Anda di halaman 1dari 57

PENYAKIT PARU KRONIK

ASMA DAN PPOK


Oleh :

Mufliha Umasangadji, SKM

PELAYANAN TERPADU (PANDU)


PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
Mufliha Umasangadji, SKM

Lahir di Ambon 22 April 1983


Status Menikah

Pendidikan :
S1 Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Unit Kerja :
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara
Pengelola Program PTM-PPKGI
PENDAHULUAN
Prevalensi PPOK
• Prevalensi PPOK 11,7% di dunia
• Prediksi angka kematian karena PPOK pada
tahun 2030 sebanyak 4,5 juta jiwa di dunia
• BIOMASS study 2013 : Prevalensi PPOK pada
penderita tidak merokok di Indonesia 6,3%
• Prevalensi PPOK Provinsi Malut 2020 : 8,1%
(1.505 kasus)
• Prevalensi penyakit Asma Provinsi Malut 2020 :
2,1% (2.745 kasus)
• Kasus PPOK di Indonesia meningkat disebabkan
oleh :
 Tingginya perokok aktif
 Peningkatan polusi udara
PEDOMAN ASMA & PPOK
PENCEGAHAN TERPADU
PTM DI FKTP
1. PENGERTIAN PENYAKIT ASMA DAN PPOK
PENGERTIAN ASMA
 Asma adalah
 gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi dan elemennya
yang berhubungan dengan hiperreaktivitas bronkus
sehingga menyebabkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk
yang timbul terutama pada malam atau dini hari
yang bersifat reversible (dapat membaik) dengan
atau tanpa pengobatan.
 Episodic perburukan tersebut berkaitan dengan
luasnya peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi
jalan napas yang bersifat reversible baik dengan atau
tanpa pengobatan
Normal Asma
PENGERTIAN PPOK
• Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah
– penyakit paru kronik yang umumnya dapat dicegah dan
diobati ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara
dalam saluran napas yang persisten dan progresif, yang
berhubungan dengan meningkatnya respons inflamasi kronik
pada saluran napas dan parenkim paru karena paparan
partikel atau gas berbahaya.

• Partikel atau gas berbahaya yang utama adalah asap rokok. Gas
berbahaya lainnya adalah debu, bahan kimia di tempat kerja,
asap dapur. PPOK timbul pada usia pertengahan (di atas 40
tahun) akibat kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama
Hyperinflation
Resting State

Normal PPOK

Mild Obstruction, Severe obstruction,


+ mildly decreased + markedly decreased
Elastic Recoil Elastic Recoil
Dynamic Hyperinflation

Normal During PPOK


Exercise

Air is trapped

Initial breathing cycle


FAKTOR RISIKO
FAKTOR RISIKO ASMA

Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala
asma menetap

Alergen di dalam dan di luar ruangan


Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise
Perubahan cuaca
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
FAKTOR RISIKO PPOK
Faktor genetik pejamu dan atau • Penyakit penyerta (komorbiditas)
individu • Riwayat infeksi pernapasan berat
• Usia sejak usia dini, berulang dan tidak
tuntas mempunyai rlsiko terjadinya
• Jenis kelamin PPOK melalui penurunan faal paru
• Gangguan bersihan • Stress oksidatif, sebagai respons
mukosilier, tubuh terhadap hasil pajanan
polutan.
• Respons imunologis individu
• Pertumbuhan dan
perkembangan paru
dikaitkan dengan masa
kehamilan,
• berat badan lahir dan pajanan
masa anak
FAKTOR RISIKO PPOK
Perilaku individu kebiasaan merokok
Sebatang rokok terdapat sekitar 4000
zat kimia berbahaya keluar melalui
asap rokok tersebut, antara lain aseton
(bahan cat), amenia (pembersih lantai),
arsen (racun), butane (bahan baker
ringan}, kadmium (aki kendaraan), karbon
monoksida (asap knalpot), DDT
(insektisida), hidrogen sianida (gas
beracun), methanol (bensin roket),
naftalen (kamper), toluene (pelarut
industri), dan vinil klorida (plastik).

4000 zat kimia


2. UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK
EDUKASI PENGURANGAN PAJANAN
Edukasi di Puskesmas FAKTOR RISIKO
ditujukan untuk mencegah Pengurangan pajanan asap
bertambah beratnya rokok, debu pekerjaan,
penyakit dengan cara bahan kimia, dan polusi
mengunakan obat yang udara indoor maupun
tersedia dengan tepat, outdoor, termasuk asap
menyesuaikan keterbatasan dari memasak merupakan
aktivitas, serta mencegah tujuan penting untuk
mencegah timbul dan
eksaserbasi
perburukan PPOK
UPAYA PREVENTIF PADA ASMA
Pencegahan Primer Pencegahan sekunder
Pencegahan primer ditujukan ditujukan untuk mencegah
untuk mencegah sensitisasi pada inflamasi pada anak yang telah
bayi dengan orang tua pasien tersensitisasi dengan cara
asma dengan cara yaitu : menghindar pajanan asap
• Penghindaran asap rokok dan rokok, serta alergen dalam
polutan lain selama kehamilan ruangan terutama tungau debu
dan masa perkembangan rumah
bayi/anak.
• Diet hipoalergienik ibu hamil, Pencegahan tersier
dengan syarat diet tersebut
ditujukan untuk mencegah
tidak mengganggu asupan
manifestasi asma pada anak
janin
yang telah menunjukkan
• Pemberian ASI eksklusif
manifestasi penyakit alergi
sampai 6 bulan
3. DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PTM
DETEKSI DINI PADA ASMA
1. Deteksi dini pada kelompok deteksi dini
Dibawah usia 3 tahun, bila ada gejala mengi, anak dengan
orang tua asma atau dermatitis atopi  perlu dicurigai untuk
menderita asma dikemudian hari
2. Penemuan kasus asma
Penemuan kasus asma (kesakitan dan kematian)
dilaksanakan secara rutin dan berjenjang dimulai dari Dinas
Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Puskesmas/Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama diseluruh
wilayah Indonesia yang diintegrasi dengan pelayanan
penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Dan juga bisa
dilakukan penemuan kasus asma pada kegiatan yang
berbasis masyarakat seperti POSBINDU PTM
DETEKSI DINI PADA PPOK
1. Kelompok individu berlsiko

a. Mempunyai riwayat pajanan: rokok, polusi udara, lingkungan


tempat kerja
b. Usia pertengahan
c. Mempunyai gejala dan keluhan batuk berdahak, sesak
napas, gejala berlangsung lama umumnya semakin memberat.
Termasuk ibu rumah tangga yang memasak dengan
menggunakan kayu bakar atau kompor minyak tanah dengan
ventilasi ruangan yang kurang baik.
DETEKSI DINI PADA PPOK
2. Kelompok Masyarakat
Kelompok masyarakal yang bekerja atau tinggal di daerah:
 pertambangan (batu. batu bara, asbes),
 pabrik (bahan baku asbes, baja, mesin, perkakas logam keras,
tekstil, kapas, semen, bahan kimia},
 penghalusan batu,
 penggerlndaan logam keras,
 penggergajian kayu,
 Daerah pasca erupsi gunung berapi,
 Daerah kebakaran hutan dan pekeda khusus (salon, cat, foto copy},
 polantas,
 karyawan penjaga pintu tol, dan lain-lain.
PENGENDALIAN TERPADU PTM DI FKTP
Bagan. Gejala gangguan pernapasan
Diagnosis Asma

Diagnosis asma yang tepat sangatlah


penting, sehingga penyakit ini dapat
ditangani dengan baik dan benar.

Diagnosis klinis berdasarkan gejala, riwayat


penyakit dan pemeriksaan fisis sangat berarti
dalam menegakkan diagnosis asma.
UPAYA
BERHENTI MEROKOK
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah selesai Setelah selesai mengikuti materi


ini, peserta mampu:
mengikuti materi 1. Menjelaskan manfaat dan
ini, peserta mampu Kendala Upaya Berhenti
melakukan Upaya Merokok
2. Menjelaskan Langkah-
Berhenti Merokok langkah Upaya Berhenti
Merokok
3. Melakukan Upaya Berhenti
Merokok
Manfaat upaya berhenti merokok
Kendala Upaya Berhenti Merokok
TEORI :

Mengapa sulit? Multidimentional


Physiology
- Adiksi Nicotine
- Efek Withdrawal

Psychological
- Perilaku
- Lingkungan
Siklus Adiksi Nikotin
Kendala Upaya Berhenti Merokok
• Psikologis dan Perilaku • Lingkungan Sosial
Berhenti merokok bagi perokok Tidak adanya dukungan
merupakan pengalaman yang
tidak menyenangkan / orang terdekat seperti
menyengsarakan secara teman atau keluarga dapat
psikologis. menurunkan motivasi
Paling sulit dari berhenti seseorang untuk berhenti
merokok adalah kemampuan merokok.
untuk menahan diri dari
kebiasaan yang dilakukan, Lingkungan yang tidak
seperti merokok setelah bangun mendukung untuk berhenti
pagi, sebelum sarapan dan merokok akan memberikan
selama mereka istirahat di stimulasi untuk tetap
tempat kerja dan lain-lain. merokok
Langkah-LangkahUpaya Berhenti Merokok

1. Identifikasi awal
2. Evaluasi dan
support
motivasi
3. Tentukan terapi
yang akan
diberikan
4. Tindak lanjut
CARA BERHENTI MEROKOK
Cara 1:
BERHENTI SEKETIKA
• Hari ini anda masih merokok, besok
anda berhenti sama sekali. Untuk
kebanyakan orang, cara ini yang paling
berhasil. Untuk perokok berat, mungkin
dibutuhkan bantuan medis untuk
mengatasi efek ketagihan
Cara 2: PENUNDAAN
• Menunda saat mengisap rokok pertama, 2 jam
setiap hari dari hari sebelumnya. Jumlah rokok
yang dihisap tidak dihitung. Misalnya kebiasaan
menghisap rokok pertama rata-rata 07.00 pagi,
berhenti merokok direncanakan dalam 7 hari.
Maka rokok pertama ditunda waktunya, yaitu :
Hari 1 : jam 09.00
Hari 2 : jam 11.00
Hari 3 : jam 13.00
Hari 4 : jam 15.00
Hari 5 : jam 17.00
Hari 6 : jam 19.00
Hari 7 : jam 21.00 – terakhir
Cara 3 : PENGURANGAN
• Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi
secara berangsur-angsur dengan jumlah yang sama
sampai 0 batang pada hari yang ditetapkan.
Misalnya rata-rata menghisap 28 batang rokok per
hari. Berhenti merokok direncanakan dalam 7 hari.
Hari 1 : 24 batang
Hari 2 : 20 batang
Hari 3 : 16 batang
Hari 4 : 12 batang
Hari 5 : 8 batang
Hari 6 : 4 batang
Hari 7 : 0 batang
TATA LAKSANA UPAYA BERHENTI MEROKOK

LANGKAH-LANGKAH → 4 T

PENANGANAN PUTUS NIKOTIN

PENANGANAN PERUBAHAN
PERILAKU

KONSELING DAN MOTIVASI


PENANGANAN ADIKSI
TINDAK LANJUT /FOLLOW UP
• Sangat Penting dalam menentukan keberhasilan jangka
panjang dalam upaya berhenti merokok.
• Klien harus dijadwalkan secara reguler/rutin untuk datang
kembali dalam jangka waktu setiap 2 minggu sekali.
• Penilaian tingkat keberhasilan berhenti merokok, menilai
motivasi, kendala yang timbul, gejala withdrawal effect dan
penanganannya, penilaian parameter klinis (seperti berat
badan, tekanan darah, pengukuran Arus Puncak Ekspirasi
dengan Peak Flow Meter, kadar CO udara ekspirasi dengan CO
Analyzer).
• Jika diperlukan terapi tambahan untuk berhenti merokok,
maka dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
lanjutan
PENDEKATAN 4T UNTUK BERHENTI
MEROKOK

• T – Tanyakan
• T – Telaah
• T – Tolong dan nasehati
• T – Tindak Lanjut
T - Tanyakan
 Apakah pasien merupakan seorang perokok
atau bukan?
 Tanyakan tipe pasien, profil perokok, tingkat
adiksi/ ketergantungan nikotin  kuesioner
Fagerstroom
 Apakah ada orang di dalam rumah yang
merokok ?
 Kadar CO udara ekspirasi (pemeriksaan)
 Peakflow meter (pengukuran)
Topik Uraian
I. Identifikasi awal TANYAKAN
 status merokok, profil perokok
a. Usia mulai merokok
b. Alasan mulai merokok
c. Lama merokok (tahun)
d. Jumlah rokok/hari/tahun BB : ....... kg TB : ........... cm, IMT : ..........
e. Adakah anggota keluarga TD: .........mmHg
yang merokok
f. Tingkat adiksi (fagerstroom) Skor Fagerstorm : ..........
g. Kadar CO udara ekspirasi Kadar CO udara ekspirasi:.......ppm
h. Mengukur arus puncak Nilai APE : .................... ml
ekspirasi dengan Peak Tes Nikotinin urin: + /-
Flowmeter.
Pengukuran kadar
Carbon-Monoxide (CO) pernapasan
• Kadar CO saat ekspirasi
• Nilai :
– Perokok 10-20 ppm (2-5%
COHb), bisa lebih
– Bukan perokok : < 4 ppm
• Manfaatnya:
a. Meningkatkan motivasi
perokok saat konseling Upaya
Berhenti Merokok (UBM)
b. Menilai kemajuan progress
Upaya Berhenti Merokok
(UBM)
Pengukuran Peakflowmeter
•Pengukuran fungsi paru
sederhana dengan cara
mengukur Arus Puncak
Ekspirasi (APE) dengan
menilai forced expiration
volume pada detik
pertama (FEV1)

•Nilai APE:
1.Nilai APE normal
Nilai APE ≥ Nilai Prediksi
normal

2. Nilai APE tidak normal:


nilai APE < Nilai Prediksi
normal
Tes Nikotin Urine
• Dilakukan saat awal pemeriksaan dan jika
diperlukan diakhir dari rangkaian UBM
• Tes untuk memastikan didalam tubuhnya terdapat
zat nikotin. Pemeriksaaan dengan cara mendeteksi
zat nikotin di dalam urin. Pemeriksaan dengan
menggunakan strip atau tes pack yang hasilnya
positif (+) jika di dalam tubuhnya mengandung zat
nikotin dan negatif (-) jika didalam tubuhnya tidak
mengandung zat nikotin
1 Saya sudah memutuskan TIDAK akan berhenti

T - Telaah
merokok seumur hidup saya
2 Saya TIDAK PERNAH berpikir untuk berhenti merokok.
Saya TIDAK PUNYA rencana untuk berhenti
3 Saya PERNAH berpikir untuk berhenti merokok, tetapi
 Nilai Tingkat Motivasi saya TIDAK PUNYA rencana

 Nilai keinginan untuk berhenti 4 TERKADANG saya berpikir untuk berhenti merokok,
tetapi saya tidak punya rencana
merokok atau tidak, bila tidak 5 Saya SERING berpikir untuk berhenti merokok, tetapi
maka diperlukan suatu saya tidak punya rencana
konseling motivasi 6 Saya BERENCANA untuk berhenti merokok dalam 6

 Nilai sampai manakah tahap bulan ke depan


7 Saya berencana untuk berhenti merokok dalam 30 hari
keinginan pasien ntuk berhenti ke depan
merokok apakah pada tahap 8 Saya masih merokok, tetapi saya mau berubah. Saya

prekontemplasi, kontemplasi, siap untuk berhenti merokok


9 Saya udah berhenti merokok, tetapi saya khawatir
siap, tindakan dan akan merokok kembali, saya butuh lingkungan tanpa
pemeliharaan asap rokok
10 Saya sudah berhenti merokok
I. Tingkat Perilaku TELAAH
a. Tingkat kesiapan Sedang memutuskan/ kebulatan niat/
(lingkari jawaban) persiapan/ aksi/ pemeliharaan
b. Tingkat motivasi
(0 = tidak termotivasi; 10
= sangat termotivasi)
c. Alasan ingin berhenti
T- Tolong dan Nasehati
Gunakan pendekatan secara
personal, kuat, jelas untuk
menganjurkan pasien
berhenti merokok :
1.Dampak rokok
2.Manfaat berhenti merokok
T- Tolong dan Nasehati
 Untuk pasien yang berniat berhenti merokok, berikan
konseling
 Tentukan tanggal .... TULIS TGLNYA ?
 Metode berhenti merokok
 Tantangan saat berhenti merokok (termasuk gejala putus
nikotin/withdrawal effect)
 Pilihan terapi

 Untuk pasien yang belum berniat untuk berhenti merokok,


tingkatkan motivasi  misalnya Pendekatan dengan
wawancara motivasional
 Nasehati untuk menciptakan rumah bebas dari asap rokok
T – Tindak Lanjut
 Susunlah jadwal untuk konsultasi rutin/berkala
misalnya satu minggu atau 2 minggu sekali
 TENTUKAN TANGGAL
 Pada pertemuan berikutnya lakukan penilaian
– Tingkat keberhasilan berhenti merokok
– Tingkat motivasi
– Kendala yang timbul
– Gejala withdrawal effect dan penanganannya
– Penilaian parameter klinis (seperti berat badan,
kadar CO udara ekspirasi, tekanan darah dll)
I. Pertemuan berikutnya TINDAK LANJUT
- Nilai keberhasilan Tingkatkan motivasi
- Withdrawal effect Ada/Tidak dukungan keluarga
Cara atasi withdrawal effect
Hasil akhir ?

• BERHASIL ?
GAGAL ?  perlu tambahan terapi ?
perlu rujuk ?

Hasil akhir ditentukan setelah menjalani


program UBM selama 3 bulan
l a m
Sa

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai