Anda di halaman 1dari 18

TAHAMMUL WAL ADA

(PROSES TRANSFORMASI
& SHIGHATNYA)
OLEH: ONENG NURUL BARIYAH
TAHAMMUL DAN ADA’ HADIS

Tahammul artinya kegiatan menerima dan mendengar hadis,


atau mengambil hadis dari seorang guru dengan cara-cara
tertentu. Sedangkan ada’ artinya kegiatan meriwayatkan dan
menyampaikan hadis . Jadi tahammul dan ada’ hadis
maksudnya proses transformasi hadis, atau proses penerimaan
hadis dari seorang perawi kepada perawi lainnya.
KELAYAKAN (AHLIYYAH)
PERAWI MENERIMA HADIS
1. Usia penerima minimal lima tahun. Hujjah yg digunakan
yaitu riwayat Imam Bukhari dlm shahihnya dari hadis
Muhammad ibn Rabi’ ra. Katanya: “Aku masih ingat
siraman Nabi saw. dari timba ke mukaku, dan aku saat
itu berusia lima tahun.”
2. Tamyiz yaitu perawi masih anak-anak sudah bisa
membedakan suatu benda. Misal dapat membedakan
antara kuda dan himar (keledai)
KELAYAKAN TAHAMMUL

3. Mumayyiz dan absah yaitu dapat memahami pembicaraan dan mampu


memberikan jawaban. Jika tidak mampu memahami pembicaraan dan tidak
dapat menjawab, maka tidak absah walaupun usianya 5 tahun.
Sahabat yang masih anak-anak saat menerima hadis yaitu Hasan, Husein,
Abdullah bin az-Zubair, Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Abu Sa’id al-
Khudry, Mahmud bin ar-Rabi’, dll.
KELAYAKAN ADA’

1.Islam. Islam syarat periwayatan hadis, tidak boleh dari orang kafir dan
fasik.
QS. al-Hujurat:6
‫ياايها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبإ فتبينوا أن تصيبوا قوما جبهالة فتصبحوا على ما فعلتم نادمني‬

“Hai orang-orang yg beriman, jk datang kpdmu orang


fasik membawa berita mk periksalah dgn teliti agar
kamu tdk menimpakan suatu musibah kpd suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yg menyebabkan kamu
menyesal atas peruatanmu.
KELAYAKAN ADA’
2. Baligh. Ini sbg pusat taklif. Sabda Nabi:
‫الصيِب ِّ َحىَت حَيْتَلِ َم‬ َ ‫ب َعلَى َع ْقلِ ِه َحىَت يَْبَرأَ َو َع ْن النَّائِ ِم َحىَت يَ ْسَتْي ِق‬
َّ ‫ظ َو َع ِن‬ ٍ َ‫رفِع الْ َقلَم عن ثَال‬
ِ ‫ َع ِن الْم ْجُنو ِن الْم ْغلُو‬: ‫ث‬
ْ َ ْ َ َْ ُ َ ُ
“Terangkat pena dari tiga orang: dari orang gila sampai sembuh, dari orang yg tidur
sampai bangun dan dari anak kecil sampai mimpi basah.”
3. Sifat Adil
4. Dhabt ; keterjagaan perawi saat menerima dan faham ketika mendengar serta
hafal saat menyampaikan hadis.
METODE TAHAMMUL ( ‫طريقة‬
1. ‫تحمل‬
al-Sima’ KK‫ لا‬KK‫) لا‬,)mendengar , yaitu seorang guru membaca hadis baik dari
( ‫سماع‬
hafalan atau dari kitabnya sedang hadirin mendengarnya baik majlis itu utk
imla’ atau yg lain.
2. Al-Qira’ah ‘ala al-Syaikh (‫شيخ‬KK‫قراءة على لا‬KK‫) لا‬, membaca di hadapan guru. Ada yg
menyebut
nya ‘ardhu al-qira’ah (‫قراءة‬KK‫رض لا‬K‫ = ) ع‬menyodorkan bacaan. Seseorang
membaca hadis di hadapan guru baik dari hafalan atau dari kitab yg telah
diteliti & guru memperhatikan
LANJUTAN
3. al-Ijazah (‫إلجازة‬KK‫ ) ا‬, sertifikasi atau rekomendasi
Ijazah mnrt bhs diambil dari kata :

ِ ْ‫اشيَّ ِة َو ْال َحر‬


‫ث‬ ِ ‫ل َما َل ِم َن ْال َم‬K‫ِج َوا ُر ْال َما ِء الَّ ِذى َسقَاهُ ْا‬
“mengalirkan air yg digunakan utk menyiram kekayaan berupa binatang
ِ ‫ َج‬KKK‫نًا َ أ َف‬KKK‫ف‬
ternak atau pesawahan.”‫ازنِى‬ ‫ت َال‬ُ ُ ‫ ْستَ َج ْز‬K‫ِإ‬

Mis: seorang guru berkata kpd muridnya: Aku ijazahkan (aku perbolehkan)
kamu meriwayatkan kitab al-buyu’ dari shahih al-Bukhari dariku.
METODE TAHAMMUL

4. al-Munawalah (‫مناولة‬KK‫) لا‬, seorang ahli hadis memberikan sebuah hadis,


beberapa hadis atau sebuah kitab kepada muridnya agar sang murid
meriwayatkannya darinya. Mis: Seorang guru memberikan sebuah kitab kpd
muridnya seraya berkata:”Inilah hadisku, atau inilah riwayat-riwayat yg
kudengar, tanpa mengatakan:”Riwayatkanlah ia dariku, atau aku
memperbolehkanmu ( untuk meriwayatkannya dariku). Sebagian ulama
membolehkan metode tsb dan yg lain tdk
METODE TAHAMMUL

5. al-Mukatabah (‫مكاتبة‬KK‫ ) لا‬yaitu seorang guru dgn tangannya sendiri atau


meminta orang lain menulis darinya sebagian hadis utk murid yg ada di
hadapannya atau murid yg ada di tempat lain, lalu guru itu mengirimkannya
kpd sang murid bersama orang yg dipercaya.
al-Mukatabah ini ada dua macam, ada yg disertai dgn ijazah dan ada yg tdk
disertai ijazah.
METODE TAHAMMUL

6. I’lam al-Syaikh (‫شيخ‬KK‫ لا‬K‫عالم‬K‫ ;) إ‬seorang syeikh


memberitahukan kpd muridnya bahwa hadis tertentu atau
kitab tertentu mrpk bagian dari riwayat-riwayat miliknya
dan telah diambilnya atau didengarnya dari seseorang.
7. al-Washiyyah (‫وصية‬KK‫ ; ) لا‬seorang guru berwasiat sebelum
bepergian jauh atau sebelum meninggal agar kitab
riwayatnya diberikan kpd seseorang utk meriwayatkan
darinya. Mis riwayat bahwa Abu Qilabah Abdullah bin
Zaid al-Jirmy (w.-104H) mewasiaytkan kitabnya utk
Ayyub al-Syakhtiyani (68-131H).
METODE TAHAMMUL

8. al-Wijadah (‫وجادة‬KK‫ = ) لا‬penemuan; yaitu ilmu yg diambil atau didapat dari


shahifah tanpa ada proses mendengar, mendapatkan ijazah maupun proses
munawalah. Metode ini berdasarkan riwayat bahwa ulama salaf ada yg
meriwayatkan dari shahifah-shahifah dan kitab2. Namun, pada masa klasik
metode ini sangat langka mrk lbh mengutamakan periwayatan secara
langsung, bahkan sebagian ulama salaf mencela mereka yang meriwayatkan
dari shahifah-shahifah.
‫’‪SHIGHAT-SHIGHAT ADA‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Perawi yg menerima dgn cara sima’ akan mengatakan : sami’tu,‬‬
‫‪haddatsana, akhbarana atau anba’ana. Ungkapan paling tinggi yaitu‬‬
‫‪kata sami’tu. Kata akhbarana digunakan utk hadis yg dibaca di hadapan‬‬
‫‪guru.‬‬
‫اخبرنا الشيخ أبو القاسم هبة هللا بن محمد بن عبد الواحد بن أحمد بن الحصين الشيباني قراءة‬ ‫‪.2‬‬
‫عليه‪ ،‬وأنا أسمع فأقر به‪ ،‬قال‪ :‬حدثنا أبو علي الحسن بن علي بن محمد التميمي الواعظ‪،‬‬
‫ويعرف بابن المذهب‪ ،‬قراءة من أصل سماعه قال أخبرنا أبو بكر أحمد بن جعفر بن حمدان بن‬
‫مالك القطيعي قراءة عليه قال حدثنا أبو عبد الرحمن عبد هللا بن أحمد بن محمد بن حنبل‪ ،‬قال‪:‬‬
‫‪LANJUTAN‬‬
‫• حدثني أبي أحمد بن محمد بن حنبل بن هالل بن أسد من كتابه قال‪:‬‬

‫س قَ َال قَ َام أَبُو بَ ْك ٍر َر ِ‬


‫ض َيهَّللا ُ‬ ‫اعي ُل يَ ْعنِي ا ْب َن أَبِي َخالِ ٍد َع ْن قَ ْي ٍ‬ ‫• َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ْب ُننُ َم ْي ٍر قَ َال أَ ْخبَ َرنَا إِ ْس َم ِ‬
‫ون َه ِذ ِه اآْل يَ َة { يَا أَ ُّي َها الَّ ِذ َينآ َمنُوا َعلَ ْي ُك ْم‬ ‫َع ْن ُه فَ َح ِم َد هَّللا َ َوأَ ْثنَى َعلَ ْي ِه ثُ َّم قَ َال يَا أَ ُّي َها النَّ ُ‬
‫اس إِنَّ ُك ْم تَ ْق َر ُء َ‬
‫ول إِنَّ النَّ َ‬
‫اس‬ ‫ض َّل إِ َذا ا ْهتَ َد ْيتُ ْم} َوإِنَّا َس ِم ْعنَا َر ُسو َل هَّللا ِ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُ ُ‬ ‫ض ُّر ُك ْم َم ْن َ‬ ‫أَ ْنفُ َس ُك ْم اَل يَ ُ‬
‫ش َك أَنْ يَ ُع َّم ُه ْم هَّللا ُ بِ ِعقَابِ ِه‬
‫إِ َذا َرأَ ْوا ا ْل ُم ْن َك َر فَلَ ْم يُ ْن ِك ُروهُ أَ ْو َ‬
LANJUTAN

2. Riwayat yg dibaca di hadapan guru , seorang perawi


mengatakan: Qara’tu ‘ala Fulan (Saya membaca di
hadapan Fulan)
3. ‘An tidak digunakan utk sima’ atau ‘ardh
SHIGHAT ‘ADA

Haddatsana Fulan, qala: haddatsana Fulan lebih tinggi statusnya daripada


haddatsana Fulan ‘an Fulan.
5. Kataba ilayya Fulan, Qala: Haddatsana Fulan (Telah memberikan hadis
kepadaku dgn cara mukatabah Fulan, katanya: Telah meriwayatkan kepada
kami Fulan….), dan ungkapan lain yg senada. Ini yg dipegang mayoritas ulama
hadis.
6. Fi ma ‘allamani Syeikh atau ungkapan senada bila periwayatan dgn cara i’lam.
PERIWAYATAN HADIS SECARA
MayoritasMAKNA
ulama membolehkan meriwayatkan hadis dgn makna jika orang
tersebut menegtahui bahasa Arab dgn seluk beluknya dan memahami arti-arti
yg dapat merubah makna, Jika tidak memahami lafazh atau makna yg dapat
merubah makna tdk diperkenankan. Namun, pada kenyataannya para sahabat,
tabi’in dan ulama sesudahnya tdk beralih dari redaksi asli yg disampaikan
Nabi saw.
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai