KELOMPOK 3 - Tata Bahasa Rujukan Gorys Keraf
KELOMPOK 3 - Tata Bahasa Rujukan Gorys Keraf
rujukan bahasa
indonesia
Ditulis oleh Gorys Keraf 1991
Kelompok 3
Melisa Nofem (19210141045)
Desti Ramadayanti (19210141051)
Ami Dzulfahmi K. (19210141055)
Vivid Rahmadhani (19210141056)
Aninda Putri A.L. (19210144001)
Sandy Financy (19210144009)
Armand Rizky (19210144020)
“Seberat apapun masalah yang
kamu hadapi jangan lupa untuk
terus bernafas.”
Bagian dari tata bahasa yang Sintaksis tidak hanya berbicara mengenai
mempelajari dasar-dasar dan proses- kalimat, tetapi juga frasa dan klausa. Dalam
proses pembentukan kalimat dalam sintaksis, unsur unsur bahasa yang bersifat statis
bahasa. (yaitu kata-kata) seolah-olah diihidupkan dan
dhubungkan dalam suatu gerak yang dinamis,
diikat dan dijalin dalam sebuah konstruksi yang
lebih luas.
frasa
● Frasa dapat dibatasi sebagai kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang
masing-masingnya mempertahankan makna dasar katanya. Sementara gabungan
itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dan tiap kata pembentuknya tidak bisa
berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi tersebut. Contoh: rumah
ayah.
● Frasa memiliki satu unsur yang disebut inti atau pusat, dan unsur yang lain
menjadi penjelas atau pembatas. Contoh: petani muda
Frasa
Endosentris
Dapat dibatasi sebagai sebuah konstruksi yang merupakan gabungan dua kata atau lebih yang
menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau
lebih) unsur pembentuknya (konstituennya). Contoh: petani muda. Dibagi menjadi dua tipe:
A. Frasa Atributif:
1. Atribut terletak di belakang inti
Contoh: petani muda, tepi sawah
2. Atribut terletak di depan inti
Contoh: tiga rumah, paling besar, sudah makan.
3. Atribut terletak mengapit inti
Contoh: sama besar seperti, sama nakal dengan
B. Frasa Koordinatif
Frasa yang unsur-unsur pembentuknya(konstituennya) merupakan gabungan atau yang sama
Dibagi tiga tipe:
● Tipe Aditif
Bersifat penggabungan atau penjumlahan dari dua hal atau lebih. Contoh: bersih dan teratur
● Tipe Alternatif
Frasa yang menyatakan pilihan anatara dua hal, dapat dinyatakan dg partikel atau implisit.
Contoh: ayah atau ibu
● Tipe Apositif
Tipe frasa gabungan yang berwujud gelar. Contoh: Gunung Semeru
● Tiap anggota frase didampingi satu koordinator.
Contoh: baik rumah maupun ladang, bukan dia tetapi saya, makin tinggi makin panas
Frasa Eksosentris
1. Frasa eksosentris direktif
Hasil gabungan itu berlainan kelasnya dari 2. Frasa eksosentris konektif:
unsur yang membentuknya. Dibedakan: Salah satu unsurnya adalah konektor yang
● Tipe objektif: Terdiri atas sebuah kata berfungsi sebagai penghubung antara
kerja yang bertindak sebagai direktor dan konstituen yang menjadi atribut predikat
sebuah objek sebagai sumbu (aksis). dengan subjeknya. Atribut predikat tidak
(Contoh: memasak makanan) menerangkan konektornya, tapi menerangkan
● Tipe Partikel Direktif: Salah satu unsurnya subjeknya. (Contoh: menjadi guru,
adalah partikel dan bertindak sebagai merupakan aib)
direktor, dan konstituen yang lain
merupakan sumbunya.
6. macam-macam
klausa
a. Berdasarkan Variasi Subjek-Predikat
(1) Klausa dengan predikat sebuah kata kerja intransitif, dengan atau tanpa keterangan.
Misalnya:
• adik makan
• anak itu menangis
• anjing melolong
(2) Klausa dengan predikat sebuah kata kerja transitif, dengan atau tanpa keterangan.
Misal:
• murid itu melihat anjing
• anak itu menyeberangi jalan
• anak itu diusir oleh gurunya.
(3) Klausa dengan predikat sebuah kata benda, dengan atau tanpa kalimat.
Misal:
• paman kapten kapal
• guru ketua panitia.
(4) Klausa dengan predikat sebuah kata sifat, dengan atau tanpa keterangan.
Misal:
• anak itu malas
• murid itu rajin sekali.
(5) Klausa dengan predikat sebuah frasa konektif, dengan atau tanpa keterangan.
Misal:
• ibu menjadi guru di sekolah kami
• anak itu merupakan tumpuan kasih mereka
• Kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan
bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
Sekurang-kurangnya dalam kenyataan bentuk-bentuk di bawah ini diterima sebagai kalimat, dan dalam konteks
yang dimasukinya mengandung pengertian yang lengkap.
•
•
•
•
Macam-macam
Kalimat
Kalimat dapat dibedakan berdasarkan bermacam-macam hal berikut.
dibedakan: f) Berdasarkan jumlah pola dan hubungan antarpola dalam sebuah kalimat,
(1) kalimat minor dapat dibedakan:
(2) kalimat mayor (1) kalimat tunggal
(2) kalimat majemuk:
b) Berdasarkan kontur yang ada pada sebuah kalimat, dapat (a) majemuk setara
dibedakan: (b) majemuk bertingkat
(1) kalimat minim (2) kalimat panjang (c) majemuk campuran
(kompleks)
(c) Berdasarkan pola-pola dasar yang dimiliki sebuah kalimat, dapat
dibedakan: g) Berdasarkan tujuan atau sasaran yang akan dicapai, membedakan
(1) kalimat inti kalimat atas:
(2) kalimat luas (1) kalimat berita
(3) kalimat transformasi (2) kalimat tanya
(3) kalimat perintah
d) Berdasarkan ragam (diatesis) kalimat, dapat dibedakan: (4) kalimat harapan
(1) kalimat aktif (5) kalimat pengandaian
(2) kalimat pasif
(1) Diam!
(2) Pergi!
(3) Amat mahal!
(4) Yang baru!
(5) Yang akan datang!
(6) Sudah siap!
Kata-kata diam, pergi, mahal, baru, datang, dan siap merupakan inti dari kalimat-kalimat
itu. Karena hanya terdapat satu inti kalimat, maka kalimat itu disebut kalimat minor.
Kalimat Minor
vs.Kalimat Mayor
Kalimat Mayor, yaitu kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti, misalnya:
Kalimat-kalimat di atas mengandung dua inti kalimat atau lebih: ia mengambil; dia ada; kami pergi; adik
membaca; ibu berangkat-ayah menunggu. Karena terdapat dua inti kalimat atau lebih maka kalimat-kalimat
itu disebut kalimat mayor.
Kalimat Inti, Luas, dan
Kalimat Transformasi
a. Batasan Pengertian
i. Kalimat inti
Kalimat inti adalah sebuah kalimat mayor, tetapi memiliki ciri-ciri berikut:
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata kata baru, sehingga tidak hanya terdiri atas dua kata, tetapi
lebih.
Kalimat transformasi adalah kalimat inti yang mengalami perubahan atas keempat syarat di slide sebelumnya, yang berarti mencakup
juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas. Kalimat transformasi dapat dilakukan dengan menambah
jumlah kata yang membentuk kalimat itu, memperbanyak unsur inti, atau mengubah tata urut dan intonasinya. Misalnya, dari
kalimat inti Adik menangis dapat diperoleh kalimat-kalimat transformasi di bawah ini.
Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi Penambahan jumlah kata, tanpa menambah jumlah inti, kalimat luas.
Adik menangis.
Perubahan intonasi
Adik menangis?
B. Pola-pola kalimat
Pola dasar sebuah kalimat terdiri atas ketiga kelas kata penuh, yaitu:
Di samping pola utama di atas, dalam bahasa Indonesia terdapat juga pola tambahan yang terdiri atas kata
benda dan adverbial (konstruksi partikel direktif).
• Para wisatawan telah pulang ke • Ayah membeli sebuah baju untuk adik
negerinya masing-masing
a. Kalimat Aktif
Disebut kalimat aktif kalau subjek kalimat menjadi pelaku dari perbuatan yang menjadi predikat kalimat. Misalnya:
• Saya sudah membaca buku itu setahun yang lalu
• Pemuda itu menjalankan mobil itu dengan cepat
b. Kalimat Pasif
Disebut kalimat pasif kalau subjek kalimat menjadi penderita akibat perbuatan yang menjadi predikat kalimat.
• Buku itu telah saya baca setahun yang lalu
• Mobil itu dijalankan oleh pemuda itu dengan cepat
(1) Gatra pelaku dan gatra perbuatan untuk relasi dalam pola kalimat verbal karena subjek melakukan
sebuah tindakan seperti yang disebut dalam predikatnya.
(2) Gatra diterangkan dan gatra menerangkan untuk relasi dalam pola kalimat atributif karena subjek
merupakan sesuatu yang diterangkan oleh predikat, yang bertindak sebagai penjelas.
(3) Gatra digolongkan dan gatra penggolong untuk relasi dalam pola kalimat nominal karena subjek
merupakan sesuatu yang digolongkanoleh predikatnya.
Transformasi Kalimat
Tahap yang ketiga adalah merangkaikan ketiga gagasan itu. Transformasi tahap ketiga dapat dilakukan dengan
proses-proses berikut.
(III) 1. Saya memukul anjing kemarin.
2. Saya memukul anjing dengan tongkat.
Hasilnya:
a. Saya memukul anjing kemarin dengan tongkat.
b. Saya memukul anjing dengan tongkat kemarin.
1. Saya memukul anjing kemarin.
2. Dengan tongkat saya memukul anjing.
Hasilnya:
c. Dengan tongkat saya memukul anjing kemarin.
1. Kemarin saya memukul anjing
2. Dengan tongkat saya memukul anjing
Hasilnya:
d. Kemarin, dengan tongkat saya memukul anjing.
e. Dengan tongkat, kemarin saya memukul anjing.
1. Kemarin saya memukul anjing.
2. Saya memukul anjing dengan tongkat.
Hasilnya:
f. Kemarin saya memukul anjing dengan tongkat.
b. Teknik Transformasi II
Bila dalam contoh-contoh di atas teknik transformasi itu diterapkan pada satu gagasan inti
dengan gagasan-gagasan tambahan maka dalam contoh berikut tampak bahwa teknik ini dapat
dipergunakan untuk merangkaikan gagasan inti.
(1) Kami tidak berangkat.
(2) Kami takut kehujanan.
Penggabungan kedua kalimat itu menimbulkan hubungan kausal. Sebab itu, diperlukan suatu
alat bahasa yang sesuai dengan situasi. Alat yang sesuai dengan situasi ini adalah kata tugas
karena, sebab, sebab itu, dan oleh karena.
(I) 1. Kami tidak berangkat.
2. Kami takut kehujanan.
3. Situasi: gagasan pertama yang dipentingkan.
Hasilnya:
a. Kami tidak berangkat sebab kami takut kehujanan.
Kalimat majemuk
setara bersifat
memilih
Kalimat majemuk
bertingkat
● Anak-anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat. Yaitu anak kalimat subjek dan anak kalimat predikat.
● Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap(fungsi tambahan yang rapat),yaitu anak kalimat
objek langsung, objek pelaku, dan objek berkepentingan.
● Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan yang renggang,baik sebagai keterangan subjek dan
objek maupun sebagai keterangan predikat yang rengggang, yaitu: anak kalimat keterangan subjek, anak kalimat
keterangan objek, anak kalimat keterangan waktu, anak kalimat keterangan tempat, keterangan sebab dan akibat, dan
sebagainya.
Kalimat majemuk
campuran
● Satu pola utama dan dua pola bawahan
-
1. Kalimat BERITA
Kalimat berita/ deklaratif merupakan kalimat yang mengandung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian. Kalimat semacam ini
biasanya mengandung suatu pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya. Misalnya Ayah membeli sebidang tanah
di daerah pinggiran kota.
Kalimat berita/ deklaratif biasanya menggunakan intonasi netral dan susunan kalimat yang normal. Bila ada bagian kalimat yang ingin
ditonjolkan atau dipentingkan maka biasanya dipergunakan intonasi pementing (emfasis) dengan atau tanpa alat kebahasaan yayng lain,
seperti inversi, penempatan bagian yang ditingkatkan pada awal kalimat, penggunaan partikel lah, pun, atau mempertentangkan gagasan
itu dengan gagasan yang berlawanan.
2. Kalimat tanya
Yang dimaksud dengan kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar petanya diberi informasi mengenai suatu
hal. Dibandingkan dengan kalimat berita, kalimat tanya mengandung beberapa ciri yang dapat membedakannya dengan kalimat berita,
yaitu: (1) intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya; (2) dapat mempergunakan partikel tanya –kah atau apakah; (3) sering
mempergunakan kata tanya yangg dapat digabung dengan patikel –kah.
Pertanyaan Total:
Yaitu kalimat tanya yang meminta informasi mengenai isi seluruh pertanyaan itu.
Contoh: Pandaikah ia memainkan piano?
Pertanyaan Parsial:
Yaitu kalimat tanya yang hanya meminta informasi mengenai salah satu bagian dari pertanyaan itu. Kalimat tanya semacam ini biasanya
mempergunakan kata-kata tanya yang dapat dibedakan berdasarkan sifat dan objek yang ditanyakan. Contoh: Di mana kamu menyimpan
buku harianmu?
3. Kalimat Perintah
Yang disebut kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan suatu hal yang
diinginkan oleh orang yang memerintah. Oleh karena itu, perintah meliputi suruhan yang keras hingga permintaan yang sangat halus. Ciri-
cirinya yaitu: (1) menggunakan intonasi keras, terutama perintah biasa dan larangan; (2) kata kerja yang mendukung isi perintah itu
biasanya kata dasar; (3) mempergunakan partikel pengeras –lah.
Contoh:
Usir anjing itu! (perintah biasa)
Coba dengarkan baik-baik! (permintaan)
Masuklah ke dalam, kalau Tuan perlu! (perintah mengizinkan)
Marilah kita istirahat sebentar! (perintah ajakan)
Tanyakanlah padanya, tentu ia akan menerangkannya kepadamu! (perintah bersyarat)
Kerjakanlah itu sendiri, kalau kamu memang ahli! (perintah sindirian)
Dilarang membawa makanan dari luar! (perintah larangan)
4. Kalimat 5. Kalimat
Harapan
Kalimat harapan/ optatif adalah kalimat yang menyatakan Seru
Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan perasaan hati,
keinginan terjadinya sesuatu. Biasanya didahului oleh kata atau kekaguman, atau keheranan terhadap suatu hal. Biasanya ditandai
ungkapan seperti saya harap, saya berharap, mudah-mudahan, dengan kata-kata atau ungkapan tertentu: sungguh, alangkah,
moga-moga, semoga, insya Allah. betapa, dan dapat juga dinyatakan dengan intonasi yang lebih
tinggi dari kalimat inversi.
Contoh:
Saya harap Anda sampai dengan selamat. Kalimat berita:
Mudah-mudahan kita bisa bertemu kembali. Gunung itu tinggi sekali.
Moga-moga Saudara lekas sembuh dari sakit. Mereka bekerja dengan lamban.
Semoga Anda sekalian dilindungi Tuhan. Kalimat seru:
Insya Allah kita berjumpa di lain kesempatan. Alangkah tinggiya gunung itu!
Lamban sekali mereka bekerja!
Uraian Kalimat
Uraian fungsi Kalimat
a.Gatra inti
-Gatra Subjek
-Gatra Predikat
-Gatra Objek
b.Gatra Pelengkap
Uraian Kalimat
Uraian fungsi kalimat
c.Keterangan Predikat
2.Keterangan waktu
5.Keterangan sebab
(temporal)
(kausal)
14.Keterangan
13.Keterangan
perbandingan
perbandingan
d. keterangan gatra inti kata benda
Yang dimaksud dengan keterangan gatra inti kata benda adalah semua keterangan yang menjekaskan sebuah kata benda yang menduduki
salah satu fungsi inti kalimat. Jadi, dapat diperoleh keterangan-keterangan sebagai berikut:
Namun sesuai dengan penjelasan terdahulu, uraian fungsi kata-kata semacam ini lebih baik disebut saja sebagai keterangan gatra
menerangkan, daripada memperincinya sebagai keterangan derajat, karena istilah ini juga dipakai untuk menjelaskan sebuah predikat kata
kerja. Misalnya:
Dengan giat murid-murid sekolah itu mengadakan latihan sandiwara bersama gurunya untuk merayakan hari besar itu.
II. Karena hanya terdapat satu pola maka kalimat di atas adalah kalimat tunggal.
Sejak beberapa waktu yang lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghidupkan lagi gagasan agar diplomasi Indonesia dalam pergaulan
internasional dilengkapi oleh diplomasi kebudayaan.
I. Pola Kalimat:
Subjek : Siapa/Apa? (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
Predikat : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengapa? (menghidupkan)
Objek : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghidupkan apa? (gagasan)
Hubungan antara kedua pola tidak sederajat karena pola kedua didahului kata agar yang menyatakan tujuan, jadi pola kedua adalah anak kalimat
keterangan tujuan.
Untuk memperlihatkan teknik analisa ini maka akan dilakukan analisa kalimat sebagai berikut.
2. Unsur (a) tidak dapat diuraikan lebih lanjut, tetapi unsur (b) dapat dianalisa menjadi dua unsur langsung:
a. sudah mengerjakan soal itu
b. dengan sungguh-sungguh
5. Konstruksi (3a), (4a), (4b) tidak dapat diuraikan lebih jauh karena sudah sampai pada taraf kata. Sebaliknya, konstruksi (3b) mengerjakan soal
itu masih dapat diuraikan lebih lanjut menjadi:
a. mengerjakan
b. soal itu
6. Konstruksi (5a) tidak dapat diuraikan lebih lanjut, sedangkan konstruksi (5b) akan dianalisa menjadi:
a. soal
b. itu
Dalam bentuk skema, uraian analisa unsur langsung dapat digambarkan sebagai berikut:
Persebaran penduduk Indonesia yang tidak merata mengakibatkan perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok.
Sebagai landasan dasar kalimat di atas, kita beri label K yang dipecah atas dua frasa utama, yaitu frasa nominal, persebaran penduduk
Indonesia yang tidak merata; dan frasa verbal, mengakibatkan perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok. Tiap frasa kita
pecahkan lebih lanjut atas frasa yang lebih kecil, hingga sampai tak terpecahkan lagi pada saat kita mencapai tataran kata. Pemecahan
dengan cara ini akan menghasilkan sebuah diagram pohon sebagai berikut.
Keterangan:
K = Kalimat
S = Subjek
P = Predikat
FN = Frasa Nominal
FV = Frasa Verbal
FAd = Frasa Adjektival
N = Noun
V = Verba
Ad = Adjektif
Pr = Partikel
Adv = Adverbal