Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 8

SEJARAH
PEREKONOMIA
N ISLAM
DOSEN PENGAMPU : AL USTADZ ADI MANSAH, LC. MA
NAMA KELOMPOK

1. Ahmad Fauzan (20200310300015)


2. Adi Panggalih Wijayanto (2020031000005)
3. Angga Nurachmat (2020031000011).
4. Syahdan Ramanda (2020031000053).
“PEMIKIRAN
EKONOMI ISLAM
PADA MASA
BERKEMBANGNYA
FATWA”
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA FATWA
Pada fase berkembangnya fatwa ini pemikiran ekonomi Islam tidak
banyak berkembang, hanya berupa fatwa yang didasarkan pada
pendapat imam-imam madzhab sebelumnya. Fase ini ditandai dengan
ungkapanungkapan dan pendapat yang mengarah pada tertutupnya
pintu ijtihad yang mengakibatkan fase ini dikenal juga sebagai fase
stagnasi. Pada fase ini, para ulama hanya menulis catatan-catatan para
pendahulunya dan mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan aturan
standar bagi masing-masing mazhab. Fase ini terjadi pada masa
Utsmaniyah Awal hingga Utsmaniyah Pertengahan. Diantara
tokohnya adalah; Syah Waliallah (w.1176H/1762M)
A. Pemikiran Ekonomi Islam Syah Waliallah
Biografi Singkat Syah Waliallah
Syah Wali Allah lahir pada tanggal 4 Syawal 1114 Hijriah
(1702 Masehi) dan wafat pada tanggal 29 Muharam 1176
Hijriah (1763 Masehi). Beliau adalah seorang pemikir
Muslim yang membahas masalah evolusi perkembangan
sosial-ekonomi kemasyarakatan. Pemikiran Syah
Waliallah sudah cukup terbuka dalam memandang
komunitas sebagai bagian dari peradaban dunia
Karya dan Pemikiran Ekonomi Syah Waliallah
Syah Waliallah memiliki dua karya besar yang dikenal, yaitu Hujjatullah al-Balighah dan
Budur Al-Bazighah. Di dalam buku Hujjatullah al-Balighah, beliau banyak menjelaskan
rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan
masyarakat. Menurutnya, manusia secara alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus
melakukan kerja sama antara satu orang dengan orang lainnya. Kerja sama usaha
(mudharabah, musyarakah), kerja sama pengelolaan pertanian, dan lain-lain. Islam
melarang kegiatan-kegiatan yang merusak semangat kerja sama ini, misalnya perjudian
dan riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak adil, eksploitatif,
mengandung ketidakpastian yang tinggi, beresiko tinggi dan karenanya memberikan
konstribusi positif bagi peradaban manusia.
Dalam perkembangannya, beberapa elemen kebijaksanaan atau wisdoms tersebut dirasa
mulai tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman. Semisal atas barter atau tukar-
menukar. Karena didalamnya memerlukan persyaratan mutlak berupa ‘kecocokan’ atas
kedua belah pihak yang melakukan upaya barter tersebut. Syarat umum tersebut disebut
double coincident of wants. Karenanya, lalu dibutuhkan ‘sesuatu’ yang mampu
menjembataninya, yaitu sarana alat tukar atau medium of exchange. Sarana tersebut
adalah uang (money). Syah Waliallah menjelaskan bahwa untuk dapat dinyatakan berlaku
sebagai ‘uang’, sebuah entitas atau thing harus memiliki beberapa persyaratan, antara
lain:
(1) Tahan lama atau durability;
(2) Mudah atau convenience;
(3) Tidak dapat dikorup atau incorruptibility;
(4) Dikehendaki atau desirability;
o Karakteristik pemikiran ekonomi Islam masa berkembangnya fatwa ditandai oleh
kejumudan pemikiran karena anggapan bahwa pinti ijtihad telah tertutup. Pada fase
ini, para ulama hanya menulis catatan-catatan para pendahulunya dan mengeluarkan
fatwa yang sesuai dengan aturan standar bagi masing-masing mazhab.

Pemikiran Syah Waliallah yang tertuang dalam kedua kitabnya yaitu Hujjatullah al-
Balighah dan Budur Al-Bazighah banyak mengupas tentang rasionalitas dari aturan-
aturan syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan masyarakat. Beliau
menjelaskan tentang kerjasama ekonomi, semangat atau etos kerja, pajak dan
tanggung jawab negara dalam perekonomian. menelusuri evolusi masyarakat dari
panggung primitif sederhana dengan budaya yang begitu kompleks di masanya (di
wilayah Delhi dan sekitarnya selama masamasa terakhir pemerintahan Mughal). Ia
juga menekankan bagaimana pemborosan dan kemewahan yang diumbar akan
menyebabkan peradaban menjadi merosot.
TERIM
A
KASIH

Anda mungkin juga menyukai