PEMBELAJARAN
KLINIK
LISTYANA NATALIA R
DEFINISI
Merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di klinik
yang memungkinkan pendidik memilih & menerapkan cara
mendidik yang sesuai dengan objektif, dan karakteristik
individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran (Nursalam, 2002)
suatu bentuk belajar professional yang menyokong terjadinya
belajar yang berfokus pada pasien dan situasi yang nyata yaitu
interaksi antara pengajar, peserta didik, dan pasien
suatu sarana yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menerapkan pengetahuan teori ke dalam
pembelajaran dengan menerapkan beberapa ketrampilan
intelektual dan psikomotor yang diperlukan untuk memberikan
askep yg berkualitas pada pasien (Swheer)
TUJUAN
a. Meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang ilmu pengetahuan dan masalah
keperawatan
b. Menumbuhkan dan membina sikap serta
ketrampilan professional sebagai perawat
c. Mengadakan adaptasi atau penyesuaian
profesional di lingkungan di mana mereka
kelak akan bekerja
METODE
1. Experensial
2. Proses insiden
3. Konferensi (pre & post conference)
4. Case Conference
5. Observasi/Ronde Keperawatan
6. Observasi/Bed Side Teaching (BST)
1. EXPERENSIAL
DEFINISI
merupakan metode berupa penugasan untuk membuat catatan dan
laporan secara tertulis dilahan praktek
2. .Pelaksanaan
- Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh ketua tim
- Ketua tim menyampaikan kasus yang dibahas dan tindakan kep.
yang telah dilakukan
- Ketua tim meminta masukan dari perawat tentang permasalahan
yangdihadapi
- Ketua tim menyimpulkan hasil secara keseluruhan dari kegiatan case
conference secara khusus tindak lanjut untuk kasus yang disajikan
- Ketua tim menyampaikan kontrak pertemuan berikut & menutup
kegiatan
3. Dokumentasi
- Ketua tim mendokumentasikan hasil dari case conference
- Kepala ruangan menilai kemampuan ketua tim dalam melakukan caseconference
5. BED SIDE TEACHING
suatumetode pembelajaran klinis yang melibatkan
pasien, mahasiswa, dan pembimbing klinis yang
dilakukan dalam konteks klinis
3. Anamnesa
• Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras.
• Hindari duduk di atas tempat tidur pasien.
• Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal penting atau untuk
memperjelas.
TAHAPAN BST
4. Pemeriksaan fisik
• Minta pelajar untuk memeriksa pasien.
• Izinkan pasien untuk berpartisipasi (mendengarkan, meraba, dll).
• Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat.
• Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil pemeriksaan yang baru
pertama kali ditemukan
5. Diskusi
• Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan dilaksanakan
• Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab kepada mahasiswa
yang merawat pasien.
• Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yang paling junior.
• Hindari bicara yang tidak perlu
• Izinkan pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat tidur.
• Minta pasien untuk menanggapi bedside teaching yang telah dilakukan.
• Ucapkan terima kasih pada pasien
HAMBATAN PASIEN
Pasien merasa tidak nyaman.
Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang
kondisi fisiknya tidak stabil.
Pasien tidak ada di tempat.
Pasien salah pengertian dalam diskusi.
Pasien tidak terbuka.
Pasien tidak kooperatif atau marah.
RONDE KEPERAWATAN
(NURSING ROUNDS)
DEFINISI
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi
antara pengajar dan perawat atau siswa perawat
dimana terjadi proses pembelajara
(Clement (2011)
MANFAAT
membantu mengembangkan keterampilan
keperawatan (Clement, 2011)
akan meningkatkan pengetahuan perawat
,peningkatan ini bukan hanya keterampilan dan
pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga
peningkatan secara menyeluruh (Wolak et al,
2008)
Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat
dapat mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan
pada pasien berhasil atau tidak (Clement, 2011)
MANFAAT
Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde
keperawatan akan mendapat pengalaman secara
nyata dilapangan (Clement, 2011).
membanu mengorientasikan perawat baru pada
pasien. (Clement, 2011).
Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan
pasien. Penelitian Febriana (2009) ronde keperwatan
meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding
tidak lakukan ronde keperawatan
Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan ronde
keperawatan menurunkan angka insiden pada pasien
yang dirawat.
Peran PN (ketua tim) & AN
(anggota tim)
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi
klien
2. Menjelaskan masalah keperawata utama.
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang
akan dilakukan
4. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang
akan diambil.
Peran Konsultan
1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement
3. Menilai kebenaran dari suatu masalah,
intervensi keperawatan serta tindakan yang
rasional
4. Mengarahkan dan koreksi
5. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah
dipelajari
KRITERIA PASIEN
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
Intervensi keperawatan selanjutnya.
KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
- Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
- Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
- Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses
- Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
- Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
3. Hasil
- Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
- Masalah klien dapat teratasi.
- Perawat dapat :
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.
Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
Meningkatkan kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
SELAMA
T
BELAJAR