kondisi fisik dan psikis setiap orang lanjut usia akan berbeda.
penggunaan obat antipsikotik yang tepat bagi pasien geriatri agar tatalaksana dapat
diterapkan dengan tepat dan aman bagi pasien
Pengertian Antipsikotik
Antipsikotik
Antipsikotik adalah
adalah antagonis
antagonis dopamin
dopamin dan
dan menyekat
menyekat reseptor
reseptor
dopamin
dopamin dalam
dalam berbagai
berbagai jaras
jaras diotak.
diotak.
Obat
Obat antipsikotik
antipsikotik adalah
adalah sekelompok
sekelompok bermacam-macam
bermacam-macam obat
obat yang
yang
menghambat
menghambat reseptor
reseptordopamine
dopamine tipe
tipe 22 (D2).
(D2).
Indikasi
Indikasi utama
utama untuk
untuk pemakaian
pemakaian obat
obat adalah
adalah terapi
terapi skizofrenia
skizofrenia dan
dan
gangguan
gangguan psikotik
psikotik lainnya.
lainnya.
Rantai Chlorpromazi
Jenis-jenis psikotik Aliphatic
Rantai Chlorpromazi
ne
Aliphatic ne
Perphenazine,
Perphenazine,
Rantai
Rantai
Phenothiazine
Phenothiazine Trfluoperazine
Trfluoperazine
Piperazine
Piperazine ,,Fluphenazine
Fluphenazine
Antipsiotik
Antipsiotik Rantai
Rantai Thioridazine
Thioridazine
Tipikal
Tipikal Piperidine
Piperidine
Butyrophenone
Butyrophenone Haloperidol
Haloperidol
Antipsikotik
Antipsikotik
Benzamide
Benzamide Sulpiride
Sulpiride
Clozapine,
Clozapine,
Antipsikotik
Antipsikotik olanzapine,
olanzapine,
Dibenzodiazepin
Dibenzodiazepin
Atipikal
Atipikal quetiapine,
quetiapine,
zotepine
zotepine
Risperidone,
Risperidone,
Benzisoxazole
Benzisoxazole aripiprazole
aripiprazole
antipsikotik
Tipikal Atipikal
Antagonist
AntagonistReseptor
ReseptorDopamin
Dopamin(ARD)
(ARD)
menurunkan
mesolimbik
mesolimbikdopamine
dopaminepathways
pathways hiperaktivitas
dopamine
memblok
memblokreseptor
reseptorDD2 2
gejala
gejalanegative.
gejala negative.
Blokade
gejala Blokadereseptor
reseptor memblok
memblokreseptor
reseptoralfa1
alfa1
positif
positif kolinergik adrenergik
kolinergik adrenergik
muskarinik
muskarinik
• mesokortikal
• nigrostriatal
mulut kardiovaskuler
kardiovaskulerberupa
berupahipotensi
• tuberoinfundibu mulutkering,
kering,pandangan
pandangan hipotensi
kabur, ortostatic, mengantuk, pusing,
lar. kabur,konstipasi
konstipasidan
dan ortostatic, mengantuk, pusing,
dan
kognitif dantekanan
tekanandarah
darahmenurun
menurun
kognitiftumpul.
tumpul.
Antipsikotik Generasi Kedua (APG II)
Serotonin
SerotoninDopamin
DopaminAntagosis
Antagosis(SDA)
(SDA)
Perbedaan
EPS
EPSlebih
lebihrendah
rendahdandan
sangat
sangatefektif
efektifuntuk
untuk
mengatasi
mengatasi
gejala
gejalanegatif.
negatif.
APG II memblok secara
APG I hanya dapat
bersamaan
memblok reseptor D2
reseptor serotonin (5HT2A) dan
reseptor dopamin (D2).
Jalur dopamin
1.Mesokortikal Pathways
APG
APGIIIIdlm
dlmblokade
blokade
• Antagonis 5HT2A tidak hanya akanberkurangnya blockade
resepto
resepto 5HT2A rr
5HT antagonisD2 tetapi aktivitas dopamine pathwayskeseimbangan
2A
dilepas
dilepasmenang
menangdari
dari
pada
padayang
yangdihambat
dihambat
gejala
gejalanegatif
negatif
dapat
dapatdiperbaiki
diperbaiki
2. Mesolimbik Pathways 3. Tuberoinfundibular Pathways
APG II
Etiologi
Etiologiskizofrenia
skizofreniapada
padalansia
lansia
1.1. Faktor
FaktorGenetik
Genetik Resiko Berkembangnya gangguan psikotik
2.2. Faktor Resiko Berkembangnya gangguan psikotik
Faktorpsikososial
psikososial
Resiko simtom kembali berulang
Resiko simtom kembali berulang
Gejala positif Gejala negatif Gejala kognitif
• Efek samping yang terjadi pada pasien lansia bisa berupa ekstrapiramidal sindrom, sindroma metabolik,
dan tardive dyskinesia.
• Hal ini rentan pada lansia karena pada usia lanjut sel neuronnya akan memiliki sifat dopaminergik yang
lebih rendah daripada usia dewasa karena reseptor D2 jumlahnya lebih sedikit sehingga apabila dosis
yang sama diberikan akan lebih mudah memberikan efek parkinsonism.
2. Psikoterapi
3. Psikososial
Tahap Perkembangan Gangguan Skizofrenia
Fase prodromal
Terjadi penurunan atau perburukan kemampuan penderita dalam menjalankan beberapa
fungsi dalam kehidupan
Hilangnya minat terhadap aktivitas sosial serta meningkatnya kesulitan dalam memenuhi
tanggung jawab/tuntutan hidup sehari-hari.
Fase akut
Saat dimana gejala-gejala gangguan skizofrenia telah benar-benar muncul
pada penderita.
Fase pemulihan
Pasien dalam pengobatan
Gejala + dan -
Fase residual
Fase Akut
Saat dimana gejala-gejala gangguan skizofrenia telah benar-benar
muncul pada penderita.
Fase Pemulihan
Pasien dalam pengobatan
Gejala + dan -
Fase Residual
Efek samping Utama
Dystonic reaction (kekejangan otot yang nyeri)
Banyak dijumpai pada obat antipsikotik potensi tinggi
Diatasi dengan obat antikolinergik (benztropin, THF, atau difenhidramin)
Pseudoparkinsonism
Adanya blockade dopaminergik di striatum muncul gejala mirip parkinson
Diatasi dengan antikolinergik (benztropin) atau amantadin
Akathisia ( tidak bisa duduk tenang, dan gerakan-gerakan yang tidak bisa berhenti)
Paling tidak responsive terhadap terapi turunkan dosis, atau
Diatasi dengan propanolol atau benzodiazepine (lorazepam, klonazepam)
Demensia
Definisi
Kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang penyakit dan
ditandai oleh hilangnya daya ingat jangka pendek (recent memory) dan gangguan global
fungsi mental termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berpikir abstrak, kesulitan
merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil dan hilangnya pengenalan waktu dan
tempat, tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran atau situasi stress, sehingga
menimbulkan gangguan pekerjaan, aktivitas harian dan sosial.
Subtipe Demensia
1. Demensia Alzheimer
2. Demensia Vaskular
3. Penyakit Pick
4. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
5. Penyakit Parkinson
6. Penyakit Huntington
Gambaran Klinis
Gangguan memori
Gangguan orientasi
Gangguan bahasa
Apraksia
Agnosia
Gangguan fungsi eksekutif
Perubahan kepribadian
Gejala Psikotik
1. Waham
Manifestasi psikosis mencakup gejala positif (waham, halusinasi, gangguan
komunikasi, aktivitas motorik yang abnormal) dan gejala negatif (avolition, kemiskinan
isi pikiran, afek datar). Lima tipe waham terlihat pada demensia (terutama demensia
tipe alzheimer), yaitu:
Barang kepunyaannya telah dicuri
Pengabaian / ditinggalkan
Ketidaksetiaan
2. Halusinasi
Perkiraan frekuensi halusinasi pada demensia berkisar dari 12%-49%.
Halusinasi visual adalah yang paling umum (terjadi pada 30% pasien dengan demensia) dan
ini lebih sering terjadi pada demensia yang moderat dibandingkan demensia ringan atau
berat.
Gambaran halusinasi secara umum berupa gambaran orang-orang atau hewan-hewan.
3. Misidentifikasi
Misidentifikasi dalam demensia adalah kesalahan persepsi stimuli eksternal. Misidentifikasi
terdiri dari:
Kehadiran orang-orang di rumah pasien sendiri (boarder phantom syndrome)
Kesalahan identifikasi diri pasien sendiri (tidak mengenali bayangan diri sendiri di cermin)
Kesalahan identifikasi orang lain
Kesalahan identifikasi peristiwa di televisi (pasien mengimajinasikan peristiwa tersebut
terjadi secara nyata).
Patofisiologi BPSD
Perubahan Neurotransmitter
A. Serotonin
Neuron serotonergik berasal dari inti rafe dorsal dan median yang mempersarafi
F. Disfungsi Neuroendokrin
Pada pasien AD, kadar somatostatin, vasopresin, corticotropin-releasing
hormone (CRH), substansi P, dan neuropeptida Y secara bermakna
berkurang di daerah kortikal dan sub kortikal otak, sedangkan kadar dari
galanin peptida meningkat.
Namun, di hipotalamus, kadar somatostatin, vasopresin, dan neuropeptida Y
seperti galanin An meningkat secara bermakna, dapat menyebabkan agitasi,
gelisah, gangguan tidur dan gejala yang terkait dengan stres.
Penatalaksanaan antipsikotik PENYAKIT
DEMENSIA pada lansia
Antipsikotik penyakit demensia pada lansia yang dianjurkan:
1. Risperidone : 0,5-2mg/hari
2. Quetiapine : 40mg/hari
3. Olanzapine: 5-7,5mg/hari
Prinsip umum penggunaan antipsikotik pada BPSD :
Obat dapat diberikan pada situasi sebagai berikut :
A. Bila ada indikasi spesifik (contoh depresi, psikosis) tanpa memperdulikan
keparahan maupun frekuensi gejala
B. Bila gejala berat dan terapi diperlukan segera
C. Bila perilaku tidak memiliki pemicu yang jelas atau terjadi pada kondisi di
mana keluarga tidak dapat mengatasi gejala perilaku yang serius.
Bagi yang membutuhkan medikasi Antipsikotik atipikal harus
rutin, pendekatan 3T diperlukan dilanjutkan pada :
Terapi obat harus memiliki target pasien yang masih mengalami BPSD
gejala yang spesifik
Dosis awal harus rendah dan titrasi bila diperkirakan efek buruk dapat
naik dilakukan terjadi bila dihentikan
Terapi harus terbatas dalam hal waktu bila tidak ada terapi alternatif yang
pemberian dapat diberikan
ANTIPSIKOTIK PADA LANSIA
DENGAN DELIRIUM
Patogenesis
Delirium Yang Diakibatkan Oleh Penghentian Substansi Seperti
Alkohol, Benzodiazepin, Atau Nikotin Dapat Dibedakan Dengan
Delirium Karena Penyebab Lain.
Konsumsi Alkohol Secara Reguler Inhibisi Reseptor Nmda (N-
methyl-d-aspartate) Dan Aktivasi Reseptor Gaba-a
(Gammaaminobutyric Acid-a).
Disinhibisi Serebral Perubahan Neurotransmitter
Memperkuat Transmisi Dopaminergik Dan Noradrenergik
Manifestasi Karakteristik Delirium, Termasuk Aktivasi Simpatis
Dan Kecenderungan Kejang Epileptik.
Patogenesis
Penghentian Benzodiazepine Penurunan Transmisi Gaba-ergik Timbul Kejang
Epileptik.
Delirium Yang Tidak Diakibatkan Karena Penghentian Substansi Timbul Melalui
Berbagai Mekanisme, Jalur Akhir Biasanya Melibatkan Defisit Kolinergik
Dikombinasikan Dengan Hiperaktivitas Dopaminergik.
Dua Mekanisme Yang Terlibat Langsung Dalam Terjadinya Delirium: Pelepasan
Neurotransmitter Yang Berlebihan (Kolinergik Muskarinik Dan Dopamin) Serta
Jalannya Impuls Yang Abnormal.
