Anda di halaman 1dari 54

IDENTIFIKASI, KLASIFIKASI DAN

TAKSONOMI BAKTERI

Dr. Ir. Yenny Wuryandari


BEBERAPA CARA IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI
1.KONVENSIONAL TAXONOMY
didasarkan pada morfologi, pertumbuhan, sifat fisiologi biokimia
Fisiologi : uji pH, NaCl, OF, suhu, biovar, bacteriocin
Biokimia : uji gram, katalase, oksidase

2. NUMERICAL TAXONOMY
didasarkan pd kesamaan dr sejumlah besar karakter fenotipik secara
keseluruhan. Metode ini prosesnya lebih lengkap dari pada pd klasifikasi
konvensional, lebih dari 50 karakter fenotipik diuji dan data diprogram di
komputer

3.MOLEKULER TAXONOMY
didasrkan pada parameter DNA, seperti komposisi dasar guanine
cytosine (G+C) homolog, restriksi framen-length polymorphism (RFLP) dan
tranfer gen

4.CHEMOTAXONOMY
didasarkan pada pembentukan komponen sel, profil metabolik, pigmen
misal : komposisi kimia dr peptidoglykan, komponen gula dan asam
amino
KONVENSIONAL TAXONOMY

Identifikasi bakteri didasarkan pada

1. morfologi (bentuk, susunan, ukuran sel),


2. karakteristik koloni (bau, warna koloni, sifat koloni
terhadap media  pertumbuhan, elevasi, bentuk
pinggiran koloni) dan
3. sifat fisiologi dan biokimia

Syarat bakteri yang akan diidentifikasi, antara lain


* Bakteri dalam kondisi biakan murni
•Umur 24-48 jam
Setiap uji harus menggunakan kontrol untuk
mengetahui apakah media serta reagens yang
digunakan memenuhi persyaratan.

Selain itu kontrol digunakan juga untuk melihat


bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat.

Untuk mengetahui bahwa media yang digunakan


bekerja dengan baik, dapat digunakan biakan
mikroorganisme yang memberikan hasil  positif
dan negatif.
Contoh
Langkah-langkah Identifikasi suatu bakteri
Contoh

Gambar . Gejala layu pada tanaman tomat yang diduga


disebabkan oleh Ralstonia solanacearum
Pembuktian secara cepat dengan mengecek adanya
masa bakteri dlm jaringan pembuluh

Aliran bakteri dari jaringan pembuluh


yang berwarna cokelat pada tanaman sakit
Caranya : bagian akar atau batang dipotong membujur secara tipis diletakkan
pada gelas benda dan diberi aquades , secara cepat diamati di bawah
mikroskop, agar aliran masa bakteri yang keluar dari jaringan pembuluh yang
berwana coklat bisa terlihat
Koloni bakteri hasil isolasi diduga
bakteri Ralstonia solanacearum

Ciri –ciri koloni : berwarna putih susu, berwarna amis, bentuk


koloni tidak beraturan, koloni fluidal, bila diterawangkan ke lampu
koloni tidak tembus cahaya
Koloni bakteri yang menunjukkan ciri-ciri bakteri Ralstonia solanacearum
Sel bakteri dari hasil isolasi tsb di
atas (Ralstonia solanacearum)
Determinasi bakteri

Isolat bakteri (bakteri dari hasil isolasi) yang


diperoleh dideterminasi dengan melakukan
pengujian sifat-sifat fenotipik.

Sifat-sifat fenotipik ( mengacu deskripsi


Hayward, 1994 )
1. Pengujian Gram

KOH 3 % diteteskan pada gelas benda .


Selanjutnya satu ose koloni diambil dari biakan
murni bakteri yang berumur 48 jam diletakkan
pada gelas benda yang telah ada KOHnya .
Dengan menggunakan jarum ose dilakukan
gerakan berputar-putar dan ditarik-tarik keatas.
Jika larutan KOH menjadi lentur seperti benang
dengan panjang kurang lebih 0,5 - 2 cm atau lebih
berarti reaksi positif sebagai bakteri gram negatif.
Gambar . Uji gram ditunjukkan dengan pembentukan benang
pada koloni bakteri yang diberi KOH 3%
Reaksi gram merupakan sifat dasar untuk divisi atau kelompok
utama dari bakteri (Fahy & Hayward, 1983). Tujuan dilakukan uji
gram adalah untuk mengetahui sifat struktur selubung sel
bakteri (Goto, 1992). Bakteri gram negatif ditunjukkan dengan
adanya perubahan mengental dari larutan KOH dan menjadi
benang-benang dengan panjang kurang lebih 0,5 – 2 cm dari
larutan 3 % KOH yang telah diberi koloni bakteri.
Bakteri gram negatif mempunyai dua membran sel yaitu
membran plasma dalam (membran sel) dan membran plasma
luar. Dinding sel bakteri gram negatif terdiri atas sejumlah kecil
polimer struktural (< 10%) dan peptidoglikan (Kerr & Gibb, 1997).
Produksi slime setelah perlakuan ini mungkin terjadi
pengrusakan dinding sel dan pembebasan DNA (Fahy &
Hayward, 1983).
2. Uji katalase atau reduksi hydrogen peroksida

Biakan bakteri digoreskan pada gelas benda kemudian


ditetesi H2O2 5% . Terjadinya gelembung udara dalam waktu
1 – 2 detik menunjukkan bahwa bakteri mereduksi H2O2

Gambar . Uji katalase dengan ditunjukkan adanya gelembung udara


pada koloni bakteri yang diberi H2O2
Uji katalase: untuk mengetahui apakah bakteri dapat
menghasilkan enzim katalase. Katalase adalah
hemienzim yang dapat mendekomposisi hidrogen
peroksida menjadi air dan gas oksigen.

Katalase sebagian besar dihasilkan oleh bakteri


aerob dan tidak dihasilkan oleh bakteri obligat
anaerob. Sebagian besar bakteri dan bakteri patogen
tumbuhan bersifat katalase positif (Sands, 1990).
3. Uji Oksidase
Satu ose biakan bakteri yang berumur 24 – 48 jam
digoreskan pada kertas saring yang telah diperlakukan
dengan larutan Kovac’s Oxydase. Apabila dalam waktu 10
detik ,pada spot dimana ada goresan kertas berubah warna
menjadi ungu maka hasil positif.

Gambar . Uji Oksidase, ditunjukkan dengan adanya warna ungu


pada kertas kovac’s yang ada goresan bakteri
Pada pengujian oksidase yang menggunakan uji kovac’s oxydase
yaitu kertas filter Whatman yang diperlakukan dengan 1% larutan
tetramethyl paraphenilenediamine dihydrochloride.

Reaksi positif ditunjukkan dengan munculnya warna ungu pada


goresan koloni bakteri pada kertas filter.

Reaksi positif akan terjadi bila ada nitrit dalam medium. Oleh
karena itu medium yang berisi nitrit akan lebih mungkin beraksi
positif dengan membentuk warna ungu dibandingkan medium
yang berisi nitrat dan pada spesies yang mungkin dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit seperti pada beberapa
pseudomonads.
4. Kebutuhan oksigen ( oksidasi fermentasi = OF )
Dalam pengujian oksidatif – fermentative, suspensi bakteri
diinokulasikan pada medium untuk OF test dalam tabung
reaksi. Salah satu tabung yang telah diinokulasi, permukaan
mediumnya ditutup dengan minyak paraffin steril setinggi 1 cm

Pengamatan dilakukan 3 – 4 hari setelah inokulasi. Bakteri yang


bersifat oksidatif hanya tumbuh pada medium yang tidak
ditutup minyak paraffin, yang ditunjukkan dengan perubahan
warna medium dari hijau menjadi kuning.
Kebutuhan oksigen (Oksidasi fermentasi =OF)

Pada medium Ayer’s et al., adanya reaksi atau


perubahan warna kuning pada medium
menunjukkan terbentuknya asam pada medium.

Isolat yang mampu tumbuh pada medium baik yang


ada atau tidak ada minyak parafin berarti bersifat
oksidatif fermentatif.

Isolat yang hanya dapat tumbuh pada medium yang


tidak ditutup minyak parafin saja berarti bersifat
oksidatif.
Pertumbuhan bakteri pada medium yang ditutup
maupun yang tidak ditutup minyak parafin (warna kuning)
Bakteri Oksidatif Fermentatif
Pertumbuhan bakteri pada medium yang tidak ditutup minyak parafin
(warna kuning) dan tidak ada pertumbuhan pada medium yang ditutup (warna tetap hijau)
Bakteri bersifat oksidatif
5. Hidrolisis pati
Bakteri ditumbuhkan pada medium pati dan
diinkubasikan pada suhu kamar selama 48 jam
kemudian ditetesi dengan larutan KI (Kalium
Yodida).
Bakteri yang menghidrolisis pati akan membentuk
zone terang berwarna jernih di sekeliling koloni
bakteri .
Isolat bakteri tidak dapat menghidrolisis pati (a).
Sebagai kontrol positif dengan warna bening disekitar pertumbuhan bakteri
digunakan Xanthomonas sp .(b)
Pada medium yang mengandung pati, isolat bakteri yang
diuji tidak dapat menghidrolisis pati. Hal ini ditunjukkan
dengan tidak terjadinya perubahan warna jernih pada daerah
pertumbuhan bakteri ketika ditetesi dengan larutan yodida
(I2).

Sebagai kontrol positif yaitu bakteri yang mampu


menghidrolisis pati digunakan bakteri Xanthomonas sp.

Uji hidrolisis pati bertujuan untuk mengetahui aktivitas


enzim amilase dari bakteri untuk mendegradasi amilum.

Bakteri tidak membentuk warna bening menunjukkan


bahwa isolat bakteri R. solanacearum tidak mampu
membentuk enzim amilase yang dapat mendegradasi
amilum atau pati, sehingga amilum masih ada dalam
medium, terbukti dengan masih tetap berwarna biru setelah
ditetesi dengan yodida
6. Denitrifikasi

Medium agar setengah lunak yang telah disiapkan


dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml
disterilkan di autoklaf pada suhu 20 C selama 30 menit .

Biakan murni bakteri yang berumur 48 jam diambil


dengan menggunakan jarum preparat ditusukkan pada
medium , selanjutnya ditutup dengan 2-3 ml 3% agar air
yang dicairkan.

Apabila diinkubasikan selama 3 – 7 hari pada suhu 28 –


320 C, bakteri dapat tumbuh dengan baik berarti
menunjukkan denitrifikasi positif .
Gambar . Pembentukan nitrit dari nitrat pada hari ke-2.
Ada pertumbuhan bakteri dan membentuk gas
Bakteri mereduksi nitrat yaitu ditunjukkan dengan
adanya pertumbuhan pada medium uji yang telah
ditutup agar air, meskipun tidak semua isolat
membentuk gas dari nitrat

Beberapa menghasilkan nitrit dari nitrat dan yang


lainnya menghasilkan gas dari nitrat.

Reaksi yang lebih kuat dari uji ini dapat diperoleh


jika isolat ditumbuhkan beberapa waktu dalam
medium yang berisi nitrat untuk meningkatkan
aktivitas enzim nitrat reduktase.
7. Pembentukan pigmen fluorescent

Bakteri ditumbuhkan pada medium King’s B. Setelah 72 jam


koloni yang tumbuh diamati dengan sinar ultra violet. Bakteri
fluorescent akan menghasilkan pigmen berwarna hijau
kekuningan.

Gambar . Pembentukan pigmen fluorescent


Pembentukan pigmen fluoresen

Pigmen bakteri ini dapat membantu dalam identifikasi bakteri


(goto, 1992). Pigmen fluorescent merupakan salah satu
variabel untuk membedakan bakteri lain terutama dengan
bakteri Pseudomonas fluorescent yang dapat membentuk
pigmen fluoresen pada medium King’s B.

Pigmen fluorescent dapat diamati di bawah sinar ultraviolet


gelombang panjang (365 nm). Pembentukan pigmen akan
meningkat pada medium yang kekurangan zat besi atau Fe,
misalnya medium King’s B.

Bakteri R. solanacearum, tidak mampu menghasilkan pigmen


fluoresen kuning kehijauan pada medium King’s B. Hal ini
nampak berbeda dengan kontrol yaitu menggunakan bakteri
Pseudomonas fluorescent yang dapat mengeluarkan pigmen
fluoresen hijau kekuningan pada medium King’s B.
8. Pertumbuhan bakteri pada berbagai tingkat suhu
Isolat bakteri yang diuji pada beberapa tingkat suhu
inkubasi, menunjukkan bahwa ke-15 isolat masih mampu
tumbuh pada suhu 35 C dan bahkan ada 2 isolat yang masih
mampu tumbuh pada suhu 40 C. Sebaliknya ke-15 iolat tidak
mampu tumbuh pada suhu 11 C. Meskipun bakteri mampu
tumbuh pada suhu 20 C, 30 C, dan 35 C bahkan beberapa
isolat dapat tumbuh pada suhu 40 C, tetapi bakteri R.
solanacearum isolat Malang tumbuh paling baik atau optimum
pada suhu 30 C
Gambar . Pertumbuhan bakteri pada berbagai suhu
Warna keruh menunjukkan adanya pertumbuhan
bakteri
Ada perbedaan mengenai suhu optimum untuk
pertumbuhan bakteri isolat Malang dengan yang
dideskripsikan oleh hayward (1976).

Menurut deskripsi Hayward (1976), suhu optimum untuk


pertumbuhan bakteri R. solanacearum adalah 35 – 37 C.
Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan tempat
penelitian dimana suhu yang dilaporkan Hayward (1976)
adalah di Amerika Serikat, yang tentunya mempunyai
perbedaan faktor-faktor lingkungan yang lain. Variasi suhu
optimum, suhu minimum, maupun suhu maksimum R.
solanacearum sangat luas (1976). Hal ini terbukti dengan
beragamnya suhu optimum untuk pertumbuhan R.
solanacearum di beberapa negara. Di Sri Lanka dan
Colombia bakteri tumbuh terbaik pada suhu 35 C, di Cina 37
C, dan di Kenya 30 C (French, 1985 dalam Persley, 1985).
9. Pertumbuhan bakteri pada berbagai pH
pengujian terhadap pertumbuhan bakteri pada beberapa pH,
menunjukkan, ke-15 isolat tidak dapat tumbuh pada pH 4.
Sebaliknya bakteri tumbuh pada medium dengan pH 5,6,7,8
dan bahkan masih dapat tumbuh pada pH 9 dan 10 meskipun
waktu yang diperlukan lebih lama dan pertumbuhan sangat
sedikit. Bakteri tumbuh dengan optimum pada pH 7, hal ini
ditunjukkan dengan paling keruhnya medium pada pH tersebut
.
Dibandingkan dengan sifat fisiologi dan biokimia beberapa
isolat Australia yang dideskripsikan oleh Hayward (1976), maka
untuk pertumbuhan bakteri pada beberapa tingkat pH ada
perbedaan yaitu terutama pada pH 10. Dari hasil penelitian pada
pH 10, masih ada satu isolat yang masih dapat tumbuh,
sedangkan menurut Hayward (1976) pada pH 9 isolat Australia
tidak bisa tumbuh. Keadaan tersebut mungkin disebabkan
karena tempat penelitian yang berbeda yang tentunya faktor
ekologi yang lain juga berbeda sehingga akan mempengaruhi
sifat-sifat fisiologi dan biokimia termasuk pertumbuhan bakteri
pada tingkat pH tertentu
Gambar . Pertumbuhan bakteri pada berbagai pH
Warna keruh menunjukkan adanya pertumbuhan
bakteri
10. Pembentukan Levan
Medium NA dibuat terlebih dahulu selanjutnya
ditambah 5% sukrosa dan disterilkan menggunakan
autoklaf selama 20 menit.

Biakan murni diinokulasikan atau digoreskan dalam


medium dan diinkubasikan pada suhu 270 C selama 2 –
5 hari. Koloni berbentuk kubah, mucoid menunjukkan
reaksi positif
Pembentukan Levan

Hasil pengujian terhadap 15 isolat bakteri yang


diperoleh menunjukkan bahwa diameter koloni pada hari
ke-2 rata-rata 1-1,5 mm dan setelah 3 hari inkubasi sebesar
1,25-1,55 mm. Koloni tidak berbentuk cembung atau kubah
seperti Xanthomonas campestris sebagai kontrol positif
yang koloninya berdiameter 1,2-2 mm pada hari ke-2 dan
berdiameter 2,5-3 pada hari ke-3.

Hal ini berarti isolat yang diuji tidak ada aktivitas enzim
levan sukrase yang memproduksi polifruktose seperti X.
campestris. Seperti pendapat Fahy & Hayward (1983),
bahwa koloni yang terbentuk pada medium sukrosa 5%
transparan sampai tidak tembus cahaya, berkilau, mucoid,
cembung seperti bentuk kubah. Koloni berdiameter 3-5 mm
setelah 2 hari dan 5-7 mm setelah 3 hari inkubasi.
 
11. Hidrolisis Arginin

Medium Thornley’s ZA dimasukkan dalam tabung


reaksi sebanyak 5 ml, selanjutnya disterilisasi di
autoklaf pada suhu 1210 C selama 10 menit.

Biakan murni bakteri yang berumur 48 jam diambil


dengan menggunakan jarum preparat ditusukkan
pada medium ditutup dengan 3% agar air yang
dingin dan diinkubasikan pada suhu 270 C.
Jika tes positif, medium akan berubah merah
dalam 4 – 7 hari.
Hidrolisis arginin adalah pengujian yang
bertujuan untuk mengetahui adanya 2 enzim
yang memungkinkan bakteri tertentu tumbuh di
bawah kondisi anaerob.

Enzim ini menghasilkan ATP oleh adanya


perubahan dari arginin ke ornithin dengan
turunan dari CO2 dan NH3 (Klement et al.,
1990). Amonia yang dihasilkan dari arginin di
bawah kondisi anaerob menyebabkan
perubahan alkalin dalam medium. Reaksi alkalin
positif ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna yang lebih merah dibandingkan dengan
warna merah muda pada kontrol ( Fahy dan
Hayward, 1983 dalam Fahy dan Presley, 1983).
Reaksi negatif (warna lebih muda dari kontrol)
12. Uji reaksi hipersensitif
Bakteri R. solanacearum ditumbuhkan pada medium
YPGA miring dalam tabung reaksi selama 48 jam pada suhu
280 C, kemudian disuspensikan dalam air steril dengan
konsentrasi 108 cfu/ml. Suspensi diinjeksikan ke dalam ruang
antarsel pada daun tembakau kultivar White Burley yang
berumur sekitar 2 bulan ( Klement et al., 1990 ).
Pengamatan dilakukan terhadap timbulnya nekrosis
pada daerah suntikan dalam waktu 18 – 24 jam. Pada uji
reaksi hipersensistif R. solanacearum ras 1 akan
mengakibatkan klorosis setelah 2 hari didikuti kelayuan daun
setelah satu minggu ( Klement et al., 1990 )
Gambar . Reaksi hipersensitif pada daun
tembakau,
24 jam setelah inokulasi
UJI REAKSI HIPERSENSITIF

Gejala nekrosis tidak terbatas pada area yang terinfiltrasi


saja tetapi meluas ke bagian daun yang lain bahkan sampai
ke tulang daun. Pada semua isolat nekrosis diikuti dengan
meluasnya gejala pada daun dan menjadi layu dalam waktu
satu minggu. Reaksi tersebut di atas menunjukkan bahwa
patogen yang diinfiltrasikan ke daun tembakau menimbulkan
reaksi kompatibel.
Kunci untuk identifikasi bakteri patogen gram negatif

1.Oksidatif
…………………………………………………………………………………. 2
fermentatif
……………………………………………………………………………… Erwinia

2.Menghasilkn fluorescen pd medium King’s B …………………………


Pseudomonas
tidak menghasilkan ………………………………………………………………..
3

3.Menghasilkn 3 ketolaktosa pada agar laktosa …………………………


Agrobacterium
tidak menghasilkan ………………………………………………………………..
4

4.Oksidatif + …………………………………………………………………………….
5
Oksidatif -
…………………………………………………………………………….. 6
SIFAT-SIFAT PENTING
BEBERAPA BAKTERI PATOGEN TANAMAN
GRAM NEGATIF

SIFAT- AGROBAKTERIUM ERWINIA PSEUDOMONAS XANTHOMONAS


SIFAT
FLAGEL circumtrich peritrich polar Polar
OF O F O O
WARNA putih Putih Putih/ fluoresen Kuning/ kadang
KOLONI beberapa putih
kuning
PENGGU - - - ++
NAAN
PATI
Sifat-sifat fenotipik
Bakteri R. solanacearum (Hayward, 1994)

No. Reaksi positif Reaksi negatif


1 Larut dlm KOH 3 % (Gram Pigmen fluoresen
negatif)
2. katalase Pencairan gelatin
3. Kovac’s oksidase Hidrolisis pati
4. Akumulasi PHB Hidrolisis esculin
5. Menggunakan sitrat Produksi levan
6. Tumbuh pada medium 1% Tumbuh pada medium 2%
NaCl NaCl
7 Oksidatif Dehidrolase arginin
IDENTIFIKASI, KLASIFIKASI, DAN TAKSONOMI

Identifikasi Bakteri
Ciri-ciri utama genus bakteri patogenik tumbuhan :

1. Agrobakterium
- berbentuk batang 0,8 x 1,5- 3 um
- bergerak dgn 1 – 4 flagel peritrich atau 1 lateral
- menghasilkan polisakarida sangat banyak bila pada medium
banyak karbohidrat
- koloni tidak berwarna dan halus
- pada rizosfer dan soil inhabitant
- ada 3 spesies

2. Clavibacter (Corynebacterium)
- bentuk batang lurus agak sedikit bengkok 0,5 – 0,9 x 1,5 – 4 um
- umumnya tidak bergerak, kadang punya 1-2 flagel polar
- gram positif
- ada 5 spesies
3. Erwinia
- bentuk batang lurus 0,5-1,0 x 1,0-3,0 um
- bergerak dengan bbrp fflagel peritrich
- bersifat anaerob fakultatif
- bbrp tidak mengasilkan enzim pektik  nekrotik  E. amilovora
- bbrp punya aktifitas pektolitik  busuk lunak  E. carotovora
- ada 21 spesies

4. Pseudomonas
- bentuk batang yg lurus sampai melengkung 0,5-1 x 1,5-4 um
- flagel satu- banyak polar
-ada yang menghasilkan pigmen fluoresen ada yang tidak
- contoh : P. putida dan P. fluorescens  pigmen fluorescens
P. solanacearum (R. solaancearum)  tidak
- Ada 17 spesies
5. Xanthomonas
- berbentuk batang lurus 0,4-1,0 x 1,2-3 um
- flagel satu polar
- pada medium agar umumnya kuning
- pertumbuhan lambat
- semua spesies patogen tumbuhan
- ada 5 spesies

6. Streptomyces
- hifa ramping
- bercabang tanpa sekat melintang, diameter 0,5 – 2 um
- semua spesies penghuni tanah tetap
- gram positif
- ada 2 spesies
TEST YG DIGUNAKAN UNTUK MEMBEDAKAN BEBERAPA
SPESIES PSEUDOMONAS PATOGEN TANAMAN

Group 1. poly-B-hydroxybutirat tidak terakumulasi, arginin


dihydrolase negatif
1. Oxidase negatif ………………………….. P. syringae
2. Oxidase positif …………………………… P. cichorii

Group 2. Poly-B-hydroxybutirat terakumulasi


1. Arginin dihydrolase positif ………………. P. caryophylii
2. Arginin dihydrolase negatif
i. tidak denitrifikasi …………………….... P.cepacia
P. gladioli
P. solanacearum
ii. Denitrifikasi……………………………… P. solanacearum
sebagian besar strain
TEST LOPAT
UNTUK MEMBEDAKAN PSEUDOMONAD FLUORESEN
PATOGENIK DAN NON PATOGENIK

SPESIES LEVAN OXIDASE POTATO ARGININ HR


ROT DEHIDROL TOBACCO
ASE

P. syringae + - - - +

P. fluorescens - + - + -

P. viridiflava - - + - +
PERBEDAAN RALSTONIA SOLANACEARUM
DALAM RAS

RAS 1 RAS 2 RAS 3 RAS 4 RAS 5


tanaman Tanaman Kentang Jahe mulberry
Solanaceae, Musaceae
pisang, pisang
hias/heliconia
yang bersifat
triploid
Literatur

LABORATORY GUIDE FOR IDENTIFICATION OF PLANT


PATHOGENIC BACTERIA (THIRD EDITION) 2001
EDITED BY N.W.SHAAD, J.B. JONES, AND W.CHUN
APS PRESS

Anda mungkin juga menyukai