Anda di halaman 1dari 34

tromboflebitis pada masa nifas

KEBIDANAN ALIH JENIS UNEVERSITAS AIR LANGGA


KELOMPO Firda Azizah 011911223043
Rizky Amalia 011911223044
K Visky Afrina 011911223045
Dian Lestari Hidayah 011911223046
Eza Yusnella 011911223047
Ika Dwi Martanti 011911223048
Mufidah Sheena Andani Prastini 011911223049
Erma Nurlita Sari 011911223050
Tien Aulia Rahmawati 011911223051
Riani Widia Parantika 011911223052
Sri Styaningsih 011911223053
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran
darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya.

Tromboflebitis didahului dengan trombosis,


dapat terjadi pada KEHAMILAN tetapi lebih
sering ditemukan pada masa NIFAS.
(Wiknjosastro: 2002)
DATA SUBYEKTIF

• 1. Identitas
 Cenderung terjadi pada usia muda kurang
dari 20 tahun (Dotters-Katz et al., 2017).

•  Selain itu, pada usia tua >35 tahun juga


merupakan faktor risiko terjadinya
tromboflebitis (Dupouy-camet et al., 2017).
2. Keluhan Utama
A. Nyeri pada daerah betis atau paha

Ibu dengan tromboflebitis superfisial biasanya


datang dengan area yang memerah, hangat,
meradang, dan nyeri tekan di atas jalur vena
superfisial (Lipe, 2020).
Nyeri kaki dapat dirasakan pada bagian
unilateral, pembengkakan, dan kemerahan
merupakan gejala trombosis vena. Namun, sekitar
50% pasien dengan bukti foto rontgen trombosis
vena adalah asimptomatik (Taber, benzion, 1994
B. Nyeri perut
Keluhan dapat berupa nyeri panggul dan
nyeri perut bagian kanan bawah (Cunha et al.,
2018; Gynecology & Reports, 2016; Khlifi et
al., 2010).
C.Demam
Ibu mengeluh demam selama 3-5 hari pada
minggu pertama postpartum. Bagi ibu yang
melahirkan secara Section Caessarian akan
mengeluh sakit punggung dan terasa lemah
pada kaki dikarenakan efek dari anestesi
(Gynecology & Reports, 2016).

D. Mual muntah
Pada beberapa ibu yang mengalami
tromboflebitis mengeluhkan mual dan muntah
(Govaerts et al., 1994).
3. Riwayat Obstetri
A. Tromboplebitis 5 X lebih berisiko terjadi
pada masa postpartum dibandingkan saat
kehamilan (Fiengo, Leslie et al. 2013).

B. Tromboplebitis panggul septik lebih sering


terjadi setelah operasi sesar dibandingkan
dengan setelah persalinan pervaginam,
dan didahului oleh infeksi bakteri ditempat
implantasi plasenta atau insisi uterus
(Leveno et al., 2009; Cunha et al., 2018).
C. Tromboflebitis dapat terjadi pada ibu
dengan kehamilan aterm, persalinan
prematur, aborsi dan kehamilan
ektopik (Govaerts et al., 1994).

D. Kehamilan kembar menjadi salah


satu faktor risiko tromboflebitis
(Dupouy-camet et al., 2017).
4. Riwayat Penyakit
A. Septic Pelvic Thrombophlebitis (SPT) terjadi pada ibu yang
memiliki :
• Riw. korioamnionitis dan endometritis.
• Riw. hipertensi pada kehamilan atau preeklampsi dapat
meningkatkan risiko terjadi tromboflebitis.
• Riw. tromboflebitis sebelumnya menjadi faktor resiko terkuat
terjadinya tromboflebitis (Dupouy-camet et al., 2017).

B. Infeksi yang diakaibatkan tindakan operasi, SLE, dan penyakit


hiperkoagulopati dapat menjadi factor risiko utama timbulnya
tromboplebitis (Fiengo, Leslie et al. 2013).
DATA OBJEKTIF

1. Keadaan Umum
 Kesadaran : Composmentis Kooperatif

Pada ibu yang mengalami tromboflebitis keadaan


umumnya baik, namun bisa menurun pada penderita yang
tampak sakit berat terutama pada kasus
Pelviotromboflebitis bahkan disertai menggigil yang dapat
berulang dan subfebris (Khlifi et al., 2010; Saifuddin, 2014).
2. Tanda-Tanda Vital

Pada postpartum hari ke-3 biasanya pasien


mengeluh demam, menggigil dan konstan,
namun tekanan darah dan tetap normal
dan tidak ada gangguan sirkulasi dan
respirasi (Cunha et al., 2018)
Tanda-Tanda Vital

Suhu: Subfebris sampai Demam Tinggi


 Pada kasus tromboflebitis femoralis, suhu badan
subfebris sampai 390c selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik pada hari ke 10-20, disertai menggigil dan
nyeri hebat.

Pada kasus pelviotromboflebitis suhu badan naik turun


secara tajam (360c – 400c) yang diikuti penurunan suhu
dalam satu jam (biasanya subfebris seperti pada
endometriosis) (Saifuddin, 2014; Cunha et al.,
2018).
3. Inspeksi
A. Wajah
“ Ibu tampak meringis kesakitan dan disertai menggigil terutama pada
kasus yang lebih berat”

Hal ini disebabkan peningkatan suhu tubuh dan rasa nyeri.

 Pada kasus Pelvotromboflebitis menggigil dapat berulang dengan inisial


yang sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa jam
saja dan kadang-kadang 3 hari.
 Pada saat menggigil penderita cenderung tidak panas (Saifuddin, 2014).
 Pada penelitian Khlifi et al., (2010) pasien tampak meringis karena
demam dan nyeri pinggang kanan disertai mual dan muntah.
 Kasus tromboflebitis femoralis : nyeri hebat pada lipatan paha dan
daerah paha dan juga nyeri pada betis yang dapat terjadi spontan
3. Inspeksi

B. Abdomen: Tidak ada kelainan

Namun : ibu tampak kesakitan karena adanya rasa nyeri


pada perut bagian bawah dan/ atau perut bagian samping
Riwayat persalinan dengan retensio plasenta, operasi
sesar, atau gangguan pada renal (Khlifi et al., 2010; Cunha
et al., 2018; Nakamura et al., 2018)

www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
3. Inspeksi
C. Ekstremitas:
ekstremitas bawah bengkak, putih, sedikit dalam keadaan
fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak.

 Pada kasus Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba


dolens) kaki tampak sedikit dalam keadaan fleksi dan
rotasi kelua serta sukar bergerak.

 Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki


menjadi bengkak, tegang, merah, nyeri dan dingin dan
pulsasi menurun (Saifuddin, 2014).
 Edema : paha bagian atas, tapi lebih sering dimulai dari
jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas
dari bawah ke atas.
www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
3. Inspeksi

Gambar: pembengkakan kaki pada


tromboflebitis femoralis

www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
4. Palpasi
A. Abdomen:
 Pada pelviothrombophlebitis terdapat gejala
adanya nyeri pada perut bagian bawah (Amer, et al,
2017), terutama pada perut bagian kanan bawah
(Sinha, et al, 2005).

Terjadi nyeri pada abdomen bagian bawah dan /


atau bagian samping, timbul pada hari ke 2-3 masa
nifas dengan atau tanpa panas (Saifuddin, 2014).

www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
4. Palpasi……..

B. Ekstremitas
Pada kasus Tromboflebitis Femoralis : ekstremitas bawah teraba keras,
tegang, lebih panas dibandingkan kaki lainnya (jika pada salah satu kaki),
oedema dan telapak kaki teraba dingin dan pulsasi menurun

• Terdapat edema pada penekakan metatarsal atau pretibial


 edema kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya
terjadi pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki
dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas. (Saifuddin,
2014).

• Pemeriksaan Khas: Tanda Homan (+)


 Tanda homan positif, nyeri pada betis dapat terjadi spontan atau dengan
memijat betis atau dengan meregangkan tendon akhiles

www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
Gambar: pemeriksaan tanda homan
www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
5. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah: Pelviotromboflebitis terjadi Leukositosis
(meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat
segera terjadi leukopenia).

 Pembuatan kultur darah diambil pada saat tepat sebelum


mulainya menggigil. Meskipun bakteri ditemukan pada
saat menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena
bakteri anaerob) (Saifuddin, 2014).

 Analisis darah menunjukkan jumlah darah putih 12.800-


18.900 / μL (kisaran normal: 4000-9000 / mm3) dengan
85,9% neutrofil dan peningkatan protein C-reaktif (17,97
mg / dL), Urinalisis normal. (Cunha et al., 2018; Nakamura
et al., 2018)
www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
5. Pemeriksaan Penunjang …..
B. Ultrasonografi (USG) : melihat kelainan Panggul dan sub
involusi
Ultrasonografi panggul dan radiografi abdomen negative (Cunha
et al., 2018; Nakamura et al., 2018).

Temuan pencitraan karakteristik pada ultrasonografi sederhana


termasuk massa tubular, hipoekoik adneksa, dan / atau fosa
iliaka.
• Doppler ↑ sensitivitas USG sederhana dengan memungkinkan
pemeriksa untuk dengan jelas mengidentifikasi vena ovarium
permeabel, dan jika dibutuhkan dapat memungkinkan untuk
dokumentasi resolusi.
• Batasan ultrasonografi Doppler termasuk habitus tubuh dan
distensi gas perut. (Bannow and Skeith, 2017).
www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
5. Pemeriksaan Penunjang ……….

C. CT (Computed Tomography) Scan


Temuan pada CT scan termasuk pembesaran vena
dengan lumen densitas rendah di dalam dinding
pembuluh darah yang ditingkatkan kontras.

Memiliki sensitivitas / spesifisitas tinggi (63% hingga


100% dan 78% hingga 90%, masing-masing) tetapi
memerlukan paparan radiasi pelvis dan kontras IV,
pertimbangan penting selama pascapartum (Bannow
and Skeith, 2017).

www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
5. Pemeriksaan Penunjang ……..
D. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI memberikan peningkatan sensitivitas dan


spesifisitas (92% hingga 100% dan 100%, masing-
masing), memungkinkan untuk visualisasi seluruh
jalannya vena ovarium pada pasien dengan CT scan
atau ultrasonografi yang tidak meyakinkan.

Keterbatasan MRI termasuk akses, peningkatan


kebutuhan waktu, biaya, dan pencitraan inferior area
perut dan panggul yang berisi usus.
(Bannow and Skeith, 2017)
www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
5. Pemeriksaan Penunjang

E. Pemeriksaan Koagulasi

U/ menunjukkan hiperkoagulabilitas.

U/ menilai aktifitas faktor pembekuan yaitu


PTT dan APTT, thrombin time dan
kadar fibrinogen (Khlifi, et al, 2010)
 

www.googleslidesppt.com _ 30+ Ready Made Google Slides & PowerPoint Presentation for Free
1. PELVIO TROMBOFLEBITIS

tata laksana u/ mencegah emboli


paru & mengurangi
akibat tromboflebitis
1. Pencegahan endometritis dan tromboflebitis
dg teknik aseptik yang baik
• Rawat inap U/ cegah terjadinya emboli
pulmonum

2. Terapi medik
 A.B (Ertapenem or gentamicin, ampicillin,
clindamycin (7 days) (Garcia et al., 2006).
 Antikoagulansi/heparin jika terdapat tanda-
tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum.
U/↓ terjadinya trombus dan ↓ bahaya
emboli (UNPAD, 2005).
3. Terapi operatif  pengikatan vena kava
inferior dan vena ovarika jk emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru;
meskipun sedang dilakukan hipernisasi>>>
siapkan untuk menjalani pembedahan.
(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)
2. Tromboflebitis Femoralis
1. Anjurkan ambulasi dini
2. Posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam
3. Stocking u/ meningkatkan sirkulasi vena & mencegah kondisi
stasis (sebelum&melepaskan 2x seharu u/ kai ikulit bawah )
4. Tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena
5. Nilai pembekuan darah sebelum diberi obat antikoagulan
6. Profilaksis fondaparinux 2,5 mg atau heparin
7. Alat pamanas / kompres hangat basah
8. Bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang
terkena
9. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis melihat
peningkatan/ penurunan ukuran.
10. Kaji Lokea & pendarahan jk dlm terapi antikoagulan.
11. Kaji tanda pendarahan, misalnya: pendarahan pada
gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar
dari jahitan episiotomi.
12. Heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada
masa menyusui
13. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai
antagonis heparin.
14. Jelaskan keamanan pemberian heparin Garcia et al.,
(2006
15. Kehamilan selanjutnya klien harus beritahu
NaKes yg menangani, U/ pencegahan trombofrebitis
kembali.
PELAKSANAAN ASUHAN
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan
ibu saaat ini yaitu mengalami tromboflebitis femoralis
sehingga kaki ibu bengkak dan tegang dan terasa nyeri,
suhu tubuh 37,5o C
2. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang cara
mengurangi nyeri yaitu:
• Tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena
• Menyediakan stoking pendukung untuk meningkatkan
sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi statis
• Memakai stoking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepasnya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit
dibawahnya
• Kaki dikompres dengan air hangat
3. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan
ambulasi dini agar dapat meningkatkan
sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan bekuan
darah, misalnya: jika ibu sudah merasa tidak
lelah anjurkan untuk kekamar mandi namun tetap
ditemani. Menjelaskan pada ibu untuk tidak
berada pada posisi litotomi dan tidak
menggantung kaki lebih dari 1 jam dan memberi
alas penyokong kaki guna mencegah adanya
tekanan yang kuat pada betis.
4. Memberikan terapi antipiretik parasetamol
3x1mg untuk mengatasi demam
5. Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ibu nifas
seperti mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung protein, mineral, vitamin, cukup
(sayur-sayuran, tempe, tahu, telur, ikan,
buah-buahan, apabila ibu mampu membeli susu
dan mencobanya walau tidak suka susu)
6. Menjelaskan dan menganjurkan ibu untuk
minum 3 liter setiap hari (8-12 gelas setiap
hari) untuk mencegah dehidrasi dan
menurunkan panas dengan adanya peningkatan
pengeluaran urine
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai