Anda di halaman 1dari 27

MEKANISME TRANSPOR

Dengan introduksi hipotesa tertentu tentang gerak


turbulen air (Prandtl dan Von Karman), pembagian
kecepatan nilai rerata kecepatan dapat dijabarkan.
Dalam proses itu keadaan batas (boundary) yang
dalam hal ini berupa dasar / dinding saluran menjadi
sangat menentukan.
Dalam hidraulika sedimen kita ketahui bahwa
boundary terdiri atas sedimen granuler sehingga
terjadilah pengaruh timbal balik antara dasar dan
aliran (tampak dari perubahan kekasaran dasar).
Jika pengaliran permanen beraturan telah tercapai,
dapat diharapkan terjadilah keseimbangan dinamik
untuk dasar. Sukar dicapai formulasi matematis
untuk melukiskan keadaan tersebut, berdasarkan
sifat-sifat air dan sedimen.
Maka hubungan antara berbagai parameter dicari
secara empiris. Jelas nilai-nilai kritis harus dilampaui
agar butiran bergerak dan akhirnya membentuk
konfigurasi dasar yang sesuai.
1. Beberapa Pembedaan Tentang Sedimen
(Cara Transpor dan Asalnya)

Transpor sedimen terjadi dengan 2 cara sbb :


1. Bed Load, yaitu gerak butir di dasar saluran secara :
- menggelinding (rolling)
- menggeser (sliding)
- meloncat (jumping)
2. Suspended Load, yaitu gerak butir di atas dasar
saluran. Berat butir secara terus menerus
dikompensasi oleh gerak turbulen aliran atau oleh
aksi difusi medan aliran turbulen.
Menurut asal (origin) bahan dasar yang ditranspor
dapat dibedakan sbb :
1. Bed Material Transport :
Asal bahan yang ditranspor ada di dasar sungai,
artinya transpornya ditentukan oleh keadaan dasar
dan aliran. Dapat berupa bed load atau suspended
load.
2. Wash Load (Einstein)
Bahan yang diangkut tidak, atau sebagian kecil
berasal dari dasar sungai setempat. Bahan transpor
berasal dari sumber luar (erosi) dan tidak
mempunyai hubungan langsung dengan kondisi
lokal. Hanya dapat berupa suspended load.
Biasanya halus sekali dengan ukuran d < 50 mm
(silt, clay, colloids) dan berlindung diantara butir-butir
yang lebih besar, baru terangkut jika exposed. Tidak
mempengaruhi perubahan konfigurasi dasar sungai
dan hanya penting pada sedimentasi waduk
(reservoir).
A. Bed Load
I. Bed Material
Mechanism
B. Suspended Transport
ORIGIN
Load

II. Wash Load

Gambar 5.1. Bagan Mekanisme dan Asal Bahan Sedimen


1. Perkembangan Konfigurasi Dasar Sungai
Sebagai Fungsi Kecepatan Arus pada Aliran
yang Makin Bertambah Kuat

Kondisi awal :
- air bersih / tawa
- dasar rata
- bed / non kohesi
- butir material seragam
Telah disepakati klasifikasi sebagai berikut :

U
1.Lower Flow Regime ( Fr   0,4  1,0)
g .h
Phase 1 : Plane Bed (dasar rata)
Gerak butir masing-masing secara menggelinding,
menggeser atau meloncat (at random) pada
sembarang tempat. Frekuensi gerak butir bertambah.
Untuk bahan yang sangat halus dapat terjadi saltasi
(saltation) awan (clouds) suspended load.
Dasar belum mengalami deformasi.
Phase 2 : Ripple (dasar bergelombang)
Jika 0 bertambah, dibeberapa tempat secara
random dan simultan terjadi gundukan kecil. Lama
kelamaan dasar bergelombang teratur dengan
amplitudo relatif kecil terhadap panjang gelombang
Hr << Lr ripple.
Misal Hr = 1 cm, Lr = 5 – 10 cm
Kekasaran bertambah k >> d.
Bentuk ripple simetris, makin lama makin tak teratur
dan berdimensi 3.
Phase 3 : Dunes
Sisi sebelah hulu lebih landai dan sisi sebelah hilir
lebih curam. Bentuk kurang teratur dan a – simetris.
Kekasaran bertambah, Hr membesar, Lr memanjang.
Terjadi erosi di sisi sebelah hulu dan pengendapan di
bagian bawah sisi sebelah hilir, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
boil
accelerated
flow

erosi endapan decelerated


flow

Gambar 5.2. Dunes

Jika 0 diperbesar, dunes yang berdimensi 3 bergabung jadi satu.


Panjangnya bertambah dan puncaknya mendatar. Gesekan
bentuk (shape roughness) berkurang Bars.

U
2. Upper Flow Regime ( Fr   0,4  1,0)
g .h
Phase 4 : Sheet Flow
Jika 0 bertambah besar maka dasar yang bergelom-
bang menjadi rata lagi dengan Tb sangat besar.
Kekasaran sangat berkurang, dapat dianggap k ≈ d.
Phase ini adalah Transisi Fr ≈ 1.
Phase 5 : Anti Dunes
Jika kecepatan bertambah besar lagi hingga Fr > 1,
maka aliran menjadi tak stabil. Interaksi antara
gelombang air dan dasar menghasilkan anti dunes
dengan bentuk gelombang pasir agak simetris.
Pengendapan terjadi pada sisi hulu dan erosi pada sisi
hilir, sehingga seolah-olah gelombang pasir merambat
ke arah hulu. (Pengamatan sulit dilakukan)
trough

Pada muka air dapat


terjadi standing wave
atau breaking wave
endapan
erosi

Gambar 5.3. Anti Dunes


Phase 6 : Chute and Pool

Kemudian diusulkan adanya phase baru yang disebut chute and


pool. (Lihat gambar sh-h).
1. Pengaruh Beberapa Parameter dalam Penentuan
Konfigurasi Dasar Sungai

Ternyata perbandingan antara intensitas aliran atau


kecepatan gesek u* dan kecepatan endap butiran w
merupakan parameter yang sangat penting dalam
proses penentuan konfigurasi dasar sungai.

Karena pertama kali diusulkan oleh LIU disebut


u*
LIU’s Mobility Number =
w
Pada tahun 1957 LIU membuat hubungan sebagai
berikut :

u*
Butir mulai
w bergerak

u* .d
Re * 
v
Gambar 5.4. Hubungan antara LIU’s Mobility Number dan Re*
u* 5
Menurut TSUBAKI, jika 
w 3

maka ada kecenderungan butir akan bergerak dalam


suspensi. Gejala tersebut kadang-kadang disebut
saltasi (saltation).
ALBERTSON, SIMONS dan RICHARDSON (1958)
memperluas hubungan tersebut dengan memasukkan
berbagai phase konfigurasi dasar (phase transportasi
sedimen) seperti :
1. Plane Bed
2. Ripple
3. Dunes
4. Transisi
5. Anti Dunes
BOGARDI (Hongaria) membuat hubungan serupa dengan
2
g .d u*
menggunakan parameter d dan 2
atau  Fr*
u* g.d

Fr* I II III IV V

d
Gambar 5.4. Hubungan antara LIU’s Mobility Number dan Re*
Arti angka I sampai dengan V seperti pada ALBERTSON et.al.
Contoh Soal :

Data sebuah sungai :


B = 100 m Q = 400 m3/det
H = 5 m I = 5,12 x 10-4
Bahan dasar pasir bulat (d = 1,7 mm), t air = 20ºC dan
g = 9,8 m/det2.

Pertanyaan :

1. Phase transpor sedimen berada dimana ?


2. Berapa diameter kekasaran dasar sungai?
Jawab :
4
u
1. *  g .h.I  (9,8).( 5).( 5,12 x10  0,05m / det
Alternatif I :
Menurut diagram S1 untuk pasir bulat d = 1,7 mm,
t air = 20ºC w = 25 cm/det
u* 0,05
  0,2
w 0,25 Dunes
Dari diagram S4 : d = 1,77 mm
Alternatif II :
u* .d 0,05 x1,7 x10 3
Re *   6
 85
v 10 Dunes
Dari diagram S4 : d = 1,77 mm
 Q 400
2.U    0,8m / det
A 100 x5
 12 R
U  5,75.u* . log
k
12 x5 60
0,8  5,75.(0,05). log  600 
k k
K = 0,10 m >> d = 1,7 mm

Catatan : Jelas dasar sungai bergelombang (DUNES)


TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai