Anda di halaman 1dari 34

Kelompok 10

• I Putu Satya Surpadianta (1933121298)


• Yuliana Luntriani Dale (1933121006)
• Indhira Ericha Kamuh (1933121312)
• Kadek Swista (1933121067)
• I Made Suryawan (1933121020)
• I Made Ardiasa (1933121067)
STRATEGI AUDIT
KESELURUHAN
DAN PROGRAM
AUDIT
PROSEDUR-PROSEDUR
PENILAIAN RISIKO
 Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk memperoleh
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya, untuk menilai risiko kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan klien. Hal tersebut sesuai dengan
ketentuan dalam standar audit (SA 315.5) yang berbunyi sebagai
berikut: "Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko
untuk menyediakan suatu dasar bagi pengidentifikasian dan
penilaian risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan
keuangan dan asersi.
PROSEDUR AUDIT LEBIH
LANJUT
 Sebagai respons atas penilaian risiko kesalahan penyajian material tersebut,
auditor melakukan prosedur audit lebih lanjut yang terdiri dari pengujian
pengendalian, pengujian substantif golongan transaksi, prosedur analitis
substantif, dan pengujian rinci atas saldo. Kombinasi keempat prosedur audit
lebih lanjut tersebut merupakan dasar bagi pendapat auditor. Pengujian
pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan penilaian risiko
pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis substantif dan
pengujian rinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi direncanakan. Pengujian
substantif golongan transaksi mempengaruhi pengujian pengendalian dan
risiko deteksi direncanakan, karena menguji efektivitas pengendalian internal
dan jumlah rupiah transaksi.
Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, standar audit (SA 330.7) menetapkan bahwa
auditor harus:
 Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan penyajian material
pada tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan, termasuk:
I. Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh karakteristik tertentu
yang relevan dengan golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan (contoh risíko
inheren), dan
II. Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan (contoh, risiko
pengendalian), dan dengan demikian menuntut auditor untuk memperoleh bukti audit
untuk menentukan apakah pengendalian berjalan efektif (contoh, auditor bermaksud
untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam menentukan sifat, saat dan
luas prosedur substantif)
 Memperoleh bukti yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang lebih tinggi.
JENIS-JENIS PENGUJIAN DALAM
PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT
 Dalam mengembangkan suatu strategi audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan kouangan telah disajikan secara wajar. Seperti
telah diuraikan di atas. auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risko
kesatahan penyajian material. Empat jenis pengujian lainnya merupakan prosedur audit lebih
lanjut yang dilakukan sebagai tanggapan atas risiko yang teridentifikasi. Empat jenis
pengujian tersebut terdiri dari:
a) pengujian pengendalian,
b) pengujian substantif golongan transaksi,
c) prosedur analitis substantif, dan
d) pengujian rinci saldo.
PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pemahaman auditor tentang pengendaiian internal digunakan untuk menilai risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Sebagai contoh adalah penetapan tujuan
ketelitian untuk transaksi penjualan yang ditetapkan rendah dan tujuan keberadaan yang
ditetapkan moderat. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian diyakini dirancang
dengan efektif, auditor menilai risiko pengendalian pada level yang mencerminkan relatif
efektifnya pengendalian tersebut. Pengujian pengendalian, baik secara manual atau pun
secara otomatis, mencakup jenis-jenis bukti di bawah ini (Catatan: Tiga prosedur pertama
adalah sama dengan prosedur-prosedur un!uk mendapatkan pemahaman tentang
pengendalian internal)
 Mengajukan pertanyaan kepadapersonel klien yang sesuai.
 Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.
 Melakukan pengamatan atas aktivitas pengendalian terkait.
 Melakukan-ulang prosedur-prosedur klien.
Contoh Pengendalian Kunci Pengujian Pengedalian
Persetujuan kredit dilakukan secara otomatis dengan Periksalah suatu sampel faktur penjualan, dan bandingkan pesanan
menggunakan komputer dengan cara membandingkannya ke dari pembeli ke batas kredit yang telah ditetapkan perusahan
limit kredit (PI) (prosedur melakukan - ulang)

Penjualan yang dicatat dalam pembukuan didukung dengan Periksalah suatu sampel faktur penjualan untu memastikan bahwa
dokumen pengiriman barang yang telah diotorisasi dan pesanan semuanya didukung dengan dokumen pengiriman barang yang telah
dari pembeli yang telah mendapat persetujuan (P2) diotorisasi dan pesanan dari pembeli yang telah mendapat
persetujuan (dokumentasi)

Terdapat pemisahan tugas antara pembuat faktur, pencatat Lakukan pengamatan untuk memastikan bahwa personel yang
penjualan, dan penenganan penerimaan kas (P3) bertanggungjawab menerima kas tidak merangkap tugas sebagai
pencatat akuntansi dan ajukan pertanyaan tentang tugas mereka
masing-masing (observasi dan mengajukan pertanyaan)

Dokumen pengiriman barang dikirimkan secara elektronis Lakukan pengamatan untuk memastikan bahwa dokumen
setiap hari ke bagian pembuat faktur dan faktur dibuat pada hari pengiriman barang dikirimkan setiap hari ke bagian pembuat faktur
berikutnya (P4) dan amati juga kapan faktur dibuat (observasi)
PENGUJIAN SUBSTANTIF
GOLONGAN TRANSAKSI
 Pengujian substantive adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi. Prosedur pengujian substantive terdiri dari:
(1) pengujian substantive golongan transaksi, (2) prosedur analitis substantive, (3) pengujian
rinci saldo akun.
 Pengujian substantive golongan transaksi diunakan untuk menentukan apakah keenam
tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap golongan transaksi. Du diantara tujuan-
tujuan mtersebut untuk transaksi penjualan adalah bahwa transaksi penjualan yang telah
dicatat benar-benar ada (tujuan keterjadian) dan transaksi yang ada telah dicatat dengan
lengkap (tujuan kelengkapan).
PROSEDUR ANALITIS
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 5, prosedur analitis adalah:
“Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui analisi hubungan
antara data keuangan dan data non keuangan”.
Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktasi atau
hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda
dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan.
Dua tujuan terpenting prosedur analitis substantive dalam audit atas saldo-saldo akun adalah:
 Menunjukkan kemungkinan kesalahan pengajian dalam laporan keuangan
 Menghasilkan bukti substantive.
PENGUJIAN RINCI SALDO
 Pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar, baik akun
neraca maupun akun laba rugi. Tekanan utama kebanyakan pengujian rinci saldo
adalah pada akun-akun neraca (akun riil). Sebagai contoh adalah konfirmasi saldo
akun debitur pada audit piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan
pemeriksaan atas laporan piutang yang diterima dari para pemasok pada audit atas
utang usaha.
RINGKASAN JENIS-JENIS PENGUJIAN
 Pengujian pengendalian membantu auditor dalam menilai apakah pengendalian
atas transaksi dalam siklus efektif untuk mendukung pengurangan penilaian resiko
pengendalian dan dengan demikian memungkinkan dilakukan pengurangan
pengujian substantive.
 Pengujian substantife atas transaksi digunakan untuk memeriksa transaksi yang
dicatat dalam jurnal dan postingnya ke buku besar. Prosedur analitis menekankan
pada kewajaran transaksi dan saldo akun di buku besar.
PEMILIHAN JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKUKAN
 Pada umumnya auditor menggunakan kelima jenis pengujian untuk melakuan audit atas
laporan keuangan, tetapi jenis pengujian tertentu mungkin lebih ditekankan, tergantung pada
situasi yang dihadapi. Ingat, prosedur penilaian resiko diwajibkan pada setiap audit untuk
menilai risiko kesalahan penyajian material, sedangkan keempat jenis pengujian lainnya
dilakukan sebagai respon terhadap risiko yang didentifikasi yang akan menjadi dasar bagi
pendapat auditor.
KETERSEDIAAN JENIS- JENIS BUKTI UNTUK PELAKSANAAN PROSEDUR
AUDIT LEBIH LANJUT
 Setiap jenis prosedur audit lenih lanjut hanya menyangkut jenis bukti tertentu (konfirmasi,
dokumentasi, dan sebagainya). Prosedur penilaian risiko termasuk prosedur untuk
memperoleh pemahaman informasi pengendalian internal, tidak semahal biaya pengujian
internal lainnya, karena auditor dapat dengan mudah meminta keterangan pada klien dan
melakukan pengamatan serta melakukan prosedur analitis. Demikian pula memeriksa solumen
yang meringkas operasi bisnis klien, manajemen, proses serta struktur tata kelola lebih murah
dari pengujian audit lainnya.
HUBUNGAN ANTARA PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

 Adanya suatu penyimpangan dalam pengujian pengendalian hanya indikasi kemungkinan adanya
esalahan penyajian yang berpengaruh terhadap nilai rupiah dalam laporan keuangan, sedangkan
suatu penyimpangan yang dijumpai dalam pengujian substantif golongan transaksi atau
pengujian rinci saldo adalah suatu kesalahan penyajian laporan keuangan. Penyimpangan dalam
pengujian pengendalian sering disebut deviasi pengujian pengendalian ( control test deviation ).
 Pada umumnya, auditor akan meyakini bahwa terdapat kesalahan penyajian rupiah dalam
laporan keuangan apabila deviasa pengujian oengendalian merupakan defisiensi signifikan atau
kelemahan material.
HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR
ANALITIS DENGAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF
 prosedur analitis juga hanya merupakan indikasi tentang kemungkinan kesalahan penyajian
yang mempengaruhi nilai rupiah dalam laporan keuangan. Apabila prosedur analitis memberi
indikasi terjadinya fluktuasi tidak biasa, auditor harus melakukan pengujian substantif
golongan transaksi atau pengujian rinci saldo untuk memastikan rupiah kesalahan penyajian
sungguh telah terjadi. Apabila auditor melakukan prosedur analitis substantif dan yakin bahwa
kemungkinan kesalahan penyajian rendah, maka penyajian sustantif lainnya bisa dikurangi.
 Risiko inheren dapat juga diperluas ke setiap tujuan audit saldo. Sebagai contoh, kondisi
ekonomi yang memburuk dalam usaha klien akan membuat auditor berkesimpulan adanya
risiko tinggi untuk kerugian piutang tak tertagih (tujuan nilai bersih bisa direalisasi).
 Tetapkan Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penerimaan Piutang

Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian diterapkan baik untuk penjualan maupun untuk
penerimaan kas dalam pengauditan piutang usaha. Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko
pengendaiian, dan hal ini berpengaruh pada bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif golongan
transaksi dan penguiian rinci saldo. Pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan bukti substantif
yang diperlukan.
 Rancang dan Lakukan Prosedur Analitis untuk Saldo Piutang Usaha

Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk suatu akun seperti misalnya piutang usaha
dengan dua tujuan, yaitu: untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan penyajian dalam saldo akun
dan untuk mengurangi pengujian audit rinci. Hasil dari prosedur analitis substantif berpengaruh
langsung pada luasnya pengujian rinci saldo.
 Rancang Pengujian Rinci Saldo Piutang Usaha untuk Memenuhi Tujuan Audit Saldo

Perencanaan pengujian rinci saldo meliputi prosedur-prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang
dipilih, dan saat pengujian. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan
audit saldo pada setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian rinci saldo adalah perlunya dilakukan
prediksi atas hasil pengujian pengendalian. pengujian substantif golongan transaksi, dan prosedur
analitis substantif sebelum hal-hal tersebut dikerjakan.
HUBUNGAN ANTARA TUJUAN AUDIT TRANSAKSI
DENGAN TUJUAN AUDIT SALDO DAN TUJUAN
AUDIT PENYAJIAN & PENGUNGKAPAN
 telah disebutkan bahwa pengujian audit saldo harus dirancang untuk
memenuhi tujuan audit saldo untuk setiap akun dan luas pengujian ini dapat
dikurangi apabila tujuan audit transaksi telah terpenuhi oleh pengujian
pengendaiian atau pengujian substantif golongan transaksi. Anda juga harus
mernahami bagaimana setiap tujuan audit transaksi berkaitan dengan setiap
tujuan audit saldo.
HUBUNGAN ANTARA TUJUAN AUDIT
TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT
SALDO
Tujuan Audit Transaksi Tujuan Audit Saldo Sifat Hubungan Penjelasan

Keterjadian Keberadaan atau Langsung Terdapat hubungan langsung antara tujuan audit
Kelengkapan transaksi keterjadian dengan tujuan audit saldo
keberadaan apabila transaksi menaikkan saldo
akun yang bersangkutan

Kelengkapan Kelengkapan atau Langsung Lihat komentar untuk tujuan keberadaan di atas.
Keberadaan
Ketelitian Ketelitian Langsung  
Posting dan Peringkasan Kecocokan Saldo Langsung  

Penggolongan Penggolongan Langsung  


Saat Pisah Batas Langsung  
Tujuan Audit Transaksi Tujuan Audit Saldo Sifat Hubungan Penjelasan
  Nilai bisa direalisasi Tidak ada Hanya sedikit
pengendalian tentang nilai
bisa direalisasi yang
berhubungan dengan
golongan transaksi, tetapi
proses pemberian otoritasi
kredit memengaruhi luas
pengujian.
  Hak dan Kewajiban Tidak ada Hanya sedikit
pengendalian internal
tentang hak dan kewajiban
yang berhubungan dengan
golongan transaksi.
RINGKASAN TERMINOLOGI
BUKTI
 Tujuan Audit

Ini adalah tujuan-tujuan audit yang harus dicapai sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa
suatu golongan transaksi atau saldo akun telah disajikan secara wajar. Ada enam tujuan audit
transaksi, delapan tujuan audit saldo, dan empat tujuan audit pengujian dan pengungkapan yang
semua tertuang dalam tabel 10-6. Perhatikan bahwa semua tujuan audit transaksi terutama
dilaksanakan pada tahap II, tujuan audit saldo pada tahap III, dan tujuan audit pengajian dan
pengungkapan pada tahap IV.
 Jenis Pengujian

Lima jenis pengujian sebagaimana telah dijelaskan di muka yang digunakan auditor untuk
menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar tercantum pada kolom ke tiga
tabel 10-6. Perhatikan bahwa prosedur analitis dilaksanakan pada tahap III dan tahap IV. Jangan lupa,
prosedur analitis untuk perencanaan harus dilaksanakan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko
pada tahap I. Ingat pula bahwa prosedur analitis harus dilakukan pada tahap penyelesaian audit,
sehingga hal itu tercantum pada tahap IV.
 Keputusan Pengumpulan Bukti

Empat sub-kategori keputusan yang dibuat auditor dalam mengumpulkan bukti tercantum
pada kolom empat tabel 10-6. Kecuali untuk prosedur analitis, keempat keputusan pengumpulan
bukti diterapkan pada setiap jenis pengujian.
IKHTISAR
PROSES AUDIT
TAHAP I
MERENCANAKAN DAN MERANCANG
SUATU PENDEKATAN AUDIT
Penerimaan klien dan menyusun perencanaan awal

Memahami bisnis dan bidang usaha klien

Menilai risiko bisnis klien

Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit bisa diterima dan risiko inheren

Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian

Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan

Mengembangkan strategi audit keseluruhan dan program audit


TAHAP II
MELAKSANAKAN PENGUJIAN
PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIVE TRANSAKSI

Merencanakan untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian

Melaksanakan pengujian pengendalian

Melaksanakan pengujian substantive transaksi

Menilai kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan


TAHAP III
MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS DAN
PENGUJIAN RINCI SALDO

Rendah Medium Tinggi atau tidak diketahui

Melaksanakan prosedur analitis

Melaksanakan pengujian unsur-unsur kunci

Melaksanakan tambahan pengujian rinci saldo


TAHAP IV
MENYELESAIKAN AUDIT DAN
MENERBITKAN LAPORAN AUDIT

Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan

Mengumpulkan bukti final

Mengevaluasi hasil

Menerbitkan laporan audit

Komunikasi dengan manajemen dan pihak-pihak yang bertanggungjawab atas


tata kelola
Tahap I: Merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko yang
berhubungan dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan bidang
usaha klien, menilai risiko bisnis klien, dan melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
terutama untuk menilai risiko inheren dan risiko audit bisa diterima.
Tahap II: Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi
Pada tahap ini auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksi. Tujuan tahap II ini adalah:
 Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian spesifik yang memberi kontribusi terhadap
penilaian risiko pengendalian yang dilakukan auditor (yakni, menurunkan risiko pengendalian
pada suatu batas tertentu di bawah maksimum)
 Memperoleh bukti untuk mendukung koreksi moneter transaksi.
 Tujuan pertama bisa dicapai dengan melaksanakan pengujian pengendalian, dan tujuan kedua
bisa dipenuhi dengan melakukan pengujian substantive.
Tahap III: Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo
Tujuan tahap III ini adalah untuk memperoleh tambahan bukti yang cukup untuk
menentukan apakah saldo akhir dan pengungkapan dalam laporan keuangan telah ditetapkan
dengan wajar. Sifat dan luasnya pekerjaan akan sangat tergantung pada temuan dalam dua
tahapan sebelumnya. Dua kategori umum pada prosedur-prosedur tahap III adalah:
 Prosedur analitis substantive yang menilai kewajaran menyeluruh dari transaksi dan saldo.
 Pengujian rinci saldo yaitu prosedur audit yang menguji kesalahan penyajian moneter dalam
saldo di laporan keuangan.
TABEL SAAT PENGUJIAN
Tahap Kegiatan Saat
Tahap I - Merencanakan dan merancang pendekatan audit. 31-8-2013
- Memutahirkan pemahaman pengendalian
internal.
- Memutahirkan program audit.
- Melakukan prosedur analitis pendahuluan.

Tahap II - Melaksanakan pengujian pengendalian dan 30-9-2013


pengujian substantive transaksi selama 9 bulan
pertama tahun yang diaudit.
Tahap III - Konfirmasi piutang usaha. 31-10-2013
- Observasi persediaan.  
- Melakukan pengujian pisah batas.  
- Kirim konfirmasi lainnya.  
- Melakukan prosedur analitis, menyelesaikan  
pengujian pengendalian dan pengujian 31-12-2013 tanggal neraca
substantive transaksi, dan selesaikan pengujian  
rinci. 7-1-2014 penutupan buku

Tahap IV - Melaksanakan prosedur-prosedur untuk  


mendukung tujuan audit penyajian dan  
pengungkapan, meringkas hasil, menggumpulkan  
bukti final (termasuk prosedur analitis), dan 15-2-2014 tanggal akhir
menyelesaikan audit. pekerjaan lapangan
- Menerbitkan laporan audit.  
25-2-2014
Tahap IV: Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Setelah tiga tahapan di atas diselesaikan, auditor harus
mengumpulkan tambahan bukti yang berkaitan dengan tujuan
penyajian dan pengungkapan, meringkas temuan, menerbitkan
laporan audit, dan melakukan komunikasi lainnya.
Melakukan Pengujian Tambahan untuk Penyajian dan Pengungkapan
Pada bab 4 telah disebutkan bahwa auditor harus mengumpulkan bukti yang berkaitan
dengan tujuan penyajian dan pengungkapan. Prosedur-prosedur yang dilakukan auditor untuk
mendukung tujuan penyajian dan pengungkapan adalah serupa dengan prosedur-prosedur yang
dilakukan unuk mendukung tujuan audit transaksi dan tujuan audit saldo.
Mengumpulkan Bukti Final
Selain bukti yang diperoleh untuk setiap siklus selama tahap I dan II, auditor harus
mengumpulkan bukti-bukti berikut untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan selama tahap
penyelesaian:
 Melaksanakan prosedur analitis final.
 Mengevaluasi asumsi going concern.
 Minta surat pernyataan dari klien.
 Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk memastikan bahwa informasi tersebut
konsisten dengan laporan keuangan.
Menerbitkan Laporan Audit
Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung paada bukti yang
dikumpulkan dan temuan audit. Laporan yang tepat untuk berbagai keadaan bisa
dipelajaran pada bab 2.
Komunikasi dengan Manajemen dan Pihak yang Bertanggung-jawab atas
Tata Kelola
Standar audit mewajibkan auditor untuk mengomunikasikan defisiensi
signifikan dalam pengendalian internal kepada manajemen dan kepada pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola (termasuk di dalamnya komite audit)
segera setelah audit selesai, atau bisa juga lebih dini. Walaupun tidak
diwajibkan, auditor seringkali juga memberi saran-saran kepada manajemen
untuk memperbaikin kinerja bisnis.

Anda mungkin juga menyukai