Aktivitas Yang Berlebih Dari Neuron Kolinergik Muskarinik Pada Reticular
Activating System, Korteks Dan Hipokampus Berperan Pada Gangguan Fungsi
Kognisis (Disorientasi, Berpikir Konkrit Dan Inattention) Dalam Delirium.
Patogenesis
Delirium hipoaktif
• Ditemukan pada pasien hepatic encephalopathy dan hiperkapnia
Delirium campuran
• Dapat disebabkan oleh gangguan struktural dan fisiologis.
• Hipotesis utama : adanya gangguan yang irreversible terhadap metabolisme
oksidatif otak dan adanya kelainan multiple neurotransmitter
Etiologi delirium:
Asetilkolin
Asetilkolin Dopamin
Dopamin Neurotransmiter
NeurotransmiterLain
Lain Mekanisme
MekanismeInflamasi
Inflamasi
•• Obat-obat
Obat-obatanti
anti •• Pada
PadaDelirium
Delirium •• ditemukan
ditemukan •• Sitokin
Sitokinaktivasi
aktivasi
kolinergik
kolinergik terjadi
terjadipeningkatan
peningkatan peningkatan
peningkatan mikroglia
mikroglia
keadaan
keadaanacute
acute aktivitas
aktivitas serotonin
serotonin produksi
produksireaksi
reaksi
confusional
confusionalstates
states dopaminergik
dopaminergik •• Peningkatan
Peningkatan inflamasi
inflamasipada
padaotak.
otak.
(bingung)
(bingung) •• Gejala
Gejalasimptomatis
simptomatis inhibitor
inhibitorGABA
GABA •• Sejalan
Sejalandengan
dengan
•• Pasien
Pasiendengan
denganpost membaik
membaikdengan •• Peningkatan efeknya
efeknyayang
post dengan Peningkatanlevel
level yang
operatif delirium
operatifdelirium pemberian
pemberianobat
obat ammonia
ammonia merusak
merusakneuron,
neuron,
aktivitas
aktivitasserum
serumanti
anti antipsikosis
antipsikosis peningkatan
peningkatanpada
pada sitokin
sitokinjuga
juga
kolinergik
kolinergik asam
asamamino
amino mengganggu
mengganggu
meningkat.
meningkat. glutamate
glutamatedan
dan pembentukan
pembentukandan dan
glutamin
glutamin pelepasan
pelepasan
neurotransmiter.
neurotransmiter.
Terapi lanjut usia:
Karena Insidens Efek Samping Ekstrapiramidal Yang Rendah, Quetiapine Telah Menjadi
Pilihan Pada Pasien Usia Lanjut Yang Lebih Rentan Terhadap Efek Samping Tersebut.
Dibanding Haloperidol, Pasien Dengan Delirium Pada Quetiapine Menunjukkan
Peningkatan Yang Sama Pada Drs Dan Quetiapine Lebih Baik Ditoleransi.
Risperidone Juga Menunjukkan Kemanjuran Dalam Pengobatan Delirium Dibandingkan
Dengan Pengobatan Haloperidol Dalam Uji Coba Double-blind.
Penggunaan Antipsikotik Harus Dimulai Dengan Dosis Rendah Dan Ditingkatkan Secara
Bertahap Jika Diperlukan
Farmakoterapi
Dua gejala utama delirium yang memerlukan terapi obat yaitu psikosis dan insomnia.
Obat yang dianggap cocok untuk psikosis adalah halolperidol
Golongan phenothiazine harus dihindari pada pasien delirium, karena obat tersebut
disertai dengan aktivitas anti kolinergik yang bermakna.
Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepine dengan waktu paruh
pendek atau hydroxizine (vistaril) 25 – 100 mg.
Golongan benzodiazepine dengan waktu paruh panjang dan barbiturat harus dihindari
pada pasien delirium karena obat tersebut telah digunakan sebagai bagian dari
pengobatan untuk gangguan dasar ( sebagai contoh : putus alkohol).
KESIMPULAN
Penelitianmenunjukkan bahwa pasien geriatri berpotensi tinggi untuk mengalami
gangguan psikosis.
Prevalensi gejala psikosis pada pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%.
Banyak faktor yang menyebabkan keadaan tersebut, salah satunya adalah kondisi