
kepada para wakil-wakilnya seolah-olah sudah ada tetapi tanpa arah yang pasti.
pengumuman sehingga sesuatu yang urgen dan bahkan harus segera dipecahkan
malah dibuat dalam bentuk pemberitahuan yang tak menuntut banyak masukan
dan tanggapan. Kesannya, kepala sekolah itu orang yang sudah banyak
pengetahuan dan pengalaman sehingga meremehkan input yang datang dari
grassroot. Sang kepala sekolah jarang berada di kantor, super sibuk, gemar
menghadiri pertemuan di luar sekolah. Ironisnya, kepala sekolah yang sibuk itu
tidak mengetahui perkembangan informasi yang mungkin sangat berguna bagi
peserta didik dan perkembangan rekan-rekannya. Kedisiplinan sebagai alasan bagi
pemecatan bawahan tetapi kepala sekolah sering tidak masuk sekolah dan berdalil
mengikuti meeting yang begitu urgen dan tak terwakilkan.
Kegagalan sekolah sebetulnya sudah diambang pintu bila letak prioritas kebutuhan
sekolah bukan pada kualitas intern tetapi pada promosi dan sensasi. Kecanggihan
sekolah dimegahkan pada deretan CD komputer sambil melupakan ketersediaan
buku dan majalah yang merangsang kesadaran membaca peserta didik.
Kepopuleran sekolah terletak pada seberapa jumlah masyarakat yang mengetahui
bahwa sekolahnya sudah terjamah oleh teknologi canggih yang menyajikan
pembelajaran via media OHP/LCD Projector sambil terlena dalam kebodohan
melihat efek negatif dan efektivitas dari penggunaan fasilitas itu. Seberapa banyak
waktu yang dipakai untuk menggerakkan mouse komputer? Apakah cocok media
ini dipakai dalam pembelajaran seperti matematika. Menulis angka-angka, rumus
dan proses kerja matematika di papan tulis itu juga merupakan suatu proses belajar.
Jadi, tak perlu meremehkan fasilitas pembelajaran yang sudah dipakai bertahun-
tahun lamanya.
Manajer di Sekolah
Mengimbangi krisis yang ada, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai educator
dan administrator, melainkan juga harus berperanan sebagai manajer dan
supervisor yang mampu menerapkan manajemen bermutu. Indikasinya ada pada
iklim kerja dan proses pembelajaran yang konstruktif, berkreasi serta berprestasi.
Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya
yang ada dan yang dapat diadakan secara efisien dan efektif untuk mencapai visi
dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas jalannya lembaga sekolah
dan kegiatannya. Kepala sekolah berada di garda terdepan dan dapat diukur
keberhasilannya.
Pada prinsipnya manajemen sekolah itu sama dengan manajemen yang diterapkan
di perusahaan. Perbedaannya terdapat pada produk akhir yang dihasilkan. Yang
dihasilkan oleh manajemen sekolah adalah manusia yang berubah. Dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak berpengalaman menjadi berpengalaman, dari
yang tak bisa menjadi bisa. Sedangkan sasaran manajemen perusahaan itu pada
kualitas produksi benda-benda mati. Jadi, manajemen sekolah berandil kuat pada
pembentukan kualitas manusia yang merupakan generasi penerus bangsa. Atensi
masyarakat yang telah teralienasikan akibat propaganda wacana teknologi dalam
pembelajaran harus segera diobati dengan mengedepankan wacana kualitas kepala
sekolah. Realitas sekolah itu dimanage oleh kepala sekolah bukan pada kata-kata
para marketer yang mengejar target siswa demi perolehan bonus.
Para ahli manajemen seperti Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E.
Hoslisson (1997,18) melihat bahwa salah satu input strategis bagi langkah maju
perusahaan adalah membentuk konsep yang berbasiskan sumber daya manusia
demi suatu profitabilitas yang tinggi. Tak ada salahnya konsep ini dipakai di
sekolah. Secara sederhana dapat diterjemahkan bahwa keberhasilan sekolah
tergantung pada teknik mengelola manusia-manusia yang ada di sekolah untuk
suatu keberhasilan yang tak terukur nilainya yaitu pemanusiaan manusia dalam diri
peserta didik dan penghargaan bagi rekan-rekan pendidik sebagai insan yang kreatif
dan peduli akan nasib generasi penerus bangsa.
Tujuh kegiatan pokok yang harus diemban kepala sekolah yakni merencanakan,
mengorganisasi, mengadakan staf, mengarahkan/orientasi sasaran,
mengkoordinasi, memantau serta menilai/evaluasi. Melalui kegiatan perencanaan
terjawablah beberapa pertanyaan: Apa yang akan, apa yang seharusnya dan apa
yang sebaiknya? Hal ini tentu berkaitan dengan perencanaan reguler, teknis-
opersional dan perencanaan strategis (jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang). Kepala sekolah mulai menggarap bidang sasaran yang mungkin
sebelumnya sudah dikaji secara bersama-sama.
Pada kegiatan selanjutnya yaitu pengadaan staf, yang dilakukan adalah berpikir
tentang siapa yang diperlukan dan dipercayakan dalam bidang garapan itu masing-
masingnya setelah dipilah-pilah dan diprioritaskan. Adakah dan siapakah orangnya
dan bagaimana mengikutsertakannya?
Pertanyaan mengenai kejelasan siapa yang harus mengarahkan dan dari siapa
pengarahan/petunjuk itu didapatkan dilakukan pada tahap pengarahan/orientasi
Yang penting baginya adalah mempunyai pemahaman yang tangguh akan hakikat
manusia. McGregor (1960) berasumsi bahwa manusia tidak memiliki sifat bawaan
yang tidak menyukai pekerjaan. Di bawah kondisi tertentu manusia bersedia
mencapai tujuan tanpa harus dipaksa dan ia mampu diserahi tanggung jawab.
Urgensitasnya bagi kepala sekolah adalah menerapkan gaya kepemimpinan yang
partisipatif demokratik dan memperhatikan perkembangan profesional sebagai
salah satu cara untuk memotivasi guru-guru dan para siswa.
Selain itu berlandaskan teori Maslow (1943), kepala sekolah juga disentil dengan
persepsi bahwa guru dan siswa berkemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang
berbeda-beda. Yang pasti mereka akan mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakni
interaksi, afiliasi sosial, aktualisasi diri dan kesempatan berkembang. Oleh karena
itu, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih keras. Kiat kepala
sekolah adalah memikirkan fleksibilitas peran dan kesempatan, bukannya otoriter
dan "semau gue". Demi kelancaran semua kegiatan itu kepala sekolah harus
mengubah gaya pertemuan yang sifatnya pemberitahuan kepada pertemuan yang
sesungguhnya yakni mendengarkan apa kata mereka dan bagaimana seharusnya
mereka menindaklanjutinya.
Dalam hal kekurangberhasilan wajah sekolah mungkin tepat dilekatkan pada kepala
sekolah. Bahkan bukan sekedar melekatkan melainkan suatu konsekuensi kiprah
regulasi kepala sekolah. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal
mengarungi samudera, kepala sekolah mengatur dan memanajemeni segala sesuatu
yang ada di sekolah. Dengan demikian, yang harus bertanggung jawab atas
kandasnya sebuah sekolah dan gagalnya peserta didik adalah kepala sekolah.
Apabila sekolah menuai keberhasilan maka kinerja kepala sekolah telah terukur.
Semakin banyak orang yang menikmati kepuasan batin, yakni dihargai,
diberdayakan dan prestatif adalah tanda-tanda kemajuan bagi kepala sekolah.
Nahkoda sekolah telah mendekatkan keberhasilan para penumpang pada wilayah
tujuan yang ingin diraihnya. Peserta didik merasa enjoy dan betah bila berada di
sekolah. Proses pembelajarannya telah menjadikan peserta didik lebih manusiawi
dan semakin menemukan diri mereka sendiri. Para guru mempunyai sense of
belonging yang tinggi akan sekolah. Kualitas sekolah dirajut dan dipertahankan.
Bukan tidak mungkin hal-hal itu secara tidak langsung memikat para pengembara
idealis untuk memasukkan anak-anaknya pada sekolah yang bermutu itu.