Anda di halaman 1dari 57

Tata bahasa

rujukan bahasa
indonesia
Ditulis oleh Gorys Keraf 1991
Kelompok 3
Melisa Nofem (19210141045)
Desti Ramadayanti (19210141051)
Ami Dzulfahmi K. (19210141055)
Vivid Rahmadhani (19210141056)
Aninda Putri A.L. (19210144001)
Sandy Financy (19210144009)
Armand Rizky (19210144020)
“Seberat apapun masalah yang
kamu hadapi jangan lupa untuk
terus bernafas.”

—Jack Kahuna Laguna


PENGERTIAN SINTAKSIS
ARTI SEMPIT ARTI LUAS

Bagian dari tata bahasa yang Sintaksis tidak hanya berbicara mengenai
mempelajari dasar-dasar dan proses- kalimat, tetapi juga frasa dan klausa. Dalam
proses pembentukan kalimat dalam sintaksis, unsur unsur bahasa yang bersifat statis
bahasa. (yaitu kata-kata) seolah-olah diihidupkan dan
dhubungkan dalam suatu gerak yang dinamis,
diikat dan dijalin dalam sebuah konstruksi yang
lebih luas.
frasa
● Frasa dapat dibatasi sebagai kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang
masing-masingnya mempertahankan makna dasar katanya. Sementara gabungan
itu menghasilkan suatu relasi tertentu, dan tiap kata pembentuknya tidak bisa
berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam konstruksi tersebut. Contoh: rumah
ayah.
● Frasa memiliki satu unsur yang disebut inti atau pusat, dan unsur yang lain
menjadi penjelas atau pembatas. Contoh: petani muda
Frasa
Endosentris
Dapat dibatasi sebagai sebuah konstruksi yang merupakan gabungan dua kata atau lebih yang
menunjukkan bahwa kelas kata dari perpaduan itu sama dengan kelas kata dari salah satu (atau
lebih) unsur pembentuknya (konstituennya). Contoh: petani muda. Dibagi menjadi dua tipe:
A. Frasa Atributif:
1. Atribut terletak di belakang inti
Contoh: petani muda, tepi sawah
2. Atribut terletak di depan inti
Contoh: tiga rumah, paling besar, sudah makan.
3. Atribut terletak mengapit inti
Contoh: sama besar seperti, sama nakal dengan
B. Frasa Koordinatif
Frasa yang unsur-unsur pembentuknya(konstituennya) merupakan gabungan atau yang sama
Dibagi tiga tipe:
● Tipe Aditif
Bersifat penggabungan atau penjumlahan dari dua hal atau lebih. Contoh: bersih dan teratur
● Tipe Alternatif
Frasa yang menyatakan pilihan anatara dua hal, dapat dinyatakan dg partikel atau implisit.
Contoh: ayah atau ibu
● Tipe Apositif
Tipe frasa gabungan yang berwujud gelar. Contoh: Gunung Semeru
● Tiap anggota frase didampingi satu koordinator.
Contoh: baik rumah maupun ladang, bukan dia tetapi saya, makin tinggi makin panas
Frasa Eksosentris
1. Frasa eksosentris direktif
Hasil gabungan itu berlainan kelasnya dari 2. Frasa eksosentris konektif:
unsur yang membentuknya. Dibedakan: Salah satu unsurnya adalah konektor yang
● Tipe objektif: Terdiri atas sebuah kata berfungsi sebagai penghubung antara
kerja yang bertindak sebagai direktor dan konstituen yang menjadi atribut predikat
sebuah objek sebagai sumbu (aksis). dengan subjeknya. Atribut predikat tidak
(Contoh: memasak makanan) menerangkan konektornya, tapi menerangkan
● Tipe Partikel Direktif: Salah satu unsurnya subjeknya. (Contoh: menjadi guru,
adalah partikel dan bertindak sebagai merupakan aib)
direktor, dan konstituen yang lain
merupakan sumbunya.

(Contoh: di sawah, setelah selesai


Frasa berdasarkan kata
FRASA ADJEKTIVAL
FRASA NOMINAL

01 Bila konstituen yang menjadi


inti frasa adalah kata benda. 02 Bila inti konstruksi adalah
kata sifat. Contoh: besar
Contoh: perbaikan kursi sekali, amat tinggi

FRASA VERBAL FRASA PROPOSIONAL


03 Terjadi dari sebuah inti frasa
yang berwujud kata kerja. 04 Bila konstruksi itu berada
dibawah pengaruh sebuah
Contoh: menerima tamu, preposisi sebagai direktornya.
Contoh: dengan senjata tajam
Frasa
antarkonstitue
n
Gabungan antar kata dengan kata yang membentuk
sebuah frasa menimbulkan pengertian baru, atau
mendukung sebuah relasi tertentu.
Relasi antara usnur pembentuk frasa
menunjukkan
ini dapat berupa:
pembatasnya
merupakan pelaku dari
pembatasnya
merupakan tujuan dari
hubungan pemilik. kata yang dibatasi. kata yang dibatasi
(rumah ayah) (anugerah Tuhan) (usaha pembangunan)
RELASI POSESIF RELASI SUBJEKTIF RELASI TUJUAN

RELASI OBJEKTIF RELASI PARTITIF


kata keduanya sebenarnya pembatasnya merupakan keseluruhan
menjadi objek dari kata dari kata yang dibatasi, atau kata yang
pertama. Sebenarna hasil dari dibatasi merupakan bagian dari
frasa objektif direktif pembatasnya. ( sisa makanan)
RELASI ASAL RELASI
PERBANDINGAN
pembatasnya merupakan asal dari
pembatasnya merupakan
kata yang dibatasi. (tamatan
perbandingan bagi kata yang
universitas)
dibatasi. (bulan sabit)

RELASI MATERIAL RELASI INSTRUMENTAL


pembatasnya menyatakan materi pembatasnya merupakan alat
yang dipakai untuk yang dibatasi. bagi kata yang dibatasi.
(gelang emas) (permainan bola)

RELASI KEAHLIAN RELASI LOKATIF


pembatasnya merupakan tempat atau
pembatasnya merupakan keahlian tempat bekerja dari kata yang
dari kata yang dibatasi. (ahli dibatasi. (direktur SMA)
kimia)
5.
Klausa
Klausa adalah suatu konstruksi yang sekurang-kurangnya terdiri atas
dua suku kata. Klausa sering dikacaukan dengan kalimat.

6. macam-macam
klausa
a. Berdasarkan Variasi Subjek-Predikat

(1) Klausa dengan predikat sebuah kata kerja intransitif, dengan atau tanpa keterangan.
Misalnya:
• adik makan
• anak itu menangis
• anjing melolong
(2) Klausa dengan predikat sebuah kata kerja transitif, dengan atau tanpa keterangan.
Misal:
• murid itu melihat anjing
• anak itu menyeberangi jalan
• anak itu diusir oleh gurunya.

(3) Klausa dengan predikat sebuah kata benda, dengan atau tanpa kalimat.
Misal:
• paman kapten kapal
• guru ketua panitia.

(4) Klausa dengan predikat sebuah kata sifat, dengan atau tanpa keterangan.
Misal:
• anak itu malas
• murid itu rajin sekali.

(5) Klausa dengan predikat sebuah frasa konektif, dengan atau tanpa keterangan.
Misal:
• ibu menjadi guru di sekolah kami
• anak itu merupakan tumpuan kasih mereka

(6) Klausa dengan predikat adverbial, dengan atau tanpa keterangan.


Misal:
• ayah dari kantor
• ibu ke pasar tadi.
b) Klausa Bebas dan Terikat

1. Klausa bebas = klausa yang dapat berdiri sendiri. Misal:


• Ibu memasak nasi
• Nelayan menangkap ikan di laut

2. Klausa terikat = klausa yang tunduk pada klausa lain. Misal:


• Jika hujan turun
• Sebab ia sakit keras

c) Klausa Berdasarkan Urutan Kata


Dalam bahasa Indonesia fungsi-fungsi sintaksis ditentukan oleh urutan kata

1. Klausa dengn urutan normal, S-P.


Misal:
 Ia pergi ke sekolah
 Anak itu malas sekali

2. Klausa dengan urutan inversi, P-S


Misal:
• Pergilah mereka semuanya
• Pengarang ternama orang itu

3. Klausa dengan inversi khusus. Misal:


• Ke sekolah ia pergi
• Kemarin pergilah mereka ke Bandung
Kalimat i
Kalimat
Dalam tata bahasa tradisional dijelaskan bahwa kalimat harus mengandung ide yang sempurna, yang ditandai oleh
ada tidaknya subjek dan objek kalimat. Hal ini tidak dapat diterima karena masalah subjek dan objek termasuk
dalam analisa klausa.

• Kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan
bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.

Sekurang-kurangnya dalam kenyataan bentuk-bentuk di bawah ini diterima sebagai kalimat, dan dalam konteks
yang dimasukinya mengandung pengertian yang lengkap.





Macam-macam
Kalimat
Kalimat dapat dibedakan berdasarkan bermacam-macam hal berikut.

a) Berdasarkan jumlah inti yang membentuk sebuah kalimat, dapat


(1) kalimat normal
(2) kalimat inversi

dibedakan: f) Berdasarkan jumlah pola dan hubungan antarpola dalam sebuah kalimat,
(1) kalimat minor dapat dibedakan:
(2) kalimat mayor (1) kalimat tunggal
(2) kalimat majemuk:
b) Berdasarkan kontur yang ada pada sebuah kalimat, dapat (a) majemuk setara
dibedakan: (b) majemuk bertingkat
(1) kalimat minim (2) kalimat panjang (c) majemuk campuran
(kompleks)
(c) Berdasarkan pola-pola dasar yang dimiliki sebuah kalimat, dapat
dibedakan: g) Berdasarkan tujuan atau sasaran yang akan dicapai, membedakan
(1) kalimat inti kalimat atas:
(2) kalimat luas (1) kalimat berita
(3) kalimat transformasi (2) kalimat tanya
(3) kalimat perintah
d) Berdasarkan ragam (diatesis) kalimat, dapat dibedakan: (4) kalimat harapan
(1) kalimat aktif (5) kalimat pengandaian
(2) kalimat pasif

e) Berdasarkan urutan katanya, kalimat dapat dibedakan:


Kalimat Minor
vs.Kalimat Mayor
Kalimat Minor, yaitu kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat,
seperti:

(1) Diam!
(2) Pergi!
(3) Amat mahal!
(4) Yang baru!
(5) Yang akan datang!
(6) Sudah siap!

Kata-kata diam, pergi, mahal, baru, datang, dan siap merupakan inti dari kalimat-kalimat
itu. Karena hanya terdapat satu inti kalimat, maka kalimat itu disebut kalimat minor.
Kalimat Minor
vs.Kalimat Mayor
Kalimat Mayor, yaitu kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti, misalnya:

(7) la mengambil buku itu.


(8) Dia ada di dalam.
(9) Kami pergi ke Bandung.
(10) Adik sedang membaca buku itu ketika ayah pulang dari kantor.
(11) Ibu segera berangkat ke rumah sakit menengok Paman, tetapi Ayah menunggu kami di rumah,
karena kami masih berada di sekolah.

Kalimat-kalimat di atas mengandung dua inti kalimat atau lebih: ia mengambil; dia ada; kami pergi; adik
membaca; ibu berangkat-ayah menunggu. Karena terdapat dua inti kalimat atau lebih maka kalimat-kalimat
itu disebut kalimat mayor.
Kalimat Inti, Luas, dan
Kalimat Transformasi
a. Batasan Pengertian
i. Kalimat inti

Kalimat inti adalah sebuah kalimat mayor, tetapi memiliki ciri-ciri berikut:

(1) kalimat inti hanya terdiri atas dua kata;


(2) kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat;
(3) tata urutnya adalah subjek mendahului predikat; dan
(4) intonasinya adalah intonasi berita yang netral, artinya intonasinya tidak boleh menyebabkan perubahan
atau pergeseran makna leksikalnya.
ii. Kalimat Luas

Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata kata baru, sehingga tidak hanya terdiri atas dua kata, tetapi
lebih.

iii. Kalimat transformasi

Kalimat transformasi adalah kalimat inti yang mengalami perubahan atas keempat syarat di slide sebelumnya, yang berarti mencakup
juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas. Kalimat transformasi dapat dilakukan dengan menambah
jumlah kata yang membentuk kalimat itu, memperbanyak unsur inti, atau mengubah tata urut dan intonasinya. Misalnya, dari
kalimat inti Adik menangis dapat diperoleh kalimat-kalimat transformasi di bawah ini.

Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi Penambahan jumlah kata, tanpa menambah jumlah inti, kalimat luas.

Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk


Penambahan jumlah inti, kalimat luas
dibelikan mobil

Menangis adik Perubahan tata urut kata

Adik menangis.
Perubahan intonasi
Adik menangis?
B. Pola-pola kalimat

Pola dasar sebuah kalimat terdiri atas ketiga kelas kata penuh, yaitu:

Pola Kalimat I: Kata Kerja - Kata Kerja


Adik menangis.
Anjing dipukul.

Pola Kalimat II: Kata Benda - Kata Sifat


Anak malas.
Gunung tinggi.

Pola Kalimat III: Kata Benda - Kata Benda


Bapak pengarang.
Paman guru.
Kalimat Pola I disebut juga kalimat verbal, kalimat Pola II disebut kalimat atributif, kalimat Pola III
disebut kalimat nominal atau disebut juga kalimat ekuasional. Sebenarnya kalimat ekuasional mencakup
juga kalimat yang mengandung kata kerja bantu seperti adalah, menjadi, dan merupakan.

Di samping pola utama di atas, dalam bahasa Indonesia terdapat juga pola tambahan yang terdiri atas kata
benda dan adverbial (konstruksi partikel direktif).

Pola Kalimat IV: Ibu ke pasar.


Ayah dari sawah.

Kalimat Pola IV disebut kalimat adverbial


Kalimat aktif DAN PASIF
Kalimat verbal lebih jauh dibedakan atas kalimat verbal intransitif dan kalimat verbal transitif.

Contoh kalimat intransitif: Contoh kalimat transitif:


• Saya bangun pukul tujuh • Kami membaca buku itu hingga tamat

• Ia datang kemarin pagi • Anak-anak menghabiskan nasi kuning itu

• Para wisatawan telah pulang ke • Ayah membeli sebuah baju untuk adik
negerinya masing-masing
a. Kalimat Aktif
Disebut kalimat aktif kalau subjek kalimat menjadi pelaku dari perbuatan yang menjadi predikat kalimat. Misalnya:
• Saya sudah membaca buku itu setahun yang lalu
• Pemuda itu menjalankan mobil itu dengan cepat

b. Kalimat Pasif
Disebut kalimat pasif kalau subjek kalimat menjadi penderita akibat perbuatan yang menjadi predikat kalimat.
• Buku itu telah saya baca setahun yang lalu
• Mobil itu dijalankan oleh pemuda itu dengan cepat

Kalimat normal dan kalimat inversi


Subjek + keterangan subjek Predikat + keterangan aspek/modal Objek + keterangan objek

Keterangan predikat yang renggang


Semua keterangan yang lain dapat ditempatkan sebelum subjek, antara subjek dan predikat, atau sesudah objek, kecuali keterangan
aspek dan dan keterangan modalitas.

a. Contoh kalimat normal:


- Saya bangun pagi-pagi
- Wisatawan itu pulanglah ke negerinya masing-masing

b. Contoh kalimat inversi:


• Bangun saya pagi-pagi
• Pulanglah wisatawan itu ke negerinya masing-masing..
Kalimat ii
Kalimat Tunggal
Berdasarkan inti kalimat, kalimat tunggal termasuk dalam kalimat mayor,
yaitu kalimat yang mengandung dua inti atau lebih. Kalimat tunggal dapat
berupa kalimat inti dan dapat juga berupa kalimat luas, atau kalimat
transformasi yang mengandung satu pola kalimat. Dengan perluasan lain,
kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan
boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-
unsur tambahan tersebut tidak membentuk pola yang baru.
Unsur-unsur Kalimat
Tunggal
Unsur-unsur inti kalimat adalah unsur yang membentuk gagasan utama tiap kalimat. Relasi antara unsur
gagasan utama itu secara umum disebut sebagai subjek dan predikat kalimat. Dengan demikian, sesuai
dengan relasi antara subjek dan predikat, gatra subjek dan gatra predikat dibedakan atas:

(1) Gatra pelaku dan gatra perbuatan untuk relasi dalam pola kalimat verbal karena subjek melakukan
sebuah tindakan seperti yang disebut dalam predikatnya.

(2) Gatra diterangkan dan gatra menerangkan untuk relasi dalam pola kalimat atributif karena subjek
merupakan sesuatu yang diterangkan oleh predikat, yang bertindak sebagai penjelas.

(3) Gatra digolongkan dan gatra penggolong untuk relasi dalam pola kalimat nominal karena subjek
merupakan sesuatu yang digolongkanoleh predikatnya.
Transformasi Kalimat

Transformasi adalah suatu proses mengubah suatu


bentuk bahan menjadi bentuk-bentuk lain, baik
dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
kompleks, maupun dari bentuk yang kompleks ke
bentuk yang sederhana.
a. Teknik Transformasi I
Tahap pertama. Untuk melakukan transformasi, kita mengandalkan bahwa kita menghadapi beberapa
gagasan yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Misalnya:
(1) Ada satu gagasan inti: Ali memukul anjing
(2) Ada dua gagasan tambahan yaitu:
- Waktu terjadi perbuatan itu: kemarin
- Alat yang dipakai untuk perbuatan itu: tongkat
Persoalannya adalah bagaimana harus menggabungkan gagasan inti dengan kedua gagasan bawahan itu.
Tahapan I yang dapat dilakukan adalah menggabungkan gagasan inti dan waktu. Misalnya:
(I) 1. Saya memukul anjing kemarin.
2. Kemarin saya memukul anjing.
Tahap kedua adalah penggabungan gagasan inti dengan alat. Di sini diperlukan satu alat bahasa untuk
menghubungkan gagasan-gagasan itu, yaitu kata tugas dengan, sehingga akan diperoleh hasil transformasi tahap
kedua sebagai berikut.
(II) 1. Saya memukul anjing dengan tongkat.
2. Dengan tongkat saya memukul anjing.

Tahap yang ketiga adalah merangkaikan ketiga gagasan itu. Transformasi tahap ketiga dapat dilakukan dengan
proses-proses berikut.
(III) 1. Saya memukul anjing kemarin.
2. Saya memukul anjing dengan tongkat.
Hasilnya:
a. Saya memukul anjing kemarin dengan tongkat.
b. Saya memukul anjing dengan tongkat kemarin.
1. Saya memukul anjing kemarin.
2. Dengan tongkat saya memukul anjing.
Hasilnya:
c. Dengan tongkat saya memukul anjing kemarin.
1. Kemarin saya memukul anjing
2. Dengan tongkat saya memukul anjing
Hasilnya:
d. Kemarin, dengan tongkat saya memukul anjing.
e. Dengan tongkat, kemarin saya memukul anjing.
1. Kemarin saya memukul anjing.
2. Saya memukul anjing dengan tongkat.
Hasilnya:
f. Kemarin saya memukul anjing dengan tongkat.
b. Teknik Transformasi II

Bila dalam contoh-contoh di atas teknik transformasi itu diterapkan pada satu gagasan inti
dengan gagasan-gagasan tambahan maka dalam contoh berikut tampak bahwa teknik ini dapat
dipergunakan untuk merangkaikan gagasan inti.
(1) Kami tidak berangkat.
(2) Kami takut kehujanan.
Penggabungan kedua kalimat itu menimbulkan hubungan kausal. Sebab itu, diperlukan suatu
alat bahasa yang sesuai dengan situasi. Alat yang sesuai dengan situasi ini adalah kata tugas
karena, sebab, sebab itu, dan oleh karena.
(I) 1. Kami tidak berangkat.
2. Kami takut kehujanan.
3. Situasi: gagasan pertama yang dipentingkan.
Hasilnya:
a. Kami tidak berangkat sebab kami takut kehujanan.

(II) 1. Kami tidak berangkat.


2. Kami takut kehujanan.
3. Situasi: gagasan kedua dipentingkan.
Hasilnya:
b. Kami takut kehujanan, sebab itu kami tidak berangkat.
c. Sebab kami takut kehujanan, kami tidak berangkat.
Kalimat
Majemuk
a.Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola
kalimat atau lebih.

b.Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya


diperluas sedemikian rupa sehingga perluasannya itu
membentuk satu atau lebih pola yang baru.

c.Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan penggabungan


dari dua kalimat tunggal atau lebih
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk Kalimat majemuk
setara bersifat setara bersifat
menggabungkan. bertentangan

Kalimat majemuk
setara bersifat
memilih
Kalimat majemuk
bertingkat
● Anak-anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat. Yaitu anak kalimat subjek dan anak kalimat predikat.

● Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap(fungsi tambahan yang rapat),yaitu anak kalimat
objek langsung, objek pelaku, dan objek berkepentingan.

● Anak-anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan yang renggang,baik sebagai keterangan subjek dan
objek maupun sebagai keterangan predikat yang rengggang, yaitu: anak kalimat keterangan subjek, anak kalimat
keterangan objek, anak kalimat keterangan waktu, anak kalimat keterangan tempat, keterangan sebab dan akibat, dan
sebagainya.
Kalimat majemuk
campuran
● Satu pola utama dan dua pola bawahan

● Dua pola utama dan satu atau lebih pola bawahan


Kalimat iii
Pembagian kalimat dilakukan dengan menggunakan cara (modus)
kalimat, yaitu mempersoalkan apakah sebuah peristiwa atau perbuatan
berlangsung secara nyata atau tidak. Terdiri atas kalimat berita, kalimat
tanta, kalimat perintah, kalimat harapan, kalimat seru.

-
1. Kalimat BERITA
Kalimat berita/ deklaratif merupakan kalimat yang mengandung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian. Kalimat semacam ini
biasanya mengandung suatu pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya. Misalnya Ayah membeli sebidang tanah
di daerah pinggiran kota.

Contoh ucapan langsung:


Ia mengatakan “Saya tidak mau membayar hutang itu.”
Contoh ucapan tak langsung:
Ia mengatakan bahwa ia tidak mau mebayar utang itu.

Kalimat berita/ deklaratif biasanya menggunakan intonasi netral dan susunan kalimat yang normal. Bila ada bagian kalimat yang ingin
ditonjolkan atau dipentingkan maka biasanya dipergunakan intonasi pementing (emfasis) dengan atau tanpa alat kebahasaan yayng lain,
seperti inversi, penempatan bagian yang ditingkatkan pada awal kalimat, penggunaan partikel lah, pun, atau mempertentangkan gagasan
itu dengan gagasan yang berlawanan.
2. Kalimat tanya
Yang dimaksud dengan kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar petanya diberi informasi mengenai suatu
hal. Dibandingkan dengan kalimat berita, kalimat tanya mengandung beberapa ciri yang dapat membedakannya dengan kalimat berita,
yaitu: (1) intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya; (2) dapat mempergunakan partikel tanya –kah atau apakah; (3) sering
mempergunakan kata tanya yangg dapat digabung dengan patikel –kah.

Pertanyaan Total:
Yaitu kalimat tanya yang meminta informasi mengenai isi seluruh pertanyaan itu.
Contoh: Pandaikah ia memainkan piano?

Pertanyaan Parsial:
Yaitu kalimat tanya yang hanya meminta informasi mengenai salah satu bagian dari pertanyaan itu. Kalimat tanya semacam ini biasanya
mempergunakan kata-kata tanya yang dapat dibedakan berdasarkan sifat dan objek yang ditanyakan. Contoh: Di mana kamu menyimpan
buku harianmu?
3. Kalimat Perintah
Yang disebut kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan suatu hal yang
diinginkan oleh orang yang memerintah. Oleh karena itu, perintah meliputi suruhan yang keras hingga permintaan yang sangat halus. Ciri-
cirinya yaitu: (1) menggunakan intonasi keras, terutama perintah biasa dan larangan; (2) kata kerja yang mendukung isi perintah itu
biasanya kata dasar; (3) mempergunakan partikel pengeras –lah.

Contoh:
Usir anjing itu! (perintah biasa)
Coba dengarkan baik-baik! (permintaan)
Masuklah ke dalam, kalau Tuan perlu! (perintah mengizinkan)
Marilah kita istirahat sebentar! (perintah ajakan)
Tanyakanlah padanya, tentu ia akan menerangkannya kepadamu! (perintah bersyarat)
Kerjakanlah itu sendiri, kalau kamu memang ahli! (perintah sindirian)
Dilarang membawa makanan dari luar! (perintah larangan)
4. Kalimat 5. Kalimat
Harapan
Kalimat harapan/ optatif adalah kalimat yang menyatakan Seru
Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan perasaan hati,
keinginan terjadinya sesuatu. Biasanya didahului oleh kata atau kekaguman, atau keheranan terhadap suatu hal. Biasanya ditandai
ungkapan seperti saya harap, saya berharap, mudah-mudahan, dengan kata-kata atau ungkapan tertentu: sungguh, alangkah,
moga-moga, semoga, insya Allah. betapa, dan dapat juga dinyatakan dengan intonasi yang lebih
tinggi dari kalimat inversi.

Contoh:
Saya harap Anda sampai dengan selamat. Kalimat berita:
Mudah-mudahan kita bisa bertemu kembali. Gunung itu tinggi sekali.
Moga-moga Saudara lekas sembuh dari sakit. Mereka bekerja dengan lamban.
Semoga Anda sekalian dilindungi Tuhan. Kalimat seru:
Insya Allah kita berjumpa di lain kesempatan. Alangkah tinggiya gunung itu!
Lamban sekali mereka bekerja!
Uraian Kalimat
Uraian fungsi Kalimat

a.Gatra inti

-Gatra Subjek
-Gatra Predikat
-Gatra Objek

b.Gatra Pelengkap
Uraian Kalimat
Uraian fungsi kalimat
c.Keterangan Predikat

1.Keterangan tempat 6.Keterangan akibat


(lokatif) (konsekuetif)

2.Keterangan waktu
5.Keterangan sebab
(temporal)
(kausal)

3.Keterangan alat 4.Keterangan


(instrumental) kesertaan (komitatif)
Uraian Kalimat
Uraian fungsi kalimat
c.Keterangan Predikat

7.Keterangan tujuan 8. Keterangan 9. Keterangan


(final) pembenaran (konsesif) pembatasan

10.Keterangan suasana 11.Keterangan kulitatif 12.Keterangan


kuantitatif

14.Keterangan
13.Keterangan
perbandingan
perbandingan
d. keterangan gatra inti kata benda
Yang dimaksud dengan keterangan gatra inti kata benda adalah semua keterangan yang menjekaskan sebuah kata benda yang menduduki
salah satu fungsi inti kalimat. Jadi, dapat diperoleh keterangan-keterangan sebagai berikut:

1. keterangan subjek, misalnya:


Rumah yang baru itu telah dijual pemiliknya

2. keterangan predikat, misalnya:


Orang itu adalah pengarang yang terkenal itu

3. keterangan objek langsung, misalnya:


Pasukan kita telah menggempur daerah pemberontak

4. keterangan objek penyerta, misalnya:


Ayah telah membeli sebuah mobil untuk putrinya yang lulus ujian itu

5. keterangan objek pelaku, misalnya:


Amanat ulang tahunnya disampaikan oleh kakaknya yang sulung
e. keterangan gatra inti kata sifat
Yang dimaksud dengan keterangan gatra inti kata sifat adalah keterangan atas sebuah kata sifat yang menduduki gatra inti kalimat dalam hal
ini gatra menerangkan. Keterangan ini biasanya menunjukkan dalam derajat manakah gatra itu berada. kata-kata yang menyatakan keterangan
ini adalah amat, sangat, lebih, kurang, dan hampir.

Namun sesuai dengan penjelasan terdahulu, uraian fungsi kata-kata semacam ini lebih baik disebut saja sebagai keterangan gatra
menerangkan, daripada memperincinya sebagai keterangan derajat, karena istilah ini juga dipakai untuk menjelaskan sebuah predikat kata
kerja. Misalnya:

Yang menerangkan gatra menerangkan:


Anak itu lebih sakit daripada yang kita duga
Murid itu sangat pandai

Yang menerangkan predikat verbal:


Tembakannya hampir mengenai sasarannya
Perbuatannya amat menyenangkan kami semua
f. Contoh uraian fungsional
1. Uraian Kalimat Tunggal

Dengan giat murid-murid sekolah itu mengadakan latihan sandiwara bersama gurunya untuk merayakan hari besar itu.

Uraian kalimat di atas akan berlangsung sebagai berikut.

I. Menetapkan fungsi inti kalimat:


Subjek : Siapa/Apa? (murid-murid)
Predikat : Murid-murid mengapa? (mengadakan)
Objek : Murid-murid mengadakan apa? (latihan)

II. Karena hanya terdapat satu pola maka kalimat di atas adalah kalimat tunggal.

III. Keterangan-keterangan lain:


Bagaimana? Keterangan kualitatif: dengan giat
Murid-murid mana? Keterangan subjek : sekolah itu
Latihan apa? Keterangan objek : sandiwara
Bersama siapa? Keterangan komitatif : beserta gurunya
Untuk apa? Keterangan tujuan : untuk merayakan hari besar itu
2. Urutan Kalimat Majemuk

Sejak beberapa waktu yang lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghidupkan lagi gagasan agar diplomasi Indonesia dalam pergaulan
internasional dilengkapi oleh diplomasi kebudayaan.

I. Pola Kalimat:
Subjek : Siapa/Apa? (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
Predikat : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengapa? (menghidupkan)
Objek : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghidupkan apa? (gagasan)

Masih ada pola yang lain?


Subjek : Siapa/Apa? (diplomasi Indonesia)
Predikat : Diplomasi Indonesia mengapa? (dilengkapi)

II. Jadi ada dua pola:


(1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghidupkan gagasan.
(2) Diplomasi Indonesia dilengkapi

Hubungan antara kedua pola tidak sederajat karena pola kedua didahului kata agar yang menyatakan tujuan, jadi pola kedua adalah anak kalimat
keterangan tujuan.

III. Keterangan-keterangan lain:


(1) Induk Kalimat:
Bilamana? (k.waktu) : sejak beberapa waktu yang lalu
Keberapa kali? (k.aspek repetitif) : lagi
(2) Anak Kalimat:
Di mana? (k.tempat) : dalam pergaulan internasional
Dengan apa? (k.instrumental) : dengan (oleh) diplomasi kebudayaan
2. analisa unsur langsung
Pada analisa unsur langsung, tiap kalimat pertama-tama harus dianalisa atas dua bagian, yaitu: (1) unsur segmentalnya dan (2) unsur
suprasegmentalnya. Dengan memisahkan terlebih dahulu unsur suprasegmental dan unsur segmental maka kita meniadakan semua makna atau
konotasi yang ada karna unsur suprasegmentalnya itu. Dengan demikian, analisa selanjtnya hanya dilakukan atas unsur segmentalnya.

Untuk memperlihatkan teknik analisa ini maka akan dilakukan analisa kalimat sebagai berikut.

Ia sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh.

1. Analisa unsur bawahan langsung atas kalimat ini menghasilkan:


a. Ia
b. sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh

2. Unsur (a) tidak dapat diuraikan lebih lanjut, tetapi unsur (b) dapat dianalisa menjadi dua unsur langsung:
a. sudah mengerjakan soal itu
b. dengan sungguh-sungguh

3. Konstruksi (2a) dapat diuraikan lagi menjadi:


a. sudah
b. mengerjakan soal itu
4. Konstruksi (2b) dapat diuraikan lagi menjadi:
a. dengan
b. sungguh-sungguh

5. Konstruksi (3a), (4a), (4b) tidak dapat diuraikan lebih jauh karena sudah sampai pada taraf kata. Sebaliknya, konstruksi (3b) mengerjakan soal
itu masih dapat diuraikan lebih lanjut menjadi:
a. mengerjakan
b. soal itu

6. Konstruksi (5a) tidak dapat diuraikan lebih lanjut, sedangkan konstruksi (5b) akan dianalisa menjadi:
a. soal
b. itu

Dalam bentuk skema, uraian analisa unsur langsung dapat digambarkan sebagai berikut:

Ia sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh


soal itu
soal itu
mengerjakan

sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh

sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh


Ia sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh
3. analisa frasa
Bila dalam teknik sebelumnya hanya dilakukan analisa suatu kalimat atas unsur-unsur yang dianggap langsung membentuk sebuah
kalimat atau bagian-bagian kalimat sampai ukuran terkecil yang berbentuk kata maka analisa kalimat berdasarkan frasa tiap unsur
langsung diberi nama sesuai dengan jenis frasanya hingga ke unsur yang paling kecil (= kata) dengan langsung memberi label bagi
kelas kata itu. Untuk memperlihatkan teknik analisa itu, kita menggunakan contoh kalimat berikut.

Persebaran penduduk Indonesia yang tidak merata mengakibatkan perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok.

Sebagai landasan dasar kalimat di atas, kita beri label K yang dipecah atas dua frasa utama, yaitu frasa nominal, persebaran penduduk
Indonesia yang tidak merata; dan frasa verbal, mengakibatkan perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok. Tiap frasa kita
pecahkan lebih lanjut atas frasa yang lebih kecil, hingga sampai tak terpecahkan lagi pada saat kita mencapai tataran kata. Pemecahan
dengan cara ini akan menghasilkan sebuah diagram pohon sebagai berikut.
Keterangan:

K = Kalimat
S = Subjek
P = Predikat
FN = Frasa Nominal
FV = Frasa Verbal
FAd = Frasa Adjektival
N = Noun
V = Verba
Ad = Adjektif
Pr = Partikel
Adv = Adverbal

Seperti halnya dengan analisa unsur (bawahan)


langsung, teknik analisa ini juga bermanfaat
untuk mengetahui bagaimana tata tingkat unsur-
unsur pembentuk sebuah kalimat, dan
bagaimana hubungan timbal-balik antara unsur-
unsur pembentuk kalimat tersebut.
03
TERIMA
kasih!!

Anda mungkin juga menyukai