Anda di halaman 1dari 39

KELOID

Diajukan kepada :
dr. Noer Tommy, Sp.B

Disusun Oleh :
Sagita Intan/ H3A019052

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang 2021
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Umur : 23 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Montir

Alamat : Kedungmundu, Semarang

No CM : 45-26-XX

Tanggal masuk : 15 Maret 2021


ANAMNESIS

Keluhan Utama : :  Benjolan pada daun telinga kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli RS dengan keluhan benjolan sebesar kelereng pada daun telinga kiri yang dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya berupa bintik kecil terasa gatal pada luka tindik. Benjolan semakin membesar
selama 1 tahun ini. Benjolan pertama kali muncul di daun telinga kiri bagian depan sebesar jarum pentul
sekitar 10 bulan yll, kemudian timbul pada daun telinga kiri bagian belakang. 6 bulan yang lalu sebesar biji
jagung, dan 2 bulan belakangan ini sudah sebesar kelereng. Selama ini benjolan terasa gatal hingga
mengganggu tidur dan mengganggu aktivitas sehari-hari, benjolan berawara kemerahan dan sedikit nyeri.
Faktor yang memperberat maupun memperingan tidak ada. Pasien mengaku keluhan tersebut juga terjadi pada
bagian tubuh lainnya, yaitu satu benjolan di siku kiri yang timbul 4 tahun yang lalu karena kecelekaan,
benjolan menghitam namun sudah tidak gatal ataupun nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluhan yang
sama sebelumnya : diakui 4 tahun yll
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat keganasan : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat keluhan yang sama : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat sakit jantung : disangkal
• Riwayat keganasan : disangkal

Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi

• Riwayat merokok : disangkal

• Konsumsi konsumsi alcohol : disangkal

• Pasien berobat menggunakan BPJS


PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : Tek. Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 90 x/menit, reguler, isi


dan tegangan cukup

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,7 º C ( axiller )

VAS :3
STATUS GENERALISATA

Kepala : mesosefal, jejas (-), perdarahan (-)

Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil : bulat,


isokor, diameter 3mm/3mm

Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), deformitas(-)

Mulut : bibir sianosis (-)

Telinga : Terdapat nodul eritema dengan konsistensi keras, ukuran


1 x 1,5 cm pada bagian anterior dan posterior lobulus auricula
sinistra, perdarahan (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik
aurikula (-)

Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), Pembesaran kelenjar tiroid


(-), Otot bantu napas (-), Massa (-), Tumor (-)
• Thorax
Pulmo
Anterior :
o Inspeksi : warna sama dengan sekitar, masa (-), diameter AP < laterolateral, kelainan
bentuk dada(-), hemithorax dextra dan sinistra simetris, ICS tidak melebar, sudut arcus costa
<90o
o Palpasi : hemithorax simetris, nyeri tekan (-/-), masa (-/-), taktil fremitus normal
o Perkusi : sonor lapang paru
o Auskultasi : vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Posterior :
o Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitar, masa (-), hemithorax dextra dan sinistra simetris,
ICS tidak melebar
o Palpasi : hemithorax simetris, nyeri tekan (-/-), masa (-/-), taktil fremitus normal
o Perkusi : sonor lapang paru
o Auskultasi : vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Pulsus Epigastrium (-), Sternal lift (-), Pulsus parasternal
(-), Thrill (-)
• Perkusi :
- Batas kanan bawah : ICS V linea parasternal dextra -
Batas kiri bawah : ICS V 1-2 cm medial linea
medioclavicularis sinistra
- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
- Batas atas jantung : ICS II linea parasternal sinistra
• Auskultasi : Suara jantung I dan II reguler, gallop (-), bising jantung
(-)
• Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama dengan kulit sekitar.
Auskultasi : Peristaltik 9 regio (+), Metallic sound (-), Bruit (-),
Succusion splash (-)
Perkusi : Tympani 9 regio (+), pekak sisi (+), pekak aih (-)
Palpasi : Ringan : Nyeri tekan 9 regio (-)
Dalam : Nyeri tekan 9 regio (-), massa (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba,
Ekstremitas Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
CRT <2 detik <2 detik
STATUS LOKALISATA

 Aurikula sinistra

Inspeksi : Terdapat nodul eritema dengan permukaan


licin dan berbatas tegas

Palpasi : Ukuran benjolan 1 x 1,5 cm pada bagian


anterior dan posterior lobulus auricula
sinistra. Nyeri tekan (+), konsistensi
keras (+), perabaan hangat (+), sensitivitas (+)
• Regio fossa cubiti sinistra
Inspeksi : Terdapat nodul hiperpigmentasi, bentuk
tidak teratur dengan batas
tegas
Palpasi : Ukuran benjolan 2 x 1 cm, nyeri tekan (-),
konsistensi keras (+), perabaan hangat (-),
sensitivitas (-)
DIAGNOSIS

Diagnosis : Keloid aurikula sinistra et keloid regio fossa


cubiti sinistra
Diagnosis banding : - Keloid
- Scar hypertrophy
TATALAKSANA

• Injeksi triamcinolone acetonide (Flamicort) 10


mg/mL diberikan dengan interval 2 minggu.

• Cetirizine tablet 10 mg 1x1 untuk mengurangi gatal.

• Bedah eksisi
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : dubia ad bonam

• Quo ad sanam : dubia ad bonam

• Quo ad functionam : dubia ad bonam


DEFINISI

• Keloid adalah kelainan kulit yang terjadi akibat deposisi kolagen secara
berlebihan selama proses proliferasi penyembuhan luka. Deposisi
kolagen terus terjadi karena sintesis kolagen jauh lebih hebat dibanding
degradasinya, sehingga sebenarnya keloid bersifat menyerupai tumor
jinak.
ANATOMI

1. Lapisan epidermis atau kutikel, terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum,stratum
granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (terdiri atas dua jenis sel :sel-sel
kolumner dan sel pembentuk melanin).
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin). Secara garis besar dibagi menjadi dua
bagian, yakni : pars papillare dan pars retikulare.
3. Lapisan subkutis (hipodermis) adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
ETIOLOGI

• Predisposisi genetik dan beberapa bentuk trauma kulit. Kulit atau luka akan
menimbulkan ketegangan dan menjadi penyebab penting dalam pembentukan
bekas hypertrophic scar dan keloid.
• Cenderung dialami pada usia pubertas. Bahwa individu yang lebih muda lebih
sering mengalami trauma dan kulit mereka lebih elastis dibandingkan kulit
seseorang yang usianya lebih tua.
• Terbentuknya keloid terutama terjadi pada bagian tubuh dengan konsentrasi
melanosit yang tinggi, dan sangat jarang pada telapak kaki dan telapak tangan.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA

• Fase inflamasi mulai saat terjadi luka, ketika terjadi aktivasi kaskade
koagulasi menyebabkan pelepasan sitokin yang menstimulasi
kemotaksis sel imun non spesifik (seperti makrofag dan neutrofil) ke
dalam luka untuk debridemen awal luka.
• Setelah 48-72 jam, proses inflamasi berganti menjadi fase proliferasi
yang berlangsung sekitar 3-6 minggu. Fibroblas tertarik ke luka untuk
mensintesis jaringan granulasi. Jaringan granulasi ini terdiri dari
prokolagen, elastin, proteoglikan, dan asam hyaluronat dan membentuk
pola perbaikan struktural agar pertumbuhan vaskuler bisa terjadi.
PATOFISIOLOGI

• Pada fase maturasi normal, nodul dan kemerahan luka lebih lembut dan rata karena proses
sintesis dan degradasi kolagen yang berjalan secara bersamaan, dan juga elemen jaringan ikat
mengalami regresi setelah minggu ketiga. Pada keloid, sintesis kolagen diperkirakan 20 kali
lebih besar dibandingkan kulit sehat dan 3 kali lebih banyak daripada hypertrophic scar.
Produksi berlebih dari kolagen ini dapat mengakibatkan aktivitas proliferasi yang lebih kuat
dari fibroblas keloid.
• Pertumbuhan fibroblas dermis normal distimulasi oleh growth factor epitel yang dapat
dibalikkan oleh growth factor pengubah β1-Transforming GF. Growth Factor ini juga dapat
menstimulasi proliferasi fibroblas keloid yang merespon terhadap GF epidermal. Karena
itulah, proses ini memegang peranan penting dalam pembentukan penyakit fibrosis seperti
keloid.
• Pada keloid, sel mast melepaskan histamin, sehingga kadar histamin
yang tinggi ini menyebabkan keluhan gatal pada pasien dengan keloid.
Sel mast ini juga terkait dengan penyembuhan luka dan begitu juga
dengan pembentukan histamin.
• Sintesis kolagen meningkat pada jaringan keloid. Aktivitas enzim
hidroksilase prolyl meningkat yang mana ini menunjukkan
peningkatan sintesis kolagen. Jumlah kolagen yang disintesis
tergantung dari umur keloid. Keloid awal memiliki sintesis yang sangat
tinggi.
MANIFESTASI KLINIS

• Manifestasi klinis keloid berupa plak atau nodul kenyal,


berwarna merah atau merah muda (sering disertai
telangiektasis), biasanya gatal dan nyeri, yang tidak dapat pulih
secara spontan dan ukurannya makin lebar seiring dengan
waktu.
• Tanda karakteristik keloid adalah skar tebal berwarna merah di
area sternal. Studi melaporkan bahwa dari 28 pasien keloid; 86%
mengeluh gatal dan 46% mengeluh nyeri, gatal terutama pada
tepi lesi sedangkan nyeri pada bagian tengah lesi
Area predileksi dari keloid, menurut resiko terkenanya,
area presternal, belakang leher, merupakan resiko tinggi
terkena keloid. Area telinga, deltoid dan dada bagian
depan, dagu dan leher bagian depan beresiko sedang,
sedangkan kulit abdomen, lengan bagian depan dan
wajah beresiko ringan.

Dua buah keloid di regio presternal,


Keloid linier pada telinga anterior sinistra lokasi yang sering terkena
PENATALAKSANAAN

1. Injeksi Kortikosteroid Intralesi


• Injeksi kortikosteroid intralesi (KIL) merupakan metoda penanganan keloid yang paling
banyak dilakukan karena mudah dikerjakan, dapat diterima dengan baik dan efektif
mengurangi gejala. Triamsinolon asetonid dengan konsentrasi 10-40 mg/ml, merupakan jenis
steroid yang sering digunakan. Secara in vitro triamsinolon asetonid bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan fibroblas.

Gambar:
2. Bedah eksisi
• Semua sumber yang dapat menyebabkan inflamasi, termasuk folikel rambut yang
terperangkap, kista epitelial dan sinus tract harus dibuang, karena hal tersebut dapat
berpotensi menjadi sumber fibrogenic growthstimuli. Rekonstruksi bedah sedapat mungkin
didesain untuk mengurangi trauma jaringan dan wound tension, serta mencegah terjadinya
dead space, hematom dan infeksi. Reorientasi skar harus sejajar dengan garis skin tension.
• Jika kulit sekitar eksisi tidak dalam kondisi tension yang berlebihan, keloid berukuran kecil
dapat dieksisi dan luka ditutup secara primer. Namun jika penutupan primer tidak mungkin
dilakukan dan memerlukan tandur kulit, maka dilakukan eksisi keloid dengan meninggalkan
daerah berbentuk elips yang akan ditanamkan tandur kulit. Daerah berbentuk elips ini
berfungsi untuk menurunkan central tensile forces, dan diharapkan dapat menurunkan
kemungkinan untuk kambuh.

Gambar: Bentuk insisi elips pada keloid


Untuk keloid yang memanjang dapat dieksisi dengan teknik Z-plasty, W- plasty, atau dengan
teknik geometric broken line closure (GBLC). Teknik Z-plasty berguna untuk
memperpanjang parut dengan mengubahnya dari parut yang melintang atau melawan relaxed
skin tension lines (RSTL) menjadi parut yang paralel dengan garis lipatan kulit (Gambar 2.8)
Teknik W-Plasty berguna untuk menyamarkan parut yang
panjang lurus serta tidak paralel dengan RSTL (Gambar 2.9)
Teknik GBLC juga dapat digunakan untuk parut yang panjang yang tidak
paralel dengan RSTL, namun memiliki tepi parut yang ireguler (Gambar
2.10)
• Bedah eksisi pada kebanyakan kasus keloid bukanlah tindakan kuratif.
Rekurensi setelah tindakan berkisar antara 45% sampai 100%. Karena
rekurensi yang tinggi ini, bedah eksisi saja tanpa terapi tambahan
bukanlah terapi terbaik.
• Eksisi sering menyebabkan skar yang lebih panjang dari keloid asalnya
dan bila kambuh dapat terjadi keloid yang lebih besar lagi. Injeksi
kortikosteroid intralesi untuk menurunkan angka rekurensi dapat
dilakukan intraoperatif atau pasca eksisi. Umumnya digunakan
triamsinolon asetonid intralesi, dimulai dua minggu setelah eksisi,
dilanjutkan sampai satu tahun atau sampai wound bed tetap sejajar
dengan kulit sekitar.
3. Radiasi
Radiasi diduga mengontrol sintesis kolagen dengan cara mengeliminasi fibroblas abnormal
dan meningkatkan fibroblas normal yang telah ada. Radioterapi juga dihubungkan dengan
penghambatan pembentukan neovascular buds dan proliferating young fibroblasts sehingga
menurunkan produksi kolagen pada fase awal penyembuhan luka. Analisis in vitro terapi radiasi
terhadap fibroblas keloid menunjukkan bahwa terjadi peningkatan apoptosis sel tersebut akibat
radiasi. Kombinasi pembedahan dengan radiasi pascaoperasi merupakan metode yang lebih
efektif untuk mengatasi keloid dibandingkan dengan terapi radiasi saja.
4. Cryotherapy
• Cryotherapy menggunakan refrigerant, sebagai terapi tunggal atau
dikombinasi dengan injeksi KIL telah lama digunakan sebagai terapi
keloid. Metoda aplikasi cryotherapy adalah dengan cara ditempelkan,
disemprotkan, dan disuntikkan intralesi.
• Kelemahan cryotherapy adalah nyeri yang ditimbulkan cukup berat
dan waktu penyembuhan yang lama, sehingga pasien sering tidak
datang kembali. Metoda ini memerlukan kombinasi dengan cara
pengobatan lain. Pada pasien dengan warna kulit gelap dapat terjadi
efek hipopigmentasi, yang dapat menimbulkan masalah baru
5. Laser
• Mekanisme yang mendasari efek terapi laser pada keloid, masih belum jelas
sepenuhnya. Coagulation necrosis pembuluh darah akibat efek selective
photothermolysis dan efek panas yang dihasilkan oleh energi laser
menyebabkan penghancuran kolagen, perbaikan susunan serat kolagen, sintesis
kolagen baru dan pelepasan histamin. Nekrosis pembuluh darah juga
menyebabkan penurunan aliran darah kapiler di papila dermis. Kolagen yang
baru terbentuk, bukanlah keloidal collagen melainkan kolagen normal.
• Keuntungan laser adalah bersifat non traumatik dan memiliki efek anti
inflamasi
6. Silicone gel sheeting
• Penggunaan silicone gel sheet merupakan suatu kemajuan baru dalam penatalaksanaan keloid
dan jaringan skar hipertrofik. Silicone gel sheet tersebut berupa gel like transparent, flexible,
inert sheet dengan ketebalan 3,5 mm yang digunakan untuk terapi dan pencegahan keloid
ataupun jaringan skar hipertrofik.

Gambar: Silicone Gel Sheeting


Pembalutan dengan gel silikon efektif untuk keloid bila digunakan setelah
bedah eksisi, hal ini bertujuan untuk mencegah kambuhnya keloid. Gel
sheets dilaporkan dapat melembutkan skar dan menurunkan ukuran skar,
mengurangi eritem dan gejala gatal dan nyeri. Silicone gel sheeting
sebaiknya diaplikasikan segera setelah eksisi dan dilanjutkan selama 12
jam per hari untuk 1 bulan. Lamanya pemakaian membutuhkan tingkat
kepatuhan pasien yang baik.
PENCEGAHAN

• Waspada terhadap faktor resiko keloid, termasuk riwayat keloid,


riwayat keloid dalam keluarga, tension di lokasi trauma dan warna kulit
gelap. Keloid timbul jika sebelumnya terjadi cedera kulit walaupun
cedera tersebut ringan sekali.
• Keloid juga dapat berasal dari proses inflamasi yang lemah, termasuk
akne dan injeksi. Perhatian khusus harus diberikan ketika mengobati
pasien dengan riwayat keloid. Faktor yang dapat dikelola untuk
mencegah terjadinya keloid adalah daya mekanik luka (stretching
tension), pencegahan infeksi luka dan reaksi benda asing
Beberapa hal penting untuk mencegah keloid adalah:
• Hindari gerakan berlebihan yang dapat meregangkan luka
• Gunakan perban dan kain pembalut luka dengan tepat.
• Hindarkan luka dari daya mekanis langsung (misalnya gesekan dan garukan)
• Gunakan gel sheeting dan plester perekat.
• Untuk pasien dengan luka di telinga, kurangi kontak dengan bantal ketika tidur, untuk
mencegah gesekan.
• Untuk pasien wanita dengan luka di dada, gunakan bra dan pakaian dalam ketat untuk
mencegah regangan kulit yang disebabkan oleh berat payudara.
• Untuk pasien dengan luka di supra pubik, dianjurkan untuk memakai korset.
• Setelah pembedahan dan trauma, luka yang terjadi harus dijaga tetap bersih dengan cara
melakukan irrigasi dan mengoleskan obat antibakteri atau anti jamur.
• Setelah pembedahan dan trauma, hindari kontak antara dermis daerah luka (termasuk lubang
tindik telinga) dengan benda asing.
TERIMA KASIH
CARA INJEKSI KORTIKOSTEROID
INTRALESI
1. Informed consent mengenai tujuan tindakan dan prosedur tindakan
2. Pasien dipersilahkan berbaring atau duduk, hidupkan lampu kemudian
tentukan daerah yang akan diinjeksi
3. Siapkan triamcinolone acetonide 10 mg/ml didalam spuit 1 cc
4. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, gunakan sarung tangan steril
5. Desinfeksi daerah penyuntikan dengan alcohol
6. Lakukan injeksi intralesi dengan memasukkan jarum menyusuri
permukaan lesi (posisi 30 derajat dan jarum menghadap ke atas) dimulai
dari tepi lesi dengan tujuan mencegah perluasan keloid
7. Masukkan obat perlahan-lahan, pastikan sampai keloid berwarna putih
agak menggelembung
8. Cabut jarum, jika berdarah tekan dengan kapas atau kasa kering
9. Tindakan selesai
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai