Anda di halaman 1dari 57

TUJUH ALAT BARU DALAM PENGENDALIAN

QUALITAS/NEW SEVEN TOOLS

Alat untuk memetakan permasalahan secara terstruktur


pada tingkatan manajemen menengah ke atas

https://eriskusnadi.com/2012/12/22/about-7-new-quality-tools/
PERBANDINGAN

7 TOOLS 7 NEW TOOLS


1. Pareto 1. Affinity Diagram
2. Histogram 2. interrelationship diagram,
3. Fishbone 3. Tree Diagram
4. Scatter diagram 4. Matrix Diagram
5. Control Chart 5. Matrix Data Analysis
6. Check Sheet 6. Process Decision Program Chart
7. Grafik 7. Activity Network Diagram
• Karena alat-alat ini digunakan oleh tingkatan manajemen pada
saat perencanaan, maka permasalahan yang dipecahkan
lazimnya bersifat kualitatif menggunakan data verbal (karena
belum ada data numerik) sehingga 7 New Quality Tools sering
diklasifikasikan sebagai teknik-teknik kualitatif, sebaliknya 7
Basic Quality Tools diklasifikasikan sebagai teknik-teknik
kuantitatif.
• Tentu saja pengkalsifikasian ini tidak tepat karena fishbone
diagram dan flowchart adalah teknik kualitatif, sementara
matrix data analysis adalah teknik kualitatif. Gambar berikut
memperlihatkan bagaimana pengklasifikasian kedua alat
Natayani, et al (1994)
menjelaskan hubungan
antara 7 Basic Quality Tools
dan 7 new quality tools
Gambar 2 memperlihatkan bagaimana keduanya saling melengkapi satu
sama lain dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kualitas.
Mengumpulkan fakta-fakta menjadi data. Dengan keduanya, orang-orang
dapat memilih apakah mau menyediakan data dalam bentuk numerik atau
lisan. Tujuan akhirnya adalah mendapatkan informasi. Bagaimana pun
menurut Nayatani, et al. (1994), informasi itu penting karena tanpa
informasi, kita tidak akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan (memecahkan masalah yang berhubungan dengan
kualitas).
Seperti halnya 7 Basic Quality Tools, 7 New Quality Tools tetap
mengacu kepada prinsip manajemen kualitas yaitu berbicara
dengan fakta. Keduanya merupakan alat-alat yang mudah
dipahami oleh orang-orang yang bekerja di bidang engineering
maupun di luar bidang engineering dan tanpa memerlukan
pendidikan tinggi untuk menguasainya.
1. Affinity Diagram : menghasilkan sejumlah besar isu
2. interrelationship diagram: mengklarifikasi saling keterhubungan
factor-factor pada situasi rumit.
3. Tree Diagram : memecah obyek yang besar menjadi beberapa
level yang lebih kecil/tajam
4. Matrix Diagram: menganalisis dan memberi peringkat hubungan
antara 2 atau lebih variabel
5. Matrix Data Analysis/Prioritas: memprioritaskan isu
berdasarkanbobot kriteria
6. Process Decision Program Chart : menghalangi hal2 yang
mengagetkan atau hasil yg tidak diharapkan
7. Activity Network Diagram: menjadwal proyek secara efisien
1. Affinity Diagram
• Affinity: gaya gabung, kesamaan
• Affinity diagram adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar
gagasan, opini, masalah, solusi, dan sebagainya yang bersifat data verbal melalui sesi
curah pendapat (brainstorming), kemudian mengelompokkannya ke dalam
kelompok-kelompok yang sesuai dengan hubungan naturalnya. Metode ini
diciptakan pada tahun 1960-an oleh Jiro Kawakita, seorang antropolog Jepang,
sehingga sering disebut juga metode KJ (sesuai inisial penemunya, Kawakita Jiro).

• Metode ini biasa digunakan untuk menentukan dengan akurat (pinpointing)


masalah dalam situasi yang kacau (chaotic) dengan harapan dapat menghasilkan
strategi solusi untuk penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu, metode ini
membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam organisasi. Affinity diagram
selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk membuat sebuah fishbone diagram.
Gambar 3 di bawah ini adalah contoh affinity diagram.
• Affinity diagram  digunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar
gagasan, opini, masalah, solusi, dan sebagainya yang bersifat data
verbal, kemudian mengelompokannya ke dalam kelompok-
kelompok yang sesuai dengan hubungan naturalnya. Metode ini
diciptakan pada tahun 1960-an oleh Jiro Kawakita, seorang
antropolog Jepang, sehingga sering disebut juga metode KJ (sesuai
inisial penemunya, Kawakita Jiro).
• Metode ini biasa digunakan untuk menentukan dengan akurat
(pinpointing) masalah dalam situasi yang kacau (chaotic) dengan
harapan dapat menghasilkan strategi solusi untuk penyelesaian
masalah tersebut. Oleh karena itu, metode ini membutuhkan
keterlibatan semua pihak dalam organisasi.
• Media yang digunakan untuk metode ini adalah sticky notes atau kartu, pulpen,
permukaan yang lebar (papan tulis, dinding, meja, atau lantai). Prosedur affinity
diagram  adalah sebagai berikut:
• Selama sesi curah pendapat, setiap peserta mencatat pendapat-pendapatnya
dalam sticky notes. Catatan setiap peserta tersebut ditempelkan secara acak di
papan tulis sehingga  semua catatan terlihat oleh semua peserta.
• Carilah pendapat-pendapat mana saja yang tampaknya saling berhubungan.
• Urutkan catatan ke dalam kelompok sampai semua catatan terkelompokkan dan
pilihlah sebuah judul untuk setiap kelompok.
• Agar lebih mudah mengelola dan menganalisisnya, kita dapat menggabungkan
kelompok-kelompok  tersebut menjadi sebuah kelompok besar, atau sebaliknya
membagi sebuah kelompok catatan menjadi sub-sub kelompok yang lebih kecil.
• Affinity diagram selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk membuat sebuah 
fishbone diagram
Gambar 1b. Contoh Affinity Diagram:
Gambar 1a. Contoh Affinity Diagram:
Area Terorganisir (catatan diurutkan
Area Penempatan (urutan catatan dalam
berdasarkan kelompok
kondisi acak)
2. Interrelationship Diagram

• Interrelationship diagram (diagram keterkaitan


masalah) adalah alat untuk menganalisis hubungan
sebab dan akibat dari berbagai masalah yang kompleks
sehingga kita dapat dengan mudah membedakan
persoalan apa yang merupakan driver (pemicu
terjadinya masalah) dan persoalan apa yang
merupakan outcome (akibat dari masalah). Gambar 4 di
bawah ini adalah contoh interrelationship diagram.
•Jika dibandingkan alat-alat lainnya, interrelationship diagram jarang
digunakan. Namun, dalam situasi yang cukup rumit, alat ini merupakan
sarana yang kuat  untuk memaksa team memetakan interaksi berbagai
faktor, dan biasanya mengarahkan persoalan-persoalan paling penting ke
dalam fokus improvement.

•Interrelationship diagram digunakan untuk menganalisis hubungan sebab


dan akibat dari berbagai masalah yang kompleks sehingga kita dapat
dengan mudah membedakan persoalan apa yang
merupakan driver (pemicu terjadinya masalah) dan persoalan apa yang
merupakan outcome (akibat dari masalah).
prosedur membuat interrelationship
diagram 
1. Tuliskan rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam sebuah
kalimat yang jelas pada sebuah sticky notes atau kartu dan tempelkan
rumusan permasalahan pada bagian atas papan tulis.
2. Lakukan sesi curah pendapat untuk menampung persoalan-persoalan
yang terkait dengan permasalahan yang sedang dibahas, di mana
setiap peserta curah pendapat menuliskan setiap persoalan pada
sebuah sticky notes atau kartu.
3. Tempelkan sembarang persoalan sebagai titik awal pada papan tulis,
kemudian tempelkan lagi persoalan lain yang kira-kira mempunyai
hubungan dengan persoalan pertama di dekat kartu persoalan
pertama. Ulangi sampai semua kartu menempel pada papan tulis.
Kita harus memberi jarak yang cukup antar kartu di papan tulis untuk
menggambar garis panah nantinya.
Gambar 1a. Memindahkan Catatan ke Gambar 1b. Memindahkan Catatan ke
Form Diagram: Area Penempatan Sesi Form Diagram: “Sebab” ditempatkan
Curah Pendapat di dekat “Akibat”
4. Setelah semua persoalan tertempel pada papan tulis, fokuskan pada
sebuah persoalan dan bandingkan dengan sebuah persoalan lain, apakah di
antara dua persoalan tersebut terdapat:
• hubungan sebab/akibat yang kuat,
• hubungan sebab/akibat yang lemah, atau
• tidak ada hubungan sebab/akibat
Tentukan juga persoalan mana yang merupakan sebab dan persoalan mana
yang merupakan akibat di antara dua persoalan yang mempunyai hubungan
sebab/akibat yang kuat maupun lemah. Gambarkan garis panah dari
persoalan yang merupakan sebab menuju persoalan yang merupakan
akibat. Untuk hubungan sebab/akibat yang kuat menggunakan garis panah
penuh dan untuk hubungan sebab/akibat yang lemah menggunakan garis
panah putus-putus. Jangan menggambar garis dengan dua panah. Ulangi
identifikasi hubungan sebab/akibat untuk setiap persoalan yang ada.
5. Analisis diagram:
• Hitung berapa jumlah garis panah yang masuk dan berapa
jumlah garis panah yang keluar. Tuliskan jumlahnya pada
bagian bawah setiap kartu persoalan.
• Perhatikan persoalan mana yang memiliki banyak garis panah
keluar. Ini indikasi bahwa persoalan tersebut
merupakan driver dan bisa jadi persoalan tersebut merupakan
akar penyebab masalah (root cause).
• Perhatikan juga persoalan mana yang memiliki banyak garis
panah masuk. Ini indikasi bahwa persoalan tersebut
merupakan outcome yang juga mungkin penting sebagai
parameter untuk mengatasi permasalahan.
• Pastikan juga kita memeriksa apakah persoalan-persoalan yang
memiliki garis panah yang sedikit adalah kunci persoalan.
Perhatikan contoh interrelationship diagram pada Gambar di bawah ini yang
menggambarkan situasi krisis keuangan dalam suatu industri manufaktur.

Interrelationship Diagram: Penambahan Garis Panah


untuk Menganalisis Hubungan Sebab-Akibat
Kartu merah muda pada Gambar 2 di atas berisi tulisan “Krisis
keuangan” menunjukkan rumusan permasalahan yang dibahas.
Setelah semua garis panah ditarik, persoalan-persoalan kunci
menjadi jelas, yang mana:

“Kesalahan Planning” memiliki nol garis panah masuk dan empat


garis panah keluar. Jadi penyebab dasar krisis keuangan yang terjadi
di industri tersebut adalah karena kesalahan perencanaan (planning).
“material tidak tersedia” dan “target produksi tdk dapat terpenuhi”
masing-masing memiliki tiga garis panah masuk sehingga keduanya
merupakan akibat utama yang menjadi kunci untuk menghindari
masalah krisis keuangan.
3. Tree Diagram

• Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk


memecahkan konsep apa saja, seperti kebijakan, target, tujuan,
sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas, atau aktivitas-aktivitas
secara lebih rinci ke dalam sub-subkomponen, atau tingkat yang
lebih rendah dan rinci. 
• Tree Diagram dimulai dengan satu item yang bercabang menjadi dua
atau lebih, masing-masing cabang kemudian bercabang lagi menjadi
dua atau lebih, dan seterusnya sehingga nampak seperti sebuah
pohon dengan banyak batang dan cabang.
• Tree Diagram  telah digunakan secara luas  dalam perencanaan, desain, dan
pemecahan masalah tugas-tugas yang kompleks.
• Alat ini biasa digunakan ketika suatu perencanaan dibuat, yakni untuk
memecahkan sebuah tugas ke dalam item–item yang dapat dikelola
(manageable) dan ditugaskan (assignable).
• Penyelidikan suatu masalah juga menggunakan tree diagram untuk
menemukan komponen rinci dari setiap topik masalah yang kompleks.
• Penggunaan alat ini disarankan jika risiko-risiko dapat diantisipasi tetapi
tidak mudah diidentifikasi. 
• Tree diagram lebih baik ketimbang interrelationship diagram untuk
memecah masalah, yang  mana masalah tersebut bersifat hirarkis. Oleh
karena itu, gunakan alat  ini hanya untuk masalah-masalah yang  dapat
dipecahkan secara hirarkis. Gambar 5 di bawah ini adalah
contoh interrelationship diagram.
Prosedur membuat tree diagram,
silahkan buka posting yang berjudul:
Pemecahan Masalah dengan Tree
Diagram atau Diagram Pohon.

Mendorong inovasi
Mengurangi leadtime pengiriman
Pasar Produk
Baru Mengembangkan produk yg unik
Meningkatkan nilai produk
Meningkatkan Menetapkan harga premium
Pendapatan Membangun citra perusahaan
Meningkatkan poin penjualan
Meningkatkan pemasaran
produk yang sudah ada Mempertahankan pelanggan eksisting
Menarik pelanggan baru
Meningkatkan Meningkatkan utilisasi fasilitas
rasio ekonomi
dan arus kas Meningkatkankeahlian karyawan
Mengurangi biaya Perbaikan kapabilitas proses eksisting
kesesuaian Redisain kapasitas proses
Program Kaizen-Teian
Mengurangi
Pembiayaan Mengurangi downtime
Mengurangi pemborosan
Mengurangi biaya Mengurangi ekses
ketidaksesuaian
Mengurangi skrap and repair
Mengurangi polusi
• Adakalanya suatu sasaran improvement membutuhkan rincian 
lengkap tentang bagaimana jalur dan tugas-tugas yang perlu
dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut. Dalam tujuh alat
perencanan manajemen (7 management and planning tools) atau 7
New Quality Tools  terdapat diagram yang dapat mengungkap
secara sederhana tentang besarnya suatu masalah serta mengurai
apa saja langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pemecahan
masalah tersebut. Diagram itu dikenal dengan nama tree
diagram atau atau diagram pohon.
• Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk
memecahkan konsep apa saja, seperti kebijakan, target, tujuan,
sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas, atau aktivitas-aktivitas
secara lebih rinci ke dalam sub-subkomponen, atau tingkat yang
lebih rendah dan rinci. Tree Diagram dimulai dengan
satu item yang bercabang menjadi dua atau lebih, masing-masing
cabang kemudian bercabang lagi menjadi dua atau lebih, dan
seterusnya sehingga nampak seperti sebuah pohon dengan banyak
batang dan cabang.
• Tree Diagram  telah digunakan secara luas  dalam perencanaan, desain,
dan pemecahan masalah tugas-tugas yang kompleks. Alat ini biasa
digunakan ketika suatu perencanaan dibuat, yakni untuk memecahkan
sebuah tugas ke dalam item–item yang dapat dikelola (manageable) dan
ditugaskan (assignable). Penyelidikan suatu masalah juga
menggunakan tree diagram untuk menemukan komponen rinci dari setiap
topik masalah yang kompleks. Penggunaan alat ini disarankan jika risiko-
risiko dapat diantisipasi tetapi tidak mudah diidentifikasi. Tree
diagram lebih baik ketimbang interrelationship diagram untuk memecah
masalah, yang  mana masalah tersebut bersifat hirarkis. Oleh karena itu,
gunakan alat  ini hanya untuk masalah-masalah yang  dapat dipecahkan
secara hirarkis.
prosedur membuat tree diagram:
1. Buat draft pernyataan sasaran (goal statement)
• Buat suatu pernyataan sasaran, proyek, rencana, masalah, atau persoalan lain yang sedang
diselidiki. Tulis persoalan tersebut pada bagian paling atas (untuk tree diagram vertikal) atau pada
bagian paling kiri (untuk tree diagram horizontal).
2. Buat team yang tepat
• Team harus terdiri dari dari orang-orang yang mampu berpikir analitis (bukan kreatif), dan harus
memiliki pengetahuan rinci terkait topik sasaran yang sedang dibahas termasuk keahliannya dalam
memecah masalah ke tingkat yang lebih rinci. Idealnya ukuran team berkisar antara 4-6 orang.
3. Buat sub-sub sasaran
• Lakukan curah pendapat (brainstorming) untuk membuat batang pertama tree diagram. Hal ini
berarti membuat rencana aksi (action plan) apa pada tingkat/level pertama agar pernyataan
sasaran dapat tercapai. Terus ulangi hal ini pada level-level berikutnya yang lebih rinci sampai
mendapatkan elemen fundamental seperti: tindakan spesifik yang dapat ditugaskan, komponen
yang tidak dapat dibagi lagi, akar penyebab, atau sampai team mencapai batas keahlian mereka.
Jika kita telah membuat affinity diagram atau interrelationship diagram
  sebelumnya, kita  dapat mengambil gagasan-gagasan dari sana. Tulis gagasan atau
rencana aksi tersebut di bawah pernyataan pertama (untuk pohon vertikal) atau di
sebelah kanan pernyataan pertama (untuk pohon horizontal). Tunjukkan hubungan
antara level tersebut dengan garis panah.
4. Lakukan peninjauan
• Lakukan pemeriksaan secukupnya sesuai dengan yang
dibutuhkan pada setiap level, gunakan pertanyaan-pertanyan
seperti berikut:
• Apakah ada hal-hal yang terlupakan?
• Apakah item pada setiap level telah cukup menjelaskan level
diatasnya?
• Apakah item pada setiap level memang benar-benar perlu
dilakukan untuk level diatasnya?
• Apakah tugas-tugas yang dihasilkan mengarah pada pencapaian
sasaran?
Contoh Tree Diagram untuk Meningkatkan Rasio Ekonomi dan
Arus Kas Perusahaan.

Mendorong inovasi
Mengurangi leadtime pengiriman
Pasar Produk
Baru Mengembangkan produk yg unik
Meningkatkan nilai produk
Meningkatkan Menetapkan harga premium
Pendapatan Membangun citra perusahaan
Meningkatkan poin penjualan
Meningkatkan pemasaran
produk yang sudah ada Mempertahankan pelanggan eksisting
Menarik pelanggan baru
Meningkatkan Meningkatkan utilisasi fasilitas
rasio ekonomi
dan arus kas Meningkatkankeahlian karyawan
Mengurangi biaya Perbaikan kapabilitas proses eksisting
kesesuaian Redisain kapasitas proses
Program Kaizen-Teian
Mengurangi
Pembiayaan Mengurangi downtime
Mengurangi pemborosan
Mengurangi biaya Mengurangi ekses
ketidaksesuaian
Mengurangi skrap and repair
Mengurangi polusi
4. Matrix Diagram

• Matrix diagram adalah alat yang sering digunakan untuk


menggambarkan tindakan yang diperlukan untuk suatu perbaikan
proses atau produk. Matrix diagram selalu terdiri dari baris dan
kolom yang menggambarkan hubungan dua atau lebih faktor untuk
mendapatkan informasi tentang sifat dan kekuatan dari masalah
sehingga kita bisa mendapatkan ide-ide untuk memecahkan
masalah. Gambar 6 di bawah ini adalah contoh-contoh matrix
diagram.
Jenis-jenis matrix
diagram dan cara
membuatnya, silahkan
buka posting yang
berjudul: Tentang
Matrix Diagram.
• Alat ini sering digunakan untuk menggambarkan tindakan yang
diperlukan untuk suatu perbaikan proses atau  produk. Matrix
diagram terkadang disebut juga sebagai Quality Function
Deployment (QFD).  Matrix diagram selalu terdiri dari baris dan
kolom yang menggambarkan hubungan dua atau lebih faktor untuk
mendapatkan informasi tentang sifat dan kekuatan dari masalah
sehingga kita bisa mendapatkan ide-ide untuk memecahkan
masalah.
A. Bentuk dan Penggunaan Matrix Diagram
• Matrix diagram dapat dibentuk dalam beberapa cara yang berbeda, yaitu sebagai
berikut:
• L-matrix menghubungkan dua grup (grup B ke grup A) atau menghubungkan item–
item dalam satu grup (item–item dalam grup A).
• T-matrix menghubungkan tiga grup (grup B dan C ke grup A, tetapi grup B dan C
tidak saling terhubung).
• Y-matrix menghubungkan tiga grup, masing-masing grup ini berhubungan dengan dua
grup lainnya dalam mode melingkar.
• C-matrix menghubungkan tiga grup  semuanya secara bersamaan, berbentuk 3
dimensi.
• X-matrix  menghubungkan empat grup, masing-masing  terhubung dengan dua grup
lainnya dalam mode melingkar.
• Roof-matrix menghubungkan item–item dalam satu grup, ini biasanya digunakan
bersamaan dengan L-matrix atau T-matrix.
B. Cara Membuat Matrix Diagram
Gitlow, 1990, pp. 104-110

1. Pilih suatu topik atau masalah.


2. Bentuk sebuah team terdiri dari 4-5 orang. Tim harus mengidentifikasi
permasalahan yang ada.
3. Pilih fasilitator untuk mengkoordinasi kegiatan team.
4. Tentukan variabel-variabel produk atau proses yang akan dipelajari.
5. Tentukan bentuk matriks berdasarkan tugas.
6. Tempatkan informasi dalam matriks.
7. Tarik garis dari matriks.
8. Tentukan simbol-simbol yang akan digunakan termasuk keterangannya,
sebagai contoh lihat Gambar 13 di bawah ini.
Simbol-Simbol Matrix Diagram yang Sering Digunakan
9. Masukkan simbol-simbol ke dalam sel-sel matriks yang tepat.
10. Analisis matrix diagram, pelajari dan pahami hubungan yang
penting bagi proses pengambilan keputusan.

Saat ini matrix diagram semakin banyak digunakan oleh industri-


industri manufaktur. Dengan memahami langkah dasar untuk membuat
matrix diagram, kita akan menemukan bahwa alat ini merupakan alat
yang sangat serbaguna yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi
di industri manufaktur sebelum membuat sebuah keputusan besar .
5. Matrix Data Analysis

• Matrix data analysis adalah alat yang digunakan untuk mengambil data
yang ditampilkan dalam matrix diagram dan mengaturnya sehingga
dapat lebih mudah diperlihatkan dan menunjukkan kekuatan hubungan
antar variabel.
• Hubungan antara variabel data yang ditampilkan pada kedua sumbu
diidentifikasi dengan menggunakan simbol-simbol untuk derajat
kepentingan atau data numerik untuk evaluasi. Menurut Michalski (1997),
alat ini paling sering digunakan sebagai tampilan karakteristik data untuk
kepentingan pelaksanaan riset pasar dan menjelaskan produk dan jasa.
• Gambar 7 di bawah ini adalah contoh matrix data analysis.
Matrix data analysis
disusun untuk
kemudahan visualisasi
dan perbandingan.
Konsepnya cukup
sederhana, namun
kompleks dalam
pelaksanaannya
(termasuk dalam
pengumpulan data).
6. Activity Network Diagram

• Activity network diagram adalah alat yang digunakan untuk


merencanakan atau menjadwalkan proyek. Untuk
menggunakannya, kita harus mengetahui urutan tugas-tugas
beserta durasinya. Beberapa versi activity network diagram yang
luas pemakaiannya adalah: CPM (critical path method), PERT
(program evaluation and review technique), dan PDM (precedence
diagram method). Gambar 8 di bawah ini adalah contoh activity
network diagram.
Penjelasan lebih
rinci mengenai
activity network
diagram, silahkan
buka posting yang
berjudul: Activity
Network Diagram
(Bagian Pertama),
dan prosedur
penjadwalan
proyeknya dalam:
Activity Network
Diagram (Bagian
Kedua) — Prosedur
Penjadwalan
Proyek.
• Sistem adalah serangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung
sehingga interaksi dan saling pengaruh dari salah satu subsistem (bagian) akan
mempengaruhi keseluruhan sistem (Huse & Bowditch, 1973, p. 28). Jenis sistem yang
kompleks akan lebih mudah dipahami jika digambarkan dalam sebuah diagram
daripada melalui bahasa tulisan. Diagram mampu memperlihatkan saling keterkaitan
yang sebenarnya antara bagian-bagian yang dapat ditampilkan dalam sistem.
• Dalam perangkat manajemen proyek, kita mengenal sebuah diagram yang
disebut activity network diagram (diagram jaringan kerja). Activity network
diagram merupakan salah satu dari tujuh alat perencanaan manajemen (7
management and planning tools) atau 7 New Quality Tools sehingga dalam 
businessdictionary.com disebutkan bahwa activity network diagram adalah salah
satu alat manajemen kualitas:
• Dengan activity network diagram dapat dilakukan analisis terhadap jadwal waktu
penyelesaian proyek, masalah yang mungkin timbul jika terjadi
kelambatan, probability selesainya proyek, biaya yang diperlukan dalam rangka
mempercepat penyelesaian proyek, dan sebagainya.
• Terdapat beberapa versi activity network diagram, namun yang luas pemakaiannya adalah:
• CPM (critical path method), merupakan teknik pertama activity network diagram yang
diperkenalkan pertama kali tahun 1957 oleh M. R. Walker dari DuPont Company and J. E.
Kelley, Jr. dari Remington Rand Univac. [1]
• PERT (program evaluation and review technique), yang diperkenalkan tahun 1958 oleh 
U.S. Navy Special Projects Office.
• PDM (precedence diagram method), yang dikembangkan oleh J. W. Fondahl dari Stanford
University pada awal dekade 1960-an.
• Perbedaan mendasar antara CPM dan PERT adalah terletak pada
perkiraan waktu, CPM menaksir waktu dengan cara pasti
(deterministic) sedangkan PERT dengan cara kemungkinan
(probabilistic). Metode ketiga, PDM, memiliki jaringan kerja yang
lebih sederhana karena kegiatan atau tugas-tugas digambarkan
pada node (simpul atau sambungan jalur), bukan pada garis panah
seperti pada CPM dan PERT. Metode menggambarkan kegiatan
pada node disebut metode diagram AON (activity on node),
sedangkan metode menggambarkan kegiatan pada garis panah
disebut metode diagram AOA (activity on arrow) atau arrow
diagramming method (ADM).
7. PDPC (Process Decision Program Chart)

• PDPC adalah diagram untuk memetakan rencana kegiatan beserta


situasi yang mungkin terjadi sehingga PDPC bukan saja dibuat
untuk tujuan pemecahan akhir dari suatu masalah, tetapi juga
untuk menanggulangi kejutan risiko yang mungkin terjadi. Dengan
kata lain PDPC digunakan untuk merencanakan skenario, jika pada
situasi tertentu terjadi masalah, kita telah merencanakan
bagaimana kemungkinan penyelesaian masalahnya sehingga kita
siap untuk menanganinya. Gambar 9 di bawah ini adalah contoh
PDPC.
Langkah-langkah pembuatan PDPC dapat dilihat pada posting yang
berjudul: Process Decision Program Chart (PDPC).
• Setiap rencana merupakan gambaran suatu keinginan yang
diharapkan terjadi. Namun, tak jarang juga kita mengalami ketika
suatu rencana yang telah disusun sedemikian rupa berjalan
terlambat atau bahkan gagal. Memang tidak ada yang bisa
menjamin kalau rencana yang sudah dibuat itu akan benar-benar
berjalan persis seperti yang diharapkan.
• Menurut Straker (2011), ada dua pendekatan untuk mengatasi
rencana yang melenceng jauh dari tempatnya,
yaitu: firefighting dan risk management.
• Firefighting sesuai dengan artinya tindakan dilakukan
seperti team pemadam kebakaran yang beraksi ketika kebakaran sudah
terjadi. Dalam dunia kerja,  kita mungkin sering menemui seorang kepala
bagian atau manajer yang secara tiba-tiba mengeluarkan perintah,
mengubah rencana, dan menyelipkan jadwal untuk menghadapi rencana
yang melenceng tak terduga. Tindakan di menit-menit terakhir ini tentu
saja tidak baik dalam dunia manajemen, dan tak jarang akan mem-
pending pekerjaan lain yang sudah direncanakan karena segala sumber
daya cenderung akan dikerahkan untuk keberhasilan
tindakan firefighting ini.
• Sebaliknya, risk management adalah tindakan ancang-ancang pada tahap
perencanaan untuk menghadapi masalah potensial ketika rencana
dijalankan.  ISO 31000:2009 mendefinisikan risk management sebagai
kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
berkaitan dengan risiko. Risiko dalam ISO 31000 didefinisikan sebagai efek
ketidakpastian pada tujuan. Tentu saja yang paling sulit dalam kegiatan ini
adalah mengidentifikasi  risiko sebenarnya.
• Dalam tujuh alat perencanaan manajemen (7 management and planning
tools) atau 7 New Quality Tools  terdapat alat yang dapat menjalankan
metode sederhana untuk membantu mengidentifikasi risiko dan
pencegahannya. Alat itu dikenal dengan nama Process Decision Program
Chart (PDPC).
• PDPC adalah diagram untuk memetakan rencana kegiatan beserta situasi
yang mungkin terjadi sehingga PDPC bukan saja dibuat untuk tujuan
pemecahan akhir dari suatu masalah, tetapi juga untuk menanggulangi
kejutan risiko yang mungkin terjadi. Dengan kata lain PDPC digunakan
untuk merencanakan skenario, jika pada situasi tertentu terjadi masalah,
kita telah merencanakan bagaimana kemungkinan penyelesaian
masalahnya sehingga kita siap untuk menanganinya. Misal, jika pada
situasi dan kegiatan ABC terjadi masalah DEF, maka kemungkinan
penyelesaian masalahnya adalah GHI atau JKL, atau kemungkinan yang
lain.
• penggunaan umum PDPC menurut Michalski (1997):
• Untuk melaksanakan perencanaan kemungkinan (contingency planning)
sebelum melakukan kegiatan kompleks dengan ketidakpastian yang
sangat tinggi.
• Untuk memastikan tindakan penanggulangan (countermeasure) yang
paling mungkin dalam rangka meminimalkan setiap masalah yang
mungkin muncul ketika kegiatan yang tidak biasa harus dilaksanakan.
• Untuk mengantisipasi masalah-masalah dan mempertimbangkan
konsekuensi karena terjadinya kesalahan atau kesenjangan dalam
perencanaan.
• iagram PDPC sama seperti   
tree diagram, PDPC mengambil setiap
cabang   tree diagram untuk
mengantisipasi kemungkinan masalah
yang terjadi dan menganalisis tindakan
penanggulangan yang bisa mencegah
berkembangnya masalah yang lebih
luas. Simbol-simbol yang umum
digunakan untuk membuat PDPC
ditunjukkan dalam gambar
langkah-langkah pembuatan PDPC
Langkah 1
• Team merujuk kepada hasil pengumpulan data dan analisis sebelumnya. Sumber data
ini juga dapat menjadi masukan untuk tree diagram, matrix diagram, atau alat
lainnya.
Langkah 2
• Buat diagram PDPC atau tree diagram dari rencana yang diusulkan (lihat contoh pada
Gambar 2).
• Level tertinggi memperlihatkan sasaran atau tujuan.
• Level kedua berisi kegiatan utama
• Level ketiga berisi tugas-tugas yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan utama.
• Pastikan bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan sumber data.
Langkah 3
• Untuk setiap tugas pada level ketiga, lakukan brainstorming apa yang dapat menjadi
masalah? Tinjau seluruh masalah potensial dan eliminasi setiap masalah yang tidak
mungkin terjadi atau yang konsekuensinya tidak akan signifikan. Cantumkan masalah
pada level keempat di bawah tugas-tugas yang berkaitan.
Langkah 4
• Untuk setiap masalah potensial pada level keempat, lakukan brainstorming apa
upaya penanggulangan (countermeasure) yang paling mungkin? Upaya
penanggulangan bisa berupa tindakan atau perubahan terhadap rencana yang dapat
mencegah masalah, atau tindakan yang dapat mengatasi masalah saat masalah itu
terjadi. Cantumkan tindakan penanggulangan pada level kelima (simbol berbentuk
awan).
Langkah 5
• Evaluasi upaya penanggulangan apakah dapat dikerjakan atau tidak? Tandai dengan O
untuk upaya yang dapat dilakukan dan X untuk upaya yang sulit dilakukan.
Langkah 6
• Tinjau kembali diagram, buat revisi jika diperlukan, dan jangan lupa cantumkan
tanggal pembuatan.

Anda mungkin juga menyukai