Anda di halaman 1dari 89

PENYAKIT PARU KRONIK

ASMA DAN PPOK

PELAYANAN TERPADU (PANDU)


PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PENDAHULUAN
Sumber : Riskesdas 2013 dan 2018
MORTALITAS DAN MORBIDITAS ASMA
• Diperkirakan 1,4 juta orang meninggal karena penyakit saluran
napas kronik yang meliputi asma sebesar 7,8%
• Global Astma Network (GAN) memperkirakan saat ini jumlah
pasien asma di dunia mencapai 334 juta orang, diperkirakan
angka ini akan terus mengalami peningkatan sebanyak 400 juta
orang pada tahun 2025 prevalensi asma pada anak sangat
bervariasi di berbagai negara di dunia, berkisar antara 1-18%
dan terdapat 250 ribu kematian akibat asma termasuk anak-
anak
• Di Indonesia, penyakit Asma pada semua kelompok umur
menunjukkan bahwa prevalensi sebesar 2,4% dengan prevalensi
tertinggi di Provinsi DIY sebesar 4.5% dan terendah di Provinsi
Sumatera Utara sebesar 1 %
PREVALENSI PPOK DI INDONESIA

Sumber: Riskesdas, 2013


EPIDEMIOLOGI PPOK
• Prevalensi PPOK sebesar 11% dari penduduk dunia dengan 3
juta kematian per tahun.
• Pada tahun 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease memperkirakan t ahun2060  prevalensi PPOK akan
lebih meningkat karena meningkatnya jumlah orang yang
merokok.
• Asia Pacific COPD Roundtable Group tahun 2006 menyatakan :
Prevalensi PPOK sebesar 6,3%  Indonesia 5,6%
• BIOMASS study 2013: Prevalensi PPOK pada non-smokers di
Indonesia 6,3% (Urban 5,4% & Rural 7,2%)
• Indonesia (SKRT 2005), kasus PPOK meningkat :
 Menurunkan angka harapan hidup
 Akibat prevalensi merokok yang tinggi
 Meningkatnya Polusi udara
PEDOMAN ASMA & PPOK
MATERI INTI 1

PENCEGAHAN TERPADU
PTM DI FKTP
1. PENGERTIAN PTM DAN
FAKTOR RISIKONYA
PENGERTIAN ASMA
• Penyakit saluran napas biasanya ditandai oleh peradangan
saluran napas kronik, kadang-kadang sebagai reaksi terhadap
alergen, olahraga, stres atau perubahan suhu
• Asma dapat mulai timbul pada usia berapa saja (anak anak,
remaja, dewasa dan lansia), yang mengakibatkan perubahan
saluran napas (airway remodelling) dan ditandai dengan reaksi
berlebih dari saluran pernafasan
• Gejala respirasi
 Mengi, sesak nafas, berat di dada dan batuk yang bervariasi
dari waktu ke waktu dan intensitasnya/ dengan derajat yang
berbeda-beda
• Asma adalah penyakit tidak menular yang paling sering terjadi
pada anak, bila mulai usia dewasa umumnya kurang terkait
dengan alergi
SALURAN NAPAS PADA PENDERITA ASMA
KESALAHPAHAMAN DAN MITOS YANG UMUM
SEKITAR ASMA
Mitos Fakta
Asma adalah penyakit masa kanak- Asma dapat mulai timbul pada usia berapa
kanak; individu akan terbebas dari saja (anak anak, remaja, dewasa dan
asma seiring bertambahnya usia. lansia)
Asma dapat menular Asma tidak menular , namun memang
beberapa infeksi virus seperti salesma dan
flu dapat menyebabkan timbulnya serangan
pada penyandang asma. Pada anak asma
seringkali terkait dengan alergi, namun
asma yang mulai terjadinya pada usia
dewasa umumnya kurang bersifat alergi

Penyandang asma tidak boleh dan Jika asma terkendali dengan baik maka
tidak mampu berolahraga penyandang asma mampu latihan fisik dan
bahkan melakukan olah raga berat
Asma hanya dapat dikendalikan Asma pada umumnya dapat terkendali
dengan menggunakan obat steroid dengan menggunakan inhalasi steroid dosis
dosis tinggi rendah
ASAP ROKOK DAPAT MEMPERPARAH ASMA
• Dampak asap rokok bagi penyandang Asma dapat memperburuk kondisi
Asma, dapat menyebabkan turunnya tingkat kontrol penyandang Asma,
• Masih banyak penderita asma yang tetap merokok pk karena kurangnya
kesadaran tentang bahaya merokok, serta mudahnya mendapatkan
rokok.
•  Ibu hamil yang merokok meningkatkan risiko terjadinya asma pada
anak, sedangkan pada ibu hamil yang tidak merokok namun menjadi
perokok pasif, juga meningkatkan kemungkinan asma pada anak.
• Anak yang menjadi perokok pasif juga berhubungan dengan serangan
asma yang lebih parah. Anak dengan asma yang terpapar asap rokok,
memiliki kemungkinan untuk dirawat di rumah sakit 2 kali lebih besar
serta memiliki tingkat kunjungan ke instalasi gawat darurat yang lebih
tinggi dibanding anak dengan asma yang tidak terpapar asap rokok.
• Asap rokok juga dapat menurunkan efektivitas obat asma bahkan
menyebabkan resistensi.
PENGERTIAN PPOK
• Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah
– penyakit paru kronik yang umumnya dapat dicegah dan
diobati ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara
dalam saluran napas yang persisten dan progresif, yang
berhubungan dengan meningkatnya respons inflamasi
kronik pada saluran napas dan parenkim paru karena
paparan partikel atau gas berbahaya yang signifikan .
• Partikel atau gas berbahaya yang utama adalah asap rokok.
Gas berbahaya lainnya adalah Polutan spt debu, bahan kimia
di tempat kerja, asap dapur.
• PPOK timbul pada usia pertengahan (di atas 40 tahun) akibat
kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama dan
faktor bukan merokok.
FAKTOR RISIKO
FAKTOR RISIKO ASMA
Faktor Lingkungan
 

Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-


gejala asma menetap

Alergen di dalam dan di luar ruangan


Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise
Perubahan cuaca
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
PENCETUS PEMICU SERANGAN ASMA
FAKTOR RISIKO PPOK

1.Asap rokok
2. Polusi udara : Dalam dan Luar ruangan
3. Pajanan zat di tempat kerja
4. Genetik
Kelompok
5. Usia dan Jenis Kelamin Bukan
Perokok
6. Tumbuh Kembang Paru
7. Sosial Ekonomi
8. Infeksi Berulang
9. Asma/hipereaktivitas bronkus
10.Bronkitis kronik Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK. PDPI. 2016
FAKTOR RISIKO PPOK
Perilaku kebiasaan merokok
Sebatang rokok terdapat sekitar
4000 zat kimia berbahaya keluar
melalui asap rokok tersebut,
antara lain aseton (bahan cat),
amenia (pembersih lantai), arsen
(racun), butane (bahan baker
ringan}, kadmium (aki kendaraan),
karbon monoksida (asap knalpot),
DDT (insektisida), hidrogen sianida
(gas beracun), methanol (bensin
roket), naftalen (kamper), toluene
(pelarut industri), dan vinil klorida
(plastik).
4000 zat kimia
Polusi Udara
- Dalam : biomass (kompor, kayu,
arang)  diperkirakan akan
meningkatkan mortalitas 2 juta
perempuan dan anak-anak setiap
tahunnya
- Luar : Gas buang kendaraaan
bermotor, debu jalanan
- Stress oksidatif, sebagai respons
tubuh terhadap hasil pajanan
polutan
Infeksi Saluran Napas Bawah berulang
 Inflamasi berulang -> hipereaktivitas
bronkus dan menurunkan fungsi paru ->
PPOK
Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK. PDPI. 2016
Sosial ekonomi
- Kemajuan ekonomi -> peningkatan daya beli
kendaraan bermotor -> polusi meningkat
- Ekonomi menurun -> Asupan nutrisi masyarakat
kurang -> malnutrisi -> mempengaruhi metabolism
(katabolik/anabolik) -> menurunkan massa otot dan
kekuatan serabut otot  dada emfisematus.

Tumbuh Kembang Paru


Berat lahir anak mempengaruhi nilai VEP1 pada masa
anak.
Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK. PDPI. 2016
Genetik
- Defisiensi alfa-1 antitripsin
 tingkatkan risiko PPOK (OR=4,34)
Pajanan debu + defisiensi alfa-1 antitripsin ->
risiko PPOK menjadi 11,91x
- Mutasi kromosom 2q7, TGF1 dan TNF.

Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK. PDPI. 2016


2. UPAYA PROMOTIF DAN
PREVENTIF
KIE TERKAIT ASMA
• Kenali pencetus dan hindari
• Jika asma terkendali dengan baik maka penyandang asma boleh dan
mampu berolahraga atau latihan fisik dan jika setelah melakukan aktivitas
dan bermain merasa sesak, hentikan kegiatan dan beristirahatlah.
• Berhenti merokok dan hindari pajanan asap rokok lingkungan
• Bagi orang tua perokok, maka mulailah untuk berhenti merokok, juga
dapat meminta orang lain agar tidak merokok di rumah kita untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi penyandang Asma.
• Tatalaksana asma secara mandiri, tetapi Pasien tidak boleh
memberhentikan pengobatannya sendiri, harus dikonsultasikan ke dokter
yang merawatnya.
• Gunakan obat asma sesuai anjuran dokter dan Pahami fungsinya (pelega
dan pengontrol) dan cara pemakaian obat asma
KIE PADA PPOK
EDUKASI PENGURANGAN
Edukasi di Puskesmas PAJANAN FAKTOR RISIKO
ditujukan untuk mencegah Pengurangan pajanan
bertambah beratnya asap rokok, debu
penyakit dengan cara pekerjaan, bahan kimia,
mengunakan obat yang dan polusi udara indoor
tersedia dengan tepat, maupun outdoor,
menyesuaikan keterbatasan termasuk asap dari
aktivitas, serta mencegah memasak merupakan
eksaserbasi tujuan penting untuk
mencegah timbul dan
perburukan PPOK
3. DETEKSI DINI FAKTOR
RISIKO PTM
DETEKSI DINI PADA ASMA
1. Deteksi dini pada kelompok deteksi dini
Dibawah usia 3 tahun, bila ada gejala mengi, anak dengan
orang tua asma atau dermatitis atopi  perlu dicurigai untuk
menderita asma dikemudian hari

2. Penemuan kasus asma


Penemuan kasus asma (kesakitan dan kematian) dilaksanakan
secara rutin oleh Puskesmas/Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama diseluruh wilayah Indonesia yang diintegrasi dengan
pelayanan penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Dan juga
bisa dilakukan penemuan kasus asma pada kegiatan yang
berbasis masyarakat seperti POSBINDU PTM
DETEKSI DINI PADA PPOK
1. Kelompok individu berlsiko

a. Mempunyai riwayat pajanan: rokok, polusi udara,


lingkungan tempat kerja
b. Usia pertengahan
c. Mempunyai gejala dan keluhan batuk berdahak,
sesak napas, gejala berlangsung lama umumnya semakin
memberat.
Termasuk ibu rumah tangga yang memasak dengan
menggunakan kayu bakar atau kompor minyak tanah
dengan ventilasi ruangan yang kurang baik.
DETEKSI DINI PADA PPOK
2. Kelompok Masyarakat
Kelompok masyarakal yang bekerja atau tinggal di daerah:
 pertambangan (batu. batu bara, asbes),
 pabrik (bahan baku asbes, baja, mesin, perkakas logam
keras, tekstil, kapas, semen, bahan kimia},
 penghalusan batu,
 penggerlndaan logam keras,
 penggergajian kayu,
 daerah pasca erupsi gunung berapi,
 daerah kebakaran hutan dan pekeda khusus (salon, cat, foto
copy},
 polantas,
 karyawan penjaga pintu to!, dan lain-lain.
PENGENDALIAN TERPADU
PTM DI FKTP
TATALAKSANA PENYAKIT PARU
(ASMA)
Penatalaksanaan Asma

Tujuan Asma Terkontrol

• Tidak ada gejala


• Tidak ada gejala malam
• Aktivitas normal
• Faal paru normal
• Tidak ada pemakaian pelega
PRINSIP TATA LAKSANA ASMA
Tatalaksana asma jangka panjang

Tatalaksana asma akut /saat serangan


Anamnesis
Gejala asma bervariasi yaitu

o Sesak napas
o Batuk
o Dada terasa berat
o Bunyi mengi
Pemeriksaan Fisis

Bervariasi dari normal pada saat stabil


(tidak eksaserbasi), sampai berat yaitu pada
eksaserbasi akut berat.

Kelainan pemeriksaan fisis yang paling


sering ditemukan adalah mengi pada
auskultasi, yang merupakan tanda
terdapatnya obstruksi jalan napas.
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang standar Penunjang tambahan

• Pemeriksaan faal paru • Pemeriksaan penunjang


standar dengan tambahan yang
spirometri (Jika dibutuhkan sesuai kondisi
tersedia) pasien adalah uji provokasi
• Pemeriksaan dan
• Uji alergi untuk menilai
penilaian faal paru
status alergi (uji tusuk kulit
secara sederhana
dan pemeriksaan serum
dengan alat peak flow
IgE Atopi
meter
DIAGNOSIS
• Batuk, mengi, sesak napas episodik
• Bronkitis / pneumonia berulang
• Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
• Riwayat faktor pencetus
• Gejala memburuk pada malam hari
Diagnosis Banding
Dewasa Anak
1) Rhinosinusitis
1) Penyakit Paru Obstruksi 2) Refluks gastroeosofageal
Kronik
3) Bronkitis akut berulang
(PPOK)
4) Displasia bronkopulmonal
2) Gagal jantung kongestif
5) Tuberkulosis
3) Batuk kronik akibat keadaan
6) Malformasi kongenital yang
yang lain
menyebabkan penyempitan saluran
4) Disfungsi larings
intratorakal dan trakeomalasia
5) Obstruksi mekanis
7) Aspirasi benda asing
6) Emboli paru
8) Sindroma diskinesia silier primer
7) Disfungsi pita suara
9) Defisiensi imun
10) Penyakit jantung bawaan
Asma terkontrol (GINA 2020)

Dalam 4 minggu terakhir


• Gejala harian kurang dari 2 kali seminggu
• Tidak ada terbangun malam hari karena gejala asma
• Penggunaan obat pelega asma kurang dari 2 kali
seminggu
• Tidak ada keterbatasan aktivitas karena gejala/
serangan asma
MENGHINDARI FAKTOR

PENCETUS
• Asma tidak bisa disembuhkan namun asma dapat
dikelola dengan baik untuk mengendalikan gejala dan
mencegah serangan asma.
• Penanganan asma antara lain dengan cara pencegahan,
meminimalkan paparan pemicu, dan minum obat saat
kambuh.
• Perilaku pencegahan terhadap paparan faktor risiko
asma yang dilakukan terus-menerus akan sangat
membantu penderita asma untuk meningkatkan kontrol
terhadap penyakit asma.
• Edukasi dan pemahaman adalah kunci untuk
mengendalikan asma yang efektif, jika serangan asma
tidak dikelola secara benar maka bisa berakibat fatal
PENGOBATAN ASMA
PENGOBATAN UTAMA :
MENGENALI FAKTOR PEMICU SERANGAN DAN
MENGHINDARINYA
OBAT ASMA

PENGONTR
PELEGA
OL
Obat pengontrol  obat yang
digunakan setiap hari bertujuan
untuk meredakan peradangan di
saluran napas
Obat pelega adalah obat yang digunakan
hanya pada saat serangan asma, obat ini
bertujuan melebarkan saluran napas
sehingga dapat bernapas lebih lega
OBAT-OBATAN ASMA
PENGONTROL (Controller)
PELEGA (Reliever)
obat yang digunakan obat yang digunakan
setiap hari untuk hanya pada saat
Asma Kontrol serangan asma

• -agonist
• Inhaled steroid • Xanthine
• LABA • anticholinergic
PERBEDAAN OBAT
PENGONTROL DENGAN PELEGA

Gejala akut Asma: Penyebab dasar Asma:


sesak napas, mengi, batuk peradangan

Obat Pelega Obat Pengontrol


 dipakai hanya pada saat • dipakai rutin setiap hari
serangan • berfungsi mengatasi
 berfungsi melebarkan peradangan
saluran napas (mengendalikan asma),
 pemakaian yang sering  mencegah/ mengurangi
berarti Asma tidak terkontrol frekuensi dan berat
serangan
TATALAKSANA PENYAKIT PARU
(PPOK)
KAPAN KITA HARUS CURIGA
MENDERITA PPOK?
Gejala Ciri Khas
Sesak napas Progresif, memberat dengan
aktivitas dan persisten
Batuk kronik Mungkin intermiten dan tidak
produktif., mengi berulang
Batuk dahak kronik Berbagai bentuk batuk dahak
kronik
Infeksi saluran napas bawah
berulang
Faktor risiko Faktor pejamu (genetic,
perkembangan paru abnormal)
Merokok
Asap dari produk rumah tangga
Debu industri
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
SIKLUS PENATALAKSANAAN PPOK

REVIEW

• Gejala : sesak napas


• Eksaserbasi

ADJUST ASSESS

• Ekskalasi • Teknik pemakaian


• Ganti device inhaler inhaler
• Deekskalasi • Terapi non farmakologi
TUJUAN AKHIR TATALAKSANA PPOK

• Mengurangi gejala Mengurangi


• Meningkatkan Toleransi Latihan Gejala
• Meningkatkan status kesehatan

• Mencegah progresivitas penyakit


• Mencegah dan mengatasi Mengurangi
eksaserbasi Risko
• Menurunkan mortalitas
Diagnosis PPOK

Anamnesis
• Gejala: batuk berdahak dan sesak napas.
• Gejala berlangsung lama dan semakin memberat.
• Sesak napas bertambah saat beraktivitas
• Ada riwayat merokok atau pajanan polusi

Pemeriksaan Fisis
• Pada PPOK ringan pemeriksaan fisis bisa normal
• Pada tahap lanjut dapat ditemukan tanda-tanda hiperinflasi sebagai
berikut: dada cembung, sela iga melebar, hipersonor, suara nafas
melemah, sianosis dan jari tabuh (clubbing finger).
Pemeriksaan penunjang:

• Penunjang standar untuk diagnosis PPOK adalah


pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.

• Pemeriksaan penunjang tambahan: Foto toraks, EKG,


Laboratorium kimia darah.
PEMERIKSAAN FAAL PARU
Spirometri
 Keterbatasan aliran udara yang persisten
 VEP1/KVP pasca
bronkodilator < 70%
 Fungsi : Diagnosis, prognosis dan evaluasi
terapi

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


SPIROMETRI
• Tes fisiologi untuk menilai fungsi
paru melalui pengukuran
volume paru saat inspirasi dan
ekspirasi maksimal dalam fungsi
waktu
• Merupakan “gold standard”
diagnosis PPOK
• Tanda-tanda obstruksi
• Pemeriksaan berguna untuk :
 Menunjang diagnosis
 Melihat laju perjalanan penyakit
 Menentukan prognosis
FOTO TORAKS
Apakah foto toraks
membantu?

• Adanya hiperinflasi, emfisema


dan hipertensi pulmoner
• Berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain
• Menilai adanya pneumonia saat
terjadi eksaserbasi
Derajat Sesak napas

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


Diagnosis Banding
Asma,
Bronkiektasis,
TB paru yang luas,
Sindrom pasca TB paru,
Penyakit interstisial paru,
Panbronkiolitis luas dan lainnya.
TUJUAN TERAPI PPOK : STABIL


Melegakan gejala
Mengurangi Gejala ●
Meningkatkan toleransi olahraga

Memperbaiki status kesehatan


Mencegah progesivitas penyakit
Menurunkan Risiko ●
Mencegah dan mengobatan ekaserbasi
ekaserbasi ●
Menurunkan mortalitas

GOLD 2017
FARMAKOLOGI (di RS)
NON FARMAKOLOGI
Grup Essential Rekomendasi Panduan Lokal

A Berhenti Merokok  Aktivitas Fisis Vaksin Flu


Layanan Konseling Veksin pneumokokkal
UBM di FKTP

B,C dan D Berhenti Merokok  Aktivitas Fisis Vaksin Flu


Layanan Konseling Veksin pneum0kokkal
UBM di FKTP

Rehabilitasi Paru
TUJUAN PENATALAKSANAAN PPOK
DI FKTP
 Mengurangi laju beratnya penyakit
 Mempertahankan PPOK yang stabil
 Mengatasi eksaserbasi ringan
 Merujuk ke spesialis paru atau
rumah sakit (Rujukan klinis untuk diagnosis dan
terapi)
 Melanjutkan pengobatan dari spesialis
paru atau rumah sakit rujukan (Rujukan balik)
PENCEGAHAN TIMBULNYA PPOK

• Tidak merokok
• Berhenti merokok
• Hindari polusi yang mempengaruhi saluran
napas yang terus menerus
l a m
Sa

Terima kasih
LAMPIRAN
DEFINISI KONTROL TOTAL
Tidak ada Gejala

Tidak ada Pemakaian salbutamol

Tiap hari APE pagi ³80%

Tidak ada Terbangun malam hari

Tidak ada Eksaserbasi

Tidak ada Kunjungan ke IGD


Efek samping obat
Tidak ada

Bateman et al. ARJCCM 2004


Contoh Nilai ACT

2 9

2
Pencetus Serangan ASMA
Sangat bervariasi
Bersifat individual
 Alergen
 Perubahan cuaca
 Makanan
 Aktivitas berlebihan
 Polusi udara
 Infeksi saluran napas
 Emosi yg berlebihan
 Zat kimia/obat-obatan
TUNGAU (House dust mite)
Polusi Udara & Asap Rokok
Bulu binatang Jamur

Kecoa Debu
Tepung sari

Bau zat kimia


Penatalaksanaan Asma Stabil
Penatalaksan
aan Asma
Eksaserbasi
di FKTP
DIAGNOSIS DAN PENILAIAN AWAL

© 2017 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
Penilaian PPOK

Konfirmasi diagnosis Penilaian hambatan Penilaian gejala dan


dengan spirometri saluran napas risiko ekaserbasi

FEV1 Riwayat
Post- (% Predicted) ekaserbasi
bronchodilator
FEV1/FVC < 0.7 GOLD 1 ≥ 80 ≥ 2 atau
≥ memerlukan
GOLD 2 50-79 rawat inap
GOLD 3 30-49
C D
GOLD 4 < 30
0 or 1 (tidak
memerlukan A B
rawat inap)

mMRC 0-1 mMRC ≥ 2


CAT < 10 CAT ≥10

Gejala
Pemeriksaan penunjang
• CAT (COPD Assessment Test)

• mMRC (Modified Medical Research Council


Questionaire for Assessing the severity of
Breathlessness )

• Spirometri

• Uji jalan 6 menit

• Pemeriksaan penunjang lain : (Diff count, Foto


thorax bila tersedia)
mMRC Dyspnoe scale
(modified Medical Research Council)

Tingkat Tidak terganggu oleh sesak napas kecuali


0 saat olah-raga berat.

Tingkat Terganggu dengan sesak napas ketika


terburu-buru berjalan di tanah yang datar
1
atau mendaki tanjakan.

Berjalan lebih lambat pada permukaan


yang datar dibandingkan orang seusia
Tingkat karena sesak napas atau harus berhenti
2 untuk bernapas ketika berjalan pada
kecepatan sendiri di permukaan yang
datar.

Tingkat Berhenti untuk bernapas setelah berjalan


90 meter atau setelah beberapa menit di
3
permukaan yang datar

Terlalu sesak untuk meninggalkan rumah


Tingkat
4 atau sesak saat berpakaian atau berganti
pakaian.
JENIS ALAT
SPIROMETRI
SPIROMETRY IN COPD

Normal

COPD

Anda mungkin juga menyukai