Teks Editorial
Teks Editorial
Kelompok 7:
1. Fitria DWI Y. (13)
2. Friska Meilinda R. (14)
3. Kiki Wulandari M.(17)
4. Madika Ihsanuttruna (19)
Korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP)
yang dalam hitungan KPK diperkirakan merugikan negara Rp
2,3 triliun merupakan bukti nyata kejahatan penyelenggara
negara yang sangat serius. Betapa tidak. Jika merujuk isi surat
dakwaan jaksa KPK tersebut, bisa dikatakan telah terjadi
perampokan uang negara yang dilakukan secara terencana.
Selain itu, ada kolaborasi eksekutif dan legislatif yang
ditopang jaringan pebisnis sebagai klien para oknum politisi
dan pejabat pemerintah.
Pertama, parlemen sangat mudah dilakukan karena koordinasinya cukup melibatkan pimpinan
fraksi, pimpinan badan anggaran (banggar), dan pimpinan komisi (II). Jika sudah pimpinan fraksi
yang menginstruksikan suatu rencana proyek berikut anggarannya, bisa dipastikan tak akan ada
pembangkangan dari para anggota DPR lainnya. Sebab, pimpinan fraksi adalah perpanjangan
tangan parpol asal para anggota DPR, pemegang otoritas tertinggi yang mengendalikan setiap
langkah kebijakan yang akan diambil di parlemen. Dan akan selalu terancam posisi seorang anggota
DPR jika mencoba tidak setuju atau berlawanan dengan arahan pimpinan parpol (fraksi).
Kedua, pihak pemerintah, yakni pejabat yang terkait (pejabat Kemendagri yang terdakwa) tentu
tidak bisa mengelak kalau suatu proyek sudah ditopang kekuatan besar di parlemen. Apalagi yang
mengomando adalah parpol dari pihak pemerintah (yang sedang berkuasa), bagian tak terpisahkan
dari pimpinan tertinggi eksekutif. Itu belum termasuk jika pimpinan langsung para pejabat itu, yakni
menteri, turut memerintahkan untuk manut saja pada proyek yang digagaskan para politikus dan
petinggi parpol tersebut. Tugas para pejabat seperti Irman dan Sugiharto itu hanyalah bagaimana
mengoordinasikan teknis proyek berikut anggarannya. Termasuk di dalamnya mengalkulasi atau
menskenariokan agar semua yang diinginkan politisi dan atau pimpinan mereka bisa direalisasikan.
Ketiga, para anggota parlemen yang diarahkan untuk
menyukseskan rencana proyek untuk membungkus
atau melegitimasi kejahatan, termasuk di dalamnya
para pejabat di jajaran eksekutif yang secara teknis
mengoperasikan administrasinya, tentu akan sangat
bergairah karena ada iming-iming memperoleh materi.
Bagi para politikus di Senayan, justru agenda seperti itu
yang boleh jadi sangat diharapkan.