Askep Retinoblastoma
Askep Retinoblastoma
RETINOBLASTOMA
RAHMAH WIDYANINGRUM
KA I
LEARNING OBJECTIVES
Manifestasi klinik retinoblastoma bervariasi tergantung pada stadium waktu tumor terdeteksi:
1. Tanda permulaan pada kebanyakan penderita adalah reflek pupil putih (leukokoria). Leukokoria
terjadi karena reflek cahaya oleh tumor yang putih.
2. Tanda kedua yang paling sering adalah strabismus. Tanda yang kurang sering meliputi
pseudohipopion (sel tumor yang terletak inferior di depan iris), disebabkan oleh benih tumor di
kamera inferior mata, hifema (darah yang terdapat di depan iris) akibat neovaskularisasi iris,
perdarahan vitreus, atau tanda selulitis orbita.
3. Pada pemeriksaan tumor tampak sebagai massa putih, kadang-kadang kecil dan relative datar,
kadang-kadang besar dan menonjol. Ia mungkin tampak nodular. Kekeruhan vitreus dan benih tumor
mungkin nyata (Nelson, 2000).
Secara umum, semakin dini penemuan tumor maka, semakin besar pula kemungkinan untuk
menyelamatkan organ penglihatan dan mengurangi resiko metastase yang lebih luas.
Menurut James dkk (2006), anak dapat datang (pada usia rata rata 8 bulan jika
diturunkan dan 25 bulan bila sporadic) dengan:
1. Refleksi pupil putih (leukokoria) karena tumor pucat yang meninggi dikutub posterior
mata. Kadang tumor tampak bilateral.
2. Stabismus karena penurunan penglihatan.
3. Kadang mata merah yang nyeri
Tatalaksana
Enukleasi adalah pengangkatan bola mata, untuk mangatasi kerusakan berat pada bola
mata, kebutaan mata yang nyeri, dan lain-lain (Broker, 2009). Enukleasi pada
retinoblastoma terindikasi jika satu mata demikian berat terlihat sehingga tidak ada
penglihatan tersisa yang bermanfaat atau jika nyeri glaucoma telah berkembang sebagai
komplikasi (Nelson, 2000). Tindakan ini akan mengakibatkan cacat pada anak, maka
pertimbangan yang sangat matang perlu dilakukan, pada saat meminta persetujuan
keluarga. Perencanaan tentang bagian mata yang akan di-exsisi harus dilakukan dengan
seksama (Pearce,2008).
Meskipun cara lain seperti kemoterapi dan iradiasi cahaya eksternal mungkin lebih sesuai
untuk lesi kecil tunggal atau multipel.
Pemeriksaan laboratorium dan uji diagnostic menurut Muscari (2005) al:
Hitung darah lengkap (HDL): Urinalisis dan kimia darah diprogramkan untuk mengkaji
status kesehatan secara umum.
Apusan darah perifer: Diambil untuk menentukan jenis sel dan maturitasnya.
Sinar X dada: Diambil pada semua anak sebagai dasar atau untuk diagnosis.
Ultrasonografi: Sering digunakan sebagai alat untuk skrining.
Teknik Pencitraan ( CT Scan, Ultrasonografi, MRI): Digunakan untuk mendeteksi massa
tumor padat.
Biopsi: Sangat kritis dalam mementukan klasifikasi dan tahap kanker.
CONTOH ASKEP
Klien masuk RS tanggal 22 April 2013 pukul 10.30 WIB, RM: 01153367, ruang Melati II
dengan diagnosa masuk Retinoblastoma.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Mei 2013 pukul 12.45 WIB. Informasi : data rekam
medis dan wawancara dengan ibu klien. Identitas Pasien, nama An. Z, lahir di Sragen
pada tanggal 2 Maret 2009, umur 4 tahun, 2 bulan, jenis kelamin perempuan, agama
Islam, pendidikan TK A, alamat Patihan Tanon Sragen.
PENGKAJIAN
Keadaan umum pasien lemah dan kurus, kesadaran compos mentis. TTV: suhu 37˚C,
nadi 94 x/menit, respirasi: 28 x/menit, TD 100/70mmHg. Pengukuran antopometri, tinggi
badan 92 cm, BB 11kg, LLA 14 cm, LK 44 cm, LD 47 cm.
Dari interpretasi Z-score diperoleh hasil = -2SD.
Pemeriksaan head to toe
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diperoleh hasil bahwa dua
masalah teratasi dan satu masalah teratasi sebagian.
Agar dapat mencapai tujuan dan sasaran, pemberian asuhan keperawatan pada An. Z
harus dilakukan secara continue.
Pada hari ketiga muncul masalah baru, yaitu ganggguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan.